Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang besar. Cedera kepala adalah serangkaian kejadian
patofisiologik yang terjadi setelah trauma kepala, yang dapat melibatkan setiap
komponen yang ada, mulai dari kulit kepala, tulang, dan jaringan otak atau
kombinasinya. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat
kecelakaan lalu lintas (Price dan Wilson, 2012).
WHO mencatat pada tahun 2013 terjadi kematian yang disebabkan karena
kecelakaan lalu lintas dengan jumlah 2500 kasus. Diperkirakan insidensinya lebih
dari 500 per 100.000 populasi dan lebih dari 200 kunjungan rumah sakit per 100.000
kunjungan di Eropa setiap tahunnya (Maas et al., 2007; Styrke et al., 2007). Di
Amerika Serikat cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus.
Dari jumlah di atas, 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit, sedangkan
yang sampai di rumah sakit, 80% termasuk cedera kepala ringan (Glasgow Coma
Scale (GCS) 13-15), 10% cedera kepala sedang (GCS 9-12) dan sisanya (10%) cedera
kepala berat (GCS kurang dari atau sama dengan 8) (Muttaqin, 2002).
Di Indonesia sendiri angka kecelakaan lalu lintas masih cukup tinggi. Pada
tahun 2003 kasus cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas sebanyak 13.399
kejadian. Dari jumlah yang ada sebanyak 9.865 orang meninggal dunia, 6.142 orang
cedera berat dan 8.694 cedera ringan. Di negara berkembang seperti Indonesia,
perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak frekuensi cedera kepala
cenderung semakin meningkat, dan merupakan salah satu kasus yang paling sering
dijumpai di ruang gawat darurat rumah sakit. Prevalensi cedera pada masyarakat
Indonesia pada tahun 2007 sebesar 7,5%, dengan urutan penyebab cedera terbanyak
adalah jatuhm kecelakaan lalu lintas (KLL) darat dan terluka benda tajam/tumpul
(badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007). Pada tahun 2013 terdapat
peningkatan prevalensi sedera menjadi 8,2%, dengan urutan penyebab cedera

1
2

terbanyak adalah jatuh 40,9%, kecelakaan sepeda motor 40,6%, cedera karena benda
tajam/tumpul 7,3%, transportasi darat lainnya 7,1%, dan kejatuhan 2,5% (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
Etiologi cedera kepala dapat berasal dari berbagai sumber yaitu kekerasan
tumpul; kasus paling sering dalam etiologi ini ialah karena kecelakaan, pembunuhan,
atau dapat juga bunuh diri.7 Selain itu kekerasan tajam merupakan jenis kekerasan
yang cukup banyak terjadi. Benda penyebab tersering ialah batang besi atu kayu
runcing, pecahan kaca, atau benda-benda lain yang tajam. Cedera akibat tembakan
juga dapat menyebabkan kematian dimana dilihat dari kerusakan yang ditimbulkan,
kaliber peluru dan jenis peluru yang digunakan, jarak tembakan, deformitas yang
terjadi pada tulang dan peluru, jalannya peuru yang masuk pada otak.8 Cedera kepala
akibat gerakan mendadak juga dapat dimasukan kedalam etiologi yang dapat
meyebabkan kematian meskipun tidak terdapat kekerasan yang nampak langsung
pada kepala cedera dapat terjadi oleh karena gerakan yang mendadak misalnya suatu
percepatan, perlambatan, atau perputaran. Kerusakan yang terjadi terutama pada
pembuluh darah otak dan jaringan sekitarnya.
Pasien dengan trauma kepala memerlukan penegakkan diagnosa sedini
mungkin agar tindakan terapi dapat segera dilakukan untuk menghasilkan prognosa
yang tepat, akurat dan sistematis.(Geijertstam, 2004). Dalam suatu penelitian
menunjukkan bahwa tindakan operasi pada trauma kepala berat dalam rentang waktu
4 jam pertama setelah kejadian, dapat menyelamatkan 60 – 70 % pasien. Namun, bila
operasi dilakukan lebvih dari 4 jam setelah kejadian, tingkat kematian dapat melebihi
angka 90%. (Knights, 2003).
CT SCAN sangat bermanfaat untuk memantau perkembangan pasien mulai dari
awal trauma, pasca trauma, akan operasi, serta perawatan pasca operasi sehingga
perkembangan pasien senantiasa dapat dipantau. Tujuan utama dari pemeriksaan
imajing pada kasus trauma kepala adalah unutuk menentukan adanya cedera
intrakranial yang membahayakan keselamatan jiwa pasien bila tidak segera dilakukan
tindakan secepatnya.
3

Pada asuhan keperawatan pasien cedera kepala akan muncul berbagai masalah
seperti ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, nyeri akut, kerusakan mobilitas
fisik, ketidakefektifan bersihan jalan nafas, resiko infeksi (Nurarif, 2016). Untuk
mengatasi masalah tersebut dilakukan berbagai intervensi keperawatan yang mengacu
pada Nursing Intervention Classification (NIC) seperti monitoring neurologis,
peningkatan perfusi jaringan serebral, penerapan posisi neurologis, manajemen
tekanan dan lain sebagainya sesuai masalah keperawatan yang ditegakkan. Dalam
menerapkan implementasi keperawatan, dilakukan tindakan evaluasi yang mengacu
pada Nursing Outcome Classification (NOC) pada masing-masing masalah
keperawatan seperti tingkat kesadaran, tekanan intracranial, perfusi jaringan serebral,
dan lain sebagainya.
Ringan atau parahnya cedera kepala akan mempengaruhi tingkat kesadaran
pasien, sehingga pasien akan immobilisasi. Suriadi (2002) membuktikan bahwa
imobilisasi adalah factor resiko yang paling signifikan menyebabkan luka tekan
dalam penelitiannya di salah satu rumah sakit di Pontianak. Evidence Based Practice
mengenai pencegahan luka tekan (Brings, 1997) ditemukan 4 rekomendasi
pengkajian kulit, pembebasan tekanan, penggunaan alat bantu, dan perbaikan
kualitas. Pemberian posisi miring 30 derajat bertujuan untuk memberbaskan adanya
tekanan sebelumterjadi iskemia jaringan dan luka tekan pun tidak akan pernah
berkembang.
Dengan latar belakang diatas penulis tertarik untuk member asuhan keperawtan
terhadap pasien dengan cedera kepala dengan masalah gangguan neurologis yang
menyebabkan imobilisasi dengan pemberian posisi miring 30 derajat di ruangan
Bedah Saraf rumah sakit Haji Adam Malik Medan.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum karya tulis ilmiah ini adalah untuk member gambaran
mengenai asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan cedera
kepala.
4

1.2.2. Tujuan Khusus


Tujuan khusus karya tulis ilmiah ini adalah memaparkan asuhan
keperawatan pada klien yang meliputi:
a. Gambaran hasil pengkajian pada klien
b. Masalah keperawatan serta diagnose keperawatan
c. Perencanaan keperawatan
d. Implementasi keperawatan yang diberikan pada klien
e. Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada klien
1.3. Manfaat
1.3.1. Parktik Keperawatan
Karya tulis ilmiah ini dapat menjadi referensi dalam meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan khususnya dalam memberukan asuhan
keperawatan yang tepat pada klien dengan cedera kepala
1.3.2. Pendidikan Keperawatan
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi dasar yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran melakukan asuhan keperawatan
dengan masalah gangguan system saraf khusunya pada pasien dengan
cedera kepala.

Anda mungkin juga menyukai