Anda di halaman 1dari 4

Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak di pusat vasomotor, pada medulla oblongata di otak. Dari pusat vasomotor
ini bermula pada sistem saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Kondisi vasokonstriksi pada pembuluh darah juga menyebabkan afterload
meningkat pada jantung. Afterload merupakan besarnya tegangan yang harus
dihasilkan oleh ventrikel selama fase sistole agar mampu membuka katup
semilunaris dan memompa darah keluar. Bila tahanan yang harus dihadapi jantung
terus dialami, maka hal ini akan menimbulkan keadaan yang sangat melelahkan
atau fatigue yang mengakibatkan intoleransi aktivitas.
Ketika terjadi gangguan sirkulasi pada otak, thalamus mendesak kortek
serebral untuk menaikkan transmisi histamine, bradikinin, asetil kolin, dan
pronstalglandin. Hal ini mengakibatkan sensitivitas reseptor nyeri berupa rasa
sakit/nyeri pada kepala. Di sisi lain, gangguan sirkulasi pada otak akan
menurunkan suplai oksgen ke dalam otak yang dapat mengakibatkan
ketidakefektifan perfusi pada jaringan otak. Gangguan sirkulasi pembuluh darah
juga mengakibatkan gangguan sirkulasi yang menuju retina. Kondisi ini
menyebabkan arteriol-arteriol mengalami spasme dan berisiko menimbulkan
cedera pada mata.
Para penderita hipertensi cenderung pula mengalami kecemasan akibat
penyakit yang diderita. Bila mekanisme koping yang digunakan adalah maladaptif
akan menimbulkan ketidakefektifan mekanisme koping. Pada usia lanjut perlu
diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri
brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,
1999). Di bawah ini adalah pathway dari hipertensi :
Perubahan situasi HIPERTENSI

Merokok Genetik, lingkungan,


Ansietas merokok, alkohol, penyakit

Nikotin
Merangsang pusat vasomotor
Krisis situasional Informasi minim dalam bentuk impuls

Merangsang
Defisiensi
hypotalamus Melalui saraf simpatik menuju
pengetahuan
gangguan simpatis

Katekolamin
Ketidakefektifan Merangsang serabut saraf
koping ganglion

Melepaskan asetil kolin

Merangsang kelenjar adrenal

Vasokontriksi pada pembuluh Vasokontriksi


darah Melepaskan epinefrin

Penurunan darah ke
ginjal
Gangguan sirkulasi

Pembuluh darah Otak Retina

Spasme
Mendesak thalamus
Vasokontriksi arteriol

Kortek Suplai O2 ↓
Afterload ↑
serebrasi
Risiko
Menaikkan transmisi ketidakefektifan
Penurunan perfusi jaringan Pelepasan renin
histamin bradikimin
kontraktilitas pada otot otak
asetil kolin dan
jantung
prostalglandin
Pembentukan
Darah masuk ke angiostensi 1
Meningkatkan
ventrikel kiri sensitivitas reseptor
Risiko cedera
berkurang nyeri
Angiostensi II

Nyeri kepala Vasokontriksi perifer


Penurunan
curah
jantung Fatigue
Meningkatkan
sekresi aldosteron
Intoleransi aktivitas

Retensi natrium dan


Kelebihan Edema
air
volume cairan

Anda mungkin juga menyukai