Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

4.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu selalu meningkat. Peningkatan ini


berdampak pada berbagai bidang kehidupan. Salah satunya adalah dalam bidang energi.
Pertumbuhan yang terus meningkat menyebabkan meningkatnya konsumsi energy. Hingga
saat ini, masyarakat global masih bergantung pada minyak bumi. Menurut badan
International Energy Agency, melalui analisa mengenai energy khususnya minyak bumi pada
2018, kebutuhan masyarakat global meningkat 25% hingga 2023. Hal tersebut menyebabkan
beberapa negara mengembangkan energy terbarukan yang ramah lingkungan, salah satunya
adalah biodiesel. Beberapa negara melakukan peningkatan produksi biodiesel untuk
menangani kebutuhan energy yang terus meningkat secara global.

Biodiesel adalah sebuah bahan bakar cair yang diproses dari bahan bahan alam seperti
minyak tumbuhan atau lemak hewan dan alkohol dimana mempunyai rantai monoalkil ester
yang panjang. Keuntungan biodiesel adalah merupakan energy terbarukan, rendah racun,
mudah terdegrasi dari pada bahan bakar minya bumi, ramah lingkungan dan tidak
mengandung emisi bahaya. Proses pembuatan biodiesel pada umumnya menggunakan 2 tahap
yaitu proses esterifikasi dan transesterifikasi. Proses ini menghasilkan dua hasil utama yaitu
senyawa yang mengandung ester dan gliserol (Romano, et al., 2011).

Gliserol dengan nama lain propane-1,2,3-triol merupakan multifungsi komponen


organic yang mempunyai sifat hidrophobik dan hidrofilik karena struktur kimianya yang
mengandung 3 gugus hidroksil. Gliserol termasuk senyawa yang mempunyai stabilitas
thermal sehingga dibutuhkan energy yang kuat untuk memecah ikatannya dan
mentransformasikan ke bentuk komponen lain. Gliserol dapat diperoleh sebagai produk
samping dari proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati dengan kadar 10% berat dari
produk yang dihasilkan (Rodrigues, et al., 2017).

Pada tahun 2005, 200.000 ton gliserol dihasilkan sebagai produk samping dari
biodiesel, begitu juga pada tahun 2008 gliserol yang dihasilkan dari proses transesterifikasi
mencapai 1,224 juta dengan tidak diimbangi penjualan secara komersial. Konsekuensinya,
menurunkan nilai jual gliserol dan meningkatkan biaya pada proses pembuatan biodiesel
untuk penyimpanan dan pembuangan limbah. (Yang, et al., 2012). Salah satu turunan gliserol
adalah gliserol monostearat dan memiliki kegunaan sebagai emulsifier pada makanan,
farmasi, dan industri kosmetik (Csandi, et al., 2009). Gliserol monostearat dihasilkan dari
proses esterifikasi yang mereaksikan gliserol dengan asam stearat yang ditambah dengan
bantuan katalis.

Katalis merupakan suatu zat kimia yang dapat menaikkan laju reaksi dan terlibat di
dalam reaksi kimia namun katalis tidak bereaksi. Katalis dapat berupa atom, molekul ataupun
senyawa dengan struktur yang kompleks. Macam-macam katalis antara lain adalah katalis
heterogen, katalis biokatalis (enzim), dan katalis heterogen (Wiley, et al., 2017) Salah satu
jenis katalis yang digunakan dalam pembuatan gliserol monostearat adalah zeolite. Katalis
zeolit sintetis yang dihasilkan terkadang belum memenuhi spesifikasi untuk digunakan
sebagai katalis dalam mempercepat laju reaksi. Oleh karena itu, diperlukan proses
karakterisasi katalis untuk mengubah sifat katalis tersebut sesuai dengan spesifikasi yang
dibutuhkan (Wang, et al., 2016). 2

Salah satu proses untuk mengubah sifat katalis tersebut adalah proses dealuminasi.
Dibutuhkan proses karakterisasi dari katalis untuk mengubah sifat katalis tersebut sesuai
dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Salah satu proses karakterisasi katalis adalah
dealuminasi. Dealuminasi adalah proses penghilangan logam yang terdapat dalam suatu
zeolite salah satunya dengan menggunakan larutan asam. Metode dealuminasi sangat penting
untuk memeperbaiki karakteristik dari katalis dan meningkatkan keasaman. Keuntungan dari
metode dealuminasi adalah tanpa memerlukan peralatan yang canggihh, serta produk yang
didapatkan larut dalam air. (Borges, et al., 2016).

Pada penelitian ini, menggunakan tiga tahapan, yaitu proses perlakuan


kimia/dealuminasi, pencucian, pengeringan/proses kalsinasi. Variabel yang akan kami
gunakan dalam proses dealuminasi ini adalah variabel suhu, waktu pengadukan dan
normalitas H2SO4. Penelitian ini diharapkan mendapatkan kondisi operasi optimum proses
dealuminasi pada katalis zeolit.

Anda mungkin juga menyukai