Anda di halaman 1dari 4

CHEST X-RAY ON EMERGENCY CASES AND AIDS

Dr. Kahar K.
Bagian Radiologi FKUI/RSCM

PENDAHULUAN:
Pemeriksaan foto toraks yang sederhana banyak menolong untuk mendeteksi
kelainan jantung paru pada kasus kasus gawat darurat selain pemeriksaan radiology
lainnya yang lebih canggih seperti tomografi computer (TK/CT), MRI (Magnetic
Resonance Imaging) dan KN (Kedokteran Nuklir). Kelainan kelainan seperti efusi pleura,
pneumotoraks, kelainan saluran pernapasan bawah dan kardio-vaskuler yang sering
dijumpai sehari hari dan kadang kadang perlu ditangani secepat mungkin.

PENGERTIAN KASUS DARURAT


Kasus kasua yang termasuk darurat adalah kasus yang menimbulkan keadaan sakit akut
atau kasus yang mengamcam jiwa dan perlu dilakukan tindakan cepat untuk
menanggulangi keadaan tersebut.
Kelainan gawat darurat pernapasan dapat diklarifikasi menjadi :
-Kavum pleura (efusi pleura, pneumotoraks)
-Parenkim paru (jaringan interstitial)
-Saluran pernapasan bawah (bronkus, bronkioli dan alveoli)

KAVUM PLEURA
Dalam Kavum pleura dapat terisi cairan akibat dari proses peradangan baik akut
maupun kronis, akibat trauma tajam atau tumpul dan proses keganasan yang primer atau
sekunder. Cairan akibat peradangan biasanya bersifat serous atau kental (empyema),
kalau akibat trauma atau keganasan cairan bersifat hemorhagik dan bertambah secara
progresif. Pada pemeriksaan foto toraks akan memberi gambaran perselubungan
homogen di lapangan paru bawah dengan permukaan atas berupa garis lengkung ke atas
perifer, dapat disertai pendorongan mediastinum ke arah kontra-lateral dan celah iga
melebar. Gambaran perselubungan homogen ini perlu dibedakan dengan suatu ateletaksis
paru yang luas, tetapi dengan tanda penarikan mediastinum ke ipsi-lateral dan celah iga
yang menyempit.
Kavum pleura dapat terisi udara yang berasal dari udara langsung misalnya
trauma tajam dan dapat juga berasal dengan udara dalam paru yang biasanya melalui
fistulasi akibat pecahnya bleb, bulla, kavitas. Gambaran radiologist akan memberikan
suatu bayangan lusen tanpa jaringan paru di lapangan paru perifer pada parsial
pneumotoraks , bila seluruh paru kollaps ke sentral disebut total pneumotoraks, tetapi
fistel berupa suatu ventil yang tiap kali inspirasi masuk udara dalam kavum pleura dan
pada ekspirasi udara dalam kavum terjebak tidak dapat keluar melalui fistel maka lama
lama udara dalam kavum pleura akan meningkat dan akan mendorong mediastinum ke
kontra-lateral yang disebut tension pneumothorax yang sangat membahayakan jiwa
penderita karena akan menekan/menghalangi pulsasi jantung. Tindakan darurat untuk
menolong jiwa penderita hanya menurunkan tekanan dalam kavum pleura yang dapat
mudah membuat hubungan langsung dengan udara luar.

1
Bila kavum pleura berisi udara dan cairan disebut hidro-pneumotoraks, maka
gambaran radiology akan berupa suatu bayangan air-fluid level dimana bayangan udara
yang lusen berada di bagian atas dan perselubungan cairan yang opak berada di bagian
bawah dengan permukaannya mendatar.

PARENKIM PARU
Kelainan parenkim paru berasal dari kelainan akibat mekanik yaitu obstruksi
benda asing di saluran jalang napas yang sering dijumpai pada anak anak yang tidak
sengaja memasukkan benda asing (uang logam, kacang kacangan) ke dalam mulut dan
masuk ke trakea bahkan sampai di bronkus, akibatnya aerasi ke distal saluran/paru
berkurang atau sama sekali tidak ada, klinis menunjukkan sesak napas mendadak, batuk
batuk dan gambaran radiologik memberikan bayangan suram homogen bahkan padat
tanpa lusensi dari udara dalam alveoli atau atelektasis.
Pneumonia aspirasi biasanya sering terjadi pada segmen posterior dari lobus
kanan atas dan segmen superior lobus bawah. Pneumonia kimiawi dapat berlanjut
menjadi infeksi superposisi dari bacterial, anaerobic bakteri dan polymikroba sering
menjadi penyebab. Pneumonia nekrosis dan abscess sering terjagi dan aspierasi kronik
sering menyebabkan fibrosis dan bronkiektasis.

Proses peradangan biasanya memberikan gejala klinis panas, batuk batuk, sampai
keadaan sesak, bila perjalanan penyakit cepat dan memberat, perlu dilakukan
pemeriksaan foto toraks untuk menilai sampai seberapa jauh keterlibatan parekim paru
atau mungkin disertai kelainan pleura dengan efusi pleura yang kadang kadang perlu
dilakukan pengeluaran cairan dari cavum pleura. Belakangan ini dijumpai kasus kasus
SARS dan Flu burung yang pemeriksaan foto toraks selain membantu diagnosis perlu
juga menilai jalan penyakit selama pemberian pengobatan.

Trauma tumpul dada dapat mengakibatkan kontusio jaringan paru atau perdarahan
parenkim paru yang memberi gambaran suram relatif homogen di jaringan paru, mirip
dengan gambaran pneumonitis, perlu anamnesa atau keterangan klinis yang baik.

Kelainan parenkim selain infeksi , dapat juga ditemukan kelainan interstisial


akibat kardio-vakuler dan intoksikasi. Kelainan jantung biasanya berhubungan dengan
vaskuler paru, yang menyebabkan bendungan paru, secara radiologik, gambaran corakan
vaskuler paru menjadi kasar dan dinding kabur akibat adanya transudasi di dinding
vaskuler. Emboli paru yang sering terjadi post operasi yang klinis memberikan sakit dada
yang mendadak dan sesak, gambaran foto toraks biasanya tidak spesifik, 10 % normal,
bantuan pemeriksaan CT angiografi sangat membantu selain pemeriksaan kedokteran
nuklir secara perfusion scan. Bendungan paru akibat edema paru yang disebabkan
pemberian cairan infus berlebihan akan terlihat bendungan mulai dari hilus/sentral,
keadaan ini juga dapat terjadi pada edema paru akibat gagal ginjal dan intoksikasi obat
obatan.

Tumor paru ganas lanjut dapat menyebabkan keadaan darurat pada tingkatan
penyakit tertentu, terjadinya obstruksi jalan napas, obstruksi v. cava superior dan efusi

2
pleura yang progresif , dalam keadaan tersebut hanya diberi pertolongan untuk
meringankan penderitaan atau meningkatkan kualitas hidup, tidak dapat menuntaskan
keadaan penyakitnya. Obstruksi jalan napas terlihat sebagai atelektasis pada obstruksi
total, sedangkan obstruksi parsial akan memberikan gambaran emfisema setempat.
Obstruksi v. cava superior secara klinis lebih jelas, terlihat sembab di muka, vena daerah
leher kepala melebar, dengan pemeriksaan CT scan toraks terlihat kontras dalam vena
dinding toraks. Dengan terapi penyinaran tumor setempat dapat meringankan penderitaan
dan gambaran radiologik akan menjadi penipisan atelektasis dan tanda bendungan vena
dinding toraks berkurang.

Acute respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan gambaran klinis yang


terdiri penyakit berat saluran napas dengan gejala dyspnoe, hipoksia, penyakit difus
saluran napas akibat penyakit paru sendiri yang berat atau penyakit sistemik seperti spsis,
shock hemorhagik, trauma berat dan luas, luka bakar berat, pankreatitis, aspirasi, reaksi
obat atau tranfusi, pneumonia berat, emboli lemat atau cairan amnion, inhalasi gas,
kelainan neurologik dan anafilaksis. ARDS dapat berkembang cepat tetapi kelainan
radiologik bisa terlambat setelah 12 jam setelah gejala timbul. Gambaran dapat berupa
bercak kabur, konsolidasi dengan edema dan mikro-atelektasis. Kardiomegali dan efusi
pleura dapat terjadi. Kematian biasanya akibat kegagalan multisistem.

SINDROM DEFISIENSI IMUM


Gangguan seluler atau system imum dapat menyebabkan infeksi di paru dan sampai
terjadi Neoplasma paru. Gangguan defisiensi imum dibagi:
1. Kongenital (congenital agammaglobulinemia ; Bruton type)
2. Akibat pengobatan supresi imum pada pasien penerima donor organ transplant.
Atau pasien onkologi yang menerima pengobatan kemoterapi.
3. Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).

AIDS
Infeksi paru dan tumor paru pada populasi penderita AIDS mempunyai variasi luas baik
klinis maupun gambaran radiologis. Gabungan pemeriksaan perhitungan CD4 T-limfosit
sangat membantu mempersempit diferensial diagnosis.
Perhitungan CD4 limfosit di atas 200 sel/mm3 adalah pneumonia bacterial dan
M.tuberkulosis, yang paling umum adalah bakteri dari Streptokokus pneumoniae,
H.influenzae, Stafikokus aureus dan jenis Mycoplasma.
CD4 di bawah 200 sel/mm3 biasanya Pneumocystis carinii pneumonia (PCP)
yang memberi gambaran suram atau retikuler interstisial, organisme ini merupakan
fungus primitif atau protozoa uniselluler.
CD4 limfosit antara 50-200 sel/mm3 infeksi fungal yang ganas dan mematikan
dan sarcoma Kaposi.
CD4 limfosit di bawah 50 sel/mm3 akan memberikan gambaran retikuler atau
noduler pada foto toraks dan dapat di indikasikan AIDS limfoma, cytomegalovirus atau
M. avium intra-sel infeksi.

3
Manifes utama pada kasus AIDS adalah infeksi, neoplasma dan gangguan
proliferasi limfoid.

INFEKSI
Penyebab infeksi berasal dari organisme bakteri, mycobakteria yang spesifik dan
aspesifik, protzoa, virus dan fungi.
Gambaran infeksi mycoateria tuberculosis memberi gambaran radiologis akan
tergantung berat penyakit gangguan immum, penjalaran biasanya melalui endobronkial
dan pembentukan kavitas pada gangguan immum yang sedang. Pada AIDS lanjut,
penjalaran lebih agresif atau terjadi penjalaran milier dan pembentukan kavitas.
Pneumocystis carinii pneumonia (PCP) sering dijumpai pada penderita AIDS,
sekitar 60-70%, penyerangan pada dinding alveoli, sel sel dinding alveoli menjadi rusak,
diganti dengan sel sel eksudat eosinofil, diagnosis dapat dibantu dengan menemukan sel
sel eksudat pada pemeriksaan sputum.
Cytomegalovirus (CMV) dapat menyebabkan esofagitis, colitis. Peradangan paru
berupa infiltrate difus di parenkim paru, perlu dibedakan dengan non kardiogenik edema.
Efusi pleura kadang kadang dapat dijumpai dan juga adenopati.
Fungus dari golongan aspergilosis jarang pada penderita AIDS, yang sering
adalah cryptococcosis yang menyebabkan limfadenopati mediastinum, efusi pleura, difus
retikulo-noduler.

NEOPLASMA
Sarkoma Kaposi sering di jumpai pada penderita AIDS (25%)., gambaran
radiologik tidak spesifik, sering berupa noduler tidak teratur atau konsolidasi di
peribronko-vaskuler, penebalan septa interlobular. Efusi pleura dan limfadenopati kadang
kadang dapat disertakan.

GANGGUAN PROLIFERASI LIMFOID


Pneumonia limfositik interstitial menyebabkan penutupan saluran alveolar
mengakibatkan atelektasis distal. Gambaran lain adalah retikuler difus dan retikulo-
noduler.

KEPUSTAKAAN
1. Sebastian Lange; Geraldine Walsh. Radiology of Chest Diseases 2nd ed.Thieme
Stuttgart.NY. 1998; 100-2.
2. Richard M.Slone. Lung In: Body CT, A Practical Approach.NY.Mc.Graw Hill,
2000; 9-42.
3. Fernando R.Gutierrez. Focal Lung Disease. In:Thoracic Imaging, A Practical
Approach. NY.Mc.Graw Hill. 1999; 83-86.

Anda mungkin juga menyukai