Anda di halaman 1dari 12

Nama mahasiswa : NUR KHOLIFAH B.U.

K
NIM : P27904114029
Judul Kasus :Guilain Barre Syndrom
Tanggal praktek :27 oktober 2017
Ruangan : ICU

LAPORAN PENDAHULUAN Gulian Barre Ayndrom (GBS)

A. Definisi
Sindrom guillain-barre merupakan sindrom klinik yang
menyebabkan tidak diketahui, yang menyangkut saraf perifer dan kranial.
Paling banyak pasien dengan sindrom ini di timbulkan oleh adanya infeksi
(pernafasan atau gastrointestinal) 1 sampai 4 minggu sebelum terjadi
serangan adanya penurunan neurologi.
Sindrom guillain barre (GBS) merupakan penyakit inflamasi akut
autoimun yang menyebabkan demielinisasi lower motor pada sistem saraf
perifer (Jones, J & Fix, B, 2009). Menurut Sylvia A. Price dan Lorraine M.
Wilson (1995) dalam Arif Mutaqqin (2008) GBS adalah sindrom klinis
yang ditunjukkan oleh onset akut dari gejala – gejala yang mengenai saraf
perifer dan kranial. Proses penyakit mencakup demielinisasi dan
degenerasi selaput myelin dari saraf tepid dan kranial. Gareth, J. Parry dan
joel, S. Steinberg (2007) mendefinisikan GBS sebagai neuropathy perifer
akut yang berkembang melebihi hari sampai minggu dan kondisi ini
merupakan degenerasi saraf yang berkembang sampai kepala, tubuh, dan
lengan sampai tungkai kaki.
Jadi dapat dapat disimpulkan bahwa GBS adalah penyakit
inflamasi akut autoimun yang mengenai saraf perifer dan cranial,
menyebabkan demielinisasi atau degenerasi saraf otak, tubuh, lengan, dan
lower motor.
B. Manifestasi klinis
1. Parestesia (kesemutan dan kebas)
2. Kelemahan otot kaki yang dapat berkembang ke ekstermitas atas,
batang tubuh dan oto wajah.
3. Paralisi pada ocular, wajah dan otot orofaring, kesukaran bicara,
mengunyah dan menelan
4. Disfungsi autonom yang berrakibat kurang bereaksinyanya
sistemsaraf simpatis dan parasispatis, seperti gangguan jantung dan
ritme, perubahan TD (hipertensi transien, hipotensi ortostatik), dan
gangguan vasomotor lainnya
5. Kehilangan sensasi posisi tubuh

C. Etiologi
Salah satu hipotesis menyatakan bahwa infeksi virus menyebabkan
reaksi autoimun yang menyerang myelin saraf perifer. (Myelin merupakan
subtansi yang ada di sekitar atau menyelimuti akson-akson saraf dan
berperan penting pada transmisi impuls saraf). Smeltzer,suzanna,2002

Penyebab yang pasti pada Sindrom Guillain-Barre sampai saat ini


belum diketahui. Tetapi pada banyak kasus sering disebabkan oleh infeksi
virus. Virus merubah sel dalam system syaraf sehingga sistem imun
mengenali sel tersebut sebagai sel asing. Sesudah itu, limfosit T yang
tersensitisasi dan magrofag akan menyerang myelin. Selain itu, limfosit T
menginduksi limfosit B untuk menghasilkan antibody yang menyerang
bagian tertentu dari selubung myelin yang menyebabkan kerusakan myelin
(NINDS, 2000).
Virus yang paling sering menyebabkan penyakit ini adalah virus yang
menyerang sistem pernapasan (influenza), Measles, Cytomegalovirus
(CMV), HIV dan Herpes Simplex Virus. Sedangkan untuk penyebab
bakteri yang paling sering oleh Campylobacter jejuni.
Selain beberapa factor diatas ada beberapa factor predisposisinya yaitu :
 Imunisasi
 Tindakan pembedahan

1. Pemeriksaan menunjang
1) Pungsi lumbal berurutan : memperlihatkan fenomena klasik dari
tekanan normal dan jumblah sel darah putih yang normal, dengan
peningkatan protein nyata dalam 4-6 minggu. Biasanya peningkatan
protein tersebut tidak akan tampak pas 4-5 hari pertama, mungkin
diperlukan pemeriksaan serimpungsi lumbal (perlu di ulangan untuk
dalam beberapa hari).
2) Eliktromiografi : hasilnya tergantung pada tahap dan perkembangan
syndrom yang timbul. Kecepatan konduksi saraf di perlambat pelan.
Fibrilasi (getaran ysng berulang dari unit motorik yang sama)
umumnya pada fase akhir.
3) Darah lengkap : terlihatnya leokositosis pada fase awal.
4) Fotorongen : dapat memperlihatkan perkembangannya tanda-tanda
dari ganguan pernafasan ,seperti atelektasis dan pneumonia.
5) Pemeriksaan fungis paru : dapat menunjukan adanya penurunan
kapasitas vital, volume tidal, dan kemampuan inspirasi.
2. Penatalaksanaan
Pada sebafian besar penderita dapat sembuh sendiri. Pengobatan
secara umum bersifat simtomatik. Meskepun dikatan bahwa penyakit ini
dapat sembuh sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama
dan angka ke cacatan (gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan tetap
harus di berikan. Tujan terapii khusus adalah mengurangi beratnya penyakit
dan mempercepat penyembuhan melalui sistem imunitas (imunoterapi)
a) Kartikosteroid
Kebanyakan penelitian menyatakan bahwa pengguanaan preparat
steroid tidak mempunyai nilai atau tidak mempunyai manfaat untuk
GBS.
b) Plasmaparesis
Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk mengluarkan
faktor autoantibody yang beredar. Pemakian plasmaparesis pada GBS
memperlihatkan hasil yang baik, berupa berbaikan klnis yang lebih
cepat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama
perawatan yang lebih pendek. Pengobstsn dilakukan dengan mengganti
200-250 ml plasma/kg BB dalam 7-1 hari. Plasmaparesis lebih
bermanfaat bila di berikan saat awal onset gejala (minggu pertam)
c) Pengobatan imunosupresan
1) Imunoglobin IV
Penggunaan denggan gamma globulin intavena lebih
menguntukan di bandingankan dengan plasmaparesis karena
efeksamping atau komplikasi lebih ringan. Dosis maintanance
0,4 gr/kg/BB/hari selama tiga hari di lanjutkan dengan dosis
mentanance 0,4 gr/kg/BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.
2) Obat sitotoksik
Pemberian obat sitoksi yang dianjurkan adalah :
 6 markoptopurin (6-MP)
 Azathioprine
 Cyclophosphamid

D. Patofisiologi
Akibat suatu infeksi atau keadaan tertentu yang mendahului SGB
akan timbul autoanibodi atau imunitas seluler terhadap jaringan system
saraf-saraf perifer. Infeksi-infeksi meningokokus, infeksi virus, sifilis
ataupun trauma pada medulla spinalis, dapat menimbulkan perlekatan-
perlekatan selaput araknoid. Pada tempat-tempat tertentu perlakuan pasca
infeksi itu dapat menjirit radiks ventralis (sekaligus radiks dorsalis), oleh
karena itu LMN paling sering dijumpai pada otot-otot anggota gerak,
kelompok otot-otot disekitar persediaan bahu dan pinggul, kelumpuhan
tersebut bergandengan dengan adanya defisit sensorik pada kedua tungkai
atau otot-otot anggota gerak.infiltrasi terdiri atas sel mononuclear, sel-sel
infiltrate terutama terdiri dari sel-sel limposit berukuran kecil, sedang dn
tampak pula, makrofag, serta sel polimorfonuklear pada permulaan
penyakit setelah ini muncul sel plasma dan sel mast.

E. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Aktivitas/Istirahat
Gejala : adanya kelemahan dan paralysis secara simetris yang biasanya
dimulai dari ekstremitas bawah dan selanjutnya berkembang dengan
cepat ke arah atas, hilangnya kontrol motorik halus tangan. Tanda :
kelemahan otot, paralysis plaksid (simetris), cara berjalan tidak mantap.
2) Sirkulasi
Tanda : perubahan tekanan darah (hipertensi/hipotensi), disritmia,
takikardia/brakikardia, wajah kemerahan, diaforesis.
3) Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas dan terlalu berkonsentrasi pada masalah yang
dihadapi. Tanda : tampak takut dan bingung.
4) Eliminasi
Gejala : adanya perubahan pola eliminasi. Tanda : kelemahan pada otot-
otot abdomen, hilangnya sensasi anal (anus) atau berkemih dan refleks
sfingter.
5) Makanan/cairan
Gejala : kesulitan dalam mengunyah dan menelan. Tanda : gangguan
pada refleks menelan atau refleks gag.
6) Neurosensori
Gejala: kebas, kesemutan dimulai dari kaki atau jari-jari kaki dan terus
naik, perubahan rasa terhadap posisi tubuh, vibrasi, sensasi nyeri,
sensasi suhu, perubahan dalam ketajaman penglihatan. Tanda :
hilangnya/menurunnya refleks tendon dalam, hilangnya tonus otot,
adanya masalah dengan keseimbangan, adanya kelemahan pada otot-
otot wajah, terjadi ptoris kelopak mata, kehilangan kemampuan untuk
berbicara.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri tekan otot, seperti terbakar, mengganggu, sakit, nyeri
(terutama pada bahu, pelvis, pinggang, punggung dan bokong).
Hiposensitif terhadap sentuhan.

8) Pernafasan
Gejala : kesulitan dalam bernafas. Tanda : pernafasan perut,
menggunakan otot bantu nafas, apnea, penurunan bunyi nafas,
menurunnya kapasitas vital paru, pucat/sianosis, gangaun refleks
gag/menelan/batuk.
9) Keamanan
Gejala : infeksi virus nonspesifik (seperti ISPA) kira-kira dua minggu
sebelum munculnya tanda serangan, adanya riwayat terkena herpes
zoster, sitomegalovirus. Tanda : suhu tubuh yang berfluktuasi,
penurunan kekuatan/tonus otot, paralysis/parestesia.
b. ANALISA DATA
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Ketidakefektif Setelah dilakukan Mandiri :
an bersihan tindakan 1. Pantau frekuensi, 1. Peningkatan distress
nafas keperawatan selama kedalaman, dan pernapasan
berhubungan 3x24 jam kesimetrisan menandakan adanya
dengan diharapkan jalan pernafasan. Catat kelelahan pada otot
kelemahan/ nafas klien adekuat kerja nafas dan pernapasan.
paralisis otot dengan kriteria hasil observasi warna kulit
pernafasan : dan membran 2. Indikator yang baik
 Tidak ada mukosa. terhadap gangguan
distress 2. Catat adanya fungsi nafas/
pernafasan kelemahan menurunnya kapasitas
 RR klien normal pernapasan selama vital paru
(16-24 x/menit) berbicara 3. Meningkatkan
 GDA normal ekspansi paru dan
3. Tinggikan kepala usaha batuk,
tempat tidur menurunkan kerja
(semifowler) pernapasan
4. Evaluasi dilakukan
4. Evaluasi refleks untuk mencegah
batuk, refleks aspirasi, infeksi
gag/menelan secara pulmonia, dan gagal
periodik napas
5. Kehilangan kekuatan
5. Lakukan
dan fungsi otot
penghisapan sekret,
mengakibatkan
catat warna dan
ketidakmampuan
jumlah sekret
klien untuk
mempertahankan
dan/atau
Kolaborasi membersihkan jalan
6. Lakukan nafas
pemeriksaan 6. Menentukan
laboratorium keefektifan dari
ventilasi sekarang dan
7. Berikan terapi kebutuhan klien
oksigen sesuai 7. Mengatasi hipoksia
indikasi (nasal kanul,
masker oksigen, atau
ventilator mekanik) 8. 10-20% klien yang
8. Siapkan untuk mengalami gangguan
mempertahankan pernapasan berarti
inkubasi ventilator memerlukan
mekanik sesuai monitoring terus –
kebutuhan menerus
9. Mengcegah infeksi
9. Lakukan perawatan
trakheostomi
2. Hambatan Setelah dilakukan Mandiri
mobilitas fisik tindakan 1. Kaji kekuatan 1. Menentukan
berhubungan keperawatan selama motorik dengan perkembangan/
dengan 3x24 jam menggunakan skala intervensi selanjutnya
kerusakan diharapkan klien 0-5. Lakukan 2. Menurunkan
neuromuskular mampu pengkajian secara kelelahan,
mempertahankan teratur meningkatkan
mobilitas fisik tanpa 2. Berikan posisi yang relaksasi, menurunkan
ada komplikasi memberikan resiko terjadinya
dengan kriteria hasil kenyamanan pada iskemia/ kerusakan
: klien dan lakukan pada kulit
perubahan posisi
 Tidak ada dengan jadwal yang
laporan teratur sesuai
kontraktur, kebutuhan individu
dekubitus 3. Sokong ekstremitas 3. Mempertahankan
 Meningkatkan dan persendian ekstremitas dalam
kekuatan oto dan dengan bantal/papan posisi fisiologis,
fungsi bagian kaki mencegah kontraktur,
yang sakit dan kehilangan fungsi
 Mendemonstrasi sendi
kan
teknik/perilaku 4. Lakukan latihan 4. Menstimulasi
yang diinginkan gerak positif. sirkulasi,
sesuai Hindari latihanaktif meningkatkan tonus
kemampuannya selama fase akut otot, dan
meningkatkan
5. Berikan waktu mobilisasi sendi
istirahat saat latihan
gerak 5. Penggunaan otot
secara berlebihan
dapat meningkatkan
waktu yang
6. Anjurkan untuk diperlukan untuk
melatih gerak secara remielinisasi karena
bertahap dapat memperpanjang
waktu penyembuhan
7. Berikan 6. Meningkatkan fungsi
lubrikasi/minyak organ normal dan
artifisial sesuai memiliki efek
kebutuhan psikologis positif
Kolaborasi 7. Mencegah kekeringan
8. Konfirmasikan dari jaringan tubuh
dengan bagian terapi yang halus
fisik/fisioterapi
8. Bermanffat dalam
menciptakan kekuatan
otot
3. Ansietas Setelah dilakukan Mandiri
berhubungan tindakan 1. Tempatkan pasien 1. Memberikan
dengan keperawatan selama dekat dengan ruang keyakinan bahwa
perubahan 2x24 jam perawat, periksa bantuan segera dapat
dalam status diharapkan pasien secara teratur. diberikan.
kesehatan dan kecemasan klien 2. Berikan bentuk 2. Menurunkan perasaan
kurang dan keluarga komunikasi tidak berdaya dan
informasi tentang penyakit alternatif jika perasaan terisolasi.
berkurang dengan diperlukan 3. Membawa perasaan
kriteria hasil : 3. Diskusikan adanya takut secara terbuka,
 Menerima dan perubahan citra diri, memberikan
mendiskusikan ketakutan akan kesempatan untuk
rasa takut hilangnya mengkaji
 Mengungkapkan kemampuan yang persepsi/informasi
pengetahuan menetap, kehilangan yang salah dari pasien
yang akurat fungsi, kematian dan memberikan
tentang situasi. masalah mengenai pemecahan masalah.
 Tampak rileks kebutuhan 4. Pemahaman yang
dan melaporkan penyembuhan. baik dapat
ansietas 4. Berikan penjelasan meningkatkan kerja
berkurang singkat mengenai sama pasien dalam
sampai tingkat perawatan, rencana kebutuhan akan
dapat diatasi. perawatan dengan melakukan aktivitas.
orang terdekat. Pelibatan pasien dan
orang terdekat dapat
mempertahankan
beberapa perasaan
kontrol yang akan
meningkatkan harga
diri

E. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa keperawatan pada Guillain Balle syndrome (Mutaqqin, A,
2008):
a) Ketidakefektifan bersihan nafas berhubungan dengan kelemahan/
paralisis otot pernafasan.
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular
c) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
dan kurang informasi
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Huda A. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawayan Berdasarkan Diagnosa


Medis Nanda Nic-Noc, Edisi : 2. Mediaction.: Yogyakarta

Doenges, Marlynn E. 2000. RencanaAsuhan Keperawatan, Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai