Dokter Pembimbing :
dr.Desy Januarrifianto,Sp. An
Disusun oleh :
Amalia Devi
2012730116
Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam jiwa disebabkan oleh disregulasi tuan
rumah respon terhadap infeksi. Sepsis dan syok septik masalah kesehatan utama, yang
mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia setiap tahun, dan membunuh sebanyak satu dari
empat. Mirip dengan politrauma, miokard akut infark, atau stroke, identifikasi awal dan tepat
manajemen dalam jam awal setelah sepsis berkembang meningkatkan hasil. Rekomendasi dalam
buku ini dimaksudkan untuk memberikan bimbingan untuk merawat dokter untuk pasien dewasa
dengan sepsis atau syok septik. Rekomendasi dari pedoman ini tidak bisa menggantikan
kemampuan pengambilan keputusan klinisi ketika disajikan dengan set yang unik pasien
variabel klinis. Pedoman ini sesuai untuk pasien sepsis di rumah sakit pengaturan. Pedoman ini
dimaksudkan untuk menjadi praktek terbaik (panitia menganggap ini tujuan untuk praktek
klinis) dan tidak diciptakan untuk mewakili standar perawatan.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sepsis adalah disfungsi organ tubuh yang mengancam jiwa disebabkan oleh respon host
yang tidak teratur terhadap infeksi. Septic shock adalah bagian sepsis dengan disfungsi
perederan darah dan seluler yang berhubungan dengan risiko kematian yang lebih tinggi.2
2.3.Resusitasi awal
A.Resusitasi awal4
Langkah 1: Skrining dan manajemen infeksi
Manajemen dimulai dengan pengambilan kultur darah dan kultur lain sesuai
indikasi, kemudian berikan antibiotik yang sesuai dengan peta kuman yang ada dan
secara simultan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi adanya
disfungsi organ.
Langkah 2: Skrining adanya disfungsi organ dan manajemen sepsis (dahulu sepsis berat)
Pasien diidentifikasi adanya disfungsi organ dengan kriteria yang sama dengan
sebelumnya. Disfungsi organ juga dapat diprediksi akan terjadi dengan menggunakan
kriteria Quick SOFA (qSOFA). Bila disfungsi organ teridentifikasi, pastikan bundle 3
jam dilakukan sebagai prioritas utama tindakan.
Sepsis Bundles1
HARUS DILENGKAPI DALAM 3 JAM KEDATANGAN
1. Hitung nilai awal laktat
2. Ambil kultur darah sebelum pemberian antibioik
3. Berikan antibiotik spektrum luas
4. Berikan kristaloid 30 ml/kgBB pada hipotensi atau nilai awal laktat > 4 mmol/L
Sebaiknya rumah sakit dan sistem rumah sakit memiliki program peningkatan kinerja
untuk sepsis, termasuk skrining sepsis untuk sakit akut, pasien berisiko tinggi.
C. Diagnosis2
Sebaiknya mikrobiologis rutin yang sesuai kultur (termasuk darah) diperoleh sebelum
memulai terapi antimikroba pada pasien yang dicurigai sepsis atau syok septik.
Kultur dilakukan sebelum pemberian antimikroba spectrum luas, dan bila telah ada hasil,
maka antimikroba disesuaikan dengan hasil kultur.
Tidak ada penundaan dalam pemberian antimikroba pada pasien dengan sepsis/syok
septik .
D. Terapi Antimikroba2
Disarankan, terapi kombinasi tersebut tidak dilakukan secara rutin pada pasien infeksi
berat seperti bakteremia, dan sepsis tanpa syok.
Tidak direkomendasikan menggunakan terapi kombinasi sebagai terapi rutin pada sepsis
dengan neutropenia/ bakteremia
E.Kontrol Sumber2
F. Terapi Cairan2
Direkomendasikan, cairan kristaloid sebagai cairan pilihan untuk resusitasi awal dan
penggantian volume cairan lanjut pada pasien sepsis dan syok sepsis
Disarankan, pemberian dobutamin pada pasien dengan hipoperfusi persisten walau telah
diberikan loading cairan adekuat dan telah diberikan obat vasopressor.
H. Kortikosteroid2
Direkomendasikan, transfusi PRC hanya diberikan bila Hb < 7 g/dL pasien dewasa tanpa
adanya keadaan buruk/penyakit lain, seperti iskemia miokard, hypoxemia berat, atau
perdarahan akut.
Disarankan, tranfusi platelet bila trombosit < 10,000 /mm3 tanpa adanya perdarahan,
atau trombosit < 20,000 /mm3 pasien dengan resiko perdarahan. Target jumlah trombosit
> 50,000 /mm3 disarankan untuk pasien dengan perdarahan aktif, akan dilakukan
operasi/tindakan invasif.
J. Imunoglobulin2
L. Antikoagulan2
M. Ventilasi Mekanik2
Direkomendasikan nilai GDS dimonitoring 1-2 jam hingga nilai GDS dan kecepatan
pemberian insulin stabil, dilanjutkan per 4 jam pada pasien yang diberikan insulin infus
(intravena).
Direkomendasikan, nilai GDS yang didapat dengan pengambilan darah kapiler harus di
interpretasi hati-hati karena pengukuran tersebut mungkin tidak akurat memperkirakan
darah ateri atau nilai glukosa plasma.
Disarankan, penggunaan darah arterial dibandingkan darah kapiler untuk tes glukosa
menggunakan alat glucose meter bila pasien terpasang kateter arterial.
P. Renal Replacement Therapy2
Disarankan penggunaan mesin RRT secara terus menerus atau intermitten pada pasien
sepsis dengan AKI (acute kidney injury)
Disarankan penggunaan mesin RRT untuk manajemen balans cairan pada pasien sepsis
hemodinamik tidak stabil
Disarankan tidak menggunakan mesin RRT untuk indikasi oligouria atau peningkatan
kreatinin pada pasien sepsis dengan AKI tanpa indikasi lain untuk dialisis.
Q. Terapi Bikarbonat2
Disarankan tidak menggunakan natrium bikarbonat untuk meningkatkan hemodinamik
atau untuk mengurangi dosis vasopressor pada pasien hipoperfusi dengan asidosis laktat
dengan pH ≥ 7.15.
R. Profilaksis terhadap Venous Thromboembolis2
Direkomendasikan pemberian profilaksis heparin (UFH) atau LMWH untuk
pencegahan tromboemboli vena bila tidak ada kontraindikasi mutlak
Direkomendasikan penggunaan LMWH dibandingkan UFH untuk pencegahan
tromboemboli vena bila tidak ada kontraindikasi penggunaan LMWH
S.Profilaksis Stress Ulcer2
Direkomendasikan pemberian profilaksis ulkus peptikum pada pasien sepsis/syok
sepsis resiko perdarahan saluran cerna
Obat yang disarankan untuk profilaksis ulkus peptikum adalah proton pump
inhibitors (PPIs) atau histamine-2 receptor antagonists (H2RAs)
Tidak disarankan pemberian profilaksis ulkus peptikum pada pasien tanpa resiko
perdarahan saluran cerna
T.Nutrisi2
Tidak merekomendasikan menggunakan nutrisi parenteral dini ataupun kombinasi
nutrisi parenteral dengan enteral pada pasien kritis dengan sepsis/syok sepsis yang
dapat diberi makan enteral.
Tidak merekomendasikan menggunakan nutrisi parenteral dini ataupun kombinasi
nutri parenteral dan enteral, (lebih disarankan untuk memulai pemberian glukosa
intravena dan pemberian makan enteral, sesuai toleransi pasien), pada 7 hari
pertama pada pasien kritis sepsis/syok sepsis yang sulit dilakukan pemberian
makanan enteral dini
Disarankan pemberian makanan enteral dini dibanding mempuasakan pasien atau
hanya memberikan glukosa intravena pasien syok sepsis/sepsis yang dapat diberika
makan enteral
Disarankan diet hopokalori makanan enteral pada pasien sepsis/syok sepsis, jika
makanan enteral hipokalori merupakan strategi awal, maka pemberian makan
disesuaikan dengan toleransi pasien
Disarankan pemberian asam amino omega 3 sebagai suplementasi pada pasien
sepsis/syok sepsis
Disarankan untuk tidak secara rutin monitoring volume residu lambung,melainkan
mengukur residu cairan lambung pasien dengan intoleransi makanan atau pasien
resiko tinggi aspirasi
Disarankan penggunaan obat-obat prokinetik pada pasien dengan intoleransi
makanan
Disarankan penggunaan NGT pada pasien ICU dengan sepsis/syok sepsis resiko
tinggi aspirasi
Tidak merekomendasikan memberikan selenium intravena pada pasien sepsis/syok
sepsis
Tidak merekomendasikan memberikan arginin untuk terapi sepsis/syok sepsis
Tidak merekomendasikan menggunakan glutamin untuk terapi sepsis/syok sepsis
Tidak merekomendasikan untuk penggunaan carnitin untuk sepsis/syok sepsis
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.survivingsepsis.org/SiteCollectionDocuments/SSC-Statements-
Sepsis-Definitions-3-2016.pdf. Surviving Sepsis Campaign Responds to
Sepsis-3 March 1, 2016
2. Singer M, Deutschman CS, et al: The third international consensus
definitions for sepsis andseptic shock (sepsis-3). JAMA 2016; 315(8): 801-
10.
3. Guyatt GH, Oxman AD, Vist GE, et al; GRADE Working Group:GRADE:
an emerging consensus on rating quality of evidence and strength of
recommendations. BMJ 2008; 336:924–926
4. Peake SL, Delaney A, Bailey M, et al: Goal-directed resuscitation for
patients with early septic shock. N Engl J Med. 2014;371(16):1496–1506