Disusun Oleh :
Aulia Nur Prasetya 22020115120035
Ika Rahmawati 22020115120004
Dyah Sukma Indri 22020115120045
Sulistyani 22020115120051
Afriana Dwi Saputri 22020115130081
Ressy Amalia Anjani 22020115120030
Irmaya Nur Solikhah 22020115130080
Verawati 22020115130085
A.15.1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
A. Kategori Pemulangan Pasien
Pemulangan pasien dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Pasien Pulang dengan Izin Dokter
Pasien pulang dengan izin dokter merupakan pasien yang telah
mendapatkan perawatan dan pengobatan yang telah dinyatakan sembuh oleh
dokter dengan tujuan sebagai acuan untuk memulangkan pasien dari ruang
rawat inap. Unit yang terlibat dalam pemulangan pasien dengan izin dokter
adalah instalasi rawat inap dan instalasi rawat jalan (Lakuma, 2014). Pasien
diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawat atau dokter spesialis,
dibuktikan dengan bukti tertulis pada lembar dokter tentang advis yang
menyatakan bahwa pasien tersebut boleh pulang disertai dengan tanda tangan
pada lembar tersebut. Dokter melihat bahwa keadaan pasien sudah dapat
dilakukan rawat jalan atau perawatan dirumah yang nantinya dipantau
keadaanya secara berlanjut dengan kontrol atau kembali periksa kepada dokter
yang merawat tersebut (Mawardi, 2016).
Berdasarkan SOP pemulangan pasien di Puskesmas Lengkong Wetan
(2017) prosedur dalam pemulangan pasien dengan izin dokter yaitu:
a. Dokter mengizinkan pulang
b. Bagian administrasi perawat menyiapkan surat-surat yang dibutuhkan
antara lain; surat kontrol
2. Pasien Pulang Paksa
Pasien pulang paksa adalah pulang atas permintaan pasien atau
keluarga pasien sebelum diputuskan boleh pulang oleh dokter. Berdasarkan
ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK/ II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, dipersyaratkan bahwa standar
kejadian pulang paksa di rumah sakit adalah d” 5% (Widiarti, dkk, 2014).
Unit yang terlibat dalam pemulangan pasien paksa di rumah sakit adalah
bagian instalasi rawat inap. Pemulangan pasien ini dilakukan dengan
pertimbangan atas hak pasien yang tidak boleh dihalangi oleh siapapun,
karena pasien mempunyai hak memutuskan sendiri apakah mau dirawat atau
tidak, sampai kapan dirawat, dan dimana tempat ia dirawat.
Pasien dapat meminta pulang paksa atau kemudian juga meminta
pindah ke rumah sakit lain. Namun, pindah ke rumah sakit lain ini berbeda
dengan pasien rujuk. Pada kasus ini, pasien jelas menginginkan untuk pulang
atau keluar terlebih dahulu dari rumah sakit yang bersangkutan dan
menghendaki untuk pindah kerumah sakit lain secara sendiri (mandiri)
(Mawardi, 2016).
Pihak rumah sakit sebelumnya tetap harus membantu terlebih dahulu
untuk mencarikan tempat di rumah sakit yang diinginkan pasien. Apabila saat
petugas mendapatkan tempat saat membantu mencarikan kamar, pihak rumah
sakit sebelumnya harus tetap berkomunikasi kepada pihak rumah sakit yang
diinginkan dan tetap melakukan operan via telepon mengenai laporan tentang
keadaan pasien dan memesankan ruang untuk pasien tersebut dengan
memberitahukan kepada petugas rumah sakit yang dituju bahwa pasien
tersebut atas permintaan sendiri keluar dari rumah sakit dan menginginkan ke
rumah sakit yang dituju tersebut sendiri. Apabila saat kita membantu
mencarikan ruang di rumah sakit yang diingnkan pasien tetapi tidak
mendapatkan kamar atau penuh, petugas tetap harus menjelaskan terlebih
dahulu kepada pasien atau keluarga. Apabila keluarga tetap menginginkan
berangkat ke rumah sakit yang diinginkan saat itu juga sekalipun sudah
mengetahui bahwa penuh, pihak rumah sakit tetap memproses permintaan
pasien. Pasien yang melakukan pulang paksa ke rumah sakit lain, tidak
diperbolehkan menggunakan jasa transportasi rumah sakit, agar pihak rumah
sakit tidak dituntut untuk bertanggung jawab apabila pasien mengalami hal-
hal yang tidak diinginkan saat dijalan. Selanjutnya, pihak rumah sakit harus
melepas semua peralatan medis yang terpasang dari rumah sakit dan pihak
rumah sakit maupun petugas tidak mempunyai tanggung jawab lagi untuk
pasien tersebut (Mawardi, 2016).
3. Pasien Meninggal
Pemulangan pasien meninggal yaitu pemulangan pasien dengan
keadaan pasien yang tidak lagi bernyawa atau telah meninggal karena keadaan
pasien yang tidak dapat lagi diselamatkan oleh petugas tim rumah sakit.
Pemulangan pasien meninggal dapat dilakukan setelah pasien benar-benar
dinyatakan telah meninggal oleh petugas yang disertai dengan bukti hasil dari
pemeriksaan medis, misal hasil EKG yang telah flat atau menunjukan bahwa
pasien telah meninggal, pasien telah henti nafas, tidak lagi teraba nadi karotis,
henti jantung dan adanya tanda-tanda kematian klinis, yaitu batang otak telah
membiru, pupil membesar, dll. Setelah adanya pengkajian tersebut petugas
dan/atau dokter menyatakan bahwa pasien meninggal dengan menuliskan
surat kematian (Mawardi, 2016).
Pada pasien yang telah dinyatakan meninggal pemulanganya harus
menunggu terlebih dahulu minimal 2 jam setelah pasien tersebut dinyatakan
meninggal. Pasien harus ditempatkan dimana tidak berada dengan pasien lain
untuk menghindari kontak langsung dengan pasien lain atau membuat
ketakutan atau mengganggu pasien lain. Petugas juga harus membuatkan surat
rincian biaya yang harus diselesaikan terlebih dahulu oleh keluarga. Surat
kematian diberikan kepada keluarga pasien jika keluarga pasien telah
menyelesaikan biaya rumah sakit. Selain surat kematian, petugas juga harus
memberikan semua hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium
ataupun rontgen. Pasien yang meninggal dapat diantar kepulanganya setelah 2
jam terlebih dahulu di rumah sakit dan dapat diantar kepulanganya dengan
ambulans rumah sakit serta diantar oleh petugas rumah sakit atau kendaraan
pribadi tetapi petugas tidak perlu mengantarnya (Mawardi, 2016).
B. Prosedur Pemulangan Pasien
Pemulangan pasien mempunyai ketentuan tertentu agar menciptakan keadaan
yang tidak merugikan baik untuk pasien ataupun rumah sakit. Adapun ketentuan
tersebut harus dilaksanakan sebagai acuan untuk pemulangan pasien di rawat
inap. Pemulangan pasien harus melihat bagaimana keadaan pasien dan harus
diputuskan oleh dokter spesialis yang merawat atau dokter umum dengan
persetujuan dokter spesialis. Bisa juga atas usulan petugas kesehatan (perawat)
ataupun usulan dari pasienya sendiri tetapi tetap harus dengan persetujuan dokter
spesialis (Apriyati, 2018).
Kriteria pemulangan pasien antara lain:
a. Harus berdasarkan status kesehatan pasien dan kebutuhan akan kelanjutan
pelayanan dimana pasien dinyatakan sembuh atau membaik.
b. Perkembangan keadaan pasien yang lebih baik dari pertama kali masuk yang
ditentukan dokter spesialis.
c. Terselesainya atau berkurangnya, masalah-masalah yang dialami pasien.
d. Kemungkinan bisa dilakukan rawat jalan yang diputuskan dokter spesialis.
e. Dapat melibatkan keluarga dalam rencana kepulangan pasien agar dapat
disesuaikan kebutuhannya saat nanti perawatan dirumah.
Apriyati, Dwi. (2018). Panduan Pemulangan Pasien Rumah Sakit Daerah Bendan
Kota Pekalongan. Diakses pada tanggal 22 September 2018, dari:
https://updocs.net/download/panduan-pemulangan-pasien-a5b35e153c469.
Kurniawati, D., & Sugiarti, I. (2014). Tinjauan pengisian resume keluar Rawat Inap
Ruang Teratai Triwulan IV di RSUD Kabupaten Ciamis tahun 2012. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 2(1), 26-31.
Lakuma, A., dkk. 2014. SOP Program Pemulangan Pasien. Diakses pada tanggal 22
September 2018 dalam https://www.slideshare.net/asthuty/sop-pemulangan-
pasien
Lengkong Wetan. 2017. SOP Puskesmas Lekong Wetan. Diakses pada tanggal 22
September 2018: https://edoc.site/sop-pasien-pulang-dengan-izin-dokter-pdf-
free.html