FISIKA
ULFAKH AMALIA Y
2016
A. Judul
Gunung Salak Kabupaten Sukabumi Sebagai Sumber Energi Alternatif Terbarukan
B. Tujuan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Geothermal sebagai sumber energi alternatif.
2. Menjelaskan proses terjadi Geothermal Energy di Indonesia
3. Menjelaskan konsep fisika yang berkaitan dengan gunung api dan gheothermal
4. Apa dampak gheothermal terhadap lingkungan sekitar
5. Mendeskripsikan respon warga sekitar terhadap sumber energi alternatif geotermal
C. Pendahuluan
1. Latar belakang
Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau yang terletak di sepanjang "Pacific Ring of
Fire", sabuk besar aktivitas vulkanik tinggi yang mengelilingi Samudra Pasifik. Indonesia sendiri
memiliki lebih dari 150 gunung berapi aktif. Oleh karena itu banyak sekali gunung berapi dan
gempa bumi yang lebih destruktif, tetapi kondisi ini juga memiliki sisi positif yaitu dimana kondisi
ini membawa panas bumi yang berada juah didalam bumi, menjadi lebih terangkat ke
permukaan. panas bumi dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk membuat uap, danmenjadi
energi yang terbarukan.
Sukabumi terletak di bagian selatan
tengah provinsi jawa barat. Banyak yang
tidak mengetahui bahwa sukabumi memiliki
potensi geothermal yang mampu memasok
listrik untuk Pulau Jawa dan Bali bahkan
lebih. Berdasarkan keterangan dari Kepala
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Adi Purnomo, Kabupaten Sukabumi mempunyai energi
panas bumi atau geothermal berkapasitas 825 megawatt.
Adapun potensi geothermal atau panas bumi yang dimiliki Kabupaten Sukabumi yakni di
Gunung Salak yang meliputi wilayah Kecamatan Kabandungan, Kalapanunggal dan Cisolok
memiliki potensi sekitar 725 megawatt dan untuk di Gunung Gede Pangrango yang meliputi
beberapa kecamatan salah satunya Kecamatan Kadudampit memiliki potensi energi panas bumi
sekitar 75 megawatt.
Dari data diatas, salah satu potensi gheothermal terbesar di sukabumi adalah gunung
salak. Gunung Salak merupakan kompleks gunung berapi yang terletak di selatan Jakarta, di
Pulau Jawa. Kawasan rangkaian gunung ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi
dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat
4. Konsep Fisika
Konsep perpindahan Kalor
Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal yang mempunyai
temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatursedang
(150‐225oC). Pada dasarnya sistim panas bumi jenis hidrothermal terbentuk sebagai hasil
perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan
secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan
perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber
panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy).
Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi
apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas
sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini
menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke
bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.
Kalor merupakan salah satu bentuk energi, umumnya disebut energi panas. Kalor juga dapat
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Proses inilah yang disebut perpindahan kalor/ panas/
energi. Ada tiga jenis perpindahan kalor, yaitu: (1) konduksi, (2) konveksi, dan (3) radiasi.
a. Konduksi
Pembahasan yang pertama dalam perpindahan kalor adalah konduksi. Konduksi merupakan
perpindahan kalor dimana partikel-partikel zat tidak ikut berpindah, biasanya terjadi pada benda
padat. Namun, untuk beberapa kasus ada juga benda gas dan benda cair yang mengalami
proses konduksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju perpindahan kalor adalah:
1. koefisisen konduktivitas termal 𝑘
2. panjang stik/ batang 𝑙
3. luas penampang 𝐴
4. perbedaan suhu antar ujung batang ∆𝑇
Secara matematis faktor-faktor di atas dirumuskan menjadi:
𝐻 = 𝑄 / 𝑡 = (𝑘 𝑥 𝐴 𝑥 ∆𝑇) / 𝑙
keterangan :
𝐻 : adalah laju perpindahan kalor secara konduksi dengan satuan dalam J/s
𝑄 : adalah jumlah kalor yang dipindahkan dengan satuan dalam joule
𝑡 : adalah lamanya waktu dipindahkannya kalor dengan satuan dalam sekon
Contoh konduksi dalam kehidupan sehari-hari adalah: panci yang digunakan terbuat dari
logam aluminium karena memiliki konuktivitas termal yang besar. Berdasarkan tabel dapat
diketahui nilai konduktivitas termal dari aluminium adalah 5 x (10-2) kkal/(s mC). Angka
tersebut menunjukkan bahwa tiap kenaikan 1˚celcius sebatang aluminium dengan panjang
1m akan menghantarkan kalor sebesar 500 kal tiap detiknya. Angka tersebut setara dengan
5 kalori untuk aluminium sepanjang 1 cm. Apalagi ditambah dengan sifat aluminum yang
susah teroksidasi sehingga susah berkarat. Nilai, konduktivitas ini juga memiliki arti bahwa
benda tersebut cepat kembali untuk dingin sesuai dengan penurunan suhunya.
b. Konveksi
Konveksi merupakan proses perpindahan kalor yang disertai dengan proses
perpindahan partikelnya. Perpindahan kalor seperti ini biasanya terjadi pada benda cair dan
benda gas. Beberapa hal yang mempengaruhi kecepatan perpindahan kalor secara konveksi
adalah sebagai berikut :
1. koefisien konveksi zat
2. luas penampang zat yang dipanasi
3. perbedaan suhu dari dari tempat benda dipanasi dengan tempat yang ditentukan
Faktor-faktor tersebut kemudian dirumuskan secara matematis menjadi:
𝐻 = 𝑄 / 𝑡 = ℎ 𝑥 𝐴 𝑥 ∆𝑇
Keterangan:
𝐻 dalam hal ini adalah laju konvektivitas termal dengan satuan joule / sekon
ℎ adalah koefisien konveksi dari zat yang digunakan sebagai perantara joule / (s/m²)
∆T adalah perbedaan suhu dari tempat yang dipanasi dengan tempat yang ditentukan
Berdasarkan pernyataan matematika di atas maka laju konveksi suatu fluida akan
meningkat jika nilai dari koefisien konveksi, luas permukaan benda yang dipanasi dan
perubahan/perbedaan suhunya. Jika konduktivitas dipengaruhi oleh luas dan panjang
benda maka pada konveksivitas termal faktor yang berpengaruh hanyalah luasan saja.
Ibarat memanaskan air, semakin luas pancinya maka air yang dimasak akan semakin cepat
panas. Jika semakin tepis maka akan semakin cepat panas pula. Hal ini dikarenakan
semakin besar luasannya maka jumlah partikel yang dipanasi akan semakin banyak pula.
Contoh peristiwa konveksi sangat banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
contohnya yaitu: 1) terjadinya angin, angin laut, angin darat, angin gunung, angin lembah,
saat memasah air, dan bahkan perpindahan panas bumi pada lapisan asteonosfer terjadi
secara konveksi karena terdiri dari batuan cair.
c. Radiasi
Perpindahan kalor yang ketiga adalah radiasi. Radiasi merupakan perpindahan kalor
melalui pancaran. Karena sifatnya seperti cahaya maka perpindahan kalor dengan cara
radiasi dapat dikurangi dengan cara memberikan benda yang dapat memantulkan
gelombang elektromagnetnya, misalnya cermin. Cermin hanya efektif untuk memantulkan
energi dari cahaya tampak. Cermin juga biasa digunakan dalam termos air sebagai
reflektornya. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya radiasi suatu bahan adalah:
1. koefisien emisivitas
2. suhu benda
3. luas peanampang dari sumber
4. secara matematis, faktor-faktor tersebut dirumuskan menjadi:
𝑃 = 𝑒 𝑥 𝜎 𝑥 𝐴 𝑥 (𝑇^4)
Keterangan:
P adalah daya dari sumber dengan satuan watt
e adalah koefisien emisivitas bahan yang tidak memiliki satuan
σ adalah konstanta sephan bolzman dengan satuan watt / (meter persegi x Kelvin)
A adalah luas penampang dari sumber dengan satuan meter persegi (m^2)
T adalah suhu dengan satuan Kelvin (K)
Radiasi dari suatu pemancar panas akan besar jika benda tersebut memiliki nilai e
(koefisien emisivitas), luas permukaan dan suhu yang besar. Kenaikan dari nilai emisivitas
radiasinya memiliki nilai yang sama dengan penurunannya. Boleh dikatakan dalam
bahasa yang lain emisi sama dengan absopsi. Nilai yang dipancarkan sama dengan nilai
yang diserap oleh benda yang menerima.
Contoh radiasi pada kehidupan sehari-hari adalah perpindahan panas matahari ke
bumi, panas dari api unggun, bolam lampu, dan sebagainya.
Proyek geothermal gunung salak ini akan mengurangi emisi gas rumah kaca. Proyek Panas
Bumi di Gunung Salak menggunakan energi panas yang jauh di bawah permukaan bumi
untuk menghasilkan listrik. Proyek ini menghasilkan satu kredit karbon untuk setiap ton emisi
gas rumah kaca. Ini dicegah oleh pembangkit listrik dari panas bumi yang lebih baik daripada
pembakaran batubara.
Efek rumah kaca merupakan salah satu penyebab terjadinya fenomena pemanasan global,
pemanasan global sendiri memiliki pengertian sebagai naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi baik
didarat maupun dilaut. Efek rumah kaca sangatlah mengkhawatirkan, karena bisa berdampak negatif
bagi kehidupan dibumi. Dan inilah beberapa dampak efek rumah kaca terhadap kehidupan dimuka
bumi.
Nah itulah pembahasan singkat mengenai dampak efek rumah kaca terhadap kehidupan
dibumi ini khususnya di Indonesia. Mengingat dampak efek rumah kaca yang bisa menimbulkan
pemanasan global yang berdampak negatif bagi kehidupan dan bisa mengancam kelangsungan
hidup umat manusia, maka kita harus bisa menjaga dan melestarikan lingkungan dan bumi yang kita
cintai ini.
E. Penutup
1. Simpulan
Geotermal adalah panas bumi, sedangkan energi terbarukan adalah energi yang selalu ada
dan diproduksi secara konstan. Energi geotermal merupakan energi yang terbarukan, karena energi ini
selalu tersedia secara konstan. Aliran konstan panas dari bumi menjamin pasokan energi ini. Energi ini
adalah energi tak terbatas untuk miliaran tahun yang akan datang
Geotermal terbentuk dari tumbukan lempeng lempeng bumi dan setelah itu terjadi
magmatisasi didalam bumi yang menghasilkan cairan magma. Kesemua itu akan menmbentuk
reservoir didalam bumi yang akan membentuk energi geotermal.
2. Rekomendasi
Penulis merekomendasikan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai materi yang
terkait dengan bahan pengayaan ini. Selain materi, penulis juga merekomendasikan peserta
didik untuk mencari aplikasi lain dari materi terkait yang berhubungan dengan kehidupan sehari
harik karena banyak sekali aplikasi dari konsep perpindahan kalor juga tentang efek rumah kaca
di kehidupan kita.
F. Daftar Pustaka
http://ipemanasanglobal.blogspot.com/2014/08/dampak-efek-rumah-kaca.html diakses 02/11.2016
pukul 11.24
http://www.desacilembu.com/2014/12/dampak-energi-panas-bumi.html diakses diakses 02/11.2016
pukul 10.24
http://bashooprivate.blogspot.co.id/2015/08/fisika-kelas-x-perpindahan-kalor.html diakses
02/11.2016 pukul 10.04
G. Lampiran