Anda di halaman 1dari 36

178 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

9
Tekuk Torsi Lateral
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:

 Melakukan analisis dan desain komponen struktur lentur


 Memahami pengaruh tekuk torsi lateral akibat tidak adanya kekangan lateral menerus
pada sisi sayap tekan

Pokok-pokok Pembahasan Bab

1.1 Pendahuluan
1.2 PerilakuBalok I Akibat Beban Momen seragam
1.3 Tekuk Torsi Lateral Elastis
1.4 Tekuk Torsi Inelastis
1.5 Desain LRFD Balok I
1.6 Lentur Dua Arah

9.1 PENDAHULUAN

Perhatian struktur balok tanpa kekangan lateral dalam Gambar 9.1. Pembebanan bidang web
balok akan menghasilkan tegangan yang sama besar antara titik A (menurut teori umum balok).
Namun adanya ketidaksempurnaan balok dan eksensial beban, maka akan mengakibatkan
perbedaan tegangan antara A dan B. Tegangan dan juga mengakibatkan distribusi tegangan yang
tidak sama sepanjang lebar sayap.
Flens tekan dari balok dapat dianggap sebagai kolom. Sayap yang diasumsikan sebagai
kolom ini akan tertekuk dalam arah lemahnya akibat lentur terhadap suatu sumbu. Namun karena
web balok memberikan sokongan untuk mencegah tekuk dalam arah ini, flens akan cenderung
tertekuk oleh lentur pada sumbu 2-2. Karena bagian tarik dari beban berada dalam kondisi stabil,
maka proses tekuk lentur dalam arah lateral tersebut akan dibagi dengan proses torsi sehingga
terjadilah tekuk lentur torsi (Lateral Torsional Buckling).
Ada dua macam kategori sokongan lateral, yakni:
179 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

1. Sokongn lateral menerus yang diperoleh dengan menanamkan flens tekan yang kedalam
pelat lantai beton
2. Sokongan lateral pada jarak-jarak tertentu yang oleh balok atau tekan melintang dengan
kekakuan yang cukup

9.2 PERILAKU BALOK I AKIBAT BEBAN MOMEN SERAGAM

Untuk menurunkan persamaan desain bagi balok yang tekuk torsi lateral gunakan ilustrasi sebuah
balok yang menerima beban momen seragam yang tidak terkena secara lateral. Beban momen
seragam tersebut menyebabkan tekanan konstan pada tekan flens sepanjang bentang tak
terkekang. Jika ada variasi momen, maka gaya tekan dari flens bervariasi sepanjang bentang tak
terkekang. Hal ini menyebabkan gaya tekan rata-rata yang lebih rendah sepanjang bentang
tersebut. Gaya tekan rata-rata yang lebih rendah ini mengurangi peluang terjadinya tekuk torsi
lateral.

Gambar 9.1 balok terkekang lateral pada ujung-ujungnya

Tekuk torsi lateral adalah kondisi batas yang menentukan kekuatan sebuah balok. Sebuah
balok mampu memiliki momen maksimum hingga mencapai momen plastis (Mp). tercapai atau
tidaknya momen plastis, keruntuhan dari sebuah struktur balok adalah salah satu dari peristiwa
berikut :
1. Tekuk lokal dari flens tekan
2. Tekuk lokal dari web dalam tekan lentur
3. Tekuk torsi lateran
180 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Ketiga macam keruntuhan tersebut dapat terjadi pada kondisi elastis maupun inelastis.
Gambar 9.2 menunjukan perilaku dari sebuah balok yang dibebani momen konstan M dengan
bentang tak terkekang L. Empat kategori dari perilaku balok tersebut adalah:
1. Jika L cukup kecil (L ≤ Lpd), maka momen pelastis, Mp3 tercapai dengan deformasi yang
besar. Deformasi yang besar ditujukan oleh kepastian rotasi RΔH, dengan R ≥ 3 adalah
faktor daktilitas. Kemampuan berdeformasi (Kapasitas rotasi) adalah kemampuan
menerima regangan flens yang besar dengan stabil. Perilaku ini ditunjukkan oleh kurva I
pada Gambar 9.2
2. Juka L diperbesar sehingga LPD < L < LP, maka balok dapat mencapai MP namun dengan
kapasitas rotasi yang lebih kecil (R < 3). Hal ini dikarenakan kurang cukupnya flens dan
atau web untuk menahan tekuk lokal atau kurangnya sokongan lateral untuk menahan
tekuk torsi lateral. Perilaku inelastis ini ditunjukkan oleh kurva 2 pada gambar 9.2
3. Bila panjang bentang tak terkekang diperbesar lagi (LP < L < Lr), maka M hanya mampu
mencapai Mr dengan kapasitas rotasi yang sangat terbatas. Tekuk lokal flens dan web
serta tekuk torsi lateral mencegah tercapainya MP
4. Perilaku elastis (Lp < L), dengan tahanan momen Mcr ditentukan oleh tekuk elastis, serta
tekuk lokal flens, tekuk lokal web dan tekuk torsi lateral

Gambar 9.2 Balok dengan Beban Momen Konstan Tanpa Kekangan Lateral
181 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Gambar 9.3 Hubungan Deformasi dengan Momen Plastis MP

Batasan untuk Lpd Lp dan Lr akan dibahas dalam subbab 9.4

9.3 TEKUK TORSI LATERAL ELASTIS

Untuk menurunkan persamaaan pada balok I yang mengalami tekuk torsi lateral dan akibat beban
momen seragam Mp, perhatikam gambar 9.4 yang menunjukkan posisi seragam balok I yang
tertekuk.
Beban momen Mp yang diberikan pada bidang yz dapat diuraikan terhadap sumbu x’ y’
dan z’ menjadi komponen-komponennyayaitu Mx’ My’ dan Mz’. Dengan asumsi deformasi kecil.
Maka kelengkungan pada bidang y’ dan z’ dapat dituliskan menjadi:

9.1
Demikian juga pada bidang x’ z’

9.2
Persamaan diferensial untuk balok I yang menerima beban torsi telah diturunkan dalam bab VIII
(persamaan 8.27):

9.3
Dari Gambar 9.4 (a) diperoleh hubungan:

9.4
Jika persamaaan 9.3 dan 9.4 disamakan akan diperoleh:
182 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

9.5

Gambar 9.4 Balok I dengan Beban Momen Seragam MO

Mendiferensialkan persamaaan 9.5 ke-z didapatkan:

9.6
Dari persamaan 9.2 dapat dituliskan hubungan:

9.7
Selanjutnya subtitusikan persamaan 9.7 ke dalam persamaan 9.6:
183 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

9.8
Dengan memisalkan:

9.9

Maka persamaan 9.8 dapat dituliskan kembali menjadi:

9.10
Untuk memperoleh solusi dari persamaan 9.10, maka dapat dimisalkan:

9.11

9.11

9.11
Subtitusikan persamaan 9.11 ke dalam persamaan 9.10 untuk mendapatkan:

9.12

9.12
Karena eMZ
dan A ≠ 0, maka persamaan 9.12.b hanya terpenuhi bila
9.13
Akar-akar dari persamaan 9.13 adalah:

9.14

9.14
Dari persamaan 9.14.b tampak bahwa m dapat berupa dua akar real dan dua akar kompleks sebab

Misalkan 9.15

9.15
Maka solusi dari persamaan 9.10 adalah:
184 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

9.16
Dengan mengingat persamaan Eular yang menyatakan:

9.17

9.17

Maka persamaan 9.16 dapat dituliskan kembali menjadi:

9.18
Serta diperoleh turunan kedua φ terhadap z yaitu:

9.18.c
Selanjutnya konstanta A1, A2, A5 dan A6 diperoleh dari kondisi batas yang menyatakan:

9.19
Untuk φ = 0 pada z = 0, diperoleh
0 = A1 + A2 + A5 9.20

Untuk pada z = 0, diperoleh:

9.21
Dari persamaan 9.20 dan 9.21 diperoleh persamaan:

9.22
Sehingga persamaan 9.18.c dapat dituliskan menjadi:
A1 = A2 9.23

Dan persamaan 9.18.c dapat dituliskan menjadi:


Φ = A1 (enz – e-nz) + A6 . sin qz 9.24.c
185 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

atau Φ = 2 . A1 . sinh nz + A6 . q2 . sin qz 9.24.b

dan 9.24.c

Dari kondisi batas Φ = 0 pada z = L diperoleh:


0 = 2 . A1 . sinh nL + A6 . sin qL 9.25

Dan untuk pada z = L diperoleh pula:


0 = 2 . A1 . n2 . sinh nL – A6 . q2 sin qL 9.26

Kalikan persamaan 9.25 dengan q2 serta jumlahkan hasilnya dengan persamaan 9.26
dengan nol, dan persamaan 9.13 menjadi:
2 . A1 . (n2 + q2) . sinh nL = 0 9.27

Karena (n2 + q2) ≠ 0 dan sinh nL = 0 hanya jika n = 0, sehingga A1 harus sama dengan nol, dan
persamaan 9.13 menjadi:
A1 = - A2 = 0 9.28
Akhirnya persamaan 9.18.c dapat disederhanakan menjadi:
Φ = A6 . sin qz 9.29
Pada z = 0, maka Φ = 0;
0 = A6 . sin qL 9.30
Karena A6 ≠ 0, maka
Sin qL = 0 → qL = N.π
𝑁.π
Atau 𝑞 =
L

Subtitusikan persamaan 9.31.b dan 9.9 ke dalam persamaan 9.15.b untuk diperoleh:
186 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Akhirnya persamaan 9.36 dapat disusun menjadi:

Persamaan 9.37 merupakan persamaan yang menyatakan besarnya momen yang ditahan
oleh profil I akibat tekuk torsi lateral. Untuk memperhitungkan pengaruh momen yang tak
seragam , SNI 03-1729-2002 (pasal 8.3.1) menyatakan bahwa momen gaya untuk kondisi tekuk
torsi lateral untuk profil I dank kanal ganda adalah:

9.4 TEKUK TORSI INELASTIS

Sekarang perhatikan Gambar 9.3, ketika serat tekan mencapai regangan lebih besar dari εy (ε ˃
f/E). Pada keadaan ini cukup potensial untuk terjadinya torsi lateral inelastis. Meskipun kekauan
torsi tidak terlalu terpengaruh oleh tegangan residu, namun tegangan residu ini member pengaruh
cukup besar terhadap tahanan tekan.

Akibat adanya tegangan residu tahanaan momen elastis maksimum Mr adalah:


Mr = Sx(fy – fr)
187 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Pada umumnya sokongan lateral dipasang pada lokasi yang direncanakan mampu
mencapai momen plastis, MP dan jarak antar sokongan lateral relative pendek. Dengan
mengabaikan kekakuan torsi GJ, maka persamaan 9.37 menjadi:

9.40
Karena Mcr harus mencapai MP, subtitusikan MP = Zx . fy untuk Mcr subtitusikan juga Cw =
Iyb2/4.Iy = A.ry2 serta L adalah panjang bentang tak terkekang, maka persamaan 9.41 dapat
dituliskan kembali menjadi:

9.41
Dengan menganggap bA/Zx = 1,5 maka:

9.42
Untuk dapat mencapai kapasitas rotasi R < 3, SNI 03-1729-2002 (table 8.3-2) mengambil harga
yang lebih rendah, yaitu:

9.43
Bila diinginkan kapasitas rotasi yang lebih besar (R ≥ 3) untuk digunakan dalam analisis plastis,
SNI 03-1729-2002 (pasal 7.5.2) mensyaratkan:

9.44

Dengan:
fy adalah tegangan leleh material MPa
M1 adalah momen ujung yang terkecil, N-mm
M2 adalah momen ujung yang ters\besar, N-mm
ry adalah jari-jari girasi terhadap sumbu lemah, mm
188 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

M1/M2 bertanda positif untuk kasus kelengkungan ganda dan negative untuk
kelengkungan tunggal

Jika hanya dikehendaki M = Mr maka panjang bentang tak terkekang diatur sedemikian
rupa agar L = Lr sehingga:

Dengan:
fL = fy – fr

9.5 DESAIN LRFD BALOK I

Setiap komponen struktur yang memikul momen lentur harus memenuhi persyaratan:
Φb . Mn ≥ Mu
Dengan:
Φb adalah faktoor reduksi untuk lentur = 0,90
Mn adalah kuat nominal momen lentur dari penampang
Mu adalah beban momen lentur terfaktor
Besarnya kuat nominal momen lentur dari penampang ditentukan sebagai reduksi

Kasus 1: Mn = MP (R ≥ 3)
Agar penampang dapat mencapai kuat nominal Mn = MP maka penampang kompak untuk
menvegah terjadinya tekuk lokal. Syarat penampang kompak dimana sesuai table 7.5-1 SNI 03-
1729-2002, yaitu ʎ untuk flens (b/2tf) dan untuk (b/tw) tidak boleh melebihi ʎP ditampilkan pada
tabel 9.1 harus kompak, pangaku lateral harus diberikan sehingga panjang bentang tak terkekang
L, tidak melebihi Lpd yang diperoleh dari persamaan 9.47.
189 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

TABEL 9.1 BATASAN RASIO KELANGSINGAN ʎ UNTUK PENAMPANG KOMPAK


BALOK i
(Modulus Elastisitas E = 2000000 MPa)

Kasus 2: Mn = MP (R < 3)
Agar penampang dapat mencapai momen plastis MP dengan kapasitas R < 3 penampang harus
kompak dari titik terjadi tekuk lokal (b/2tf) dan (b/tw) < ʎP Momen lateral harus diberikan
sehingga bentang tak terkekang L tidak melebihi yang ditentukan oleh persamaan 9.43 (untuk Cb
= 1).

Kasus 3: MP > Mn ≥ Mr
Dalam kasus 3 terjadi tekuk torsi lateral untuk penampang kompak (ʎ ≤ ʎP) kuat tekuk nominal
didekati dengan hubungan linear titik 1 (LP, MP) dengan titik 2 pada gambar 9.5. Kuat momen
lentur nominal dalam kasus 3 ditentukan dalam SNI 03-1729-2002 (pasal 8.3.4).

9.49
Mr adalah kuat nominal yang tersedia untuk beban layan ketika serat terluar penampangmencapai
tegangan fy (termasuk tegangan residu) dan dapat diekspresikan sebagai:

Mr = Sx (fy – fr) 9.50


190 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Dengan:
fy adalah tegangan leleh profil
fr adalah tegangan residu (70 MPa untuk penampang dirol & 115 MPa untuk
penampang dilas)
Sx adalah modulus penampang

Panjang Lr diperoleh dari persamaan 9.52:

9.51
Dengan:

fL = fy – fr 9.52.a

Gambar 9.5 Kuat Momen Lentur Nominal Akibat Torsi Lateral

Kasus 4: MP > Mn ≥ Mr
1. LP < L < Lr
2. ʎP < (ʎ = b/2tf ) < ʎr
3. ʎP < (ʎ = b/tw ) < ʎr
191 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Kuat momen lentur nominal dalam kasus 4 harus dihitung berdasarkan keadaan yang
paling kritis dari tekuk lokal flans, tekul lokal web serta tekul lateral. Untuk membatatasi
terhadap tekuk lokal flans dan tekuk lokal web. SNI 03/1729/2002(pasal 8.2.4) merumuskan

Kuat momen lentur nominal dalam kasus 4 di ambil nilai dari yang terkecil persamaan
9.54 dan 9.55. batasan rasio kelangsingan penampang λr untuk penampang tak kelompok
ditampilkan dalam tabel 9.2

TABEL 9.2 BATASAN RASIO KELANGSINGAN AR UNTUK PENAMPANG KOMPAK


BALOK I

Kasus 5 : Mn < Mr
Kasus 5 terjadi bila L > Lr dan kelangsingan dari flens serta web tak melebihi λr (penampang
kompak). Kuat nominal momen lentur dalam kondisi ini ditentukan sebagai berikut:
192 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Persamaan 9.56 dapat pula dituliskan dengan menggunakan variabel X1 dan X2 dalam
persamaan 9.52.b dan c sehingga menjadi :

CONTOH 9.1 :
Sebuah balok tertumpu sederhana dengan beban seperti dalam gambar di bawah ini.

Beban merata dari 15% D dan 85% L, beban terepusat terdiri dari 40% D serta
60% L. Balok tersebut diberi sokongan lateralpada ujung-ujungnya serta setiap jarang
2,25 m. Mutu baja BJ 37.

JAWAB :

Estimasi sokongan apakah lateral cukup dekat untuk mendesain balok agar dapat mencapai
momen plastis, Mp (tanpa analisis plastis). Asumsikan penampang kompak untuk mencegah
tekuk lokal, dan balok berada dalam kasus 2 (Mn = Mp)
Panjang maksimal bentang tak terkekang adalah
193 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Penampang terkecil yang memiliki Zx ≤ 3.332.812,5 mm3 adalah 400.400.13.21 (Zx = 3600,13
cm3)

Periksa kuat momen lentur nominal dari penampang, dengan menyertakan berat sendiri balok :

Cek kelangsingan penampang :

CONTOH 9.2
periksa apkah profil WF 700.300.12.24. cukup kuat untuk memikul beban layangan pada
gambar berikut ini, jika pada balok di beri sokongan lateral pada tengah sertab pada tumpuan
– tumpuan. (mutu baja BJ 37)
194 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

JAWAB :
Berat sendiri profil WF 700.300.12.24 = 1,85 kN/m

Cek kelangsingan:
195 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

CONTOH 9.3
Pilihlah penampang WF yang ekonomis bagi blok pada setruktur di bawah ini. Sokongan
lateral dipasang pada kedua tumpuan serta pada kedua lokasi beberapa terpusat. (mutu baja
BJ 37)
196 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Di coba menggunakan profil WF 600.200.11.17


Cek kelangsingan penampang:

Segmen A dan B
197 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Karena M1/M2 = 0 maka, Cb = 1,67


198 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Segmen B :
199 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

JAWAB :
Hitunglah properti dari penampang :

A = (2 X 16 X 400) + (8 X 700) = 18400 mm2


1 1
Ix = (8)(700)3 + 2.12 (400) (16)3 + 2 (400)(16)(350 + 8)2
12

= 1869438933 mm4
𝐼 1869438933
Sx = 𝑑⁄𝑥 = = 5107756,648 mm3
2 366

1 1
IY = 2.12. 16.(400)3 + 12 . (8)3 . 700 = 170696533,3 mm4

𝐼𝑦 170696533,3
ry = √𝐴 = √ = 96,3171 mm
18400

350
Zx = 2 (16)(400)(350 + 8) + 2 (8)(350) ( ) = 5562400 mm3
2
1
J = 3 [2(400)(16)3 + 700 . (8)3] = 1211733,33 mm4
1
𝐼 ℎ2 𝑋 16 𝑋 4003 𝑋 (700+162
Cw = 𝑓2 = 12 = 21873322,67 . 106 mm6
2

𝜋 𝐸.𝐺.𝐽.𝐴 𝜋 2.105 𝑋 8.104 𝑋 1211733,33 .18400


𝑋1 =𝑆 √ = 5107756,648 √
𝑥 2 2

= 8217,73 MPa
𝑆 2𝐶 5107756,648 2 21873322,67 .106
𝑥 𝑤
X2 = 4(𝐺.𝐽 ) = 4 (8.104 𝑋 12111733,33)
𝐼𝑦 170696533,3

= 1,423.10-3 mm4/N2
Periksa terhadap tekuk lokal flens dan tekuk lokal web
𝑏 400
flens 𝜆 = 2.𝑡 = 2.16 = 12,5
𝑓

170 170
𝜆p = = = 8,3957
√𝑓𝑦 √410
700
= = 87,5
8
4 4
kℓ = = = 0,4276 → 0,35 ‹ ke ‹ 0,763 OK!!
√ℎ⁄𝑡 √87,5
𝑤

420 420
𝜆r = = = 15,9903
√(𝑓𝑦 − 𝑓𝑟 )/𝑘ℓ √(410−115)/ 0,4276

𝜆p ‹ 𝜆‹ 𝜆r→ tak kompak


200 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

ℎ 700
Web: 𝜆 =𝑡 = = 87,5
𝑤 8
1680 1680
𝜆𝑝 = = = 82,97
√𝑓𝑦 √410
2550 2550
𝜆𝑟 = = = 125,935
√𝑓𝑦 √410

𝜆𝑝 ‹ λ ‹𝜆𝑟 → tak kompak


𝑀𝑃 =𝑍𝑥 . 𝑓𝑦 = 5562400(410 -115) = 1506,788
𝑀𝑟 = 𝑆𝑥 (𝑓𝑦 − 𝑓𝑟 ) = 5107756,648.(410-115)1506,788 kN.m

Hitung 𝑀𝑛 Berdasarkan batasan untuk tekuk lokal web :


𝜆−𝜆𝑝
𝑀𝑛 = 𝑀𝑃 − (𝑀𝑃 − 𝑀𝑟 ) 𝜆
𝑟−𝜆𝑝

87,5−82,97
= 2280,584 – (2280,584 – 1506,788)(125,935−82,97)

= 2198,999 kNm
Periksa terhadap tekuk torsi lateral

790 790
𝐿𝑃 = . 𝑟𝑦 = x 96,3171 = 3757,842 mm = 3,757842 m
√𝑓𝑦 √410

𝑋1
𝐿𝑟 = (𝑓 ) √1 + √1 + 𝑋2 (𝑓𝑦 − 𝑓𝑟 )2
𝑦 −𝑓𝑟

8217,73
= 96,3171. (410−115) √1 + √1 + 1,423. 103 (410 − 115)2

= 9275,96 mm 9,27596 m

Karena 𝐿𝑝 (=3,757842 m) < L (= 4,5 m) <𝐿𝑟 ( = 9,27596 m) dan penampang tak kompak
Maka soal ini termasuk dalam kasus 4.
Kuat momen lentur nominal ditentukan dalam persamaan :
𝐿 −𝐿
𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 . [𝑀𝑟 + (𝑀𝑃 − 𝑀𝑟 ) 𝐿𝑟 −𝐿]<𝑀𝑃
𝑟

Besarnya nilai 𝐶𝑏 untuk segmen tengah adalah 1,01, sehingga :


9275,96−4500
𝑀𝑛 = 1,01.[1506,788 + (2280,584 − 1506,788) 9275,96−3,757842]

= 1924,411 kN.m <𝑀𝑃 (= 2280,584)


201 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Kesimpulan:
Tekuk lokal flens : 𝑀𝑛 = 1862,406 kN.m
Tekuk lokal web : 𝑀𝑛 = 2198,999 kN.m
Tekuk torsi lateral : 𝑀𝑛 = 1924,411 kN.m
Kuat momen nominal 𝑀𝑛 profil diambil yang terkecil, 𝑀𝑛 = 1862,406 kN.m
Øb.𝑀𝑛 = 0,9 (1862,406)= 1676,1654 kN.m
Max 𝑀𝑢 = Øb.𝑀𝑛 = 1676,1654 kN.m
𝑀𝑢 = 1,2.𝑀𝑑 + 1,6.𝑀𝐿
1
1676,1654 = 1,2. 8(20)(13,5)2 + 1,6.ML
𝑀𝐿 = 705,885 kN.m
8𝑋 𝑀𝐿𝐿 8 𝑋 705,885
qL = = = 30,985 Kn/m
𝐿2 13,52

CONTOH 9.5 :

Profil WF 200. 200. 8. 12 digunakn sebagai balok tertumpu sederhana dengan bentang 8 m dan
sokongan lateral pada kedua ujungnya. Balok ini di perlukan untuk memiliki beban mati merata
sebesar 2 kN/m. Hitunglah beban hidup layan yang di izinkan bekerja pada balok tersebut jika
mutu baja yang digunakan adalah BJ 37. hitunglah berat presentase kenaikan beban hidup yang
di izinkan jika mutu baja adalah BJ 55.

JAWAB :

Untuk mutu baja BJ 37


790 790
Lp = .r= . 50,2 = 255,913 mm
√𝑓𝑦 √240

𝜋 𝐸.𝐺.𝐽.𝐴 𝜋 2 .105 𝑋 8 .104 𝑋 26,04 .104 𝑋 63,53 .102


X1 =𝑆 √ = 472 .103 √
𝑥 2 2

= 24213,79 Mpa
2𝐶 2
𝑥 𝑆 𝑤 472 .103 141376 .106
X2 = 4 (𝐺.𝐽 ) = 4 (8.104 𝑋 26,04.104 )
𝐼 1600 .104

= 1,8144 . 10-5 mm4/N2

𝑋1 2
L2 =ry . (𝑓 ) √1 + √1 + 𝑋2 (𝑓𝑦 − 𝑓𝑟 )
𝑦 − 𝑓𝑟
202 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

24213,79
= 50,2 . ( 240−70 ) √1 + √1 + 1,8144 . 10−5 (240 − 70)2

= 10688,64 mm = 10,68864 m
Lp(= 2,559 m) < L (= 8 m) < Lr (= 10,68864 m)
𝑏 200
= 2 𝑋 12 = 8,33 < 10,97
2.𝑡𝑓

ℎ 200−2 (12)
= = 22 < 108,44
𝑡𝑤 8

Mr = S(𝑓𝑦 − 𝑓𝑟 ) = 472 . 103(240 − 70) = 80,24 kN.m


Mp = Zx . fy = 513,15 . 103(240) = 123,156 kN,m
𝐿 − 𝐿
Mn = Cb . [𝑀𝑟 + (𝑀𝑝 − 𝑀𝑟 ) 𝐿 𝑟− 𝐿 ]
𝑟 𝑝

10688,64− 8000
= 1,14 [80,24 + (123,156 − 80,24) 10688,64− 2559,913] =107,656 kNm

Mu = ø.Mn = 0,9(107,656) = 96,8904 kN.m


Mu = 1,2 MD + 1,6 ML
1
96,8904 = 1,2 . 8 . (2)(8)2 + 1,6 ML
ML = 48,5565 kN.m
8 𝑋 𝑀𝐿 8 𝑋 48,5565
qL = = = 6,07 kN.m
𝐿2 82

Untuk mutu baja BJ 55


790 790
Lp = .ry = .50,2 = 1958,57 mm
√𝑓𝑦 √410

𝑋1 2
Lr = ry.(𝑓 ) √1 + √1 + 𝑋2 (𝑓𝑦 − 𝑓𝑟 )
𝑦 −𝑓𝑟

24213,79
= 50,2 .( 410−70 ) √1 + √1 + 1,1844 . 10−5 (40 − 70)2

= 5939,347 mm = 5,939347 m

L (= 8 m ) > Lr (5,939347 m ) → kasus 5

𝜋 π.E 2
Mn= Mcr = Cb.𝐿 √𝐸. 𝐼𝑦 . G. J + ( L ) . Iy . cw
203 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

𝜋 𝜋𝑥2.105 2
Mn = 1,14 8000 √2.105 𝑥1,6.107 𝑥8.104 𝑥26,044 + ( ) . 1,6.107 𝑥41376.106
8000

= 127,108 kN.m

Presentase tambahan beban hidup yang dapat bekerja jika mutu baja di ubah dari BJ 37 menjadi
7,437−6,07
BJ41 adalah sebesar 6,07 x 100 % = 22,52%

CONTOH 9.6:
Pilihlah profil WF yang ekonomis untuk digunakan sebagai balok lantai perpustakaan yang
tertumpu sederhana. Sokongan lateral dipasang pada kadua ujungnya dan pada lokal benda-benda
terpusat. Lendutan akibat beban hidup tak boleh melebihi L/300. Gunakan mutu baja BJ 37!
JAWAB:
Pu = 1,2(30) + 1,6(30) = 84 kN
qu = 1,2(5) + 1,6(15) = 30 kN/m
Dicoba menggunakjan profil WF 600.300.12.20
204 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Cek penampang :

Segmen AB = CD (L = 4,5 m)
MA = 269,578125 kN.m
MB = 501,1875 kN.m
205 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

MC = 694,828125 kN.m
Mmax = 850,5 kN.m

Segmen BC (L = 2,5 m)

Cek terhadap syarat lendutan :

dengan :
206 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

9.6 LENTUR DUA ARAH

Jika penampang bentuk 1 dibebani oleh momen Mx yang mengakibatkan lendutan dari
sumbu kuat, serta momen Myyang mengakibatkan lentur pada sumbu lemah, maka akan
diisi batas kekuatan komponen struktur tersebut ditrntukan oleh lebih akibat tegangan
kombinasi yang bekerja atau oleh tekuk torsi lateral. Contoh komponen yang menjadi
lntur dalam dua arah adalah struktur gording atau struktur balok karena (crant and
grider)
Perencanan struktur baja metode LRFD untuk balok yang mengalami lentur dari dua
arah, mensyaratkan pemeriksaan terhadap:
1. Kondisi batas leleh:

2. Kondisi batas tekuk torsi lateral

CONTOH 9.7

Rencanaknlah sebuah komponen srtuktur balok karena, (bj 37) dalam gambar berikut
jika diketahui data – data sebagai berikut :
207 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

JAWAB :
Menentukan reaksi pada roda-roda keran :

Berat takel + kapasitas keran = 7 + 20 = 27 ton


208 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Tinjau balok keran bentang 6 m

Akibat beban hidup:


Momen maksimum akibat beban hidup tercapai jika titik tengah dari salah satu momen dengan
gaya resultan berada pada tengah – tengah batang balok. Dari gambar di atas, momen
maksimum akan terjadi di titik A atau di titik B.

Momen maksimum di a. = 20,1188(3 – 0,95) = 41,24354 ton.m

Momen maksimum di b. = 38,7655( 2,05 – 1,9) = 5,814825 ton.m

Dari hasil perhitungan di atas, di peroleh momen maksimum sebesar 41,24354 ton.m
dengan memperhitungkan koefisien kejut sebesar 1,15 maka momen maksimum pada balok
keran akibat beban hidup adalah sebesar 1,15(41,24354) = 47,43 ton.m
209 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Akibat beban mati :

Momen akibat gaya rem melintang:

Gaya rem mellintang biasanya di ambil sebesar 1/15 dari beban kapasitas keran + beban takel
(untuk 2 roda). Sehingga:
1 1
Beban lateral per roda = 2 𝑥 15(20+7)(1,6) = 1,44 ton

Telah di hitung sebelumnya bahwa akibat beban roda 29,4422 ton menimbulkan momen
maksimum sebesar 41,24354 ton.m. sehingga dapat di hitung momen akibat gayan lateral
sebesar 1,44 ton adalah:

Sebagai balok dicoba profil WF 400.400.13.21. selanjutnya profil ini harus diperiksa
terhadap kondisi batas leleh dan kondisi tekuk toris lateral.

i) Pemeriksaan terhadap kondisi batas leleh

ii) Pemeriksaan terhadap tekuk toris lateral:


210 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Cek penampang:

Jadi, WF 400.400.13.21 dapat dipakai sebagai balok keran tersebut


211 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

SOAL-SOAL LATIHAN
P.9.1 – P.9.3
Tentukan besar beban layang terpusat maksimum, yang dapat bekerja di tenga bentang
balok tertumpu sederhana, dalam masing – masing kasus berikut :

Kekangan lateral dipasang pada kedua ujung tumpuan, sedangkan beban layang terdiri
65% beben hidup dan 35% beban mati.

P.9.4 – P.9.6

Tentukn / pilihan profil WF yang ekonomis untuk digunakan sebagai balok yang
memberi beban merata sebagai berikut:

Asumsikan bahwa semua beban sudah termasuk berat sendiri profil!!

P.9.7

Pilihlah profil WF yang ekonomis untuk digunakan sebagai balok dalam setruktur torsi ini
(gambar baja BJ 37)
212 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Kekangan lateral diberikan pada ujung – ujung balok dan pada lokasi beban terpusat

P.9.8

periksalah apakah profil WF 350.175.7.11 terhadap lentur dan geser jika mutu baja
dipakai BJ 41. Kekangan lateral hanya dipasangan pada kedua tumpuan dan pada
m0men dari kantilever.

P.9.9
Sebuah penampang tersusun bentuk I seperti pada gambar P.9.9, digunakan sebagai balok
tertumpu sederhana sepanjang 15 m. Hitunglah beban layang maksimum, qmaks, yang
dapat dipukul oleh balok tersebut, jika mutu baja yang digunakan adalah BJ 37, dan
perbandingan beban hidup dengan beban mati adalah tiga (L/D = 3). Sokongan lateral
dipasang tiap jarak 1/3 L
213 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

P.9.10

Anda mungkin juga menyukai