Anda di halaman 1dari 31

DOPS

CORPUS ALIENUM AURIS SINISTRA

Oleh:
Dessy Nurlita
Muhammad Haikal

Perceptor:
dr. Hanggoro Sapto, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATANTHT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RSUD PROVINSI DR. H. ABDOEL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
Direct Observational Procedural Skills (DOPS) ini. Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas dalam kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Bedah Kepala dan Leher di RSUD dr. H. Abdoel
Moeloek, Bandar Lampung.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalh ini, baik dari segi
isi, bahasa, analisis dan sebagainya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca guna kesempurnaan makalah selanjutnya dan sebagai
bahan pembelajaran untuk kita semua. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan untuk kita semua.

Bandar Lampung, Oktober 2018

Penulis
LAPORAN KASUS

Nama : Tn. G
Umur : 23 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan terakhir : SMA
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Kedaton, Bandarlampung

ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis pada hari Selasa, 24 Juli 2018 pukul 11.00 WIB
di poliklinik THT-KL RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.

KeluhanUtama
Telinga kiri kemasukan kapas + 1 hari sebelum datang ke rumah sakit

Keluhan Tambahan
Telinga terasa mengganjal

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poliklinik THT-KL dengan keluhan rasa mengganjal pada
telinga kiri tanpa disertai rasa nyeri. Pasien memiliki kebiasaan mengorek bagian
dalam telnganya dengan lidi kapas. 1 hari yang lau sat mengorek telnga, pasien
merasa ada kapas yang tertinggal di liang telinga. Lalu pasien berusaha
mengeluarkan dengan lidi kapas namun tidak berhasil, kapas yan tertinggal
semakin terdorong ke dalam. Lalu pasien berobat ke puskesmas dan langsung
dianjurkan ke poliklinik THT-KL RSAM. Pasien mengaku tidak mengalami
gangguan pendengaran dan tidak ada keluhan nyeri pada telinganya. Keluhan
keluar cairan dari telinga kirinya pun disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa sebelumya (-), riwayat alergi (-), riwayat hipertensi (-), riwayat
diabetes melitus (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat alergi (-), riwayat hipertensi (-), riwayat dibetes melitus (-)

Riwayat Pribadi Sosial


Kebiasaan sering mengorek telinga dengan lidi kapas

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/80mmHg
Nadi : 76x/menit
Suhu : 36,5oC
Pernapasan : 16x/menit

Status General
Kepala :Normocephali
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : pembesarankelenjar KGB ( -
Thorax : pulmo dan cor dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstrimitas : edema (-), CRT < 2 detik

Status Lokalis THT

Telinga
KANAN TELINGA LUAR KIRI

Normotia Bentuk telinga luar Normotia


Normal, nyeri tarik (-), Daun telinga Normal, nyeri tarik (-),
warna kulit sama dengan warna kulit sama dengan
sekitarnya sekitarnya
Warna kulit sama Preaurikular Warna kulit sama
dengan sekitar, nyeri dengan sekitar, nyeri
tekan (-), fistel (-), abses tekan (-), fistel (-), abses
(-) (-)
Normal, nyeri tekan (-), Retroaurikular Normal, nyeri tekan (-),
tidak ada benjolan tidak ada benjolan
Tidak ada Nyeri tekan tragus Tidak ada
Tidak ada Tumor Tidak ada

KANAN LIANG TELINGA KIRI

Lapang, edem (-) Lapang/Sempit Lapang, edem (-), corpus


alienum (+)
Hiperemis (-) Warna Epidermis Hiperemis (-)
Tidak ada Sekret Tidak ada
Minimal Serumen Minimal
Tidak ditemukann Kelainan Lain Tidak ditemukan

KANAN MEMBRAN TIMPANI KIRI


Intak Bentuk Sulit dinilai
Putih mutiara Warna Sulit dinilai
(+) arah jam 5 Reflek Cahaya Sulit dinilai
Tidak ditemukan Perforasi Sulit dinilai
Retraksi (-), buldging (-) Kelainan Lain Sulit dinilai

Hidung
KANAN HIDUNG LUAR KIRI
Warna sama dengan Kulit Warna sama dengan
sekitarnya sekitarnya
Terletak di linea Dorsum nasi Terletak di linea
mediana nasi mediana nasi
Nyeri tekan (-), krepitasi Nyeri tekan, krepitasi Nyeri tekan (-), krepitasi
(-) (-)
Selulitis (-), edema (-) Ala nasi Selulitis (-), edema (-)
Tidak ditemukan Nyeri tekan frontal Tidak ditemukan
Tidak ditemukan Nyeri tekan maksila Tidak ditemukan
Normal, tidak sempit, Nares anterior Normal, tidak sempit,
simetris simetris
Tidak ditemukan Tumor, fistel Tidak ditemukan

Rhinoskopi Anterior
Kanan Kiri
Lapang Cavum Nasi Lapang
Minimal Sekret Minimal
Tidak berbau Bau Tidak berbau
Normotrofi, warna Konka Inferior Normotrofi, warna
sesuai warna kulit sesuai warna kulit
Sulit dinilai Konka Media Sulit dinilai
Deviasi (-) Septum Nasi Deviasi (-)
Tidak ditemukan Krista, abses, massa Tidak ditemukan

Rhinoskopi Posterior (Nasofaring)


Tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN CAVUM ORIS


CAVUM ORIS Hasil Pemeriksaan
Mukosa Tidak hiperemis
Gingiva Ulkus (-), edema (-)
Gigi Karies dentis (-)
Lidah Bentuk normal, Atrofi papil (-)
Palatum Durum Permukaan licin
Palatum Mole Permukaan licin
Uvula Posisi letak tengah
Tumor Tidak ditemukan

FARING
FARING Hasil Pemeriksaan
Dinding Faring Tidak edema, tidak bergranular
Mukosa Hiperemis (-)
Uvula Ditengah
Arkus Faring Simetris, hiperemis (-)
Sekret Tidak ada

TONSIL
TONSIL Hasil Pemeriksaan
Pembesaran T1 – T1
Warna Hiperemis (-)
Permukaan Rata
Kripta Tidak melebar
Detritus Tidak ada
Perlekatan Tidak ada
Sikatrik Tidak ada

LARING
Tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS


Tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN KELENJAR GETAH BENING LEHER


Inspeksi : tidak terlihat pembesaran kelenjar getah bening
Palpasi : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, nyeri tekan (-)
PEMERIKSAAN ANJURAN
-

DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja :
Corpus Alienum(kapas cotton bud) auris sinistra

TERAPI
Non Medikamentosa
Ekstraksi corpus alienum

Edukasi
 Bila kemasukan benda asing, langsung dibawa ke dokter, jangan
diusahakan mengeluarkan sendiri terutama bila benda asing tidak
kelihatan
 Bila setelahnya ada tanda-tanda infeksi (nyeri, keluar cairan), segera
kontrol kembali
 Hindari menggorek telinga terlalu dalam dengan cotton bud, tidak boleh
terlalu sering dan terlalu keras saat menggorek telinga

PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 CORPUS ALIENUM


2.1.1. Definisi
Corpus alienum adalah benda asing yang berasal dari luar atau dalam tubuh yang
dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh.

2.1.2. Jenis-Jenis
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen, biasanya
masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh
disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair
atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-
kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari
kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain-
lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif,
seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda
asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
perkijuan, membran difteri, bronkolit. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke
dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.

2.2 CORPUS ALIENUM PADA TELINGA


2.2.1. Definisi
Corpus alienum pada telinga adalah keadaan dimana terdapatnya suatu benda
asing yang terjepit atau tersangkut di dalam liang telinga. Kadang-kadang benda
asing tersebut dapat masuk ke dalam liang telinga dengan disengaja ataupun tidak,
bila kemasukan benda asing di telinga bisa menjadi suatu keluhan berupa
penurunan pendengaran.

Pada anak, anak biasanya seringkali tidak melaporkan keluhannya sebelum timbul
keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinganya bisa
mengeluarkan bau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut mencurigainya sebagai
akibat kemasukan benda asing. Jangan menanganinya sendiri karena benda yang
masuk malah semakin masuk lebih dalam lagi karena anatomi liang telinga yang
berlekuk. Di telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang
masuk biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dengan menggunakan peralatan dan
keahlian khusus.

2.2.2. Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga yaitu:
a. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
b. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan
alat-alat pembersih telinga misalnya catton bud, tangkai korek api atau lidi
yang tertinggal di dalam telinga.
c. Faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam
telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.

Gambar 1. Predileksi benda asing di dalam telinga

Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga:


a. Air
Sering kali saat kita mandi, berenang atapun keramas, bisa membuat air
masuk ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar
dengan sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada kotoran, air justru
bisa membuat benda lain di sekitarnya menjadi mengembang dan air sendiri
menjadi terperangkap di dalamnya.
b. Cotton Bud
Cotton bud tidak dianjurkan secara medis untuk membersihkan telinga. Selain
kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat menusuk
selaput gendang bila tidak hati-hati menggunakannya.
c. Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam
telinganya. Misalnya, manik-manik mainan.
d. Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan bagian
dalam telinga.

2.2.3 Manifestasi klinik


Efek dari masukya benda asing kedalam telinga dapat tanpa gejala atau dengan
gejala sampai berupa gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran.
a. Merasa tidak enak ditelinga
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga
merasa tidak enak ataupun tidak nyaman.
b. Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja
membuat telinga terasa tersumbat.
c. Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
d. Rasa nyeri telinga/otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis atau ancaman
pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi
telinga akibat benda asing. Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing.

2.2.4 Patofisiologi
Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius
eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga pasien
akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang pasien
lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut seringkali berakibat semakin
terdorongnya benda asing ke bagian tulang kanalis eksternus
sehinggamenyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane timpani. Akibat dari
laserasi kulit dan lukanyamembran timpanai, akan menyebabkan gangguan
pendengaran, rasa nyeri telinga/otalgia dankemungkinan adanya resiko
terjadinyainfeksi.

2.2.5 Diagnosis
a. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Caranya:
1) Bersihkan serumen
2) Lihat kanalis dan membran timpani

Interpretasi:
1) Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
2) Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah
dibelakang gendang.
3) Kemungkinan gendang mengalami robekan.

Gambar 2. Pemeriksaan dengan otoskopi

Gambar 3. Benda asing pada liang telinga


b. Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran
Test penyaringan sederhana :
1. Lepaskan semua alat bantu dengar
2. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
3. Berdirilah dengan jarak 30 cm
4. Bisikan angka secara acak
5. Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dengan suara jam

Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala


1. Uji weber
2. Uji Rine
3. Uji Swabach

2.2.6 Penatalaksanaan
Jika terdapat benda yang sangat kecil di dalam liang telinga dapat dicoba dengan
menggoyangkannyasecara hati-hati. Menarik daun telinga kearah posterior
meluruskan liangtelinga dan benda asing dapatkeluar dengan goncangan lembut
pada telinga. Jika benda asing masuk lebih dalam maka perlu diangkatoleh dokter
yang kompeten. Tidak dianjurkan untuk mengorek telinga sendiri karena dapat
mendoronglebih kedalam dan menyebabkan ruptur membran timpani atau dapat
melukai liang telinga.

Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di teinga:


a. Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk mengambil benda
dengan bantuanotoskop
b. Suction dapat digunakan untuk menghisap benda
c. Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat membuat
benda-benda keluar dariliang telinga serta membersihkan debris.
d. Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari logam
e. Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa sakit dan
takut.
f. Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain atau minyak, lalu
diirigasi dengan airhangat.Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik
tetes selama lima hari sampai seminggu untukmencegah infeksi dari trauma
liang telinga.

2.2.6.1 Pencegahan
Kebiasaan terlalu sering memakai cottonbud untuk membersihkan telinga
sebaiknya dijauhi karenadapat menimbulkan beberapa efek samping: kulit teling
kita yang ditumbuhi bulu-bulu halus yangberguna untuk membuat gerakan
menyapu kotoran di telinga kita akan rusak, sehingga mekanismepembersihan
alami ini akan hilang. Jika kulit kita lecet dapat terjadi infeksi telinga luar yang
sangat tidaknyaman dan kemungkinan lain bila anda terlalu dalam mendorong
cottonbud, maka dapat melukai ataumenembus gendang telinga. Hindarkan
memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak, dapat tejadibahaya di atas
atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat menyumbat jalan nafas.

2.3 CORPUS ALIENUM PADA HIDUNG


2.3.1 Definisi CORPUS ALIENUM Pada Hidung
Corpus alienum di hidung adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh atau
dalam tubuh, dimanapada keadaan normal tidak terdapat pada hidung tersebut.

Gambar 4. CORPUS ALIENUM pada hidung


2.3.2 Epidemiologi
Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama usia 1-4
tahun. Pada usia 1-4tahun, anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama
daerah yang berlubang termasuk hidung.Mereka dapat memasukkan benda asing
sebagai upaya mengeluarkan sekret atau benda asing yangsebelumnya ada di
dalam hidung, atau untuk mengurangi gatal atau perih akibat iritasi yang
sebelumnyasudah terjadi. Benda asing paling sering ditemukan adalah sisa
makanan, permen, manik-manik, dankertas.Faktor yang mempermudah terjadinya
aspirasi benda asing dalam hidung antara lain faktor personal(umur, jenis kelamin,
pekerjaan,kondisi sosial dan tempat tinggal), kegagalan mekanisme
proteksinormal (keadaan tidur, penurunan kesadaran, alkoholisme, dan epilepsi),
ukuran, bentuk, serta sifatbenda asing, serta faktor kecerobohan. Benda asing
dapat dapat menyebabkan morbiditas bahkanmortalitas bila masuk ke saluran
nafas bawah.

2.3.3. Etiologi
Berdasarkan jenis bendanya, etiologi corpus alienum di hidung dapat dibagi
menjadi:
a. Benda asing hidup (benda organik)
1) Lalat
Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia
dan hewan di Indonesiadisebabkan oleh larva lalat dari spesies
Chryssomya bezziana. Lalat dewasa meletakkan telurnyapada pada
jaringan hidup misalnya pada luka, lubang-lubang pada tubuh seperti
hidung, mata,telinga, dan traktus urogenital.
2) Lintah
Lintah merupakan hewan penghisap darah. Pada saat menghisap darah,
lintah mengeluarkan zatpenghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat anti
pembekuan darah sehingga darah pada pasientidak akan membeku.
Setelah selesai menghisap darah, lintah akan menjatuhkan diri.
3) Cacing
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi
masalah di negaraberkembang seperti Indonesia. Hidungdapat menjadi
port d’entry atau tempat cacing tersebutbermigrasi dari usus untuk
mendapatkan oksigen yang lebih banyak.
b. Benda asing tak hidup (benda anorganik)
1) Benda asing tak hidup yang tersering adalah manik-manik, baterai logam,
dan kancing baju. Kasusbaterai logam di hidung merupakan salah satu
kegawatan yang harus segera dikeluarkan karenakandungan zat kimianya
yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.

2.3.4. Patofisiologi

corpus
alienum

masuk ke
dalam
cavum nasi

bertahan
di dalam
cavum nasi

respon
pertahana terjadi
n pada iritasi
hidung

sel goblet epitel


kerusakan dan
respirasi pada
kematian sel
hidung

pembusukan sel-sel
keluar
jaringan yang
mukus
nekrosis oleh bakteri

medium yang baik


untuk foeter ex
pertumbuhan nasi
bakteri

sekret
mukopurul
en

Gambar 5. Patofisiologi corpus alienum pada hidung


2.3.5 Manifestasi Klinis
Hidung tersumbat oleh sekret mukopurulen yang banyak dan berbau di salah satu
rongga hidung tempatadanya benda asing. Kadang disertai nyeri, demam,
epistaksis dan bersin. Pada pemeriksaan tampakmukosa edema dengan inflamasi
mukosa hidung unilateral, serta dapat juga terjadi ulserasi.Bila benda asing berupa
lintah, terdapat epistaksis berulang yang sulit berhenti meskipunsudah diberikan
koagulan. Pada rinoskopi posterior tampak benda asing berwarna coklat tua,lunak,
dan melekat erat pada mukosa hidung atau nasofaring.

2.3.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Gejalayang timbul pada anak akibat adanya benda asing di hidung
adalah hidung tersumbat, rinore unilateralyang kental dan berbau. Dapat disertai
demam dan nyeri. Gejala lain bervariasi sesuai patogenesisnya.Misalnya benda
asing seperti karet busa, sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk.
Baterailogam di dalam hidung dapat menimbulkan keluhan rasa terbakar atau
panas di hidung.Benda asing hidup yang terdapat di dalam hidung kebanyakan
menimbulkan sensasi benda yangbergerak-gerak. Epitaksis tanpa rasa nyeri sering
menjadi keluhan utama pada pasien dengan lintah didalam hidungnya.

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, selain benda asing yang dapat dilihat
langsung, akan tampakedema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral, dan
dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutup mukus sehingga disangka
sinusitis. Lintah biasanya sulit dilihat dengan rinoskopi anterior,sehingga kadang
memerlukan pemeriksaan endoskopi. Bila terlihat, maka akan tampak benda asing
berwarna coklat tua dengan perabaan lunak dan melekat pada mukosa. Pada
miasis, hidung tampakbengkak, kemerahan di sekita mata dan sebagian muka
atas. Mukosa hidung nekrotik, kadang-kadangperforasi septum nasi, serta hidung
berbau busuk.
2.3.7. Penatalaksanaan
Benda asing pada hidung yang harus diperlakukan sebagai kasus gawat sehingga
harus dikeluarkansecepatnya antara lain baterai dan kapur barus. Cara
mengeluarkan benda asing di hidung ialahmemakai pengait (hook) yang
dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap kavum nasisampai
menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke depan.
Dengan caraini benda asing akan ikut terbawa keluar. Dapat juga menggunakan
forsep alligator, cunam Nortmanatau “wire loop”. Bila benda asing berbentuk
bulat, maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnyatumpul.

Cara lain yaitu dengan menggunakan kateter dengan balon ukuran 5 atau 6 F yang
dimasukkan ke dalamhidung melewati benda asing yang terperangkap, kemudian
balon dikembangkan, sehingga benda asingdiharapkan akan keluar ke nares
anterior dan mudah diekstraksi. Sebelum tindakan dilakukan, terlebihdahulu
diberikan fenilefrin 0,5% untuk mengurangi edema mukosa dan lidokain topikal
atau spraysebagai analgetik. Hindari mendorong benda asing dari hidung kearah
nasofaring karena akanmenyebabkan masuknya benda asing tersebut ke dalam
laring sehingga menyebabkan sumbatansaluran nafas.

Benda asing hidup sebaiknya dimatikan terlebih dahulu dengan tetes minyak
parafin atau alkoholsebelum diangkat. Untuk lintah dapat diteteskan tembakau.
Untuk miasis hidung, dianjurkan pemberianreagen tertentu (misalnya kloroform,
premium) yang dapat melemahkan larva, kemudian larva tersebutdiambil satu per
satu. Tindakan operatif dengan melakukan nekrotomi merupakan tindakan
alternatiflain yang dilakukan dengan cara memberikan tetes kloroform terlebih
dahulu. Pemberian antibiotiksistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus
benda asing di hidung yang telah menimbulkaninfeksi pada hidung maupun sinus.

2.3.8. Komplikasi
Perdarahan merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada corpus alienumdi
hidung. Edema padamukosa dapat menyebabkan obstruksi pada drainase sinus
dan tuba eustachius sehinggamengakibatkan sinusitis dan otitis media akut.
Rinolith dapat timbul bila benda asing bertahan selamabertahun-tahun. Infeksi
struktur jaringan di sekitar hidung juga dapat terjadi, seperti selulitis periorbital,
meningitis, epiglositis, difteri, dan tetanus.

2.4. CORPUS ALIENUM PADA TENGGOROK


Aspirasi benda asing merupakan hal yang paling sering ditemukan dan ditangani
di unit gawat darurat.Secara statistik, presentase aspirasi benda asing berdasarkan
letaknya di hipofaring sebesar 5%,laring/trakea 12 % dan bronkus sebanyak 83%.
Kebanyakan kasus aspirasi benda asing terjadi pada anakusia< 15 tahun, 75%
aspirasi benda asing terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Benda asing di
bronkuspaling sering pada bronkus kanan, karena bronkus kanan lebih besar,
mempunyai aliran udara lebihbesar dan membentuk sudut lebih kecil terhadap
trakea dibandingkan dengan bronkus kiri.

2.4.1 Gejala
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran nafas tergantung pada lokasibenda
asing, derajatsumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing.
Benda asing yang masuk melaluihidung dapat tersangkut dihidung, nasofaring,
laring, trakea dan bronkus.

Tiga stadium aspirasi benda asing yang menimbulkan gejala sebagai berikut :
a. Stadium pertama, batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of
coughing), rasa tercekik(choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan
obstruksi jalan napas yang terjadi dengansegera.
b. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti olehinterval asimtomatis.
c. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau
infeksi sebagai akibatreaksi terhadap benda asing sehingga timbul batuk-
batuk, hemoptosis, pneumonia dan abses paru.

Benda Asing di Laring


Terjadi di antara pita suara, sub glotis dan dapat terjadi sumbatan total maupun
sumbatan sebagian.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala sumbatan laring yang dibagi dalam 4
stadium (Jackson).
1) Stadium I, cekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprasternal, kadang-
kadang belumada stridor
2) Stadium II, cekungan di suprasternal dan epigastrium, stridor mulai terdengar
3) Stadium III, cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, intercostal dan
supraclavicula.Stridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah.
4) Stadium IV, cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula-mula
gelisah mulailemah dan akhirnya kesadaran menurun.

Benda Asing di Trakea


Benda asing di trakea ini dapat menimbulkan gejala batuk yang tiba-tiba berulang
dengan rasa tercekik(choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging), terdapat
gejala patognomonik :
a. Audible slap (batuk dengan mulut terbuka)
b. Palpatory thud (teraba di trakea pars servikal)
c. Asthmatoid wheeze(bunyi saat ekspirasi inspirasi dengan mulut terbuka)
d. Tracheal flutter (getaran teraba pada benda asing yang kecil)

Benda Asing di Bronkus


Lebih banyak terjadi masuk ke dalam bronkus kanan. Gejala yang ditimbulkan
diantaranya :
a. Sputum haemoragis
b. Rasa logam/aroma khusus
c. Emfisema, atelektasis
d. Febris
e. Dapat terlihat gambaran bronkiektasis, bronkopneumonia dan abses paru

Jackson (1936) membagi sumbatan bronkus dalam 4 tingkat :


a. By-pass Valve Obstruction
1) Sumbatan sebagian
2) Udara dapat lewat waktu inspirasi dan ekspirasi tetapi salurannya sempit
bunyi napas (mengi)
3) Biasanya benda asing diam dan kecil

Penyebab :
1) Benda asing dalam bronkus
2) Penekanan bronkus dari luar
3) Edema
4) Tumor intraluminer

b. Expiratory Check Valve Obstruction


1) Udara inspirasi dapat lewat
2) Udara ekspirasi terhambat (oleh karena kontraksi otot bronkus)
3) Emfisema paru obstruktif
4) Benda asing diam

Penyebab :
1) Benda asing di bronkus
2) Edema dinding bronkus pada bronkitis
3) Inspiratory Check-Valve Obstruction
4) Inspirasi terhambat
5) Ekspirasi masih dapat terlaksana
6) Benda asing mobile

2.4.2 Diagnosa
a. Anamnesis
Gejala dan tanda sumbatan yang tampak fase awal (gejala sesaat sesudah
teraspirasi):
1) Batuk tiba-tiba
2) Rasa tercekik (choking)
3) Rasa tersumbat di tenggorokan (gasping)
4) Menahan nafas (gagging)
5) Bicara gagap (sputtering)
6) Obstruksi jalan nafas yang terjadi segera

b. Pemeriksaan fisik
1) Fase asimtomatis :
 Tanda dan gejala aspirasi benda asing berkurang/menghilang,
 Refleks-refleks melemah akibatbenda asing yang tersangkut.
2) Fase komplikasi
Tanda dan gejala sesuai lokasi tersangkutnyabenda asing
 Laring
 Batuk paroksimal
 Parau
 Disfoni-Afoni
 Sesak nafas
 Stridor inspirasi dan ekspirasi
 Retraksi ototpernafasan
 Gelisah
 Sianosis
 Trakea
 Batuk hilang timbul
 Asthmatoid wheezing
 Palpatory thud
 Audible snap
 Dispnea
 Retraksi otot pernafasan
 Stridor ekspirasi
 Gelisah
 Sianosis
 Bronkus
 Batuk tidak produktif hingga produktif
 Mengi (wheezing)
 Perkusi : normal/redup/hipersonor sisiipsilateral
 Auskultasi : vesikuler/melemah hipersonorsisi ipsilateral

c. Pemeriksaan radiologi leher-thorax


1) Benda asing radioopak/metal selanjutnya dilakukanfoto polos PA dan
leteral (dapat dilakukansegera)
2) Benda asing radiolusen dapat dilakukan foto rontgen setelah 24 jam (untuk
mengetahui adanya atelektasis/emfisema)
3) Video fluoroscopy
 Cara terbaik melihat saluran napaskeseluruhan
 Evaluasi saat inspirasi dan ekspirasi
 Adanya obstruksi parsial

d. Pemeriksaan endoskopi(diagnosa pasti)


1) Laringoskopi
2) Bronkoskopi (bronkoskop kaku dan bronkoskop fleksibel)

2.4.3 Penatalaksanaan
Penanggulangan pada obstruksi saluran nafas atas pada prinsipnya supaya jalan
napas lancar kembali.
a. Tindakan konservatif : pemberian antiinflamasi, amti alergi, antibiotika serta
pemberian oksigenintermitten yang dilakukan pada obstruksi laring stadium I.
b. Tindakan operatif/resusitasi : memasukkan pipa endotrakeal melalui mulut
(intubasiorotrakea) ataumelalui hidung (intubasinasotrakea), membuat
trakeostoma yang dilakukan pada obstruksi laringstadium II, III, atau
melakukan krikotirotomi yang dilakukan pada obstruks laring stadium IV.

Untuk menanggulangi obstruksi saluran napas atas :


a. Intubasi
Intubasi dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat mulutatau
hidung. Intubasiendotrakea merupakan tindakan penyelamatan dan dapat
dilakukan tanpa atau dengan analgetika.

Tujuan intubasi adalah sebagai berikut:


1) Membantu ventilasi
2) Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial.
3) Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau berasal dari
lambung.

b. Laringotomi (Krikotirotomi)
Laringotomi dilakukan dengan membuat lubang pada membran tirokrikoid
(krikotirotomi).

c. Trakeostomi
Merupakan suatu tindakan bedah dengan mengiris atau membuat lubang
sehingga terjadihubungan langsung lumen trakea dengan dunia luar untuk
mengatasi gangguan pernapasan atas.

d. Perasat Heimlich
Suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total
atau benda asing yangberukuran besar yang terletak di hipofaring. Prinsip
perasat Heimlich adalah memberikan tekananpada paru-paru.Pada perasat
Heimlich lakukanlah tekanan ke dalam dan ke atas rongga perut
sehinggamenyebabkan diafragma terdorong ke atas. Tenaga dorongan ini
akan mendesak udara dalam paru-paruke luar. Tata cara pelaksanaannya
adalah penolong berdiri dibelakang penderita sambilmemeluk badannya.
Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan kiri, kedua
tangandiletakkan pada perut bagian atas, kemudian dilakukan penekanan
rongga perut ke arah dalam danke atas dengan hentakan beberapa kali.
Gambar 6. Perasat Helmich

e. Back blow
1) Pada penderita yang sadar.
Penderita disuruh membatukkan keluar benda asingtersebut. Lakukan
tiga sampai empat kali pukulan punggungdiikuti tiga sampai lima kali
hentakan abdomen ataudada dan ulangi usaha-
usahapembersihan.Tindakan terakhir yang masih dapat kita
lakukanadalah, krikotiroidotomidan ini hanya dapat dilakukanoleh tenaga
terlatih.

2) Pada bayi :
a. Pegang bayi dengan muka menghadap ke bawah
b. Topang dagu dan leher dengan lutut dan satu tangan.
c. Lakukan pemukulan ringan pada punggung secara lembut antara
kedua tulang belikat.
Gambar 7. Back Blow

2.4.4. Komplikasi
a. Infeksi paru
b. Bronkiektasis
c. Asma

2.5 CORPUS ALIENUM PADA ESOFAGUS


2.5.1 Definisi
Benda asing esophagus adalah benda yang tajam ataupun tumpul atau makanan
yang tersangkutdan terjepit di esophagus karena tertekan, baik secara sengaja
maupun tidak sengaja.Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing
merupakan masalah utama anak usia 6 bulansampai 6 tahun, dan dapat terjadi
pada semua umur pada tiap lokasi di esophagus, baik di tempatpenyempitan
fisiologis maupun patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal
akibatperforasi.

2.5.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi


Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esophagus dapat dibagi
dalam golongananak dan dewasa. Penyebab pada anak antara lain, anomali
kongenital termasuk stenosiskongenital, fistel trakeoesofagus, dan pelebaran
pembuluh darah.Faktor predisposisi antara lain :
a. Belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik
b. Koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada
kelompok usia 6bulan sampai 1 tahun.
c. Retardasi mental
d. Gangguan pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain yang
mendasarinya.
e. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau
pemakai gigipalsu yang kehilangan sensasi rasa (tactil sensation) dari
palatum, pada pasien gangguanmental dan psikosis.

Faktor predisposisi lain ialah adanya penyakit-penyakit esophagus yang


menimbulkan gejaladisfagia kronis, yaitu esofagitis refluks, striktur pasca
esofagitis korosif, akhalasia, karsinomaesophagus atau lambung, cara mengunyah
yang salah dengan gigi palsu yang kurang baikpemasangannya, mabuk
(alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan).

2.5.3 Epidemiologi
Mati lemas karena sumbatan jalan nafas (suffocation) akibat tertelan atau
teraspirasi benda sing,merupakan penyebab ketiga kematian mendadak pada anak
dibawah umur 1 tahun dan penyebabkematian keempat pada anak usia 1-6 tahun
(National Safety Council 1984). Morbiditas danmortalitas yang tinggi tergantung
pada komplikasi yang terjadi. Benda asing di esophagus seringditemukan di
daerah penyempitan fisiologis esophagus. Benda asing yang bukan
makanankebanyakan tersangkut di servikal esophagus, biasanya di otot
krikofaring atau arkus aorta,kadang-kadang di daerah penyilangan esophagus
dengan bronkus utama kiri pada sfingter kardioesophagus. 70% dari 2394 kasus
benda asing esophagus ditemukan di daerah servikal, dibawahsfingter krikofaring,
12 % didaerah hipofaring dan 7,7% didaerah esophagus torakal. Dilaporkan48%
kasus benda sing yang tersangkut di daerah esofagogaster menimbulkan nekrosis
tekananatau infeksi lokal. Pada orang dewasa benda asing yang tersangkut dapat
berupa makanan ataubahan yang tidak dapat dicerna seperti biji buah-buahan, gigi
palsu, tulang ikan, atau potongandaging yang melekat pada tulang.

2.5.4 Patogenesis
Ketika benda asing masuk ke oesofagus, dapat membentuk suatu peradangan pada
esophagusdan menimbulkan suatu efek trauma pada esophagus. Kemudian
menimbulkan suatu edema yangmenimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lanjut adalah
terjadi penumpukan makanan, rasa penuh dileher dan kemudian dapat
mengganggu sistem pernafasan sebagai akibat trauma yang jugamempengaruhi
trakea, dimana trakea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus.

2.5.5 Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dengan gejala dan tanda,
pemeriksaaradiologik dan endoskopik. Tindakan endoskopik dilakukan untuk
diagnostik dan terapi.Diagnosis tertelan benda asing, harusnya dipertimbangkan
pada setiap anak dengan rasa tercekik(choking), rasa tersumbat di tenggorok
(gangging), batuk, muntah. Gejala ini diikuti dengandisfagia, berat badan
menurun, demam, gangguan pernafasan. Harus diketahui dengan baikukuran,
bentuk dan jenis benda asing, dan apakah mempunyai bagian yang tajam.

a. Manifestasi klinis
Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk, jenis benda asing, lokasi
tersangkutnyakomplikasi yang timbul dan lama tertelan. Mula-mula timbul
nyeri didaerah leher, kemudian timbulrasa tidak enak didaerah substernal atau
nyeri di punggung. Terdapat rasa tercekik, gejalapermulaan benda asing
esophagus adalah rasa nyeri di daerah leher bila benda asing tersangkut
diservikal.Bila benda asing tersangkut di esophagus distal, timbul rasa tidak
enak di substernal atau nyeri dipunggung. Gejala disfagia bervariasi
tergantung, pada ukuran benda asing, disfagia lebih berat bilatelah terjadi
edema mukosa yang memperberat sumbatan sehingga timbul rasa
sumbatanesophagus yang persisten, gejala yang lain adalah odinofagia,
hipersalivasi, regurgitasi dan muntah,kadang-kadang mudah berdarah. Nyeri
di punggung menunjukkan adanya tanda perforasi ataumediastinitis.
Gangguan napas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi akibat
penekanantrakea atau benda asing.
b. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kekakuan local pada leher bila benda asing terjepit akibat edema
yang timbul progresif. Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi akut,
didapatkan tanda-tanda pneumomediastinum,emfisema leher dan pada
auskultasi terdengar suara getaran di daerah precordialdan inter scapula.Bila
terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat
dideteksi. Perforasilangsung ke rongga pleura dan pneumothoraks jarang
terjadi tetapi dapat timbul sebagai komplikasi tindakan endoskopi.Pada anak-
anak terdapat gejala nyeri atau batuk, disebabkan oleh aspirasi ludah atau
minuman.Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronkhi, wheezing,demam, abses
leher atau tanda empisemasubkutan. Tanda lanjut, berat badan menurun dan
gangguan pertumbuhan. Benda asing yangterdapat di daerah servikal
esophagus dan bagian distal krikofaring, dapat menimbulkan obstruksisaluran
napas dengan stridor karena menekan dinding trakea bagian (posterior
trachea esophagealparty wall).
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esofagus servikal dan torakal
anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang
diduga tertelan benda asing.
2) Esofagogram pakai barium enema dilakukan untuk benda asing
radiolusen akanmemperlihatkan filling defect persistent.Pemeriksaan ini
sebaiknya tidak dilakukan untukbenda asing radioopak, karena densitas
pada bahan asing sama dengan zat kontras, sehinggaakan menyulitkan
penilaian ada tidaknya benda asing.
3) Xeroradiografi dapat menunjukkan gambaran penyangatan
(enhancement) pada daerahpinggir benda asing.
4) CT Scan dapat menunjukkan gambaran inflamasi dan jaringan lunak
5) MRI dapat memperlihatkan semua gambaran semua keadaan patologik
esophagus.
2.5.6 Penatalaksaan
Dilakukan esofagoskopi dengan memakai cunam yang sesuai agar benda asing
tersebut dapatdikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai
kelainan-kelainan esofagusyang telah ada sebelumnya. Untuk benda asing tajam
yang tidak bisa dilakukan denganesofagoskopi harus segera dilakukan
pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut, yaituservikotomi, torakotomi atau
esofagotomi.

Bila dicurigai perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak
menelan dandiberikan antibiotik dan analgetik berspektrum luar selama 7-10 hari
agar tidak terjadi sepsis.Benda asing tajam yang telah masuk ke dalam lambung
dapat menyebabkan perforasi di pylorus.Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi
sebaik-baiknya untuk mendapatkan tanda perforasi dini.Bila letak benda asing
menetap selama 2x24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkansecara
pembedahan (laparatomi).

2.5.7. Komplikasi
Laserasi mukosa perdarahan, perforasi local dengan abses leher atau mediastinitis.
Perforasidapat menyebabkan selulitis lokal, dan fistel esofagus. Benda asing bulat
atau tumpul dapatmenimbulkan perforasi sebagai akibat sekunder dari inflamasi
kronik dan erosi. Jaringangranulasi disekitar benda asing timbul bila benda asing
berada di seofagus dalam waktu yanglama.Gejala dan tanda perforasi esophagus
servikal dan torakal oleh karena benda asing atau alat,antara lain emfisema
subkutis atau mediastinum, krepitasi di daerah leher atau dada,pembengkakan
leher, kaku leher, demam dan menggigil, gelisah, nadi dan pernapasan cepat,nyeri
yang menjalar ke punggung, retrosternal dan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke
pleuradapat menimbulkan pneumothoraks atau pyotoraks.
DAFTAR PUSTAKA

Ballenger J. 2007. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok dan Kepala Leher. Edisi
13. JilidII.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Heim SW, Maughan KL.2007. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat.
University ofVirginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia. Am
Fam Physician. Oct 15; 76(8):1185-89
Junizaf, M. H. 2008. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan TelingaHidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia
Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UniversitasIndonesia
Oswari J. Corpus Alienum di Hidung: Ludman H. Petunjuk Penting pada Penyakit
THT.Hipokrates. Jakata, : 13-19
Perkasa, M.F., 2009. Ekstraksi Benda Asing Laring (Rotan) dengan Neuroleptic
Anesthesia.Medicinus , 22(2): 58-60.
Seely S, Tate. 2004. Anatomy and Physiology. 6th Edition,The McGraw−Hill
companies.
Soepardi, E. A., dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala-Leher.Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai