Dalam sudut pandang ekonomis, bisnis adalah kegiatan ekonomis, dimana terjadi proses
tukar menukar, jual-beli, memproduksi-memasarkan, bekerja-memperkerjakan dan
interaksi manusia lainnya, dengan tujuannya memperoleh keuntungan.
Dalam sudut pandang moral, bisnis yang baik adalah bisnis yang baik secara moral.
Perilaku yang baik dalam konteks moral adalah perilaku yang sesuai dengan norma
norma moral, sedangkan perilaku yang buruk adalah perilaku yang bertentangan dengan
atau menyimpang dari norma moral.
Bisnis tidak terlepas dari hukum “ hukum dagang” atau “ hukum bisnis”. Dalam sudut
pandang normative, hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan pada aktivitas bisnis. Disini, hukum lebih jelas dan pasti, karena tertulis dan
ada sangsi tertentu bila terjadi pelanggaran. Dari sudut pandang hukum, bisnis yang baik
adalah bisnis yang patuh pada hukum.
Untuk menentukan baik tidaknya bisnis dari sudut pandang moral, perlu adanya tolak
ukur dalam menentukan baik buruknya suatu perbuatan dan tingkah laku di setiap
aktivitas bisnis, diantaranya: hati nurani, kaidah emas dan penilaian masyarakat umum.
Dari hasil catatan di atas dapat disimpulkan bahwa bisnis dikatakan baik (good
business) jika tidak bertentangan dengan sudut pandang etika dan hukum.
Etika bisnis
Arti etika dapat dibedakan dari sisi praktis dan refleksi. Etika sebagai praktis yaitu
sejauhmana nilai-nilai dan norma-norma moral diterapkan dan dilaksanakan dalam
berbagai aktivitas dan kegiatan sehari hari. Atau dapat juga di artikan sebagai apa yang
dilakukan sesuai dengan nilai dan moral. Etika sebagai praktis berarti moral atau
moralitas: apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan , pantas dilakukan dan
sebagainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral, dimana kita berfikir
tentang apa yang dilakukan lebih spesifik yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan. Etika sebagai refleksi menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa etika adalah cabang ilmu falsafat yang
mempelajari baik buruknya perilaku manusia ( selaku orang yang menjalankan
aktivitas bisnis di perusahaan).etika bisnis dapat dijalankan pada tiga tingkat yaitu makro,
meso dan mikro.
Pada tingkat makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari system ekonomi
sebagai keseluruhan. Disini masalah etika disorot pada skala besar. Misalnya: masalah
keadilan social masyarakat, terutama berkaitan dengan kaum buruh; masalah utang
Negara, kekayaan Negara dan sebagainya. Pada tingkat madya (meso), etika bisnis
menyelidiki masalah etis di bidang organisasi dalam hal ini perusahaan, dan stakeholder
yang berkaitan langsung dengan aktivitas bisnis di perusahaan seperti lembaga
konsumen, pemasok (supplier), investor, pemerintah, lembaga sosial seperti sarikat
pekerja, dan sebagainya. Sedangkakan pada tingkat mikro, etika bisnis difokuskan pada
individu dalam hubungannya dengan ekonomi dan bisnis. Dalam hal ini dipelajari tentang
tanggung jawab etis dari karyawan dan atasan, produsen dan konsumen, pemasok dan
investor.
Etika berfungsi menggugah kesadaran moral pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik
dan etis didasari nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi konsumen, masyarakat dan demi
menjaga nama baik bisnis sendiri dalam jangka panjang. Etika bisnis menjadi acuan bagi
pebisnis untuk berbisnis tanpa merugikan konsumen, buruh, karyawan, dan
masyarakat luas. Hak dan kepentingan mereka tidak boleh diabaikan oleh praktek
bisnis. Praktek praktek monopoli, oligopoli, kolusi dan sejenisnya menjurus pada
kerugian konsumen, masyarakat serta Negara menjadi obyek bagi etika bisnis untuk
dilakukan perbaikan semestinya.
Alasan bisnis berlaku etis ada tiga dasar yang mendasarinya yaitu ajaran agama
(tuhan yang maha kuasa), kepentingan sosial dan perilaku pebisnis yang bernilai utama.
Code of Ethics
Sebelum kita mengupas dan membahas mengenai kode etik perusahaan, terlebih
dahulu kita memahami istilah umum yaitu ethics statements diantaranya:
Kode etik ini menyangkut kebijakan etis perusahaan berhubungan dengan kesulitas
yang bisa timbul (dan mungkin dimasa lampau pernah timbul), seperti konflik
kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok, menerima hadiah,
sumbangan kepada partai politik dan sebagainya.
2. Dapat membantu dalam menghilangkan grey area. Beberapa ambiguitas moral yang
sering merongrong kinerja perusahaan, dengan demikian dapat dihindarkan.
Contohnya menerima hadiah atau komisi, kesungguhan perusahaan dalam
memberantas memakai tenaga kerja anak di bawah umur, dan keterlibatan
perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup.
4. Kode etik menyediakan bagi perusahaan dalam dunia bisnis untuk mengatur dirinya
sendiri, dengan demikian Negara tidak perlu ikut campur tangan.
Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Menurut Sonny Keraf (1998), prinsip-prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut:
1) Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan tuntunan hati nuraninya, kesadarannya sendiri mengenai sesuatu kebaikan
untuk diberian kepada orang lain.
2) Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran dalam setiap tindakan atau perikatan bisnis merupakan keutamaan.
Kejujuran diperlukan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Dalam
perikatan perjanjian dan kontrak tertentu, semua pihak saling percaya satu sama lain,
bahwa masing-masing pihak tulus dan jujur membuat perjanjian dan kontrak, serius,
tulus dan jujur melaksanakan perjanjian. Kejujuran sangat penting artinya bagi
kepentingan masing-masing pihak, kejujuran sangat menentukan keberlanjutan relasi
dan kelangsungan bisnis selanjutnya.
3) Prinsip Keadilan
Pohon Keputusan
Manfaat utama dari penggunaan pohon keputusan adalah kemampuannya untuk
membreak down proses pengambilan keputusan yang kompleks menjadi lebih simpel
sehingga pengambil keputusan akan lebih menginterpretasikan solusi dari
permasalahan.
Aspek lain dari perilaku etis yang layak disebutkan adalah fakta bahwa keadaan
sosial juga memiliki pengaruhi atas perilaku.
Seorang individu mungkin telah hati-hati berpikir situasi dan memutuskan apa yang
benar dan dapat termotivasi untuk bertindak sesuai norma, tapi konteks sosial
perusahaan atau sekitar individu dapat menciptakan hambatan serius untuk
melakukannya.
Sebagai individu, kita perlu justru menemukan perubahan bahwa lingkungan sosial kita
akan sangat memengaruhi berbagai pilihan yang terbuka untuk kita dan dapat secara
signifikan memengaruhi perilaku kita. Jika tidak orang baik bisa, dalam keadaan yang
salah, melakukan hal-hal buruk dan kurang termotivasi etis,dalam situasi yang tepat,
melakukan hal yang benar.
Para pemimpin bisnis kedepan memiliki tanggung jawab untuk lingkungan bisnis,
apa yang akan kita kemudian sebut sebagai budaya perusahaan, untuk mendorong
atau mencegah perilaku etis.
• Profesi di bidang hukum harus dihayati sebagai suatu pelayanan tanpa pamrih
(disintrestedness) yaitu pertimbangan yang diambil adalah kepentingan klien dan
kepentingan umum.
• Bukan kepentingan pribadi dari pengemban profesi, jika hal ini diabaikan maka
pelaksanaan profesi akan mengarah kepada kemanfaatan yang menjurus kepada
penyalahgunaan profesi sehingga akhirnya merugikan kliennya.
• Pelayanan profesi dengan mendahulukan kepentingan klien, yang mengacu pada
kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai manusia yang membatasi sikap dan
tindakan.
• Pengemban profesi harus berorientasi pada masyarakat secara keseluruhan.
• Pengemban profesi harus mengembangkan semangat solidaritas sesama rekan
seprofesi.
Dalam bagian sebelumnya, etika digambarkan sebagai praktis dan normatif, yang
berkaitan dengan tindakan kita, pilihan, keputusan dan penalaran tentang bagaimana
kita harus bertindak.
Dalam hal ini, menjelaskan etika sebagai bagian dari alasan praktis, penalaran
tentang apa yang harus kita lakukan, dan membedakannya dari alasan teoritis, yaitu
penalaran tentang apa yang harus kita percaya.
Perspektif buku ini pada keputusan etis adalah pemahaman etika sebagai bagian
dari alasan praktis. Alasan teoritis adalah mengejar kebenaran, yang merupakan standar
tertinggi untuk apa yang harus kita percaya. Menurut tradisi ini, ilmu pengetahuan adalah
wasit besar kebenaran.
Jawaban yang sederhana adalah bahwa tidak ada metodologi tunggal yang dapat di
setiap situasi memberikan satu jawaban jelas dan tegas untuk pertanyaan itu. Tetapi
ada pedoman yang dapat memberikan arah dan kriteria untuk keputusan-
keputusan yang lebih atau kurang wajar dan bertanggung jawab.
Tradisi dan teori-teori etika filosofis dapat dianggap hanya dengan cara ini. Selama
ribuan tahun berpikir tentang pertanyaan mendasar tentang bagaimana manusia harus
hidup, filsuf telah dikembangkan dan kembali didefinisikan berbagai pendekatan untuk
pertanyaan-pertanyaan ini. Tradisi ini, atau apa yang sering disebut sebagai teori etika,
menjelaskan dan mempertahankan berbagai norma, standar, nilai-nilai, dan prinsip-
prinsip yang kontribusinya untuk pengambilan keputusan etis bertanggung jawab.Teori
etika yang menggunakan metodologi, untuk membantu memutuskan apa yang harus
dilakukan.
Ethics as measurement of Behavior
Etika berfungsi mengatur tingkah laku individu dan kelompok untuk memberikan
panduan bagi manusia agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moralitas, dan
sebagai refleksi pemikiran moral tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan yang dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.
Etika bisnis merupakan suatu standar moral yang diimplementasikan pada institusi,
teknologi, transaksi, aktivitas, dan usaha-usaha yang ada pada organisasi bisnis.
Perilaku etis merupakan pedoman dari kebijakan-kebijakan tertulis, standar-standar tidak
tertulis, dan teladan dari pemimpin yang didasarkan pada domain hukum, domain
etika dan domain pilihan bebas.
KESIMPULAN
• Etika bisnis perlu dimiliki setiap individu dan perusahaan.
• Etika bisnis sangat bermanfaat dalam menyelesaikan masalah2 bisnis.
• Etika bisnis memiliki sangsi moral.
• Tanpa etika bisnis ekonomi akan kacau.
• Etika bisnis akan berpengaruh pada perusahaan bisnis melalui proses dimana,
proses disini berarti ada awal dan ada akhir dari suatu upaya (effort) untuk mencapai
tujuan tertentu dan bisnis disini dikonotasikan dengan upaya untuk memperoleh nilai
tambah tertentu atas serangkaian input yang digunakan atau dirancang.
• Manajemen Proses Bisnis atau lebih dikenal dengan Strategi yang hanya
mempunyai peran dua puluh persen dan selebihnya ditentukan oleh memanajemeni
sumber daya manusia (80%) ini akan mampu menggerakkan perusahaan kearah
yang benar, olehnya pemimpin yang baik harus menguasai atau menerapkan strategi
usahanya secara benar,untuk bisa mencapai sasaran perusahaan dengan efisien
dan efektif.
• Memang selalu ada unsur ketidak pastian, itulah seninya memimpin justeru terletak
pada ketidakpastian, unsur kejutan serta resiko. Ketiganya membangkitkan harapan
yang menjadi sumber energi, sekaligus menjadi pembatas yang inspiratif (Gede
Prama). Untuk itu pernyataan ini lebih memperkuat lagi bahwa hanya dengan
strategi kita bisa menggapai sasaran usaha.