Askep GGK
Askep GGK
Kelompok 1 :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah kami masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan data diatas, oleh karena itu kami menyusun asuhan keperawatan
dengan “Gagal Ginjal Kronik”, diharapkan dengan penyusunan asuhan keperawatan ini
pembaca dapat menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien “Gagal
Ginjal Kronik”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan analisa definisi diatas, jelas bahwa gagal ginjal kronis merupakan gagal
ginjal akut yang berlangsung lama, sehingga mengakibatkan gangguan yang peresisten
dan dampak yang bersifat kontinou. Sedangkan National Kidney Foundation (NKF)
mendefinisikan dampak dari kerusakan ginjal adalah sebagai kondisi mikroalbuminuria/
over proteiuneria, abnormalitas sedimentasi, dan abnormalitas gambaran ginjal. Oleh
karena itu, perlu diketahui klasifikasi dari derajat gagal ginjal kronis untuk mengetahui
tingkat prognosisnya.
2.2 Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya, sehingga
merupakan penyakit sekunder (secondary illness). Penyebab yang sering adalah diabetes
militus dan hipertensi. Selain itu ada beberapa penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis,
yaitu (Robinson, 2013) :
3
d. Penyakit vaskuler (renal neprosclerosis)
e. Obstruksi Saluran Kemih (nephrolithisis)
f. Penyakit kolagen (System Lupus Erythematosus)
g. Obat-Obatan Nefrotoksik (aminoglikosida)
4
g. Endokrin
Biasa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan gangguan siklus
menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma, peningkatan sekresi
hormone aldosteron, kerusakan metabolism karbohidrat.
h. Hemtopoitiec
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia
(dampak dari dialysis), dan kerusakan platelet. Biasanya masalah yang serius pada
sistem hematologi ditunjukkan dengan adanya perdarahan (purpura,ekimosis, dan
petechiae).
i. Musculoskeletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis, dan
klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard).
2.4 Patofisiologi
Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurun secara drastis yang berasal dari
nefron. Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50% dalam hal GFR
(Glomerular Filtration Rate). Pada penurunan fungsi rata-rata 50%, biasanya muncul
tanda dan gejala azotemia sedang, poliuri, nokturia, hipertensi dan sesekali terjadi
anemia. Selain itu, selama terjadi kegagalan fungsi ginjal maka keseimbangan cairan dan
elektrolit pun terganggu. Pada hakikatnya tanda dan gejala gagl ginjal kronis hampir
sama dengan gagal ginjal akut, namun awitan waktunya saja yang membedakan.
Perjalanan dari gagal ginjal kronis membawa dampak yang sistemik terhadap seluruh
sistem tubuh dan sering mengakibatkan komplikasi (Madara, 2008).
5
Glumerulonefritis
Infeksi
kronis
Kelainan
kongenital
Penyakit vaskuler Gagal Ginjal Kronis
Nephrolithiasi
s
Gangguan Produksi urine
SLE Hipernatremia
Reabsorbs turun
i
Obat nefrotoksik Retensi Cairan
Hiponatremia
Gangguan
Eliminasi
Vol.
Vol. Urine
Proses hemodialisa Vaskuler
Vaskuler
kontinou meningkat
turun
Permeabilitas
Hipotensi
kapiler meningkat
Tindakan infasif
berulang
Perfusi turun Oedema
Injury jaringan
Ketidakefektifan Stagnansi Vena
perfusi jaringan
Resiko Infeksi perifer
Infiltrasi
Defisiensi energy
sel
Kerusakan
jaringan kulit
Intoleransi
Aktifitas
Asidosis Dyspneu
Stress Ulcer
Respireatorik
Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan Tubuh
6
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnose
gagal ginjal kronis (Baughman, 2000) :
a. Biokimiawi
Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dan keratin plasma.
Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui fungsi ginjal adalah dengan
analisa creatine clearance (klirens kreatin). Selain pemeriksaan fungsi ginjal,
pemeriksaan kadar elektrolit juga harus dilakukan untuk mengetahui status
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sebagai bentuk kinerja ginjal.
b. Urinalisis
Urinalisis dilakukan untuk menapis ada/tidaknya infeksi pada ginjal atau
ada/tidaknya perdarahan aktif akibat inflamasi pada jaringan parenkim ginjal.
c. Ultrasonografi Ginjal
Imaging (gambaran ) dari ultrasonografi akan memberikan informasi yang
mendukung untuk menegakkan diagnosis gagal ginjal. Pada klien gagal ginjal
biasanya menunjukkan adanya obstruksi atau jaringan parut pada ginjal. Selain
itu, ukuran dari ginjal pun akan terlihat.
2.6 Penatalaksanaan
Mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan pengembalian, maka
tujuan dari penatalaksanaan klien gagal ginjal kronis adalah untuk mengoptimalkan fungsi
ginjal yang ada dan mempertahankan keseimbangan secara maksimal untuk memperpanjang
harapan hidup klien. Sebagai penyakit yang kompleks, gagal ginjal kronis membutuhkan
penatalaksanaan terpadu dan serius, sehingga akan meminimalisir komplikasi dan
meningkatkan harapan hidup klien Oleh karena itu, beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan penatalaksanaan pada klien gagal ginjal kronik (Robinson,2013 :
Baughman, 2000)
1. Perawatan kulit yang baik
Perhatikan hygiene kulit pasien dengan baik melalui personal hygiene (mandi/seka)
secara rutin,gunakan sabun yang mengandung lemak dan lotion tanpa alkohol untuk
mengurangi rasa gatal. Jangan gunakan gliserin/ sabun yang mengandung gliserin
karena akan mengakibatkan kulit tambah kering.
2. Jaga kebersihan oral
Lakukan perawat oral hygiene melalui sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut/
spon. Kurangi konsumsi gula (bahan makanan manis) untuk mengurangi rasa tidak
nyaman di mulut.
3. Beri dukungan nutrisi
Kolaborasi dengan nutritionist untuk menyediakan menu makanan favorit sesuai
dengan anjuran diet. Beri dukungan intake tinggi kalori,rendah natrium dan kalium.
4. Pantau adanya hiperkalemia
7
Hiperkalemia biasanya ditunjukkan dengan adanya kejang/ kram pada lengan dan
abdomen, dan diarea. Selain itu pemantauan hiperkalemia dengan hasil ECG.
Hiperkalemia bisa diatasi dengan dialisis.
5. Atasi hiperfosfatemia dan hipokalsemia
Kondisi hiperfosfatemia dan hipokalsemia bisa diatasi dengan pemberian antasida
(kandungan alumunium/ kalsium karbonat).
6. Kaji status hidrasi dengan hati-hati
Dilakukan dengan memeriksa ada/ tidaknya distensi vena jugularis, ada/ tidaknya
crackles pada auskultasi paru. Selain itu, status hidrasi bisa dilihat dari keringat
berlebih pada aksila, lidah yang kering. hipertensi, dan edema perifer. Cairan hidrasi
yang dperbolehkan adalah 500-600 ml atau Iebih dari haluaran urine 24 jam.
7. Kontrol tekanan darah
Tekanan diupayakan dalam kondisi normal. Hipertensi dicegah dengan mengontrol
volume intravaskuler dan obat-obatan antihipertensi.
8. Pantau ada/ tidaknya komplikasi pada tulang dan sendi.
9. Latih klien napas dalarn dam batuk efektif untuk mencegah terjadinya kegagalan
nafas akibat obstruksi.
10. Jaga kondisi septik dan aseptik setiap prosedur perawatan (pada perawatan luka
operasi)
11. observasi adanya tanda-tanda perdarahan
pantau kadar hemoglobin dan hematokrit klien. Pemberian heparin selama klien
menjalani dialisis harus disesuaikan dengan kebutuhan.
12. Observasi adanya geiala neurologis
Laporkan segera jika dijumpai kedutan, sakit kepala, kesadaran delirium, dan kejang
otot. Berikan diazepam/ fenitoin jika dijumpai keiang.
13. Atasi komplikasi dari penyakit
Sebagai penyakit yang sangat mudah menimbulkan komplikasi, maka harus dipantau
secara ketat. Gagal "jantung kongestif dan edema pulmonal dapat diatasi dengan
membatasi cairan, diet rendah natrium, diuretik, preparat inotropik (digitalis/
dobutamin) dan lakukan dialisis jika perlu. Kondisi asidosis metabolik bisa diatasi
dengan pemberian natrium bikarbonat atau dialisis.
14. Laporkan segera jika ditemui tanda-tanda perikarditis (friction rub dan nyeri dada)
15. Tata laksana dialisis/ transplantasi ginjal
Untuk membantu mengoptimalkan fungsi ginjal maka dilakukan dialisis. Jika
memungkinkan koordinasikan untuk dilakukan transplantasi ginjal.
8
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah (Baughman,
2000):
1. Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan mengakibatkan
dekalsifikasi matriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh (osteoporosis) dan
jika berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis.
2. Penyakit kardiovaskuler
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik berupa
hipertensi, kelainan lipid, imtoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik ( sering
terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
3. Anemia
Selain berfungsidalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian hormonal
(endokrin). Sekresi eritropoetin yang mengalami defisiensi di ginjal akan
mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4. Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami penurunan dan
terjadi impotensi pad pria. Pada wanita dapat terjadi hiperprolaktinemia.
9
BAB 3
3.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien gagal ginjal kronis sebenarnya hampir sama dengan klien gagal
ginjal akut, namun disini pengkajian lebih penekanan pada support system untuk
mempertahankan kondisi keseimbangan dalam tubuh (hemodynamically process). Dengan
tidak optimalnya/ gagalnya fungsi ginjal, maka tubuh akan melakukan upaya kompensasi
selagi dalam batas ambang kewajaran. Tetapi, jika kondisi ini berlanjut (kronis), maka akan
menimbulkan berbagai manifestasi klinis yang menandakan gangguan sistem tersebut.
Berikut ini adalah pengkajian keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis:
1. Biodata
Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki-laki sering
memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat. Gagal
ginjal kronis merupakan periode lanjut dari insidensi gagal ginjal akut, sehingga
tidak berdiri sendiri.
2. Keluhan Utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder yang menyertai.
Keluhan bisa berupa urine output yang menurun (oliguria) sampai pada anuria,
penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasl-ventilasi. anoreksia,
mual dan muntah, dialoresis, fatigue, napas berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini
dipicu oleh karena penumpukan (akumulasi) zat sisa metabolisme/toksin dalam
tubuh karena ginjal mengalami kegagalan filtrasi.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola napas karena komplikasi dari gangguan
sistem ventilasi, fatigue. perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas. Selain itu,
karena berdampak pada proses metabolisme (sekunder karena intoksikasi), maka
akan terjadi anoreksi, nausea dan vomit sehingga beresiko untuk terjadinya
gangguan nutrisi.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan berbagai
penyebab (multikausa). Oleh karena itu, informasi penyakit terdahulu akan
menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji riwayat penyakit ISK,payah jantung,
penggunaan obat berlebihan (overdosis) khususnya obat yang bersifat nefrotoksik,
BPH dan lain sebagainya yang mampu mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu, ada
beberapa penyakit yang langsung mempengaruhi/ menyebabkan gagal ginjal yaitu
diabetes mellitus, hipertensi, batu saluran kemih (urolithiasis).
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga silsilah keluarga
tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun. pencetus sekunder seperti DM
10
dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronis,
karena penyakit tersebut bersifat herediter. Kaji pola kesehatan keluarga yang
diterapkan jika ada anggota keluarga yang sakit, misalnya minum jamu saat sakit.
6. Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping adaptif yang baik.
Pada klien gagal ginjal kronis. biasanya perubahan psikososial terjadi pada waktu
klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses dialisa.
Klien akan mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri (murung). Selain itu,
kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses pengobatan,
sehingga klien mengalami kecemasan.
7. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Kondisi klien gagal ginjal kronis biasanya lemah (fatigue), tingkat kesadaran
bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan TTV sering didapatkan RR
meningkat (tachypneu), hipertensi/ hipotensi sesuai dengan kondisi fluktuatif.
8. Sistem Pernapasan
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi asidosis/alkalosis
respiratorik maka kondisi pernapasan akan mengalami patologis gangguan. Pola
napas akan semakin cepat dan dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh
mempertahankan ventilasi (Kussmaull).
9. Sistem Hematologi
Ditemukan adanya friction rub pada kondisi uremia berat. Selain itu, biasanya
terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi jantung, chest
pain,dyspneu, gangguan irama jantung dan gangguan sirkulasi lainnya. Kondisi ini
akan semakin parah jika zat sisa metabolisme semakin tinggi dalam tubuh karena
tidak efektif dalam ekskresinya. Selain itu, pada fisiologis darah sendiri sering ada
gangguan anemia karena penurunan eritropoetin.
10. Sistem Neuromuskuler
Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami hiperkarbic dan Sirkulasi cerebral
terganggu. Oleh karena itu, penurunan kognitif dan terjadinya disorientasi akan
dialami klien gagal ginjal kronis.
11. Sistem Kardiovaskuler
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian gagal ginjal kronis salah
satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi di atas ambang kewajaran
akan mempengaruhi volume vaskuler. Stagnansi ini akan memicu retensi natrium
dan air sehingga akan meningkatkan beban jantung.
12. Sistem Endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal ginjal kronis akan
mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan hormon reproduksi. Selain itu,
jika kondisi gagal ginjal kronis berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus,
maka akan adagangguan dalam sekresi insulin yang berdampak pada proses
metabolisme.
11
13. Sistem Perkemihan
Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi,reabsorbsi dan
ekskresi), maka manifestasi yang paling menonjol adalah penurunan urine output <
400 ml/hari bahkan sampai pada anuria (tidak adanya urine output)
14. Sistem Pencernaan
Gangguan sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit (stress effect).
Sering ditemukan anoreksia, nausea, vomit, dan diare.
15. Sistem Muskuloskeletal
Dengan penurunan/ kegagalan fungsi sekresi pada ginjal maka berdampak pada
proses demineralisasi tulang, sehingga resiko terjadinya osteoporosis tinggi.
12
2. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Batasan karakteristik :
Berat badan 20% atau lebih Ketidakmampuan memakan makanan
dibawah berat badan ideal atau Kram abdomen
penurunan berat badan dengan Kurang informasi
asupan makanan adekuat Kurang minat terhadap makanan
Bising usus hiperaktif Membran mukosa pucat
Cepat kenyang setelah makan Nyeri makanan
Diare Penurunan berat badan dengan
Gangguan sensasi rasa asupan makan adekuat
Kehilangan rambut berlebihan Sariawan rongga mulut
Kelemahan otot pengunyah Tonus otot menurun
Kelemahan otot menelan
Kerapuhan kapiler
Kesalahan informasi
Kesalahan persepsi
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Gangguan psikososial
Ketidakmampuan makan
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
Kurang asupan makanan
Ekternal
13
tekanan, imobilitas fisik) Usia eksterm
Internal
Kriteria Hasil :
- Tekanan darah, pulsasi radial, MAP, CVP, pulsasi perifer dalam batas normal
- Keseimbangan output dan input dalam 24 jam
- Tugor kulit baik
- Membrane mukosa lembab
- Kadar serum elektrolit, hematokrit, dan berat jenis urine normal
- Tidak ada hipotesisi ortostatik, bunyi napas adventisius, asites, distensi vena
jugularis, edema perifer, konfusi, kram otot dan dizziness
- Output urine dalam 8 jam normal
- Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
- Warna urine, pH urine dan kadar elektrolit dalam rentang normal
- Kadar HCO3 dan pH darah arteri normal
- Tidak terjadi peningkatan BUN, kreatin serum, natrium serum, glukosa urine,
protein urine, leukosit
- Tidak ada hematuria, ketonuria, batu dalam saluran kemih
- Tidak terjadi peningkatan berat badan, hipertensi, hipertensi, nausea, fatigue,
malaise, anemia dan edema.
14
Nursing Intervention Classification (NIC)
4130. Monitoring Cairan
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji riwayat jumlah dan tipe intake cairan serta kebiasaan eliminasi
- Tentukan faktor resiko timbulnya ketidakseimbangan cairan (kehilangan
albumin,combustion, malnutrisi, sepsis, nefrotik syndrome, hipertermia, terpai
diuretic, kondisi patologis pada ginjal, gagal jantung, dan lain sebagainya.)
- Cek capillary refill time dan turgor kulit
- Monitoring berat badan, intake dan output, serum dan urine elektrolit, albumin
serum dan protein total, osmolalitas urine dan serum, tanda-tanda vital,
tekanan darah ortostatik
- Monitoring status hemodinamika
- Jaga keseimbangan intake dan output
- Kaji kelembapan membrane mukosa, turgor kulit, warna urine,jumlah urine
dan berat jenis urine
- Monitoring distensi vena jugularis, suara crackles, edema perifer dan
penambahan berat badan
- Monitoring tanda gejala terjadinya asites
- Rencanakan pemberian agen farmakologi untuk meningkatkan output urine
- Rencanakan tindakan dialysis
4170. Manajemen Hipervolemia
Aktifitas Keperawatan :
- Timbang berat badan tiap hari
- Monitoring patensi jalan napas terhadap kejadian edema paru (ansietas,
ortopnea, dyspnea, takipnea, batuk, hipersekresi sputum, dan napas pendek)
- Monitoring suara napas adventisius, suaara jantung adventisius, distensi vena
jugularis, edema perifer
- Monitoring hasil laboratorium terhadap kejadian hemokonsentrasi (natrium,
BUN, hematokrit, berat jenis urine)
- Monitoring hasil laboratorium terhadap potensial terjadinya peningkatan
tekanan onkotik plasma (peningkatan protein dan albumin )
- Monitoring hasil laboratorium yang menyebabkan kondisi hipervolemia
- Monitoring output dan intake
- Rencanakan pemberian obat yang mengurangi fase preload (furosemida,
spironolakton, morpin, dan nitrogliserin)
- Batasi asupan cairan
- Hindari pemberian cairan parenteral hipotonik
- Siapkan pasien untuk dialysis
15
2. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien, ketidakmampuan untuk mencerna
makanan, ketidakmampuan menelan makanan, faktor psikologis
Kriteria Hasil :
- Intake makanan per oral (Spontan/ naso feeding) adekuat
- Intake cairan (per oral/parenteral) adekuat
- Nutrisi parenteral adekuat
- Menyatakan nafsu makan baik
- Menyantap makanan dengan maksimal dan mengunyahnya dengan baik
- Menghabiskan porsi makanan tanpa ada gangguan
- Tidak ada gangguan selama proses makan (mual/muntah
- Berat badan ideal
- Masa otot triceps, biceps dan subskapularis memadai
- Lemak pada panggul (wanita) memadai
- Lemak dileher (pria) memadai
- Lingkar kepala memadai dalam standar normal (anak)
- Proporsi antara tinggi badan dan berat badan normal (anak)
16
Nursing interventions Clasificasion (NIC)
1100 Managemen Nutrisi
Aktifitas Keperawatan :
- Kaji status nutrisi klien dan kemampuan untuk pemenuhan makanan kesukaan
klien
- Identifikasi kepala klien tentang riwayat alergi makanan dan kaji makanan
kesukaan klien
- Identifikasi klien tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi yang optimal
(misalnya dengan pelaksanaan diet sesui anjuran)
- Hitung kebutuhan kalori klien setiap hari dan sediakan aneka ragam makanan
sesuai keinginan klien
- Ciptkana lingkungan yang nyaman untuk mendukung nafsu makan klien
- Anjurkan klien/ keluarga untuk membantu klien melakukan perawatan rongga
mulut (sikat gigi) sebelum makan untuk meningkatkan kenyamanan
- Rencanakan pemberian obat untuk mengatasi gejala yang mengganggu nafsu
makan (nyeri, mual muntah)
- Sajikan makanan klien sesuai kondisi penyakit (indikasi dan kontraindikasi)
- Berikan nutrisi tinggi serat untuk memperlancar proses pencernaan
- Monitoring asupan nutrisi dan kalori tiap hari
- Monitoring trend peningkatan/ penurunan berat badan tiap hari
Aktifitas Keperawatan:
17
1803. Bantuan Perawatan Diri : Pemberian Makan
Aktifitas Keperawatan:
3. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan status cairan. Perubahan
turgor, kondisi ketidakseimbangan nutrisi, penurunan sirkulasi.
Nursing Outcome Classificasion (NOC)
Kriteria Hasil :
18
Nursing Interventions Classification (NIC)
4240. Pemeliharaan Akses Dialisis
Aktifitas Keperawatan
Aktifitas keperawatan:
19
Kriteria hasil:
Aktifitas Keperawatan:
Aktifitas Keperawatan:
20
- Lakukan informed consent dengan benar kepada klien
- Anjurkan klien untuk kooperatif selama prosedur berlangsung
- Perkenalkan diri saat akan melakukan tindakan
- Anjurkan klien untuk menggunakan teknik distraksi selama tindakan
berlangsung
- Libatkan keluarga (jika dibutuhkan) selama prosedur berlangsung
- Evaluasi efektifitas tindakan dan komunikasikan kepada klien
21
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronis disebut juga sebagai Chronic Kidney Desease (CKD). Perbedaan
kata kronis disini disbanding dengan akut adalah kronologis waktu dan tingkat fisiologi
filtrasi. Gagal ginjal kronis merupakan gagal ginjal akut yang berlangsung lama,
sehingga mengakibatkan gangguan yang peresisten dan dampak yang bersifat kontinou.
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya,
sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness). Penyebab yang sering adalah
diabetes militus dan hipertensi. Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis
dikarenakan gangguan yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam
peran sirkulasi memiliki fungsi yang banyak (organ multifunction), sehingga kerusakan
kronis secara fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan
vasomotor. pemeriksaan penunjangnya yaitu Biokimiawi ,Urinalisis, dan Ultrasonografi
Ginjal. Penatalaksanaannya yaitu perawatan kulit yang baik, jaga kebersihan oral, beri
dukungan nutrisi, pantau adanya hiperkalemia dll.
22
DAFTAR PUSTAKA
23