Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga secara konstan selalu berhadapan dengan berbagai fenomena

yang dapat mengubah persepsi dan hidup mereka. Stimulus untuk perubahan

ini datangnya dari dalam dan dari luar. Kebutuhan-kebutuhan perkembangan

yang normal, kontinu dan yang berkembang dari seluruh anggota keluarga,

disamping itu muncul situasi tidak diduga yang melibatkan anggota keluarga

membentuk tuntunan dari dalam untuk berubah. Stimulus eksternal untuk

berubah datang dari masyarakat yang mengalami perubahan karena

masyarakat berinteraksi dengan keluarga selama berlangsungnya siklus

hidup manusia. Teori tentang sistem-sistem umum dan teori perkembangan

keluarga menekankan bahwa keluarga tidak dapat menghindari berbagai

fenomena yang terjadi di mana-mana. Tuntutan–tuntutan yang berlangsung

terus-menerus memaksa keluarga untuk beradaptasi agar keluarga dapat

berlangsung hidup, dan terus berkembang. Strategi dan proses koping

keluarga sangat penting bagi keberhasilan keluarga dalam menghadapi

tuntutan yang ada padanya (Marilyn,1998:436).

Strategi dan proses koping keluarga berfungsi sebagai proses dan

mekanisme vital dimana melalui proses dan mekanisme tersebut fungsi-

fungsi keluarga menjadi nyata. Tanpa koping yang efektif, fungsi afektif,

sosialisasi, ekonomi, dan perawatan keluarga tidak dapat dicapai secara

1
2

adekuat. Oleh sebab itu proses koping keluarga merupakan proses penting

yang membuat keluarga mampu mencapai fungsi-fungsi keluarganya yang

penting. Koping keluarga didefenisikan sebagai respons yang positif, sesuai

dengan masalah, efektif, persepsi, dan respon perilaku yang digunakan

keluarga dalam subsistemnya atau mengurangi stress yang diakibatkan oleh

masalah atau peristiwa ( Marilyn,1998:438 dan Budi Anna, 1998:8).

Pola dan sumber koping keluarga memberikan dasar untuk

membantu keluarga mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.

Mencapai suatu tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi merupakan tujuan

utama. Pada tahun 1975, pengarang Yankelovitch, Skelley, dan White

meringkas temuan-temuan mereka dengan mewawancarai 1247 dari 2194

keluarga yang berskala nasional. Dalam studi saat ini mereka mendapatkan

suatu gambaran tentang kekuatan dan kemampuan adaptasi yang besar

keluarga Amerika-fleksibilitas, kekokohan, vitalitas keluarga” (Marilyn

1998:436).

Sosiolog Pearlin dan Scholler (1978) dalam (Marilyn,1998:438)

melaporkan sebuah studi ekstensif yang mereka lakukan dengan baik,

dimana mereka mewawancara 2300 orang yang berusia antara 18-65 tahun,

dan ini merupakan representasi dari populasi di daerah perkotaan Chicago

(Marilyn 1998:448). Riset ini dilakukan untuk menentukan jenis-jenis taktik

yang mereka gunakan dan bagaimana efektifnya taktik-taktik ini. Analisa

mereka menekankan respon-respon koping normative yang orang gunakan

dalam memberi respon terhadap tekanan hidup dan peran–peran sosial


3

mereka yang utama (peran pekerjaan, ekonomi, orang tua dan perkawinan).

Kesimpulannya bahwa secara sederhana perilaku koping atau upaya-upaya

koping merupakan strategi yang positif, aktif dan khusus untuk memecahkan

suatu masalah (Marilyn,1998:438 dan Marcia Stankope, 1997:68).

Keluarga yang sehat dan memiliki mekanisme koping adaptif yang

sedang mengalami stress cenderung bertindak dalam satu arah yang dapat

mengurangi stress. Keluarga mempunyai peranan penting dalam mendukung

proses keperawatan bagi anggota keluarganya yang sakit. Dimana dalam

setiap tindakan keperawatan perawat tidak hanya bekerja sendiri namun

perlu adanya kerja sama dengan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

anggota keluarga yang sakit dan mempercepat proses penyembuhan. Dalam

menghadapi situasi yang demikian diperlukan suatu mekanisme koping

keluarga yang efektif yang dapat mengurangi tingkat kecemasan dan stress

keluarga. Untuk memperoleh koping yang efektif dalam menghadapi situasi

krisis, keluarga harus memiliki strategi koping internal (mengandalkan

kelompok keluarga, penggunaan humor, mengontrol arti atau makna dari

masalah yang dihadapi, memecahkan masalah secara bersama, fleksibilitas

peran, dan normalisasi) dan eksternal (mencari informasi, memelihara

hubungan aktif dengan komunitas, mencari dukungan sosial, mencari

dukungan spiritual) (Marilyn 1998:450 dan Rasmun 2001:17). Namun

berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama dinas di beberapa ruang

medical bedah peneliti menemukan beberapa anggota keluarga yang tidak

memiliki mekanisme koping yang adaptif dalam mendampingi anggota


4

keluarga yang dirawat di rumah sakit atau ketika menghadapi situasi krisis.

Hal ini tercermin dalam kehidupan keluarga para pasien yang anggota

keluarganya dirawat di rumah sakit umum Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

Keluarga pasien sangat kebingungan, nampak cemas, marah ketika

saudaranya atau salah satu dari anggota keluarganya mengalami sakit berat.

Hal ini akan berdampak pada stres yang berkepanjangan yang

mengakibatkan menurunnya kondisi fisik dalam memberi support bagi

pasien.

Berdasarkan masalah di atas peneliti ingin meneliti tentang

mekanisme koping keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang

dirawat di rumah sakit.

B. Perumusan Masalah

1. Pernyataan Masalah

Mekanisme koping keluarga yang tidak efektif terhadap anggota

keluarga yang dirawat dapat meningkatkan kecemasan, stress, yang pada

akhirnya akan memperburuk situasi. Tingkat kecemasan dan stress

meningkat ketika salah satu anggota keluarga tersebut mengalami sakit

berat. Berdasarkan hasil observasi di lapangan peneliti menemukan

beberapa anggota keluarga yang kurang memiliki mekanisme koping

yang baik dalam menghadapi anggota keluarga yang sakit. Keluarga

tampak cemas, marah-marah dan keluarga ada yang tidak mendapat

perhatian dari keluarga.


5

2. Pertanyaan

Sejauh mana mekanisme koping keluarga dalam menghadapi anggota

keluarga yang dirawat di rumah sakit ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi sejauhmana mekanisme koping keluarga dalam

menghadapi anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit

2. Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi mekanisme koping internal keluarga

2) Mengidentifikasi mekanisme koping eksternal keluarga.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan peneliti dalam proses belajar di bidang

metodologi

2. Institusi Pendidikan

Sebagai masukan yang dapat digunakan untuk peneliti selanjutnya

3. Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi perawat di ruangan agar dapat memberikan

asuhan keperawatan yang optimal dengan melibatkan keluarga

4. Bagi Peneliti yang akan datang

Dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk penelitian

selanjutnya.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat

di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi

N.,1998:32).

2. Struktur keluarga

Menurut Effendi N., (1998 :33) struktur keluarga terdiri dari bermacam-

macam diantaranya adalah:

a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami

7
7

e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang

menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan

suami atau istri.

3. Tipe atau bentuk keluarga

Menurut Anderson (1989) dalam ( Effendi N.,1998:33 dan Suprajitno

2004: 2) tipe dan bentuk keluarga terdiri dari :

a. Keluarga inti (nuclear family): keluarga yang terdiri dari ayah,

ibu dan anak-anak.

b. Keluarga besar (exstended family): keluarga ini ditambah dengan

sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,

paman, bibi dan sebagainya.

c. Keluarga berantai (serial family): keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu

keluarga inti.

d. Keluarga duda/janda(single family): keluarga yang terjadi karena

perceraian atau kematian

e. Keluarga berkomposisi (composite): keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

f. Keluarga kabitas (cohabitation): dua orang menjadi satu tanpa

pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.


8

4. Peranan keluarga

a. Peranan ayah (mencari nafkah, pendidik, pelindung pemberi rasa

aman, kepala keluarga)

b. Peranan ibu (mengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik

pelindung)

c. Peranan anak : melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik mental, sosial dan spiritual.

5. Fungsi keluarga menurut Suprajitno (2004:16)

a. Fungsi biologis : meneruskan keturunan, memelihara dan

membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara

dan merawat anggota keluarga.

b. Fungsi psikologis : memberikan kasih sayang dan rasa aman,

memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina

pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan identitas

keluarga.

c. Fungsi sosialisasi : membina sosialisasi pada anak, membentuk

norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

d. Fungsi ekonomi : mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk

memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang

e. Fungsi pendidikan : menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai


9

dengan bakat dan minat yang dimiliki, mempersiapkan anak untuk

kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya

sebagai orang dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkat

perkembangannya.

6. Tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Freedman (1981) dalam (Suprajitno., 2004:17) membagi 5 tugas kesehatan

yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu;

a. Mengenal masalah kesehatan

b. Mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah

kesehatan

c. Memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit

d. Memelihara lingkungan rumah yang bersih yang mendukung

kesehatan

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

B. KONSEP MEKANISME KOPING

1. Beberapa Istilah yang berhubungan dengan

mekanisme koping:

a. Stressor

Stressor merujuk pada agen-agen pencetus atau penyebab yang

mengaktifkan proses stress ( Chrisman dan Fowler,1980 dalam

Marilyn,1998:437. Stressor-stresor keluarga bisa berupa kejadian atau


10

pengalaman antar pribadi (dari dalam maupun dari luar keluarga),

lingkungan, ekonomi, atau sosial budaya.

b. Stres

Stress adalah respon atau keadaan tegang yang dihasilkan oleh stressor

atau oleh tuntutan-tuntutan nyata yang belum ditangani.

(Antonovsky,1979;Burr,1973 dalam Marilyn,1998:437).

Stress adalah ketegangan atau tekanan di dalam diri seseorang atau

sistem sosial ( individu, keluarga, dll) dan stres merupakan suatu reaksi

terhadap situasi yang menghasilkan tekanan ( Burgess,1978 dalam

Marilyn,1998:437).

c. Adaptasi

Adaptasi adalah suatu proses penyesuaian terhadap perubahan

( Marilyn,1998:437).

Adaptasi bisa positif dan bisa negative, yang menyebabkan

meningkatnya atau menurunnya keadaan sehat keluarga (Burgess,1978

dalam Marilyn,1998:437).

2. Pengertian koping keluarga

Koping keluarga didefenisikan sebagai respons yang positif, sesuai dengan

masalah, efektif, persepsi, dan respon perilaku yang digunakan keluarga

dalam subsistemnya atau mengurangi stress yang diakibatkan oleh

masalah atau peristiwa ( Marilyn,1998:438).


11

Jenis-jenis strategi koping keluarga menurut Hall dan Weaver,1974 terdiri

dari :

a. Strategi koping keluarga internal :

1) Mengandalkan kelompok keluarga : dalam menghadapi berbagai

fenomena hidup atau situasi krisis apapun, keluarga harus selalu

mengandalkan kelompok keluarga. Dimana dalam anggota

keluarga tersebut harus memiliki organisasi yang terstruktur dan

lebih ketat. Hal ini meliputi pembagian tugas dan jadwal yang

ketat yang harus dipikul oleh setiap anggota keluarga. Mereka

harus mampu memecahkan masalah dalam menghadapi situasi-

situasi yang penuh dengan stres, mampu mengambil alih peran

keluarga dan harus percaya diri.

2) Penggunaan humor : perasaan humor merupakan aset keluarga

penting yang dapat memberikan sumbangan perbaikan bagi

sikap-sikap keluarga terhadap masalah-masalahnya dan

perawatan kesehatan.

Humor juga menyatakan kekuatan, superioritas dalam

menghadapi bahaya dan ketenangan, kemenangan dan

keunggulan terhadap kekalahan.


12

Humor juga diakui sebagai suatu cara bagi individu dan

kelompok untuk menghilangkan rasa cemas dan tegang

(Marilyn,1998;451)

3) Pengungkapan bersama lebih banyak (memelihara ikatan

keluarga): suatu cara untuk membawa keluarga lebih dekat satu

sama lain dan memelihara serta mengatasi tingkat stres dan

pikiran, ikut serta dalam pengalaman bersama keluarga dan

aktivitas-aktivitas keluarga. Lebih banyak melakukan

pengungkapan bersama menghasilkan ikatan keluarga yang lebih

kuat.

4) Pengontrolan makna dari masalah dengan penilaian pasif dan

merumuskan kembali penilaian. Salah satu cara untuk

menemukan mekanisme koping efektif adalah dengan

menggunakan mekanisme mencari makna dari masalah yang

dapat mengurangi atau menetralisir secara kognitif ragsangan

berbahaya yang dialami dalam hidup.

5) Pemecahan masalah bersama: pemecahan masalah bersama di

kalangan anggota keluarga merupakan sebuah strategi koping

keluarga yang telah dipelajari secara ekstensif dan metode-

metode riset laboratorium yang dilakukan oleh sekelompok

peneliti keluarga. Pemecahan masalah secara bersama-sama

dapat digambarkan sebagai suatu situasi dimana keluarga dapat

mendiskusikan masalah yang ada secara bersama-sama,


13

mengupayakan solusi atau jalan keluar atas dasar logika,

mencapai suatu consensus tentang apa yang perlu dilakukan atas

dasar petunjuk-petunjuk yang diupayakan bersama, persepsi-

persepsi dan usulan-usulan dari anggota keluarga yang berbeda.

6) Fleksibilitas peran: fleksibilitas peran merupakan suatu strategi

yang kokoh, dimana strategi ini sebagai salah satu dari dimensi

adaptasi keluarga. Mengubah peran-peran secara eksternal sangat

adaptif terhadap tuntutan-tuntutan institusi sosial lain dan secara

internal sangat adaptif terhadap kebutuhan anggotanya.

7) Normalisasi : satu strategi koping keluarga yang lain adalah

kecenderungan keluarga menormalkan segala sesuatu sebanyak

mungkin ketika mereka melakukan koping terhadap sebuah

stressor jangka panjang yang cenderung merusak kehidupan

keluarga dan kegiatan rumah tangga. Davis mengemukakan

bahwa keluarga selalu berusaha menormalisasikan situasi dengan

meminimalkan situasi, berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

biasa, dan terus memelihara ikatan sosial.

b. Strategi koping keluarga eksternal:

1) Mencari informasi: keluarga yang mengalami stres

memberikan respon secara kognitif dengan mencari pengetahuan

dan informasi yang berhubungan dengan stressor potensial. Ini

berfungsi untuk menambah rasa memiliki kontrol terhadap situasi

dan mengurangi perasaan takut terhadap orang yang tidak dikenal


14

dan membantu keluarga menilai stresor (maknanya) secara lebih

akurat.

2) Memelihara hubungan aktif dengan komunitas: kategori ini

merupakan suatu koping keluarga yang berkesinambungan, jangka

panjang, dan bersifat umum, bukan sebuah kategori yang dapat

meningkatkan stressor spesifik tertentu. Dalam hal ini anggota

keluarga adalah partisipan aktif (sebagai anggota aktif atau posisi

kepemimpinan) dalam klub-klub, organisasi-organisasi, dan

kelompok komunitas.

3) Mencari sistem pendukung sosial: mencari sistem pendukung

sosial dalam jaringan kerja sosial keluarga merupakan strategi

koping keluarga eksternal yang utama. Sistem pendukung sosial

dapat membantu keluarga dalam mengatasi stres.

4) Tujuan dari sistem pendukung sosial: Jaringan kerja sistem-

sistem dukungan memiliki dua tujuan utama koping: dukungan

emosional dan bantuan langsung. Sistem ini memberi dukungan

pemeliharaan dan emosional bagi keluarga. Dalam tipe hubungan

seperti ini individu yang memelihara atau kelompok perawatan,

mendukung dan secara emosional memenuhi beberapa kebutuhan

psikososial anggota keluarga.

5) Kelompok bantuan-diri atau saling membantu.; kelompok-

kelompok yang saling menolong sudah menjadi bagian terpenting

dari jaringan pendukung sosial banyak keluarga. Banyak anggota


15

keluarga menemukan bahwa mereka perlu saling memberi dan

mengupayakan bantuan dari orang lain yang mempunyai

kepentingan atau kebutuhan yang sama dan membagi masalah-

masalah mereka.

6) Mencari dukungan spiritual; meskipun kebanyakan orang

akan memikirkan upaya mencari dan mengandalkan dukungan

spiritual sebagai suatu respon koping individual, beberapa studi

menemukan bahwa dukungan spiritual ini sebagai cara keluarga

untuk mengatasi masalah atau fenomena yang ada. Sesungguhnya

kepercayaan terhadap Tuhan dan berdoa diidentifikasikan oleh

anggota keluarga sebagai cara paling penting bagi keluarga

mengatasi suatu stressor yang berkaitan dengan kesehatan atau

sebagai metode sangat penting dan sangat sering digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

c. Strategi adaptif disfungsional.

Strategi adaptif disfungsional digunakan untuk mengurangi stressor.

Adapun jenis-jenis tipologi strategi adatif keluarga disfungsional ;

1) Penyangkalan terhadap masalah dan eksploitasi terhadap satu

anggota keluarga atau lebih.

a. Eksploitasi nonfisik, tetapi eksploitasi aktif yang jelas

emosional: mengkambinghitamkan, penggunaan ancaman

b. Eksploitasi emosional pasif nonfisik: mengabaikan

anak
16

c. Eksploitasi fisik dan emosional yang digunakan:

penyikasaan anak, penyiksaan orang tua, kekerasan suami-

istri.

2) Penyangkalan terhadap masalah-masalah keluarga;

mekanisme adaptif merusak kemampuan keluarga untuk memenuhi

fungsi afektif

a. Penyangkalan kelihatan dalam sistem keyakinan keluarga:

mitos keluarga, penggunaan ancaman

b. Penyangkalan dipertahankan melalui adanya jarak

emosi, kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi tertentu,

triangling, dan pseudomutualitas.

3) Pisah atau hilangnya anggota keluarga. Ditinggal suami atau

istri, institusionalisasi, cerai, ketidakhadiran anggota keluarga

secara fisik (alkoholisme, ketidakhadiran suami atau istri).

4) Otoritarianisme (menyerah terhadap dominasi yang jelas)

Stressor INDIVIDU Stressor

Keseimbangan
terganggu

Usaha individu mengatasi


Stressor (Koping)
17

Mekanisme reaksi berorientasi Pertahanan ego (Defence


pada tugas mechanisme)

Konstruktif/adaptasi
Destruktif/maladaptif

....................................................................................................................................
.............................................Diagnosa keperawatan………………………………

Gambar 1. Mekanisme Koping Individu


Sumber: Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri terintegrasi dengan keluarga

Task Oriented Reaction (Reaksi yang berorientasi pada tugas)

Cara ini digunakan individu untuk menyelesaikan masalah, dan atau

memenuhi kebutuhan. Ada tiga macam yang berorientasi pada tugas

(task oriented) yaitu antara lain:

1. Kompromi: cara yang konstruktif yang digunakan oleh

individu dimana dalam menyelesaikan masalahnya individu

menempuh jalannya dengan melakukan pendekatan negosiasi

dan atau bermusyawarah.

2. Menarik diri: reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik

maupun psikologis; reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari

menghindari stressor. Sedangkan reaksi psikologis individu

menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat,

sering disertai rasa takut dan bermusuhan.


18

3. Perilaku menyerang (fight): reaksi yang ditampilkan oeh

individu dalam menghadapi masalah ini dapat konstruktif atau

destruktif.

Reaksi yang bersumber pada pertahanan ego (deffence mechanisme)

Reaksi ini sering digunakan oleh individu dalam menghadapi

stres atau kecemasan. Jika individu menggunakannya dalam sesaat

dapat mengurangi tingkat kecemasan, namun jika berlangsung dalam

jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan gangguan orientasi

realita, memburuknya hubungan interpersonal dan menurunnya

produktifitas kerja. Koping ini beroperasi secara tidak sadar,

sehingga penyelesaiannya sering tidak realistis.

White (1974) mengidentifikasi tiga strategi untuk adaptasi individu:


1. Mekanisme pertahanan adalah cara-cara yang dipelajari, kebiasaan,

otomatis (terbentuk di dalam) untuk berespon (White,1974).

Mekanisme pertahanan merupakan taktik untuk menghindari

masalah-masalah yang dimiliki stressor dan biasanya digunakan

ketika tidak ada penyelesaian yang jelas ditemukan atau tidak bisa

diakses keluarga ( Marilyn,1998:438).

2. Strategi koping, berlawanan dengan mekanisme pertahanan,

strategi ini sebagai strategi positif dari adaptasi. Koping terdiri dari

upaya-upaya pemecahan masalah seorang individu yang

dihadapkan pada tuntutan-tuntutan yang berkaitan dengan keadaan

kesejahteraanya, tetapi benar-benar menekan sumber-sumber dari


19

individu tersebut ( Lazarus et al, 1974 dalam Marilyn,1998:438.

Keluarga yang paling sukses menghadapi masalah-masalah mereka

adalah keluarga yang paling sering terintegrasi dengan baik,

dimana anggota keluarga memiliki tanggungjawab yang kuat

terhadap kelompok dan tujuan-tujuan kolektifnya. Satu sumber

koping lainnya adalah fleksibilitas peran. Mampu memodifikasi

peran-peran keluarga ketika dibutuhkan.

Peran perawat dalam hal ini adalah mendorong klien dan keluarga

untuk mencari informasi yang akurat sehingga dapat mengambil

keputusan, memberi materi pendidikan (penyuluhan) kesehatan kepada

klien dan keluarga dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk


Pengalaman keluarga
mengetahui dan mengambil bagian dalam memberikan tindakan yang
Usia perkawinan
Status pekerjaan
membantu penyembuhan klien.

C. KERANGKA KONSEP

Mekanisme . koping keluarga Tingkat stress menurun


terhadap anggota keluarga yang di Kecemasan menurun
rawat di rumah sakit Masalah teratasi

Support sistem perawat

Keterangan

: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti


20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi untuk

menjawab pertanyaan riset tentang bagaimana mekanisme koping keluarga

terhadap anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit.

B. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang anggota

keluarganya dirawat di ruangan medical bedah kecuali di VIP. Sampel

penelitian adalah keluarga pasien yang dirawat di ruang medical bedah

dengan kriteria sebagai berikut: keluarga pasien total care ( usia dewasa 18-

35 tahun), keluarga terdekat pasien (suami/istri/anak) yang anggota


21

keluarganya dirawat satu sampai dua hari perawatan dan baru pertama kali

dirawat dengan masalah tersebut. Pengambilan sampel dilakukan secara

puerposive. Jumlah sampelnya sepuluh orang, masing-masing pasien satu

sampel.

C. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian ini variabel tunggal yaitu mekanisme koping keluarga.

21
DEFENISI OPERASIONAL

Mekanisme koping keluarga adalah: respons positif keluarga dalam

menghadapi masalah atau respon keluarga dalam menghadapi anggota

keluarga yang sakit.

Mekanisme koping internal adalah mekanisme yang berasal dari dalam

keluarga itu sendiri dalam menghadapi anggota keluarga yang sakit.

Mekanisme koping eksternal adalah mekanisme koping yang berasal dari

luar yang digunakan oleh keluarga dalam menghadapi masalah yang ada

(misalnya mencari informasi, dukungan sosial ).

D. LOKASI PENELITIAN DAN WAKTU

Penelitian ini dilakukan di RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang di

ruangan medikal bedah, pada bulan Maret-April 2006.


22

E. ALAT DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Instrument penelitian berupa pedoman wawancara yang berisi daftar

pertanyaan terbuka. Penelitian dilengkapi dengan alat seperti tape recorder,

kaset kosong dan catatan.

F. CARA PENGUMPULAN DATA

Setelah mendapat izin penelitian , peneliti langsung menghubungi

anggota keluarga yang mendampingi anggota keluarganya yang dirawat di

rumah sakit untuk mendapat persetujuan sebagai responden penelitian

kemudian melakukan wawancara dengan salah satu anggota keluarganya.

G. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Pengolahan data dilakukan secara manual deskriptif serta analisanya

dilakukan dengan menganalisa tema dari setiap kalimat yang diungkapkan

keluarga pasien tentang keluarganya yang dirawat di rumah sakit.

H. ETIKA RISET

Penelitian dilakukan setelah mendapat surat izin penelitian yang

ditandatangani oleh Ketua Jurusan Keperawatan dan diteruskan ke Direktur

RSUD Prof. Dr. W. Z Johannes Kupang dan selanjutnya izin dari Kepala

Bidang Keperawatan untuk melakukan penelitian di ruang bedah utama.

Langkah berikutnya mengadakan pendekatan dengan keluarga menjelaskan

maksud dan tujuan dan kemudian memberikan lembar persetujuan kepada


23

anggota keluarga yang bersedia menjadi responden penelitian. Apabila

dalam melakukan pengumpulan data ditemukan respon keluarga atau

mekanisme koping yang maladaptive maka peneliti langsung memberi

penjelasan atau mengatasinya. Kerahasiaan informasi yang diberikan

responden dijamin oleh peneliti.

I. JADWAL KEGIATAN

NO KEGIATAN BULAN /TAHUN


FEB. MARET APRIL MEI JUNI
1 Penyusunan proposal 

2 Penyediaan 

instrumen
3 Seminar proposal 
4 Uji coba pertanyaan 
5 Persiapan lapangan 
6 Pengumpulan data 
7 Pengolahan data 
8 Analisa data 
9 Penyusunan laporan 
10 Seminar hasil 

penelitian
24

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Gambaran umum lokasi penelitian

RSUD Kupang merupakan rumah sakit type B yang menjadi pusat

rujukan rumah sakit di seluruh kabupaten yang tersebar di propinsi NTT.

Rumah Sakit ini ditunjang dengan fasilitas rawat jalan, rawat inap dan

laboratorium. Penelitian ini dilakukan di ruang medical bedah, untuk

mengetahui sejauhmana mekanisme koping keluarga dalam menghadapi

anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit.

Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 20 Maret sampai dengan

tanggal 15 April 2006. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

fenomenologi. Untuk memperoleh data digunakan wawancara berstruktur

dan terbuka.

Hasil wawancara dengan keluarga menunjukkan :

Responden I

Saya sangat kebingungan, cemas, dan ketakutan ketika mengahadapi suatu

masalah (pada saat mama saya sakit). Saya merasa takut kehilangan mama

karena saya masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu.


25

Menurut saya, sakit yang dialami oleh mama adalah suatu cobaan dari

Tuhan.

Untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh keluarga saya selalu

menceriterakan dengan anggota24keluarga yang lain (kakak dan adik) tanpa

menceriterakan pada orang lain.

Peran keluarga pada saat mama sakit digantikan oleh adik saya yang tinggal

serumah dengan mama dan bapak.

Untuk mengatasi masalah yang ada saya perlu mencari informasi mengenai

penyakit yang dialami oleh mama dari perawat dan dokter.

Menurut saya salah satu cara untuk menghilangkan stress adalah dengan

memelihara hubungan baik dengan orang lain yang menjadi sumber

informasi.

Untuk meyelesaikan masalah yang dihadapi oleh keluarga saya memerlukan

dukungan sosial. Dukungan ini saya peroleh dari jaringan kerja sosial

Responden II

Sikap saya jika anak saya sakit adalah stress, cemas karena saya merasa

bahwa anak saya adalah bagian dari kehidupan saya. Karena saya menilai

bahwa jika salah satu anggota tubuh saya sakit maka semuanya akan sakit.

Menurut saya, sakit yang dialami oleh anak saya adalah karena cobaan dari

Tuhan.

Untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi maka saya perlu menceriterakn

dengan orang lain yang dapat membantu saya misalnya perawat, dokter,

pemuka agama.
26

Peran keluarga pada saat anak saya sakit digantikan oleh adiknya, tetapi

tugasnya sebagai pegawai negeri sipil untuk sementara tidak dijalankan.

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh keluarga saya perlu mencari

informasi mengenai penyakit yang diderita oleh anak saya.

Memelihara hubungan baik dengan masyarakat saat anak saya sakit

merupakan salah satu cara untuk menghilangkan stres yang dialami oleh

saya dan keluarga.

Dalam menghadapi masalah yang dialami oleh keluarga saya memerlukan

dukungan sosial yang saya peroleh dengan cara melibatkan diri dalam

kegiatan sosial.

Responden III

Saya sangat kebingungan dan sangat stress ketika orangtua saya sakit. Saya

beranggapan bahwa jika orangtua saya sakit maka akan meninggalkan kami

anak-anaknya dan keluarga yang lain.

Saya menilai bahwa sakit yang dialami oleh orangtua saya adalah suatu hal

atau proses kehidupan yang dimana kita manusia tidak luput dari sakit dan

kematian.

Untuk mengatasi masalah di atas maka kami anak-anaknya memutuskan

untuk membawa mama ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan dan

perawatan.

Peran keluarga ketika orangtua (mama) saya sakit digantikan oleh anaknya

atau adik saya.


27

Ketika mama kami sakit kami semua selalu berusaha untuk melakukan

sesuatu yang dpat membuat mama cepat sembuh. Oleh karena itu kami perlu

memelihara hubungan baik dengan orang lain yang dapat membantu kami.

Dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh keluarga maka kami

perlu mencari dukungan dari luar misalnya dari tim kesehatan, rohaniwan

dan kami memperolehnya dengan cara melibatkan diri ke dalam suatu

perkumpulan atau organisasi sosial.

Responden IV

Saya merasa sangat kebingungan dan stress ketika orangtua saya sakit

karena saya merasa bahwa dengan keadaan ini saya bertambah sibuk , waktu

saya sangat terbatas.

Menurut saya makna dari masalah ini adalah suatu tantangan yang harus

saya hadapi dan harus saya gunakan waktu sebaik-baiknya.

Ketika orangtua saya sakit saya sangat stress. Oleh karena itu saya selalu

menceriterakan hal ini kepada teman kerja saya untuk mencari jalan keluar

yang terabaik yang tidak menyita waktu kerja saya.

Peran keluarga ketika orangtua saya dirawat di rumah sakit maka yang

menggantikan perannya sebagai ibu rumah tangga tidak ada karena ibu saya

tinggal sendirian.

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh keluarga maka saya mencari

informasi pada orang lain yang dapat membantu saya, misalnya tim medis,

perawat.
28

Memelihara hubungan baik dengan orang lain adalah suatu cara yang saya

lakukan untuk menghilangkan stress saya atau untuk mecari jalan keluar

yang dapat mempercepat proses penyembuhan orangtua saya.

Dalam mengahadapi masalah yang sedang terjadi saya memerlukan

dukungan dari pihak luar untuk mempercepat proses penyembuhan orangtua

saya dan dukungan itu saya peroleh dengan cara memelihara hubungan baik

dengan orang yang mempunyai kemampuan.

Responden V

Sikap saya ketika kakak saya sakit adalah sangat stress dan sangat ketakutan.

Saya merasa takut kehilangan kakak saya.

Menurut saya makna dari masalah yang dihadapi oleh keluarga kami saat ini

adalah merupakan suatu ketidakadilan yang dilakukan oleh salah satu pihak

yang membuat kakak saya kecelakaan dan mengajarkan kepada kita untuk

selalu berhati-hati dalam melakukan setiap tindakan.

Ketika kakak saya sakit maka kami membawanya ke rumah sakit untuk

mendapatkan pengobatan dan perawatan dan selain itu juga salah satu cara

yang kami gunakan untuk menghilangkan stres adalah dengan humor.

Peran kakak saya adalah sebagai anak dalam rumah yang hidup bersama

dengan kedua orangtua saya yang setiap hari menyelesaikan tugas rumah

tangga dan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari

digantikan oleh adik saya.

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh keluarga maka kami perlu

mencari informasi dari luar.


29

Salah satu cara untuk menghilangkan stres adalah memelihara hubungan

aktif dengan orang lain itu adalah hal yang positif.

Kami membutuhkan dukungan sosial untuk mengatasi masalah yang

dihadapi oleh keluarga kami dengan cara meminta bantuan dari pemerintah

misalnya dan gakin.

Responden VI

Saya merasa sangat gemas dan kebingungan ketika bapak saya sakit dan

mengalami kondisi seperti ini.

Menurut saya masalah yang dihadapi oleh keluarga saat ini adalah suatu hal

yang mengajarkan kepada kami anak-anak untuk selalu memperhatikan

kesehatan orangtua kami. Karena kesehatan sangat diperlukan oleh setiap

manusia.

Untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh keluarga saat ini kami

selalu saling bertukar pendapat antara kami anak-anaknya.

Peran bapak adalah sebagai kepala rumah tangga digantikan oleh saya

sebaga anak sulung.

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh keluarga kami perlu informasi

mengenai kesehatan atau penyakit bapak kami dan kami perolehnya dari

dokter dan perawat.

Saya juga selalu memelihara hubugan aktif dengan oranglain selain keluarga

saya untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh keluarga.


30

Saya merasa dukungan sosial itu sangat dibutuhkan ketika kita menghadapi

suatu masalah dan kami memperolehnya dengan cara melibatkan diri secara

langsung ke dalam suatu organisasi sosial.

Responden VII

Saya merasa sangat stress dan ketakutan ketika suami saya sakit saat ini.

Menurut saya keadan ini mengajarkan kepada saya dan anak-anak untuk

tidak selalu bergantungan sepenuhnya pada suami saya atau kepada bapak

bagi anak-anak saya.

Saya selalu berusaha untuk berceritera degan anak-anak saya dan dengan

orang lain untuk megurangi stres yang saya hadapi.

Peran suami saya adalah sebagai kepala rumah tangga untuk sementara

digantikan oleh saya sebagai istrinya.

Saya perlu mencari informasi mengenai penyakit suami saya dari perawat

dan dokter yang merawat suami saya.

Menurut saya memelihara hubungan baik atau aktif dengan orang lain

adalah suatu cara yang positif yang dapat mengurangi beban atau stres.

Saya memerlukan dukungan sosial dari luar untuk membantu mengurangi

beban atau mengatasi masalah yang dihadapi oleh saya dan keluarga saat ini

dan saya memperolehnya dengan cara melibatkan diri secara langsug.

Responden VIII

Saya tidak dapat menghadapi dengan tenang ketika istri saya sakit saat ini.
31

Saya menilai makna dari masalah ini adalah sesuatu hal yang baru pernah

saya alami dan harus saya hadapi dengan selalu berusaha keras untuk proses

penyembuhan istri saya.

Saya selalu berceritera dengan orang lain selain keluarga saya tentang

masalah yang dihadapi oleh keluarga saya saat ini untuk membantu

menghilangkan stress dan mencari jalan keluar yang terbaik.

Peran istri saya adalah sebagai ibu rumah tangga digantikan oleh anak

sulung saya.

Saya memerlukan informasi mengenai penyakit yang diderita istri saya dan

saya peroleh dari perawat, dokter dan orang lain yang pernah mengalami hal

yang sama seperti saya alami.

Saya selalu berusaha untuk memelihara hubungan baik dengan orang lain

untuk menghilangkan stress yang saya alami.

Saya memerlukan dukungan sosial untuk mengatasi masalah yang dihadapi

saat ini dan saya selalu berusaha untuk melibatkan diri secara langsung ke

dalam suatu organisasi.

Responden IX

Jika dalam keluarga saya ada yang sakit seperti sekarang ini dimana anak

saya sakit maka saya tidak dapat menyelesaikan setiap tugas saya dengan

tenang.

Saya menilai makna dari masalah ini adalah suatu hal yang memerlukan

suatu ketabahan hati dan pengorbanan dalam setiap kehidupan manusia.


32

Saya selalu berceritera dengan teman kerja saya dan selalu menggunakan

humor ketika menyelesaikan masalah yang dihadapi saat ini.

Peran anak saya adalah sebagai anak uantuk saat ini tidak digantikan oleh

siapa-siapa.

Saya memerlukan informasi mengenai penyakit anak saya dan saya selalu

berusaha memperolehnya dari perawat dan dokter.

Saya dan keluarga juga selalu memelihara hubugan baik dengan orang lain

untuk menghilangkan stress yang dihadapi oleh keluarga saat ini.

Saya dan keluarga sangat membutuhkan dukungan sosial untuk mengatasi

masalah yang dihadapi dan kami memperolehnya dengan cara mengikutserta

dan setiap kegiatan soaial apapun yang dapat membantu kami.

Responden X

Saya merasa sangat cemas dengan keadaan mama saya saat ini dan saya

takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Makna dari masalah yang dihadapi oleh keluarga saat ini adalah bahwa

setiap manusia tidak lupu dari cobaan yang menginginkan kita untuk

semakin tekun dalam berusaha dan betapa pentingnya kesehatan.

Saya dan keluarga menyelesaikan masalah ini dengan cara menceriterakan

kepada orang lain dan kami selalu menggunakan humor untuk

menghilangkan stres.

Ketika mama sakit maka perannya sebagai ibu rumah tangga digantikan oleh

saudari saya.
33

Saya dan keluarga perlu mencari informasi tentang penyakit yang diderita

oleh mama saya dan kami perolehnya dari perawat dan dokter.

Selain memelihara hubungan yang baik di antara keluarga kami juga selalu

memelihara hubungan dengan orang lain yang dapat membantu kami yang

sudah berpengalaman.

Saya dan keluarga menggunakan jaringan pengaman sosial sebagai

dukungan bagi keluarga kami dalam menghadapi masalah ini untuk

membantu meringankan biaya perawatan mama.

Analisa hasil

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada sepuluh responden

mencerminkan bahwa respon keluarga dalam menghadapi anggota keluarga

yang sakit adalah respon maladaptive. Keluarga tampak cemas, ketakutan

tidak dapat menghadapi dengan tenang. Keluarga menilai bahwa setiap

masalah yang dihadapi oleh mereka adalah suatu cobaan dan dapat

membawa akibat yang buruk bagi keluarganya. Namun dalam menghadapi

masalah keluarga selalu membutuhkan dan mau mencari informasi untuk

menyelesikan masalah yang ada. Keluarga juga sangat membutuhkan

dukungan sosial untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.

Keluarga selalu berusaha mencari informasi tentang penyakit yang diderita

oleh anggota keluarganya pada tim kesehatan seperti perawat dan dokter dan

tidak menutup kemungkinan mencari informasi dari luar misalnya pada

orang yang sudah berpengalaman.

B. Pembahasan
34

Koping keluarga didefenisikan sebagai respons yang positif, sesuai

dengan masalah, efektif, persepsi, dan respon perilaku yang digunakan

keluarga dalam subsistemnya atau mengurangi stress yang diakibatkan

oleh masalah atau peristiwa ( Marilyn,1998:438). Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara terhadap sepuluh

anggota keluarga yang sedang mendampingi anggota keluarga yang

menjadi responden penelitian ditemukan beberapa respon keluarga yang

maladaptive dalam menghadapi anggota keluarga yang sakit. Hal ini

diketahui dari respon keluarga saat dilakukan wawancara dimana semua

responden yang berjumlah sepuluh orang mengalami hal yang sama ketika

menghadapi anggota keluarga yang sakit. Mereka selalu cemas, stress,

takut dan bahkan ada yang merasakan bahwa apa yang dialami oleh

keluarganya tersebut adalah yang dirasakan dirinya karena mereka

mengganggap bahwa yang sakit itu adalah bagian dari anggota tubuh

mereka sendiri karena keluarga sangat dibutuhkan dalam kehidupan ini.

Keluarga selalu berusaha untuk membantu anggota keluarga yang sakit

dalam proses perawatan dan keluarga selalu berusaha memenuhi

kebutuhan anggota keluarga yang sakit dengan cara membina hubungan

sosial dan keluarga menilai bahwa setiap masalah yang dihadapi itu

adalah suatu cobaan dari Tuhan dan merupakan suatu hal yang perlu

dihadapi dalam menjalani hidup ini.

Strategi koping keluarga internal dapat ditemukan pada beberapa

keluarga yang menjadi responden penelitian. Keluarga selalu


35

mengandalkan kelompok keluarga, selalu menggunakan humor,

mengungkapkan bersama setiap masalah yang dihadapi, keluarga juga

selalu menilai makna dari setiap masalah yang dihadapi dan memecahkan

secara bersama. Dalam menghadapi masalah dalam keluarga (menghadapi

anggota keluarga yang sakit, setiap peran keluarga diambil alih atau

digantikan oleh anggota keluarga yang lain. Peran-peran dalam keluarga

diubah saat keluarga menghadapi masalah atau menghadapi anggota

keluarga yang sakit.

Keluarga menggunakan strategi koping eksternal dalam menghadapi

masalah yang ada. Keluarga selalu berusaha mencari informasi tentang

penyakit yang dialami oleh anggota keluarganya dengan cara bertanya

kepada perawat dan dokter. Ada beberapa anggota keluarga yang mencari

informasi dari luar misalnya dari orang yang berpengalaman yang sudah

pernah mengalami hal yang sama. Keluarga juga selalu mencari dukungan

sosial untuk membantu menyelesaikan masalah yang ada misalnya

menggunakan jaringan pengaman sosial, menjadi peserta asuransi

kesehatan ( Askes). Dan ada yang melibatkan diri secara langsung ke

dalam organisasi-organisasi sosial tertentu.

Mekanisme koping keluarga yang maladapif dipengaruhi oleh

pengalaman keluarga yang masih kurang atau baru pernah menghadapi

anggota keluarga yang sakit dengan tingkat ketergantungan yang tinggi

( total care), usia perkawinan yang masih mudah,dan status pekerjaan yang

paling kuat menjadi suatu alasan sehingga keluarga menjadi cemas,


36

stres,dan takut. Selain hal-hal di atas salah satu faktor yang merupakan

faktor yang sangat mempengaruhi keluarga juga adalah support sistem

perawat yang kurang maksimal. Perawat kurang memberi informasi

kepada anggota keluarga yang mendampingi anggota keluarga yang sakit.

Hal ini ditemukan dari beberapa keluhan keluarga tentang sikap perawat

saat melakukan tindakan keperawatan. Perawat hanya ingin menjelaskan

jika ditanya tetapi perawat juga kurang memberikan penyuluhan

kesehatan.

C. Kekuatan dan kelemahan peneliti

Kekuatan

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mempunyai kekuatan-kekuatan

yang mendukung peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini. Kekuatan-

kekuatan itu antara lain: lokasi penelitian pada satu tempat yaitu di

RSU.Prof. Dr.W. Z. Johannes Kupang di ruang medical bedah, mendapat

persetujuan dari instiusi pendidikan, mendapat ijin dari direktur rumah sakit

dan kepala ruangan yang menjadi lokasi penelitian. Peneliti juga mendapat

respon yang baik dari responden dengan menandatangani surat persetujuan

menjadi responden. Jadwal penelitian yang bersamaan dengan jadwal dinas

(Praktek Klinik Keperawatan II).

Kelemahan

Peneliti juga mempunyai kelemahan dalam melakukan penelitian ini.

Kelemahan yang ada antara lain tidak memiliki alat atau instrument
37

penelitian (tape recorder), kesulitan dalam melakukan analisa dan

pembahasan dan keuangan atau biaya yang paling utama.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Koping keluarga didefenisikan sebagai respons yang positif, sesuai

dengan masalah, efektif, persepsi, dan respon perilaku yang digunakan

keluarga dalam subsistemnya atau mengurangi stress yang diakibatkan oleh

masalah atau peristiwa ( Marilyn,1998:438). Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa mekanisme koping keluarga

dalam menghadapi anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit (ruang

medical bedah) adalah mekanisme koping yang maladaptive. Keadaan ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengalaman keluarga

yang masih kurang, usia perkawinan, status pekerjaan keadaan pasien atau

tingkat ketergantungn pasien (total care) dan support sistem dari perawat yang

masih minimal.

B. SARAN

1. Bagi peneliti selanjutnya


38

Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih dalam lagi

mengkaji tingkat kecemasan keluarga (mekanisme koping kelurga) dalam

menghadapi anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit.

2. Bagi Institusi pendidikan

Bagi institusi pendidikan peneliti menyarankan agar dapat memberi

kesempatan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian ini.

Peneliti juga menyarankan agar dalam membimbing kegiatan praktek

klinik di rumah sakit, pembimbing


37 memberi dorongan kepada mahasiswa

untukmemberi support kepada anggota keluarga yang menghadapi anggota

keluarga yang dirawat di rumah sakit, mahasiswa juga dapat memberikan

penyuluhan kepada pasien dan keluarga.

3. Bagi Rumah sakit

Bagi rumah sakit peneliti mengharapkan dapat memberi support kepada

keluarga yang mendampingi anggota keluarga yang dirawat di rumah

sakit. Perawat harus selalu memberi informasi tentang penyakit yang

diderita oleh pasien setiap kali memberikan tindakan dan akan pulang

tanpa menunggu pertanyaan dari pasien dan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai