LAPORAN PENDAHULUAN
Kanker paru adalah adalah tumor yang berasal dari saluran napas atau
epitel bronkus yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal tidak
terbatas dan merusak sel-sel jaringan yang normal.Kanker paru merupakan
penyebab utama keganasan di dunia dan mencapai hingga 13% dari semua
diagnosis kanker.selain itu kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh
kematian akibat kanker pada laki-laki (KemenkesRI 2016:1).
Menurut data dari RS Kanker Dharmais pada tahun 2013, Kanker paru
menempati urutan ke tiga untuk angka kematian dan angka kasus baru
(Departemen Kesehatan Indonesia,2015). Data dari dinas provinsi jawa tengah
2008 di Indonesi terdapat kanker paru sebanyak 1278 (4.72%) kasus. Berdasarkan
studi pendahuluan yang di lakukan di RS Islam Surakarta. Pada tahun 2013 pasien
kanker paru sebesar 115 pasien rawat inap, Tahun 2014 sebesar 374 pasien rawat
inap, pada tahun 2015 sampai dengan Juni 2015 sebesar 148 pasien rawat inap.
Rata-rata usia pasien penderita kanker paru 40-65 tahun dan mayoritas pasien
berjenis kelamin laki-laki.
Pada Januari 2007-2010 terdata ada 210 pasien yang didiagnosis kanker paru
secara defenitif (sitologi/histopatologi) yang dirawat di RA3 RSUP H.Adam Malik
Medan.
Penelitian terbaru tahun 2011 oleh Kasuma dilaporkan bahwa dari 100 penderita
kanker paru yang telah dilakukan bronkoskopi di Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT)
RSUP H.Adam Malik Medan, berdasarkan sitologi bronkus, adenokarsinoma
menempati urutan pertama sebanyak 45%, yang kedua adalah karsinoma sel
skuamous sebanyak 33%.
2.1.1 Defenisi
Kanker paru adalah adalah tumor yang berasal dari saluran napas atau
epitel bronkus yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal tidak
terbatas dan merusak sel-sel jaringan yang normal.Kanker paru merupakan
penyebab utama keganasan di dunia dan mencapai hingga 13% dari semua
diagnosis kanker.selain itu kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh
kematian akibat kanker pada laki-laki (KemenkesRI 2016:1).
2.1.2. Etiologi
Etiologi dari kanker paru masih belum diketahui, tetapi ada tiga faktor yang
tampaknya bertanggung jawab dalam terjadinya peningkatan insiden
penyakit ini: merokok, bahan industri, dan polusi udara.
Klasifikasi :
2.1.3 Patofisiologi
Faktor predisposisi
GAS
INTOLERANSI
AKTIVITAS
GGN POLA TIDUR
2. Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama
dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki
gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar
getah bening, dan metastasis ke organ lain.
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi
komputer. Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan
kanker paru dengan dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara
jelas. Keuntungan tomografi komputer tidak hanya memperlihatkan
bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding
toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi,
dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur
normal yang berdekatan.
3. Sitologi
Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang
mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah.
Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan.
Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik
pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu dapat juga
menunjukkan proses dan sebab peradangan.
Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang
dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah
pemeriksaan yang paling sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker
paru stadium preinvasif maupun invasif. Pemeriksaan ini akan memberi
hasil yang baik terutama untuk kanker paru yang letaknya sentral.
Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap kanker
paru pada golongan risiko tinggi.
4. Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan
indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber
optik, perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul
atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada
tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit
dicapai oleh ujung bronkoskop.
5. Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk
mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal
ini diperlukan peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga
menuntun jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor bertujuan
untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang berdekatan
dengan tumor.
6. Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna
pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah
pemeriksaan dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke
dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebahagian jaringan
paru yang tampak.
Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara langsung ke
dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang dari jarum
suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada.
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor
secara total berikut kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya
dilakukan pada kanker paru yang tumbuh terbatas pada paru yaitu stadium
I (T1 N0 M0 atau T2 N0 M0), kecuali pada kanker paru jenis SCLC. Luas
reseksi atau pembedahan tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor di
paru. Pembedahan dapat juga dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi
lebih bersifat paliatif. Pembedahan paliatif mereduksi tumor agar
radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan demikian kualitas hidup
penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik.
Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan
cara :
a. Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru
yang berisi tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.
b. Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu
paru.
c. Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan.
Hal ini dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang
sanggup bernafas dengan satu paru.
2. Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker
paru dengan tumor yang tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat
dilakukan pada NCLC stadium awal atau karena kondisi tertentu tidak
dapat dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus utama
sehingga teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien
tidak mendukung untuk dilakukan pembedahan.
Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar X untuk
membunuh sel kanker. Pada beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar
tubuh (eksternal). Tetapi ada juga radiasi yang diberikan secara internal
dengan cara meletakkan senyawa radioaktif di dalam jarum, dengan
menggunakan kateter dimasukkan ke dalam atau dekat paru-paru. Terapi
radiasi banyak dipergunakan sebagai kombinasi dengan pembedahan atau
kemoterapi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum
diberikan pada SCLC atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah
bermetastasis ke luar paru seperti otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat
digunakan untuk memperkecil sel kanker, memperlambat pertumbuhan,
dan mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang
kemoterapi diberikan sebagai kombinasi pada terapi pembedahan atau
radioterapi. Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika)
untuk membunuh sel kanker. Kombinasi pengobatan ini biasanya
diberikan dalam satu seri pengobatan, dalam periode yang memakan
waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan agar kondisi tubuh
penderita dapat pulih (ASCO, 2010).
2.2 Tinjauan toeritis Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Data Subjektif:
Anamnesis
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk
diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal
penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang
bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing),
nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan
yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien
tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, keniasaan merokok,
dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.
2. Data Objektif
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa
perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah
bening dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan
pleura.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan jumlah secret paru.
2. Pola nafas tidak efektif b/d hiperventilasi.
3. Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan : keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI (NIC)
HASIL (NOC)
1. Bersihan jalan NOC: NIC:
nafas tidak efektif Airway suction
- Respiratory status:
b/d peningkatan 1. Auskultasi suara
ventilation
jumlah secret paru - Respiratory status: airway nafas sebelum dan
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakarta.