Makalah 8 - Dr. Jamal PDF
Makalah 8 - Dr. Jamal PDF
Jamal Zaini
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit
Persahabatan, Jakarta.
Abstrak
Allergic bronchopulmonary aspergillosis (ABPA) merupakan salah satu bentuk penyakit akibat respons imun hiperreaktif
terhadap aspergillus fumigatus tanpa disertai invasi jaringan. Kelainan ini hampir semuanya ditemukan pada penderita asma
ataupun fibrosis kistik terutama yang memiliki atopi. Mekanisme yang mendasarinya saat ini masih terus diteliti. Insidens penyakit ini
sangat bervariasi dan diperkirakan dapat ditemukan pada sekitar 7-18% penderita asma dan 5-10% penderita fibrosis kistik.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kombinasi gejala klinis, pemeriksaan laboratorium dan radiologis. Penemuan dini dan
pemberian terapi lebih awal diharapkan dapat mencegah progresivitas penyakit, kerusakan parenkim paru dan penurunan fungsi
paru. (J Respir Indo. 2013; 33:191-8)
Kata kunci : Allergic bronchopulmonary aspergillosis, aspergillus spp, asma, fibrosis kistik.
a
Abstract
Allergic bronchopulmonary aspergillorsis (ABPA) is a hypersensitivity disorder induced by a fungus aspergillus fumigatus in
the lung, although the precise mechanism need further exploration, this clinical entity mostly found in difficult asthma or cystic fibrosis
with the prevalence around 7-18 % in asthmatics and 5-10% in cystic fibrosis. The diagnosis is based on the presence of a
combination of clinical, biological and radiological criteria. Early diagnosis and appropriate therapy could decelerate disease
progression. (J Respir Indo. 2013; 33:191-8)
Keywords : Allergic bronchopulmonary aspergillosis, aspergillus spp, asthma, cystic fibrosis.
PENDAHULUAN
Aspergillus spp merupakan spesies jamur yang sangat bervariasi dan diperkirakan dapat ditemukan
mudah ditemukan di seluruh penjuru dunia, namun pada sekitar 7-18% penderita asma dan 5-10%
hanya sedikit yang bersifat patogen pada manusia. penderita fibrosis kistik. Penemuan dini dan pemberian
Spora sangat kecil sehingga mudah terhirup ke saluran terapi lebih awal diharapkan dapat mencegah
napas yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang.1-4 progresivitas penyakit, kerusakan parenkim paru dan
Karakteristik respons imun pejamu menentukan jenis penurunan fungsi paru.1-5
kelainan/jenis penyakit yang akan muncul pada paparan
aspergillus sehingga dikenal beberapa tipe seperti tipe PATOFISIOLOGI ABPA
safrofitik pada aspergiloma, tipe alergi pada allergic Patofisiologi ABPA sangat kompleks dan belum
aspergillus sinusitis, allergic bronchopulmonary sepenuhnya diketahui. Pada pejamu yang alergi,
aspergillosis (ABPA), hypersensitivity pneumonia dan keberadaan Aspergillus fumigatus di paru menimbulkan
tipe invasif seperti pada aspergillosis invasive dan aktivasi sel limfosit T, sitokin, pelepasan imunoglobulin
chronic necrotizing pulmonary aspergillosis.3,5 dan mengundang sel inflamasi lain. Inflamasi lokal yang
Allergic bronchopulmonary aspergillosis (ABPA) terjadi dapat menyebabkan produksi mukus,
merupakan salah satu bentuk penyakit akibat respons hiperreaktivitas bronkus dan bronkiektasis.7,8
imun hiperreaktif terhadap Aspergillus fumigatus tanpa Spora aspergillus sangat kecil berukuran 3-5 µm
disertai invasi jaringan. Kelainan ini hampir semuanya sehingga akan dapat mencapai saluran napas distal jika
ditemukan pada penderita asma ataupun fibrosis kistik spora atau miselia ataupun antigen aspergillus tersebut
4-6
terutama yang memiliki atopi. Insidens penyakit ini terhirup. Mekanisme tubuh pertama kali yang berperan
Alveolar macrophages Phagocytosis Th2. Respons sel Th1 ditandai dengan aktivasi
makrofag dan aktivasi netrofil, juga menginisiasi
Infiltration/fungal colonization
produksi antibodi imunoglobulin G (IgG) dan
Mucociliary clearance imunoglobulin A (IgA) yang memproteksi terhadap
infeksi aspergillus (gambar 1).9-12
Mucus Barrier
Pada pejamu yang memiliki bakat alergi dapat
Lesions
terjadi aktivasi Th2 yang berlebihan dan menghasilkan
Second line of defence
sitokin dan imunoglobulin yang memicu terjadinya
inflamasi alergi. Hal ini terjadi pada pejamu yang alergi
Antigen release Phagocytosis Killing terhadap aspergillus dan pada ABPA. Sel Th2 yang
teraktivasi akan menghasilkan sitokin yang berperan
Antigen-presenting cells IL-2, INF-g Th1 responses memicu aktivasi respons imun alergi. Interleukin (IL)- 4
(Protection) merupakan salah satu sitokin penting.13 Sitokin ini
T-cell activation berhubungan dengan konversi isotipe imunoglobulin
Cytokine release IL-4, IL-5 Th2 responses (Ig) pada sel B sehingga menghasilkan IgE,
(Allergy) berhubungan dengan ekpresi molekul adhesi sel pada
Gambar 1. Patogenesis ABPA sel endotel dan molekul ligan adhesi sel vaskuler pada
Dikutip dari (8) eosinofil dan juga ekpresi Fc reseptor IgE dan IgA pada
eosinofil. Imunoglobulin E akan mengaktivasi sel mast
untuk mengatasinya adalah aktivasi innate immune jika mengikat antigen aspergillus, bersama dengan IL-5
response pada saluran napas yang terdiri dari kemokin yang dihasilkan sel mast akan merekrut
opsonisasi oleh sistem komplemen dan sIgA ataupun eosinofil. Eosinofil merupakan sel yang dianggap
fagositosis oleh makrofag alveolar. Seiring dengan itu, memiliki peran penting pada ABPA. Degranulasi sel
mekanisme bersihan mukosilier oleh kerja sel epitel mast dan eosinofil akan memicu pelepasan mediator
bersilia dibantu oleh mukus juga aktif dengan membawa vasodilator dan bronkokonstriksi. Sel B dan sel T yang
spora/miselia tersebut ke saluran napas atas untuk teraktivasi akan masuk ke dalam sirkulasi limfatik dan
8-10
ditelan atau dibatukkan. melepas sitokin ke sirkulasi sistemik. Interleukin-4
Pada kelompok dengan fibrosis kistik, lapisan dalam sirkulasi sistemik akan memicu produksi IgE dan
mukus menjadi kental dan terjadi pula disfungsi serum total IgE akan jauh meningkat melebihi kadar
mekanisme bersihan mukosilier jalan napas sehingga aspergillus-spesifik IgE. Antibodi IgE dan IgG spesifik
mengganggu proses bersihan spora dan akhirnya aspergillus juga dapat dideteksi dalam sirkulasi
spora mudah terdeposisi dan berkembang dalam sistemik.11-13
saluran napas. Zat proteolitik yang dihasilkan
aspergillus juga dapat mengganggu bersihan saluran KARAKTERISTIK PEJAMU
napas dan merusak pertahanan sel epitel. Jika terjadi Banyak ahli menganggap bahwa kerentanan
kolonisasi, aspergillus akan berkembang dan tumbuh terhadap ABPA berhubungan dengan faktor genetik
7,9,10
sehingga antigen yang dihasilkan semakin banyak. yang berkaitan dengan respons inflamasi pada
Sel dendritik merupakan sel utama yang kelompok atopik. Faktor genetik yang berhubungan
Tabel 2. Kriteria diagnosis ABPA jamur dianggap tidak berhubungan, namun memiliki
Rosenberg 1977 Revisi Rosenberg 1991 kesamaan riwayat atopi dan asma namun beberapa
Asma ABPA-CB (central bronchiectasis) penelitian membuktikan hubungan antara sinusitis
Peningkatan total IgE Asma
(>1000 ng/mL) Uji kulit tipe cepat positif
alergi jamur dengan ABPA. Patofisiologi sinusitis alergi
Uji kulit tipe lambat positif Peningkatan total IgE jamur berhubungan dengan kelainan anatomi sinus dan
Eosinofilia serum (> 1 x Peningkatan IgG dan IgE
109 /L) spesifik A. fumigatus hal ini menerangkan mengapa hanya sebagian kecil
Presipitin Bronkiektas sentral
Infiltrat parenkim paru ABPA-S (serologic)
pasien ABPA juga memiliki sinusitis alergi jamur. Pada
Bronkiektas sentral Asma beberapa keadaan, ABPA berhubungan dengan
Uji kulit tipe cepat positif
Peningkatan total IgE penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pasca
Peningkatan IgG dan IgE
spesifik A. fumigatus
tuberkulosis, terapi infliximab pada sarkoidosis. Kondisi
Tambahan ini juga dilaporkan pada sindrom hiper IgE,
Mucus plug
Sputum + aspergillus bronchocentric granulomatosis dan granulomatosis
Presipitin
Infiltrat parenkim paru kronik. 2-5,15
Uji kulit tipe lambat positif
Dikutip dari (3) ABPA dan asma
Hubungan antara ABPA dan asma belum
dengan munculnya ABPA misalnya human leukocyte sepenuhnya dimengerti. Tidak jelas apakah asma
antigen (HLA) DR-2, polimorfisme IL-10, polimorfisme meningkatkan risiko ABPA atau asma dan ABPA
IL-15, polimorfisme tumour necrosis factor (TNF), memiliki kesamaan predisposisi. Sekitar 25% pasien
polimorfisme IL-13, polimorfisme IL-4, polimorfisme toll asma juga memiliki sensitisasi dengan aspergillus,
like receptor (TLR), polimorfisme gen surfactan protein (aspergillus hypersensitivity) namun hanya sebagian
A dan mutasi cystic fibrosis transmembrane kecil saja yang berkembang menjadi ABPA.
conductance regulator (CFTR). Kondisi ABPA ini terjadi Diperkirakan ABPA ditemukan pada 7-18% pasien
umumnya pada pasien asma dan fibrosis kistik yang asma. Hipotesis yang berkembang adalah abnormalitas
2,3
keduanya memiliki hubungan kuat dengan atopi. saluran napas, perubahan produksi dan susunan kimia
Pasien dengan ABPA ternyata juga memiliki kekerapan mukus kemungkinan berperan dalam berkembangnya
tinggi munculnya kondisi atopik lain seperti rinitis alergi, ABPA pada pasien asma. Mutasi gen CFTR juga
konjungtivitis alergi, dermatitis atopik dan hipersen- ditemukan lebih banyak pada pasien asma dan ABPA
sitivitas terhadap makanan. Sinusitis alergi jamur tanpa fenotip fibrosis kistik. Onset ABPA biasanya
merupakan salah satu respons imun alergi terhadap muncul setelah beberapa tahun terdiagnosis sebagai
aspergillus. Pada awalnya ABPA dan sinusitis alergi asma. Insidens ABPA lebih tinggi pada dewasa
dibandingkan pada anak. 2,3,14,16 arah ABPA harus dipikirkan pada pasien asma atau
fibrosis kistik dengan gejala sistemik. 2,3,5,7
ABPA dan fibrosis kistik
Pasien dengan fibrosis kistik memiliki risiko Laboratorium
terjadinya ABPA. Prevalensi ABPA pada fibrosis kistik Serum IgE total di atas 1000 IU/ml merupakan
meningkat terutama pada laki-laki, dewasa muda tanda khas ABPA. Imunoglobulin E spesifik aspergillus
dengan fungsi paru rendah, memiliki riwayat mengi, juga meningkat. Dapat pula ditemukan IgG spesifik
asma atau ditemukan pseudomonas pada sputum. aspergillus, presipitin ataupun eosinofilia. Pemberian
Atopi ditemukan pada sekitar 60% pasien fibrosis kistik kortikosteroid dapat menurunkan reaksi alergi sehingga
dan diperkirakan ABPA ditemukan pada 5-10% pasien pada pasien ABPA dengan kortikosteroid sistemik dapat
fibrosis kistik. Kelainan mekanisme bersihan jalan tidak ditemukan eosinofilia atau peningkatan total
napas yang merupakan ciri khas fibrosis kistik dianggap serum IgE signifikan. Pemeriksaan lain yang berguna
merupakan faktor langsung penyebab ABPA walaupun adalah dengan skin test menggunakan antigen
2,3,16,17
ada beberapa faktor pendukung lain. A.fumigatus. Pemeriksaan serum presipitin untuk
menilai antibodi IgG aspergillus juga dapat dilakukan
GAMBARAN KLINIS walapun bersifat tambahan saja. 2,3,5,9
Munculnya ABPA pada pasien asma dan fibrosis
kistik ditandai dengan batuk yang memburuk, mengi Radiologi
dan meningkatnya produksi sputum. Produksi mukus Foto toraks ditemukan perselubungan pada
tebal dan kental sering ditemukan dan kadang sangat parenkim ataupun bronkiektasis. Infiltrat biasanya
sulit untuk dilakukan penghisapan. Dahak yang bersifat eosinofilik sehingga responsif terhadap
dibatukkan dapat berupa “mucus plug” kental berwarna pemberian steroid dan kadang salah diagnosis sebagai
tengguli atau kecoklatan hingga kehitaman. Mukus pneumonia. Gambaran perselubungan opak yang
kental tersebut terdiri dari eosinofil yang telah terjadi dapat diakibatkan oleh bronkosel, mucus
terdegenerasi, serpihan sel epitel dan musin. plugging, atelektasis ataupun kolaps lobus. Computed
Hemoptisis dapat terjadi akibat inflamasi ataupun tomography (CT) scan merupakan cara yang paling
bronkiektasis. Gejala sistemik seperti demam subfebris, baik untuk mendeteksi semua kelainan tersebut lebih
malaise dan berat badan turun dapat terjadi. Evaluasi ke detail. Bronkiektasis sentral pada pemeriksaan high
Gambaran fungsi paru sangat tidak spesifik Gambar 2. Alur diagnosis ABPA