PENDAHULUAN
2.3 Tujuan
Laporan ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui jenis pelabuhan serta
fasilitas-fasilitas yang ada dipelabuhan tersebut.
BAB II
PELABUHAN
Secara teknis pelabuhan adalah salah satu bagian dari Ilmu Bangunan Maritim, dimana
padanya dimungkinkan kapal-kapal berlabuh atau bersandar dan kemudian dilakukan
bongkar muat.
Adapun beberapa peninjauan tentang pelabuhan yaitu :
1. Ditinjau dari sub sistem angkutan ( Transport ), maka pelabuhan adalah salah satu simpul
dari mata rantai kelancaran angkutan muatan laut dan darat. Jadi secara umum pelabuhan
adalah suatu daaerah perairan yang terlindung terhadap badai/ombak/arus, sehingga kapal
dapat berputar ( turning basin ), bersandar/membuang sauh,sedemikian rupa sehingga
bongkar muat atas barang dan perpindahan penumpang dapat dilaksanakan; guna
mendukung fungsi-fungsi tersebut dibangun dermaga ( piers or wharves ), jalan, gudang,
fasilitas penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan
dari kapal yang bersandar di pelabuhan menuju pelabuhan selanjutnya dapat
dilaksanakan. Dari segi manajemen pelabuhan ( bina pengusahaan ) berarti prosedur
kegiatan-kegiatan sejak kedatangan kapal, bongkar muat barang, dan hubangan kapal
dengan daerah-daerah lain, dimana kegiatan tersebut harus dapat dikelola secara efisien.
2. Ditinjau dari segi finansial, pengusahaan pelabuhan harus dapat menghasilkan, dalam arti
secara minimal segala investasi dan peng-operasiannya harus dapat ditutup dari hasil
pendapatan dalam suatu periode tertentu
Peran pelabuhan
1. Transportasi : penunjang dan dinamisator sistem antar moda transportasi, baik angkutan
laut maupun darat.
2. Perdagangan : akses perdagangan internasional dan domestic, serta memberi kesempatan
yang lebih luas dalam menentukan hubungan perdagangan.
3. Industri : industri transportasi, industri yang berorientasi ekspor atau bahan bakunya
impor, dan industri lain.
1. Pelabuhan laut, pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-kapal berbendera asing.
Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan besar dan ramai dikunjungi oleh kapal-
kapal samudra.
2. Pelabuhan pantai, pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan dalam negeri dan oleh
karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal berbendera asing. Kapal asing dapat masuk
ke pelabuhan ini dengan memint ijin terlebih dahulu.
1. Pelabuhan ikan, pada umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman air yang
besar, karena kapal-kapal motor yang digunakan untuk menangkap ikan tidak besar.
2. Pelabuhan minyak, untuk keamanan pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari
keperluan umum. Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan
yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup membuat
jembatan perancah atau tambatan yang dibuat menjorok ke laut untuk mendapatkan
kedalaman air yang cukup besar. Bongkar muat dilakukan dengan pipa-pipa dan pompa-
pompa. Pipa-pipa penyalur diletakkan di bawah jembatan agar lalu lintas di atas jembatan
tidak terganggu. Tetapi pada tempat-tempat di dekat kapal yang merapat, pipa- pipa
dinaikkan ke atas jembatan guna memudahkan penyambungan pipa-pipa. Biasanya, di
jembatan tersebut juga ditempatkan pipa uap untuk memebersihkan tangki kapal dan pipa
air untuk suplai air tawar. Karena jembatan tidak panjang, maka pada ujung kapal harus
diadakan penambatan dengan bolder atau pelampung pengikat agar kapal tdak bergerak.
3. Pelabuhan barang, pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas
untuk bongkar muat barang. Pelabuhan dapat berada di pantai atau estuari dari sungai
besar. Daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang sehingga memudahkan bongkar
muat barang. Pelabuhan barang ini bisa dibuat oleh pemerintah sebagai pelabuhan niaga
atau perusahaan swasta untuk keperluan transport hasil produksinya seperti baja,
alumunum, pupuk, batu bara, minyak dan sebagainya. Pada dasarnya pelabuhan barang
harus mempunyai perlengkapan-perlengkapan berikut ini:
a. Dermaga harus panjang dan harus dapat menampung seluruh panjang kapal atau
setidak-tidaknya 80% dari panjang kapal. Hal ini disebabkan karena muatan
dibongkar muat melalui bagian muka, belakang dan di tengah kapal.
b. Mempunyai halaman dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar muat
barang. Barang yang akan dimuat disiapkan di atas dermaga dan kemudian diangkat
dengan kran masuk kapal. Demikian pula pembongkarannya dilakukan dengan kran
dan barang diletakkan di atas dermaga yang kemudian diangkut ke gudang.
c. Mempunyai gudang transito/penyimpanan di belakang halaman dermaga.
d. Tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan /pemasukan barang dari dan ke gudang
serta mempunyai fasilitas reparasi.
Jenis muatan:
a. Barang-barang potongan (general cargo) yaitu barang-barang yang dikirim dalam
bentuk satuan seperti mobil, truk, mesin, dan barang-barang yang dibungkus dalam
peti, karung, drum, dan sebagainya.
b. Muatan curah/lepas (bulk cargo) yang dimuat tanpa pembungkus seperti batu bara,
biji-bijian, minyak dan sebagainya.
c. Peti kemas (container) yaitu suatu peti yang ukurannya telah distandarisasi sebagai
pembungkus barang-barang yang dikirim. Karena ukurannya teratur dan sama, maka
penempatannya akan lebih dapat diatur dan pengangkutannyapun dapat dilakukan
dengan alat tersendiri yang lebih efesien. Ukuran peti kemas dibedakan dalam 6
macam yaitu :
8x8x5 ft3 berat maksimum 5 ton
8x8x7 ft3 berat maksimum 7 ton
8x8x10 ft3 berat maksimum 10 ton
8x8x20 ft3 berat maksimum 20 ton
8x8x25 ft3 berat maksimum 25 ton
8x8x40 ft3 berat maksimum 40 ton
4. Pelabuhan penumpang, tidak banyak berbeda dengan pelabuhan barang . Pada pelabuhan
barang di belakang dermaga terdapat gudang-gudang , sedang untuk pelabuhan
penumpang dibangun stasiun penumpang yang melayani segala kegiatan yang
berhubungan dengan kebutuhan orang yang bepergian, seperti kantor imigrasi, duane,
keamanan, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran, dan sebagainya. Barang-barang yang
perlu dibongkar muat tidak begitu banyak, sehingga gudang barang tidak perlu besar.
Untuk kelancaran masuk keluarnya penumpang dan barang, sebaiknya jalan masuk/keluar
dipisahkan. Penumpang melalui lantai atas dengan menggunakan jembatan langsung ke
kapal, sedang barang-barang melalui dermaga.
6. Pelabuhan Militer, pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk
memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang dan agar letak bangunan cukup terpisah.
Konstruksi tambatan maupun dermaga hampir sama dengan pelabuhan barang, hanya saja
situasi dan perlengkapannya agak lain. Pada pelabuhan barang letak/kegunaan bangunan
harus seefisien mungkin, sedang pada pelabuhan militer bangunan-bangunan pelabuhan
harus dipisah-pisah yang letaknya agak berjauhan.
2.1 Pelabuhan alam, merupakan daerah perairan yang terlindungi dari badai dan gelombang
secara alam, misalnya oleh suatu pulau, jazirah atau terletak di teluk, estuari dan muara
sungai.
Gambar 2.1 Pelabuhan Alam
Pelabuhan buatan, adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh gelombang
dengan membuat bangunan pemecah gelombang (breakwater). Pemecah gelombang ini membuat
daerah perairan tertutup dari laut dan hanya dihubungkan oleh suatu celah atau mulut pelabuhan
untuk keluar masuknya kapal. Di dalam daerah tersebut dilengkapi dengan alat penambat.
Bagunan ini dibuat mulai dari pantai dan menjorok ke laut sehingga gelombang yang menjalar ke
pantai terhalang oleh bangunan tersebut
Pelabuhan semi alam, pelabuhan ini merupakan campuran dari kedua tipe di atas. Misalnya
suatu pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan perlindungan buatan hanya pada alur
masuk. Pelabuhan Bengkulu adalah contoh dari pelabuhan ini. Pelabuhan Bengkulu
memanfaatkan teluk yang terlindung oleh lidah pasir untuk kolam pelabuhan. Pengerukan
dilakukan pada lidah pasir untuk membentuk saluran sebagai jalan masuk/keluar kapal. Contoh
lainnya adalah muara sungai yang kedua sisinya dilindungi oleh jetty. Jetty tersebut berfungsi
untuk menahan masuknya transpor pasir sepanjang pantai ke muara sungai , yang dapat
menyebabkan terjadinya pendangkalan.
Gambar 2.3 Pelabuhan Semi Alam
2.4 FASILITAS PELABUHAN
Sesuai Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 1996 tentang Pelabuhan
dalam Pasal 8 merupakan daerah yang digunakan untuk :
Untuk dapat merealisir suatu pembangunan pelabuhan, maka minimal ada tujuh data-data
pokok yang dibutukan, yaitu:
1. Asal dan tujuan muatan; jenis muatan
2. Klimatologi, meliputi: angin, pasang surut, sifat air laut
3. Topografi, geologi, struktur tanah
4. Recana pembiayaan, indikator keberhasilan dilihat dari segi investasi
5. Pendayagunaan modal sitinjau dari segi operasional, terutama dalam penanganan
muatan
6. Kaitan pelabuhan dengan jenis kapal yang singgah dan sarana/prasarana angkutan
lain yang menfukung kegiatan pelabuhan dengan daerah pendukungnya secara
keseluruhan
7. Kaitan pelabuhan dengan pelabuhan lainnya dalam rangka lalu-lintas dan system
jaringan
guna mendukung perdagangan.
Untuk perencanaan pelabuhan yang baik, ciri-ciri teknik khusus harus diperhatikan agar
rancangan desain pelabuhan dapat memenuhi persyaratan berikut:
1. Kapal harus dapat dengan mudah ke luar-masuk pelabuhan dan bebas dari
gangguan gelombang dan cuaca, sehingga navigasi kapal dapat dilakukan
2. Tersedia ruang gerak kapal di dalam kolam dan dalam pelabuhan. Gerakan
memutar kapal untuk mengarah ke luar pelabuhan harus dimungkinkan sebelum
kapal ditambatkan
3. Pengerukan mula dan pemeliharaan pengerukan yang minim
4. Mengusahakan perbedaan pasang-surut yang relatif kecil, tetapi pengendapan
harus dapat diperkecil
5. Kemudahan kapal untuk bertambat
6. Pembuatan dermaga diusahakan sedemikian, agar:
a. Biaya awal dan biaya pemeliharaan yang minim, tetapi kuat memikul muatan,
peralatan, dan tumbukan kapal pada saat menambat
b. Letak dan bentuk tambatan yang mempu menampung berbagai jenis kapal
dengan draft atau penjang kapal yang berlainan
c. Mempunyai ukuran dimensi yang cukup untuk melaksanakan bongkar-muat,
jalan kereta api, jalan raya, gudang pelabuhan, dan alat-alat transportasi lain
yang beroperasi di pelabuhan
d. Bagi barang khusus (curah), maka penanganan bongkar-muat agar dapat
dilakukan secara efisien.
7. Cukup mempunyai tempat-tempat penyimpanan tertutup ataupun lapangan terbuka
untuk menampung muatan
8. Penyediaan peralatan bongkar muat yang memadai
9. Fasilitas prasarana lain yang mendukung, yaitu air bersih, listrik, telepon dan minyak
yang cukup untuk meayani kapal dan muatan
10. Mempunyai jaringan angkutan darat yang mudah dengan daerah pendukungnya.
11. Muatan diusahakan bebas dari gangguan, misalnya terhadap pencurian dan bahaya
kebakaran
12. Tersedia fasilitas pemeliharaan minimal baik bagi kapalnya maupun peralatannya
13. Tersedia fasilitas perkantoran untuk para karyawan di pelabuhan
14. Masih dimungkinkannya perluasan atau pengembangan pelabuhan
Dengan demikian, perancangan pelabuhan berkaitan erat dengan fungsi dan tata letak
tiap-tiap bagiannya untuk dihadapkan pada kegiatan perencanaan, agar investasi
mencapai tujuannya