Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KELOMPOK

PENGELOLAAN LIMBAH

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Kesehatan

Lingkungan

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes

Disusun Oleh
Kelompok 4
Hanan Salsabila (11171010000029)
Annisa Aireka (11171010000031)
Fika Muntahaya (11171010000074)
Fahirah Diba (11171010000078)
Muhammad Titan Fauzan (11171010000085)
Sabrina Izzati Nasution (11171010000090)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
OKTOBER/2018
KATA PENGANTAR

Assa'lamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugrah dari-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengelolaan Limbah”
ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar
kita, Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga, serta seluruh
pengikutnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Arif
Sumantri, S.KM, M.Kes, selaku dosen mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan
yang telah membimbing dan sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari banyak sekali kekurangan
dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Dengan makalah yang sederhana ini, kami sangat mengharapkan, semoga
dari makalah ini, dapat diambil manfaatnya dan dapat menginspirasi para pembaca.
Semoga dengan makalah ini pula, para pembaca tidak puas, dan terus mencari
permasalahan yang relevan agar lebih dapat menambah wawasan.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Tangerang Selatan, 14 Oktober

2018

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Definisi Limbah ........................................................................................ 3

2.2 Sumber Air Limbah .................................................................................. 3

2.3 Dampak Buruk Air Limbah ...................................................................... 4

2.4 Parameter dalam Air Limbah ................................................................... 7

2.5 Pengolahan Air Limbah .......................................................................... 10

2.6 Pengelolaan Ekskreta ............................................................................. 13

2.7 Limbah Dalam Perspektif Islam ............................................................. 15

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17

3.1 Simpulan ................................................................................................. 17

3.2 Saran ....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dimulai dengan makin maraknya industri besar yang berdiri serta kehidupan

masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Mulailah timbuh

tumpukan limbah atau pun sampah yang tidak di buang sebagaimana mestinya. Hal

ini berakibat pada kehidupan manusia di bumi yang menjadi tidak sehat sehingga

menurunkan kualitas kehidupan terutama pada lingkungan sekitar.

Berdasarkan fakta tersebut, makalah ini akan membahas beberapa hal

mengenai lembah, termasuk dampak dan tata cara pengolahan limbah, serta

pengelolaan limbah dalam perspektif islam.

1.2 Rumusan Masalah

Berikut adalah rumusan masalah dalam makalah ini.

1. Apa yang dimaksud dengan limbah?

2. Darimana saja sumber air limbah?

3. Apa saja dampak buruk air limbah?

4. Apa saja parameter dalam air limbah?

5. Bagaimana pengolahan air limbah?

6. Bagaimana pengelolaan ekskreta?

7. Bagaimana pengelolaan limbah dalam perspektif islam?

1
1.3 Tujuan

1. Mendefinisikan limbah.

2. Menjelaskan sumber air limbah.

3. Menjelaskan dampak buruk air limbah.

4. Menjelaskan parameter dalam air limbah.

5. Menjelaskan upaya pengolahan air limbah.

6. Menjelaskan upaya pengelolaan ekskreta.

7. Menjelaskan kaitan pengelolaan limbah dengan ajaran islam.

1.4 Manfaat

1. Mengetahui definisi limbah.

2. Mengetahui sumber air limbah.

3. Mengetahui dampak buruk air limbah.

4. Mengetahui parameter dalam air limbah.

5. Mengetahui cara pengengolahan air limbah.

6. Mengetahui cara pengelolaan ekskreta.

7. Memahami kaitan limbah dengan ajaran islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Limbah

Air limbah adalah air yang telah digunakan untuk keperluan industri, irigasi,
keperluan rumah tangga dan keperluan lainnya sering dikembalikan lagi ke sumber
asalnya. Dengan demikian air buangan ini bersifat kotoran umum.
Air limbah yang bersumber dari rumah tangga (Domestic Wastes Water),
yaitu buangan yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah
ini terdiri dari excreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi
dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
Air limbah yang mengandung exkreta, yakni tinja dan urine manusia jauh
lebih berbahaya dibandingkan dengan air bekas cucian dapur, kamar mandi dan
bahan-bahan organik karena banyak mengandung kuman patogen.

2.2 Sumber Air Limbah

Air limbah berasal dari berbagai sumber, secara garis besar air limbah dapat
dikelompokkan sebagai beriku (Sumantri, 2013).
a. Air limbah yang bersumber dari rumah tangga (Domestic Wastes Water),
yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air
limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan
kamar mandi, dan umumnya terdiri bahan-bahan organik.
b. Air limbah industri (Industrial Wastes Water), yang berasal dari berbagai
jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya
sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing
industri.
c. Air limbah kotapraja (Municipal Wastes Water), yaitu air buangaan yang
berasal dari daerah: perkotaan, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat
umum, tempat-tempat ibadah dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang
terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga

3
2.3 Dampak Buruk Air Limbah

Menurut Chandra (2012), Air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang

benar dapat menimbulkan dampak, diantaranya :

1. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang

digunakan oleh manusia

2. Mengganggu kehidupan dalam air; mematikan hewan dan tumbuhan air

3. Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik dan zat

anorganik

4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga

terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir

Selain dampak di atas, air limbah yang tidak dikelola juga dapat

menyebabkan dampak-dampak berikut.

1. Dampak air limbah bagi kesehatan

Air limbah yang dihasilkan dari berbagai sumber, jika tidak dikelola

dengan baik akan berdampak buruk bagi kesehatan (Yani & Waluya, 2010).

Selain itu, Air limbah juga dapat menjadi sarang vektor penyakit, seperti

nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain. Vektor penyakit tersebut dapat membawa

mikroorganisme patogen penyebab penyakit, seperti diare, kolera, filariasi,

penyakit cacaing, tifoid, dan lain-lain. Pembuangan limbah yang baik

merupakan hal yang mendasar bagi keserasian lingkungan (Sumantri, 2013).

2. Dampak air limbah bagi lingkungan

Lingkungan yang terkena air limbah dapat mengalami berbagai kerusakan.

Kerusakan tersebut dapat berupa penurunan kualitas air, gangguan terhadap

kehidupan biotik, dan gangguan terhadap estetika/keindahan.

4
a. Penurunan kualitas air

Air limbah secara langsung dapat menurunkan kualitas air. Wilayah

perairan yang di aliri air limbah, secara fisik akan terlihat dari warna

yang berubah. Selain itu, timbul bau dan rasa pada air tersebut. Secara

kimia, air yang terkena air limbah akan berubah komposisi kimianya.

b. Gangguan terhadap kehidupan biotik

Air limbah akan masuk ke wilayah perairan, baik sungai, danau

maupun laut. Sebelum masuknya limbah, wilayah perairan tersebut

menjadi habitat bagi banyak spesies ikan dan biota lainnya yang

berperan penting dalam ekosistem dan memberi manfaat bagi manusia.

Masuknya limbah ke lingkungan perairan mengakibatkan turunnya

kadar oksigen yang terlarut dalam air. Padahal ikan dan biota lain

membutuhkan air yang mengandung oksigen. Akibatnya, biota yang

hidup dalam lingkungan perairan menjadi kurang oksigen, sehingga

lama kelamaan mereka akan mati. Matinya biota tersebut disebabkan

karena air limbah mengandung bahan-bahan kima beracun. Selain ikan

dan tumbuhan, bakteri yang hidup dalam lingkungan perairan juga akan

mati. Akibatnya air limbah akan sulit diuraikan, sehingga menghambat

kemampuan air yang sudah terkena limbah untuk memurnikan dirinya

kembali (Self Purification).

Disamping komposisi kimianya yang berbahaya, secara fisik air

limbah juga berbahaya. Warna yang kotor atau keruh menghalangi

masuknya sinar matahari ke dasar perairan dan menghambat

berkembangnya kehidupan di dalamnya. Air limbah yang dibuang juga

5
seringkali dalam kondisi bersuhu tinggi, sehingga kehidupan dalam air

juga terganggu.

c. Gangguan terhadap keindahan

Air limbah dapat menimbulkan bau yang sangat menyengat. Sebagai

contoh, pabrik tahu yang membuang ampasnya ke lingkungan perairan

dapat menimbulkan bau karena terjadinya pembusukan oleh zat organik

yang ada di dalamnya. Selain itu, tentu saja lingkungan perairan juga

menjadi kotor, sehingga mengurangi keindahan.

Contoh lain, limbah yang mengandung pigmen warna yang dapat

menimbulkan perubahan warna pada badan air penerima. Walaupun

pigmen ini tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan, tetapi

terjadi gangguan keindahan (Sumantri,2013).

d. Gangguan terhadap kerusakan benda

Air limbah dapat menimbulkan kerusakan pada benda yang

dilaluinya. Apabila limbah tersebut mengandung Karbondioksida aktif,

maka akan mempercepat proses pengkaratan. Demikian pula jika air

limbah tersebut memiliki pH yang rendah atau bersifat asam dan pH atau

bersifat basa, keduanya akan menimbulkan kerusakan pada benda-

benda yang dilaluinya. Jika air limbah mengandung lemak, maka lemak

akan menempel pada benda-benda yang dilaluinya dan dapat

menimbulkan kerusakan.

6
2.4 Parameter dalam Air Limbah

Dalam air limbah terdapat parameter-parameter yang perlu untuk diketahui.

Parameter ini dapat menentukan kualitas dan karakteristik dari air limbah ini.

Beberapa parameter ini di antaranya adalah sebagai berikut (Sumantri, 2013),

1. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BOD adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau milligram/Iitcr (mg/It)

yang diperlukan untuk menguraikan benda organik oleh bakteri pada suhu

20°C sclama 5 hari. Biasanya dalam waktu 5 hari, ccf banyak 60-7096

kebutuhan terbaik karbon dapat tercapai. BOD hanya menggambarkan

kebutuhan oksigen untuk penguraian bahan organik yang dapat

didekomposisikan secara biologis (biodegradable).

Jadi, nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang

sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. lika

konsumsi oksigen tinggi yang ditujukan dengan semakin kecilnya sisa

oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang

membutuhkan oksigen tinggi.

2. COD (Chemical Oxygen Demand)

COD menggambarkan jumlah total oksigen yang diperlukan untuk

mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didekomposisi

secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar didekomposisi secara

biologis (nonbiodegradable). Oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah

dikromat yang diperlukan untuk mengoksidasi air sampel.

7
Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih

tinggi daripada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi

biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD.

3. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen = DO)

Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam

air dan diukur dalam satuan miligram per liter. Oksigen terlarut ini digunakan

sebagai tanda derajat pengotoran limbah yang ada. Semakin besar oksigen

terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif kecil.

Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman

dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut

tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen

minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya.

4. Kesadahan (Hardness)

Kesadahan adalah gambaran kation logam divalen (valensi 2) yang

terdapat dalam air. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun mem.

bentuk endapan (presipitasi) maupun dengan anion-anion yang terdapat di

dalam air membentuk endapan atau karat pada peralatan logam.

Sifat kesadahan sering kali ditemukan pada air yang menjadi sumber

baku air bersih yang berasal dari air tanah atau daerah yang tanahnya

mengandung deposit garam mineral dan kapur.

5. Settleable Solid

Settleable Solid adalah lumpur yang mengendap dengan sendirinya

pada kondisi yang tenang selama satu jam secara gaya beratnya sendiri.

8
6. TSS (Total Suspended Solid)

TSS adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di dalam

air limbah setelah mangalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45

mikron. Suspended solid (material tersuspensi) dapat dibagi menjadi zat padat

dan koloid. Selain suspended solid ada juga istilah dissolved solid (padatan

terlarut).

Kandungan TSS memiliki hubungan yang erat dengan kecerahan

perairan. Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan menghalangi

penetrasi cahaya yang masuk ke perairan sehingga hubungan antara TSS dan

kecerahan akan menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik (Blom,

1994).

7. MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid)

MLSS adalah jumlah TSS yang berasal dari bak pengendap lumpur

aktif setelah dipanaskan pada suhu 103° - 105°C.

8. MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solid)


MLVSS adalah kandungan organic matter yang terdapat dalam MLSS.

Didalam terdapat pemanasan MLSS pada suhu 600°C. Benda volatile

menguap disebut MLSS.

9. Kekeruhan (Turbubity)

Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai

dasar untuk mengukur keadaan air sungai, kekeruhan ini disebabkan oleh

adanya benda tercampur atau benda koloid dalam air.

9
2.5 Pengolahan Air Limbah

Pengolahan air limbah bertujuan sebagai berikut.

1. Untuk menghilangkan bahan-bahan tersuspensi dan terapung

2. Pengolahan bahan organik biodegradable

3. Mengurangi organisme patogen

4. Memperbaiki aspek estetika dan lingkungan

Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alamiah

dan dengan bantuan peralatan.

1. Secara Alamiah

Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan

adanya kolam stabilisasi. Terdapat 3 kolam stabilisasi yang biasa digunakan, yaitu:

a. Kolam anaerobic (Anaerobic Pond).

Kolam ini bias digunakan untuk mengolah air limbah dengan kandungan

bahan organic yang sangat pekat.

b. Kolam fakultatif (Facultative Pond).

c. Kolam maturasi (Aerobic / Maturation Pond).

Kolam ini digunakan untukmemusnahkan mikroorganisme pathogen didalam

air limbah.

2. Dengan Bantuan Peralatan

Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dalam IPAL, proses pengolahan

dikelompokkan menjadi 3, yaitu; pengolahan pertama (Primary Treatment),

pengolahan kedua (Secondary Treatment), dan pengolahan lanjutan (Tertiary

Treatment).

10
a. Primary Treatment

Pengolahan pertama (Primary Treatment), bertujuan untuk

memisahkan air dari padatan. Dilakukan dengan cara mengalirkan air limbah

menggunakan saringan (filter) dan bak sedimentasi (sedimentation tank).

1) Penyaringan (filtration)

Penyaringan dilakukan untuk mengurangi padatan, lumpur yang

tercampur, dan pastikel koloid air limbah dengan cara mengalirkan air limbah

melalui media yang porous. Beberapa alat filtrasi yang sering digunakan

anara lai saringan pasir lambat, saringa pasir cepat, saringan multimedia,

percoal filter, mikrostaining, dan vacuum filter.

2) Pengendapan (sedimentation)

Pengendapan akan terjadi apabila terjadinya kondisi yang sangat

tenang. Yang dibutuhkan dalam pengendapan ini antara lain ada bahan kimia

untuk menetralkan air limbah dari partikel tercampur. Dibutuhkan juga bahan

koagulan seperti alum (tawas), digunakan cara Rapid Mixing (pengadukan

cepat) untuk melarutkan koagulan dengan air karena sifatnya yang cukup sulit

larut dalam air, dan Slow Mixing (pengadukan lambat) untuk mencampur

larutan koagulan dengan polutan agar terbentuk flok yang dapat mengendap.

Bila hasil pengendapan ini akan dibuang ke sungai, maka dibutuhkan clarifier

(penjernih) agar menghasilkan air dengan sedikit partikel zat tercampur.

b. Secondary Treatment

Pengolahan kedua (Secondary Treatment), bertujuan untuk

mengkoagulasikan, menghilangkan koloid, dan menstabilkan zat organic

dalam air limbah. Untuk limbah domestik, pengolahan kedua (Secondary

11
Treatment) ini bertujuan untuk mengurangi bahan organik dan juga

menghilangkan nutrisi seperti nitrogen dan fosfor. Proses penguraian bahan

organik dilakukan oleh mikroorganisme secara aerobik dan anaerobik.

1) Proses Aerobik

Proses aerobik ini dibantu dengan hadirnya oksigen sebagai electron

acceptor dalam air limbah. Proses ini juga biasanya dibantu oleh adanya

lumpur aktif (active sludge) atau lumpur yang banyak bahan pengurainya.

Hasil akhir dari proses ini adalah karbon dioksida, uap air, dan excess sludge.

Terdapat dua hal penting dalam proses ini, yaitu proses pertumbuhan

bakteri dan proses penambahan oksigen. Dalam proses pertumbuhan bakteri,

terdapat beberapa tahapan, antara lain lag phase, log-growth phase,

declaining growth phase, dan stationary phase. Dalam proses penambahan

oksigen, ada 2 cara yang dapat dilakukan yaitu, dengan cara memasukkan

udara ke dalam air limbah dan dengan cara memaksa air ke atas untuk

berkontak dengan oksigen.

2) Proses Anaerobik

Dalam proses ini, zat organik diuraikan tanpa kehadiran oksigen. Hasil

akhir yang terdapat ialah biogas (campuran metana dan karbon dioksida), uap

air dan sedikit excess sludge. Proses ini meliputi rangkaian tahap reaksi yang

mula-mula, bahan organik dihidrolisa xtra-celluler enzymes menjadi produk

terlarut sehingga ukurannya dapat menembus membrane sel. Senyawa

terlarut ini kemudian dioksidasi secara anaerobik menjadi asam lemak rantai

pendek, alkohol, karbon dioksida, hidrogen, dan amonia. Asam lemak rantai

pendek (selain asetat) dikonversi menjadi asetat, hidrogen gas, dan karbon

12
dioksida. Langkah terakhirnya adalah metanogenesis, berasal dari reduksi

karbon dioksida dari hidrogen dan asetat.

3. Tertiary Treatment

Pengolahan lanjutan atau ketiga (Tertiary Treatment), pada proses ini

bertujuan untuk menghilangkan nutrisi atau unsur hara khususnya nitrat dan

fosfat. Pada proses ini juga dilakukan pemusnahan mikroorganisme pathogen

dengan menambahkan Chlor pada air limbah.

2.6 Pengelolaan Ekskreta

Ekskreta manusia merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam

tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak

dibutuhkan dalam tubuh. Zat-zat yang tidak dibutuhkan tersebut berbentuk tinja dan

urine. Tinja dan urine dapat menjadi masalah lingkungan jika pembuangannya tidak

secara layak dan akan menyebabkan pencemaran permukaan tanah dan air tanah

yang berpotensi menjadi penyebab timbulnya penularan berbagai macam penyakit

saluran cerna (Soeparman dan Suparmin, 2001).

Pengelolaan ekskreta dapat dilakukan pada on-site, off-site, atau community

on-site. Pada pengelolaan on-site, ekskreta ditampung dan diolah pada jamban yang

berada disekitar rumah. Pada pengelolaan off-site, ekskreta dialirkan ke tempat

pengolahan untuk mengalami pengolahan selanjutnya. Adapun pada community

on-site, pengelolaan ekskreta dilakukan pada sekelompok komunitas secara

kolektif.

Ekskreta harus dibuang dalam jamban yang sehat sebelum dikelola. Suatu

jamban disebut sehat apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

13
1. Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban.

2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.

3. Tidak mengotori air tanah disekitarnya.

4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-

binatang lainnya.

5. Tidak menimbulkan bau.

6. Mudah digunakan dan dipelihara.

7. Sederhana desainnya.

8. Murah.

9. Dapat diterima oleh pemakainya.

Pengelolaan ekskreta dapat dilakukan di dalam septic tank. Di dalam septic

tank ekskreta akan dikonversi secara anaerobic menjadi biogas (campuran gas

karbon dioksida dan gas metana). Diharapkan dengan penyediaan jamban yang

sehat dan pengelolaan ekskreta secara tepat, angka kejadian penyakit bawaan air

dapat diminimalkan.

Berikut adalah konsep dasar pembuangan ekskreta

1. Saat defekasi jangan sampai tinja tercecer di tempat-tempat kegiatan sehari-

hari manusia apalagi sampai tersebar kemana-mana

2. Sasaran program sanitasi: membuat sebanyak mungkin anggota masyarakat

memanfaatkan sarana pembuangan ekskreta yang saniter.

14
2.7 Limbah Dalam Perspektif Islam

Allah SWT telah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi dan

menganugerahinya dengan akal. Akal tersebut digunakan manusia untuk dapat

memanfaatkan alam sekitar untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya.

Namun dalam memanfaatkan alam guna bertahan hidup, manusia juga harus

memperhatikan keseimbangan alam, agar alam yang dihuninya tidak rusak,

sehingga dapat terus dimanfaatkan dari generasi ke generasi.

Namun pada faktanya, pemanfaatan alam oleh manusia seringkali

mengakibatkan dampak buruk terhadap alam itu sendiri. Hal tersebut dapat terjadi

salah satunya karena jumlah manusia semakin banyak, maupun karena pemikiran

manusia yang semakin “cerdas” (Rasyad, 2012). Akibat dari ulah manusia itulah

terjadi berbagai macam kerusakan di muka bumi, sesuai dengan firman Allah surat

ar-Rum ayat 41.

ِ َّ ‫ل ِ ي ُ ِذ ي ق َ هُ ْم ظَ َه َر ا لْ ف َ س َ ا دُ ف ِ ي ا ل ْ ب َ ِر َو ا ل ْ ب َ ْح ِر ب ِ َم ا كَ سَ ب َ تْ أ َيْ ِد ي ال ن‬
‫اس‬

) ٤١ : ‫ض ا ل َّ ِذ ي عَ ِم ل ُ وا ل َ ع َ ل َّ هُ ْم ي َ ْر ِج ع ُ و َن (الروم‬
َ ْ‫ب َ ع‬

Yang artinya “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian

dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Menurut tafsir Kementrian Agama RI (2017), ayat ini menerangkan hal

berikut.

“Telah terjadi kerusakan di daratan dan lautan, yang merupakan


bentuk pelanggaran atau sistem atau hukum yang dibuat Allah. Kerusakan
tersebut bisa berupa pencemaran alam sehingga tidak layak lagi didiami,
atau bahkan penghancuran alam sehingga tidak bisa lagi dimanfaatkan.
Kerusakan di daratan misalnya hancurnya flora dan faun, dan contoh
kerusakan di lautan misalnya rusaknya biota laut. Kerusakan-kerusakan itu
terjadi akibat perilaku manusia, misalnya eksploitasi alam yang berlebihan.”

15
Berdasarkan tafsir tersebut, dapat disimpulkan bahwa kerusakan yang

terjadi di bumi adalah akibat dari perilaku manusia. Salah satu perilaku manusia

yang dapat merusak alam adalah dengan menbuang limbah tanpa dikelola atau

diolah terlebih dahulu, sehingga menjadi bahan pencemar bagi lingkungan (Rasyad,

2012). Tidak hanya lingkungan yang akan rusak, namun kesehatan manusia juga

akan terganggu, salah satunya melalui air yang diminumnya atau makanan yang

berasal dari tanaman yang tumbuh di atas tanah yang tercemar oleh limbah.

Sejalan dengan fakta-fakta tersebut, Al-Qur’an dengan tegas telah melarang

umat Islam untuk berbuat kerusakan di muka bumi, sebagaimana firman Allah

dalam surat Al-Qashash ayat 77.

ِ ْ‫ب ا ل ْ ُم ف‬
‫س ِد ي َن‬ ُّ ‫َّللا َ ََل ي ُ ِح‬ ِ ‫اْل َ ْر‬
َّ ‫ض ۖ إ ِ َّن‬ ْ ‫ َو ََل ت َبْ غ ِ ا ل ْ ف َ س َ ا دَ ف ِ ي‬.....

)٧٧ ‫(القصص‬

Yang artinya “….Janganlah kalian membuat kerusakan di bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

Menurut tafsir Kementrian Agama RI, ayat ini mengandung nasihat bahwa

setiap orang dilarang berbuat kerusakan di atas bumi, dan berbuat jahat kepada

sesama makhluk, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan

(Kemenag, 2017). Selain itu ayat serupa juga terdapat dalam Surat al-Baqarah ayat

11, yang artinya “Janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi”.

Di dalam Ushul Fiqh, juga terdapat kaedah yang berbunyi: “Pada dasarnya

larangan itu menunjukkan haram” (Rasyad, 2012). Berdasarkan kaidah ushul fiqh

tersebut dapat disimpulkan bahwa pembuangan limbah tanpa diolah terlebih

dahulu, yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan adalah haram.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada Bab II, dapat disimpulkan bahwa pembuangan

air limbah harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Apabila tidak

dilakukan pengolahan, limbah tersebut dapat merusak lingkungan. Selain

lingkungan yang rusak, limbah juga dapat berdampak pada kesehatan manusia,

karena limbah tersebut dapat menjadi sarang vektor penyakit, seperti nyamuk, lalat,

kecoa, dan lan-lain.

Pengolahan air limbah dapat dilakukan secarara alamiah, yaitu dengan

banuan kolam stabilisasi, serta dengan bantuan peralatan dengan tiga proses, yaitu

pengolahan pertama, pengolahan kedua, dan pengolahan lanjutan.

Air limbah juga ada yang mengandung ekskreta, yakni tinja dan urin manusia

yang lebih berbahaya dibandingkan limbah yang bersumber dari rumah tangga

karena banyak mengandung kuman patogen. Pengelolaan ekskreta dapat dilakukan

pada on-site, off-site, atau community on-site.

Dalam perspektif islam, pembuangan limbah tanpa dikelola terlebih dahulu

termasuk perbuatan yang menyebabkan kerusakan di muka bumi. Allah dengan

tegas telah melarang manusia untuk berbuat kerusakan di bumi, salah satunya pada

surat Al-Qashash ayat 77. Jika dikaitkan dengan kaidah ushul fiqh, pembuangan

limbah tanpa dikelola terlebih dahulu termasuk perbuatan haram, karena melanggar

larangan yang telah termaktub dalam Al-Qur’an.

17
3.2 Saran

Setelah mengetahui urgensi pengelolaan limbah, diharapkan masyarakat

dapat menerapkan cara-cara pengelolaan limbah yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya. Hal tersebut bertujuan agar lingkungan maupun masyarakat tidak

terkena dampak buruk dari pembuangan limbah yang tidak dikelola, sehingga

derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat, dan keseimbangan lingkungan tetap

terjaga.

18
DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz, Srikandi. Polusi Air dan Udara. Kanisius: Yogyakarta, 2006.

Slamet, Juli Soemirat. Kesehatan Lingkungan. UGM: Bandung. 2007.

Sugiharto. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. UI Press: Jakarta. 1987.

Chandra, Budiman. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: ECG. 2012.

Sumantri, Arif. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Group. 2013.

Yani, Ahmad dan Bagja Waluya. Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk Kelas X

SMA/MA. Bandung: Mughni Sejahtera. 2010.

Khadijah, Siti. Pengelolaan Ekskreta Manusia Sebagai Upaya Pencegahan

Pencemaran Air Tanah. Bogor: NRP IPB. 2011.

Rasyad, Musoffa Basyir, dkk. Limbah Ditinjau Dari Hukum Islam. Lembaga

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat IAIN Pekalongan. 2012.

19

Anda mungkin juga menyukai