Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN MATA KULIAH KEPEMIMPINAN

OLEH

NI MADE PADMAWATI

NIM : 01011081823213

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
RINGKASAN MATA KULIAH KEPEMIMPINAN

Pada teori-teori kepemimpinan, Stephen P. Robbins membagi teori


mengenai kepemimpinan ke dalam empat kategori, yaitu Teori Sifat (Traits
Theory), Teori Perilaku Kepemimpinan ( Behavioral Theories of Leadership),
Teori Kontingensi/Situasional (Contingency/Situational Theory), dan Teori Neo-
Karismatik (Neocharismatic Theories).

1. Grid Manajer

Dalam pendekatan grid manajerial, manajer berhubungan dengan dua


hal, yakni produksi disatu pihak dan orang-orang di pihak lain. Sebagaimana
yang dikehendaki oleh Blake dan Mounton, manajerial grid disini ditekannkan
bagaimana menajer memikirkan mengenai produksi dan hubungan kerja
dengan manusianya. Bukan ditekankan pada berapa banyak produksi harus
dihasilkan, dan berapa banyak ia harus berhubungan dengan bawahannya.
Melainkan, jika ia memikirkan produksi maka dipahami sebagai suatu sikap
bagi seorang pimpinan untuk mengetahui berapa luas dan anekanya suatu
produksi itu.

Menurut Blake dan Mouton, ada empat gaya kepemimpinan yang


dikelompokkan sebagai gaya yang ekstrem sedangkan lainnya hanya satu
gaya yang dikatakan di tengah-tengah gaya ekstrem tersebut. Gaya
kepemimpinan itu diantaranya:

Pada Grid 1.1 manajer sedikit sekali usahanya untuk memikirkan


orang-orang yang bekerja dengannya dan produksi yang seharusnya dihasilkan
oleh organisasinya. Dalam menjalankan tugas manajer dalam grid ini
menganggap dirinya sebagai perantara yang hanya mengkomunikasikan
informasi dari atas kepada bawahan.

Pada Grid 9.9, manajer mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi
untuk memikirkan baik produksi maupun orang-orang yang bekerja
dengannya. Dia mampu untuk memadukan kebutuhan-kebutuhan produksi
dengan orang-orang secara individu.
Pada Grid 1.9, ini gaya kepemimpinan yang mempunyai rasa tanggung
jawab yang tinggi untuk selalu memikirkan orang-orang yang bekerja di
organisasinya. Tetapi pemikirannya mengenai produksi rendah.

Pada Grid 9.1, manajer hanya memikirkan tentang usaha peningkatan


efisiensi pelaksanaan kerja, tidak mempunyai atau hanya sedikit rasa tanggung
jawabnya pada orang-orang yang bekerja dalam organisasinya. Dan lebih
menonjolkan gaya kepemimpinan otokratis.

Pada Grid 5.5, manajer mempunyai pemikiran yang medium baik pada
produksi maupun pada orang-orang.

2. Teori Kontigensi

Dimulai pada tahun 1940-an ahli-ahli psikologi sosial memulai


meneliti beberapa variable situasional yang mempunyai pengaruh terhadap
peranan kepemimpinan, kecakapan dan perilakunya. Berbagai variable
situasional diidentifikasikan, tetapi tidak mampu ditarik oleh teori situasional
ini. Kemudian sekitar tahun 1967 , Fred Fiedler mengusulkan suatu model
berdasarkan situasi untuk efektivitas kepemimpinan. Konsep ini dituangkan
dalam bukunya yang berjudul “A Theory of Leadership Effectiveness”.

Model Kepemimpinan Kontijensi dari Fiedler

Gaya kepemimpinan

Berorientasi tugas

Hubungan kemanusiaan

Sangat tidak Tidak menyenagkan Sangat


menyenangkan menyenagkan menyenagkan

Lewat hasil penemuannya, Fiedler menyatakan seperti yang dibuat


pada skema di atas, bahwa dalam situasi yang sangat menyenangkan, maka
gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau yang hard nosed sangat
efektif. Di kondisi yang sangat menyenagkan dimanana pemimpin mempunyai
kekuasaan, dukungan informal dan tugas yang relative tersusun secara baik,
maka kelompok siap untuk diarahkan dan meminta diperintahkan berbuat apa
saja.

Seseorang pemimpin yang membuat keputusan salah dalam keadaan


yang sangat tidak menguntungkan itu lebih baik dari pada pemimpin tidak
membuat keputusan apapun. Skema diatas memnunjukkan bahwa pemimpin
yang bergaya menekankan pada hubungan kemanusiaan adalah bisa efektif
dalam keadaan di tengah-tengah yang sangat menyenangkan dan tidak
menyenangkan.

Model Kontingensi Fiedler (Fiedler Contingency Model) adalah suatu


teori bahwa kelompok efektif bergantung pada padanan yang tepat antara gaya
interaksi dari si pemimpin dengan bawahannya serta sampai tingkat mana
situasi itu memberikan kendali dan pengaruh kepada si pemimpin. Fiedler
mengembangkan suatu instrumen, yang disebutnya LPC (Least Preferred
Coworker) yang bermaksud mengukur apakah seseorang itu berorientasi tugas
atau hubungan. Kemudian setelah gaya kepemimpinan dasar seorang individu
dinilai melalui LPC, Fiedler mendefinisikan faktor-faktor hubungan
pemimpin-anggota, struktur tugas, dan kekuasaan jabatan sebagai faktor-
faktor situasional utama yang menentukan keefektifan kepemimpinan. Pada
akhirnya faktor pemimpin dipadankan dengan faktor situasi tersebut untuk
menentukan apakah seorang pemimpin sebaiknya berorientasi tugas atau
berorientasi hubungan.

3. Teori Pertukaran
Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota (Leader-Member Exchange Theory)
Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota pertama kali muncul pada 1970-
an. Ini berfokus pada hubungan yang berkembang antara manajer dan anggota
tim mereka. Teori ini menyatakan bahwa semua hubungan antara manajer dan
bawahan melalui tiga tahap. Ini adalah: Mengambil peran, Peran-Membuat
dan "Rutinisasi."

Menurut teori ini para pemimpin menciptakan kelompok-dalam dan


kelompok-luar, dan bawahan dengan status kelompok-dalam akan mempunyai
penilaian kinerja yang lebih tinggi, tingkat keluarnya karyawan yang lebih
rendah, dan kepuasan yang lebih besar bersama atasan mereka.

1. Peran-Mengambil

Peran-mengambil terjadi ketika anggota tim pertama bergabung


dengan grup. Manajer menggunakan waktu ini untuk menilai kemampuan
anggota baru 'dan kemampuan.
2. Peran-Membuat

Anggota tim baru kemudian mulai bekerja pada proyek-proyek dan


tugas sebagai bagian dari tim. Pada tahap ini, manajer umumnya berharap
bahwa anggota tim baru akan bekerja keras, loyal dan membuktikan dapat
dipercaya karena mereka terbiasa dengan peran baru mereka.

3. Rutinisasi

Selama tahap terakhir, rutinitas antara anggota tim dan manajer


mereka didirikan. Di-Group anggota tim bekerja keras untuk
mempertahankan pendapat yang baik dari manajer mereka, dengan
menunjukkan kepercayaan, rasa hormat, empati, kesabaran, dan
ketekunan.

Anda mungkin juga menyukai