Anda di halaman 1dari 19

RESUME PASIEN PULANG DAN

PENGELOLAAN ADMINISTRASI PASIEN PULANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Asuhan


Keperawatan II

Disusun Oleh :
Aulia Nur Prasetya 22020115120035
Ika Rahmawati 22020115120004
Dyah Sukma Indri 22020115120045
Sulistyani 22020115120051
Afriana Dwi Saputri 22020115130081
Ressy Amalia Anjani 22020115120030
Irmaya Nur Solikhah 22020115130080
Verawati 22020115130085
A.15.1

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2018
A. Kategori Pemulangan Pasien
Pemulangan pasien dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Pasien Pulang dengan Izin Dokter
Pasien pulang dengan izin dokter merupakan pasien yang telah
mendapatkan perawatan dan pengobatan yang telah dinyatakan sembuh oleh
dokter dengan tujuan sebagai acuan untuk memulangkan pasien dari ruang
rawat inap. Unit yang terlibat dalam pemulangan pasien dengan izin dokter
adalah instalasi rawat inap dan instalasi rawat jalan (Lakuma, 2014). Pasien
diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawat atau dokter spesialis,
dibuktikan dengan bukti tertulis pada lembar dokter tentang advis yang
menyatakan bahwa pasien tersebut boleh pulang disertai dengan tanda tangan
pada lembar tersebut. Dokter melihat bahwa keadaan pasien sudah dapat
dilakukan rawat jalan atau perawatan dirumah yang nantinya dipantau
keadaanya secara berlanjut dengan kontrol atau kembali periksa kepada dokter
yang merawat tersebut (Mawardi, 2016).
Berdasarkan SOP pemulangan pasien di Puskesmas Lengkong Wetan
(2017) prosedur dalam pemulangan pasien dengan izin dokter yaitu:
a. Dokter mengizinkan pulang
b. Bagian administrasi perawat menyiapkan surat-surat yang dibutuhkan
antara lain; surat kontrol
2. Pasien Pulang Paksa
Pasien pulang paksa adalah pulang atas permintaan pasien atau
keluarga pasien sebelum diputuskan boleh pulang oleh dokter. Berdasarkan
ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK/ II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, dipersyaratkan bahwa standar
kejadian pulang paksa di rumah sakit adalah d” 5% (Widiarti, dkk, 2014).
Unit yang terlibat dalam pemulangan pasien paksa di rumah sakit adalah
bagian instalasi rawat inap. Pemulangan pasien ini dilakukan dengan
pertimbangan atas hak pasien yang tidak boleh dihalangi oleh siapapun,
karena pasien mempunyai hak memutuskan sendiri apakah mau dirawat atau
tidak, sampai kapan dirawat, dan dimana tempat ia dirawat.
Pasien dapat meminta pulang paksa atau kemudian juga meminta
pindah ke rumah sakit lain. Namun, pindah ke rumah sakit lain ini berbeda
dengan pasien rujuk. Pada kasus ini, pasien jelas menginginkan untuk pulang
atau keluar terlebih dahulu dari rumah sakit yang bersangkutan dan
menghendaki untuk pindah kerumah sakit lain secara sendiri (mandiri)
(Mawardi, 2016).
Pihak rumah sakit sebelumnya tetap harus membantu terlebih dahulu
untuk mencarikan tempat di rumah sakit yang diinginkan pasien. Apabila saat
petugas mendapatkan tempat saat membantu mencarikan kamar, pihak rumah
sakit sebelumnya harus tetap berkomunikasi kepada pihak rumah sakit yang
diinginkan dan tetap melakukan operan via telepon mengenai laporan tentang
keadaan pasien dan memesankan ruang untuk pasien tersebut dengan
memberitahukan kepada petugas rumah sakit yang dituju bahwa pasien
tersebut atas permintaan sendiri keluar dari rumah sakit dan menginginkan ke
rumah sakit yang dituju tersebut sendiri. Apabila saat kita membantu
mencarikan ruang di rumah sakit yang diingnkan pasien tetapi tidak
mendapatkan kamar atau penuh, petugas tetap harus menjelaskan terlebih
dahulu kepada pasien atau keluarga. Apabila keluarga tetap menginginkan
berangkat ke rumah sakit yang diinginkan saat itu juga sekalipun sudah
mengetahui bahwa penuh, pihak rumah sakit tetap memproses permintaan
pasien. Pasien yang melakukan pulang paksa ke rumah sakit lain, tidak
diperbolehkan menggunakan jasa transportasi rumah sakit, agar pihak rumah
sakit tidak dituntut untuk bertanggung jawab apabila pasien mengalami hal-
hal yang tidak diinginkan saat dijalan. Selanjutnya, pihak rumah sakit harus
melepas semua peralatan medis yang terpasang dari rumah sakit dan pihak
rumah sakit maupun petugas tidak mempunyai tanggung jawab lagi untuk
pasien tersebut (Mawardi, 2016).
3. Pasien Meninggal
Pemulangan pasien meninggal yaitu pemulangan pasien dengan
keadaan pasien yang tidak lagi bernyawa atau telah meninggal karena keadaan
pasien yang tidak dapat lagi diselamatkan oleh petugas tim rumah sakit.
Pemulangan pasien meninggal dapat dilakukan setelah pasien benar-benar
dinyatakan telah meninggal oleh petugas yang disertai dengan bukti hasil dari
pemeriksaan medis, misal hasil EKG yang telah flat atau menunjukan bahwa
pasien telah meninggal, pasien telah henti nafas, tidak lagi teraba nadi karotis,
henti jantung dan adanya tanda-tanda kematian klinis, yaitu batang otak telah
membiru, pupil membesar, dll. Setelah adanya pengkajian tersebut petugas
dan/atau dokter menyatakan bahwa pasien meninggal dengan menuliskan
surat kematian (Mawardi, 2016).
Pada pasien yang telah dinyatakan meninggal pemulanganya harus
menunggu terlebih dahulu minimal 2 jam setelah pasien tersebut dinyatakan
meninggal. Pasien harus ditempatkan dimana tidak berada dengan pasien lain
untuk menghindari kontak langsung dengan pasien lain atau membuat
ketakutan atau mengganggu pasien lain. Petugas juga harus membuatkan surat
rincian biaya yang harus diselesaikan terlebih dahulu oleh keluarga. Surat
kematian diberikan kepada keluarga pasien jika keluarga pasien telah
menyelesaikan biaya rumah sakit. Selain surat kematian, petugas juga harus
memberikan semua hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
ataupun rontgen. Pasien yang meninggal dapat diantar kepulanganya setelah 2
jam terlebih dahulu di rumah sakit dan dapat diantar kepulanganya dengan
ambulans rumah sakit serta diantar oleh petugas rumah sakit atau kendaraan
pribadi tetapi petugas tidak perlu mengantarnya (Mawardi, 2016).
B. Prosedur Pemulangan Pasien
Pemulangan pasien mempunyai ketentuan tertentu agar menciptakan keadaan
yang tidak merugikan baik untuk pasien ataupun rumah sakit. Adapun ketentuan
tersebut harus dilaksanakan sebagai acuan untuk pemulangan pasien di rawat
inap. Pemulangan pasien harus melihat bagaimana keadaan pasien dan harus
diputuskan oleh dokter spesialis yang merawat atau dokter umum dengan
persetujuan dokter spesialis. Bisa juga atas usulan petugas kesehatan (perawat)
ataupun usulan dari pasienya sendiri tetapi tetap harus dengan persetujuan dokter
spesialis (Apriyati, 2018).
Kriteria pemulangan pasien antara lain:
a. Harus berdasarkan status kesehatan pasien dan kebutuhan akan kelanjutan
pelayanan dimana pasien dinyatakan sembuh atau membaik.
b. Perkembangan keadaan pasien yang lebih baik dari pertama kali masuk yang
ditentukan dokter spesialis.
c. Terselesainya atau berkurangnya, masalah-masalah yang dialami pasien.
d. Kemungkinan bisa dilakukan rawat jalan yang diputuskan dokter spesialis.
e. Dapat melibatkan keluarga dalam rencana kepulangan pasien agar dapat
disesuaikan kebutuhannya saat nanti perawatan dirumah.

Prosedur Pemulangan Pasien adalah sebagai berikut:


1. Prosedur Pemulangan Pasien BLPL
a. Adanya laporan tertulis di lembar perjalanan dokter bahwa pasien yang
bersangkutan dinyatakan BLPL, baik dituliskan langsung oleh dokter
spesialis maupun dari dokter umum atas persetujuan dokter spesialis,
ataupun petugas jaga (perawat) atas persetujuan dokter spesialis.
b. Adanya surat keterangan BLPL (surpul) atau surat pulang yang dituliskan
langsung oleh dokter spesialis, atau oleh dokter umum dengan persetujuan
dari dokter spesialis, ataupun petugas jaga (perawat) atas persetujuan
dokter spesialis. Surat pulang harus dibuatkan untuk pasien yang telah
dinyatakan BLPL, guna menunjukan keterangan sebagai laporan pasien
tersebut telah dinyatakan BLPL. Surat pulang atau resume keperawatan
berisi keterangan indentitas pasien tersebut yang berisi (nama, umur, jenis
kelamin, no RM, dan alamat), keterangan bahwa pasien tersebut pulang
dalam keadaan yang seperti bagaimana (perbaikan, sembuh, APS,
dirujuk), diagnosis pulang, terapi yang diberikan, keterangan kembali
kontrol meliputi (poli apa, hari, tanggal, jam), tanggal diberikan atau
dibuatnya surat pulang dan nama dokter spesialis yang merawat atau
dokter jaga yang membuat surat pulang tersebut, atau bisa juga petugas
jaga (perawat) dengan keterangan nama dokter spesialis. Surat pulang
dibuat begitu saat pasien telah dinyatakan BLPL.
c. Dokter spesialis atau dokter jaga membuatkan surat kontrol, surat
keterangan dirawat atau surat keterangan istirahat. Perawat bertugas
membuatkan surat rekomendasi pulang dari rawat inap yang nantinya akan
diserahkan kepada petugas billing oleh keluarga pasien.
d. Dokter jaga meminta obat pada unit farmasi melalui SIRS. SIRS adalah
suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data rumah sakit
se-Indonesia. Sistem Informasi ini mencakup semua Rumah Sakit umum
maupun khusus, baik yang dikelola secara public maupun privat
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
e. Petugas administrasi billing berkolaborasi dengan petugas farmasi.
Petugas farmasi akan memberikan obat pulang yang diminta oleh dokter
melalui SIRS. Selanjutnya, petugas billing akan meminta rekomendasi
pasien pulang dari rawat inap beserta kartu member dan BPJS yang
dimiliki pasien untuk kemudian menutup data pasien pada SIRS.
f. Petugas billing memberikan lembar billing yang berisikan biaya yang
dikeluarkan oleh rumah sakit selama pasien dirawat. Untuk pasien
member dan BPJS lembar billing tersebut hanya sebagai informasi kepada
pasien dan keluarga. Untuk pasien umum, lembar billing merupakan
lembar tagihan selama perawatan.
g. Setelah keluarga mendapatkan obat dan lembar billing, keluarga kembali
ke ruang rawat untuk menandatangani berkas keterangan pulang dan
discharge planning.
h. Petugas melakukan discharge planning kepada pasien atau keluarga yang
dilakukan bersamaan. Dapat dilakukan di konter perawat oleh pasienya
langsung atau keluarga, dapat juga dilakukan didepan ruang perawat,
dilakukan langsung didepan pasien bersama dengan keluarga. Instruksi
yang diberikan kepada pasien berupa kapan waktu pasien harus kembali
kontrol, kapan harus kembali dengan keadaan-keadaan tertentu tanpa
harus menunggu waktu kontrol, perawatan selama dirumah terkait dengan
penyakit atau keadaan pasien, pemakaian obat-obatan yang telah diberikan
sesuai aturan yang diberikan dokter penanggungjawab, halhal apa saja
yang diperbolehkan untuk pasien baik dalam makanan, ataupun aktifitas.
Penjelasan ini dilakukan dengan cara komunikasi yang baik agar mudah
dimengerti oleh pasien dan keluarga. Pemberian instruksi tersebut dapat
diberikan tidak hanya dengan pasien, tetapi dapat melibatkan keluarga
agar dapat berperan dalam melakukan perawatan selama dirumah.
i. Pengisian lembar discharge planning oleh petugas yang ditandatangani
oleh petugas dan pasien atau keluarga setelah petugas menjelaskan dengan
lengkap kepada pasien atau keluarga.
j. Pasien atau keluarga yang menolak diberikan discharge planning
dilakukan tindak lanjut yaitu pasien harus menandatangani lembar yang
berisi penolakan tindakan discharge planning.
k. Pemberian hasil pemeriksaan penunjang kepada pasien atau keluarga
meliputi hasil scan/rontgen, hasil laborat dan lainya tanpa terkecuali,
dengan menyerahkan lembar asli dan meninggalkan lembar salinan pada
status pasien.
l. Petugas menyiapkan pasien pulang. Petugas melepas semua peralatan
medis yang terpasang pada pasien, misal O2, infuse, kateter, ngt, ataupun
yang lainnya yang telah terpasang pada pasien. Kecuali pasien yang
memang harus membawa peralatan medis atas anjuran dokter spesialis
karena kasus-kasus tertentu.
m. Pasien yang sudah siap dalam kondisi pulang, jika memang pasien
menggunakan kendaraan sendiri atau pribadi dan sudah siap pulang,
petugas mengantarkan pasien sampai didepan kendaraan pasien dengan
alat transfer yang sesuai dengan kondisi pasien. Misal kursi roda, jika
pasien mampu duduk, dan brangkar jika pasien tidak mampu dengan
kursi.
n. Apabila pasien menginginkan dengan ambulans rumah sakit, jika
ambulans dan petugas sudah siap,petugas mengantarkan sampai dengan
ambulans dengan alat transfer yang sesuai dengan pasien (Apriyati, 2018).
2. Prosedur Pemulangan Pasien Pulang Paksa atau Atas Permintaan Pasien
(APS)
a. Adanya lembar APS yang telah diisi dan ditandatangani oleh pasien atau
keluarga. Lembar tersebut diisi setelah petugas memotivasi pasien dan
keluarga dan menjelaskan kemungkinan kemungkinan yang dapat terjadi
pada pasien apabila pulang APS.
b. Sudah adanya laporan dari petugas atau dokter jaga kepada dokter
spesialis mengenai keinginan pasien APS.
c. Sudah adanya surat pulang yang dibuatkan langsung oleh dokter spesialis
ataupun dokter jaga dan perawat yang pada saat tersebut bersangkutan.
Pasien APS tetap dibuatkan surat pulang dan resep obat sesuai advis
dokter spesialis.
d. Petugas memberikan surat pulang dan rekomendasi pulang dari ruang
rawat dan menganjurkan pasien atau keluarga ke petugas billing dan
farmasi untuk penyelesaian administrasi dan pengambilan obat.
Menganjurkan pasien atau keluarga setelah penyelesaian administrasi
harus kembali lagi ke ruang perawat guna pengambilan hasil pemeriksaan
penunjang dan petugas melakukan discharge planning.
e. Petugas memberikan hasil pemeriksaan penunjang pasien serta
menjelaskan kembali atau melakukan discharge planning kepada pasien
langsung atau keluarga atau bisa juga langsung kepada pasien dan
keluargnya. Dapat dilakukan didepan konter atau didepan pasien atau
ruang pasien. Saat melakukan discharge planning petugas harus mengisi
lembar discharge planning dengan tanda tangan petugas dan keluarga atau
pasienya langsung.
f. Petugas mempersiapkan pasien dalam kondisi pulang, yaitu melepas
semua alat-alat medis yang terpasang pada pasien dan petugas melepas
gelang pasien dan membuangnya pada tempat sampah medis. Pasien APS
harus dilepas semua peralatan medis yang terpasang, tanpa terkecuali.
Petugas mengantarkan pasien sampai didepan kendaraan yang digunakan
pasien untuk pulang dengan alat transfer yang sesuai dengan kemampuan
dari pasien, misal kursi roda atau brangkar.
g. Pasien APS, baik puang ke rumah maupun ke rumah sakit lain, pasien
tidak dapat menggunakan layanan ambulans karena untuk menghindari
kejadian yang tidak diinginkan saat pasien dalam perjalanan. Saat pasien
menggunakan ambulans, maka apapun yang terjadi saat pasien di dalam
ambulans rumah sakit, rumah sakit akan ikut bertanggungjawab (Apriyati,
2018).
3. Prosedur Pemulangan Pasien Meninggal
a. Adanya pernyataan dari dokter spesialis atau dokter jaga bahwa pasien
sudah meninggal dengan didokumentasikan di lembar perjalanan dokter
spesialis dan surat kematian.
b. Telah dijelaskan kepada keluarga yang dapat dilakukan oleh dokter
spesialis atau keluarga.
c. Pelepasan alat-alat medis yang terpasang pada pasien dan petugas
menyempurnakan posisi jenazah.
d. Pasien meninggal harus menunggu waktu 2 jam sebelum dibawa pulang
pada ruang jenazah atau ruang tertentu atau rumah tersendiri dimana tidak
ditempatkan pada ruangan yang bersamaan dengan pasien rawat inap
lainya. Untuk keluarga yang tidak menyetujui untuk menunggu 2 jam, dan
tetap menginginkan dibawa pulang sebelum 2 jam, maka keluarga dapat
dipulangkan dengan keluarga. Keluarga tanda tangan dan mengisi
pernyataan bahwa bersedia menanggung kemungkinan resiko yang terjadi
apabila dibawa pulang sebelum waktu yang telah ditetapkan. Petugas
harus menjelaskan terlebih dahulu.
e. Pelepasan gelang pasien dilakukan saat jenazah akan dibawa pulang
(Apriyati, 2018).
C. Discharge Planning (Perencanaan Pasien Pulang)
1. Definisi Discharge Planning
Discharge Planning (perencanaan pulang) merupakan komponen sistem
perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan pasien secara
berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan lanjutan pada pasien dan
membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada
saat yang tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau. Rencana
pulang dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan secara periodik
diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera dilaksanakan, Periksa apakah
pasien telah mendapat instruksi tertulis atau instruksi verbal tentang
penanganan, obat-obatan dan aktivitas yang boleh dilakukan di rumah. Tanda
dan gejala yang menunjukkan perlunya kontak yang terus-menerus dengan
pelayanan kesehatan perlu ditinjau (RS. Ernaldi Bahar, 2016).
2. Tujuan Discharge Planning
Membantu pasien dan keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Discharge planning yang efektif juga menjamin perawatan yang
berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress (RS. Ernaldi Bahar,
2016).
3. Prosedur Discharge Planning
a. Semua pasien rawat inap harus dibuatkan perencanaan pemulangan segera
setelah rawat inap.
b. Apabila ada perubahan sejak initial assesment yang dilakukan dicatat
perubahan yang harus disiapkan pada saat pemulangan pasien.
c. Siapkan form rencana pemulangan (discharge planing), lengkapi dan
digabungkan dengan form pengkajian awal.
d. Tulis identitas pasien pada kolom yang tersedia.
e. Tulis diagnosa medis pasien dan ruangan dimana pasien pertama kali
dirawat inap.
f. Buat tanggal dan jam MRS pasien di rumah sakit serta alasan.
g. Tulis jam dan tanggal initial assesment perencanaan pemulangan pasien
dilakukan.
h. Tulis tanggal estimasi pemulangan pasien.
i. Tulis nama perawat yang mengkaji dan nama dari DPJP yang merawat
pasienCentang pada kolom yang tersedia sesuai daftar pertanyaan yang
ada bila ya, jelaskan secara detail
j. Apabila ada perubahan tulis perubahan yang harus dipersiapkan pada saat
pemulangan pasien pada kolom yang tersedia dan dilengkapi paraf dan
nama terang perawat (RS. Ernaldi Bahar, 2016).
D. Ringkasan Keluar Pasien Pulang (Resume Pasien Pulang)
1. Definisi Ringkasan Keluar Pasien Pulang
Ringkasan keluar pasien pulang merupakan rangkuman dari seluruh
masa perawatan dan pengobatan pasien oleh tenaga kesehatan dan pihak
terkait dan lembar ini harus ditandatangani oleh dokter yang bertanggung
jawab pada pasien tersebut (Hatta, 2008 dalam Kurniawati dan Sugiarti,
2014).
2. Susunan Resume Keluar Pasien Pulang (Permenkes, 2008 dalam Kurniawati
dan Sugiarti, 2014)
a. Identitas pasien
b. Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat
c. Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
d. Diagnosis akhir
e. Pengobatan dan tindak lanjut
f. Nama dan tanda tangan dokter dan dokter gigi yang memberi pelayanan
kesehatan.
3. Pentingnya Resume Keluar Pasien Pulang (Kurniawati dan Sugiarti, 2014)
a. Sarana komunikasi antara dokter dan petugas lainnya.
b. Mendasari perencanaan pelayanan pasien.
c. Memungkinkan bahan kajian analisis dan evaluasi kualitas pelayanan
pasien.
d. Menjadi dokumen hukum sebagai keperluan pasien, rumah sakit dan
dokter.
e. Menghasilkan data klinik dan untuk penelitian pendidikan.
f. Memberikan informasi kepada pihak asuransi atau pihak pembayaran yang
lain.
g. Digunakan untuk kepentingan pasien bila akan berobat kembali atau
kontrol.
4. Contoh Lembar Resume Pasien Pulang
E. Pengelolaan Administrasi Pasien Pulang
Pelayanan administrasi pasien terdapat pada setiap tahapan mulai dari IGD,
ruang rawat inap, bagian admintrasi pasien dan bagian pembayaran. Menurut
Andriani (2012) masih belum terdapat petugas khusus yang menangani
admintrasi pasien, pelaksanaan pengisian data-data pasien ataupun keperluan
adminitrasi masih dikerjakan oleh perawat bersamaan dengan penanganan
tindakan penanganan pasien yang masuk IGD. SOP yang terdapat di Instalasi
administrasi pasien meliputi prosedur penerimaan administrasi pasien rawat inap,
penerimaan berkas pasien rawat inap dengan Gakin, SKTM, dan Jamkesmas,
penyelenggaraan admintrasi pasien rawat inap, adminitrasi pasien alih rawat,
admintrasi pasien pulang dan penyelesaian administrasi pasien keluar dari
perawatan (Andriani, 2012).
Prosedur Administrasi Pasien menurut Rumah Sakit Jantung Hasna Medika
Cirebon:
1. Pasien/keluarga pasien datang ke bagian pendaftaran rawat Inap biasanya
dirujuk, atau emergency. Ada juga pasien rawat inap yang dirawat sesuai
rujukan dari dokter di Poli Jantung (Pasien dirawat dari Poli Rawat Jalan).
2. Petugas pendaftaran memastikan terlebih dahulu ke bagian Rawat inap apakah
ada kamar kosong atau tidak.
3. Pasien biasanya sebelum masuk ruangan, di observasi terlebih dahulu di IGD,
setelah kamar sudah disiapkan maka perawat rawat inap mengantarkan pasien
menuju ruangan.
4. Setelah pasien dirawat untuk beberapa hari maka pasien tersebut dibolehkan
pulang, namun pasien tidak hanya sudah diperbolehkan namun juga karena
atas permintaan sendiri, dirujuk ataupun meninggal.
5. Perawat kemudian konfirmasi ke bagian administrasi rawat inap, siapa-siapa
saja pasien yang akan pulang, kemudian petugas administrasi datang ke
bagian perawatan untuk menanyakan tindakan-tindakan, dokter visit selain
dari dokter jantung dan sebagainya.
6. Setelah itu petugas administrasi rawat inap, melakukan pengecekan untuk
tindakan-tindakan apa saja yang sudah atau belum masuk yang ada di form
rincian pasien.
7. Jika ada tindakan yang belum diinput maka petugas administrasi yang
melakukan penginputan.
8. Petugas juga mengkonfirmasi ke bagian laboratorium dan farmasi.
9. Setelah selesai dari semua bagian maka petugas siap untuk menutup billing
dan menginput biaya administrasi.
10. Setelah semuanya selesai petugas menyiapkan billing kemudian petugas
memanggil pasien atau keluarga melalui perawat rawat inap.
11. Setelah pasien/keluarga pasien datang ke bagian Kasir. Petugas menyebutkan
nominal yang harus dibayarkan sesuai dengan invoice yang ada.
12. Setelah pembayaran dilakukan, kasir menyiapkan kwitansi yang telah
dibubuhi tanda tangan lembar putih untuk pasien/keluarga pasien, lembar
merah untuk dokumen keuangan.
13. Selain kwitansi dan rincian biaya pasien juga diberikan surat ijin pulang oleh
bagian administrasi sebagai tanda bahwa administrasi telah selesai. Surat ijin
pulang terdapat 2 (dua) rangkap, lembar pertama untuk bagian perawat inap,
lembar kedua untuk bagian security.
14. Begitu pula untuk pasien asuransi atau pasien BPJS, sama prosedurnya. Untuk
pasien BPJS yang naik kelas dan ada selisih pembayaran, maka yang
menyiapkan selisih pembayaran tersebut pun administrasi rawat inap.
15. Pasien BPJS sesuai kelas hanya tanda tangan.
16. Petugas administrasi meminta budget ke bagian case mix, kemudian
mengambil SEP rawat inap ke bagian Rekam Medis. Untuk nantinya
ditandatangani pasien/keluarga pasien.
17. Setelah administrasi selesai maka pasien diperbolehkan pulang.
F. Role Play
DAFTAR PUSTAKA

Apriyati, Dwi. (2018). Panduan Pemulangan Pasien Rumah Sakit Daerah Bendan
Kota Pekalongan. Diakses pada tanggal 22 September 2018, dari:
https://updocs.net/download/panduan-pemulangan-pasien-a5b35e153c469.

Andriani, Nydia. (2012). Gambaran Manajemen Pelayanan Administrasi Pasien


Rawat Inap di Instalasi Administrasi Pasien Rumah Sakit Katergantungan
Obat Jakarta Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia. Depok.

Kurniawati, D., & Sugiarti, I. (2014). Tinjauan pengisian resume keluar Rawat Inap
Ruang Teratai Triwulan IV di RSUD Kabupaten Ciamis tahun 2012. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 2(1), 26-31.

Lakuma, A., dkk. 2014. SOP Program Pemulangan Pasien. Diakses pada tanggal 22
September 2018 dalam https://www.slideshare.net/asthuty/sop-pemulangan-
pasien

Lengkong Wetan. 2017. SOP Puskesmas Lekong Wetan. Diakses pada tanggal 22
September 2018: https://edoc.site/sop-pasien-pulang-dengan-izin-dokter-pdf-
free.html

Mawardi Ahmed. 2016. Panduan Pemulangan Pasien. Diakses pada 22 September


2018, dari: https://www.scribd.com/doc/306522223/PANDUAN-
PEMULANGAN/

RS. Ernaldi Bahar. (2016). Discharge Planning (Perencanaan Pemulangan). Diakses


pada tanggal 23 September 2018, dari :
https:/pt.scribd.com/document/327308709/Sop-Form-Discharge-Planning-
Perencanaan-Pemulangan.
Widiarti, A.S., Lestari, T., Rohmadi. 2014. Analisis Kejadian Pasien Pulang Paksa di
Rumah Sakit TNI AU Lanud Iswahjudi Tahun 2013. Jurnal Rekam Medis.
Vol 8 (2).

Anda mungkin juga menyukai