Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Kata Asma (Asthma) merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “terengah-engah” atau “sulit bernapas”. Lebih dari 2000 tahun lalu,
ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa
berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat
reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Asma bersifat fluktuatif (hilang
timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat
eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian. 4
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. 23 Asma adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran nafas yang sangat peka terhadap
berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun luar tubuh. Akibat dari kepekaan yang
merupakan penyakit obstruksi kronik saluran napas yang bersifat reversibel baik
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot
kuat. Paru-paru memiliki dua bagian yaitu paru-paru kanan (Pulmo dekster) yang
terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (Pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-
paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam
yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (Pleura visceralis) dan
selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk
disebut pleura luar (Pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus,
jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,
tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium
melalui hidung dan mulut, kemudian disalurkan melalui trakea dan pipa bronkial ke
alveoli. Oksigen yang masuk kemudian terikat dengan hemoglobin sel darah merah
jantung dan kemudian dipompa di dalam arteri ke seluruh bagian tubuh. Dalam paru-
alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronkial dan
pernapasan eksterna26:
a. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
c. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkiolus yang
umumnya melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru, yang
berhubungan erat dengan brokiolus dan bronkus kecil. Bila seseorang menghirup
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa
selanjutnya akan mengalami obstruksi berat akibat dari tekanan eksternal. Penderita
Asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sulit
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan
volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan Asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Keadaan ini bisa menyebabkan
Sumber : Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Kementrian Kesehatan RI,
2007 6
kompleks. Hal ini terjadi karena lepasnya mediator dari sel mast yang banyak
ditemukan di permukaan mukosa bronkus, lumen jalan napas, dan di bawah membran
basal. Berbagai faktor pencetus dapat mengaktivasi sal mast. Selain sel mast, sel lain
yang juga dapat melepaskan mediator adalah sel makrofag alveolar, eosinofil, sel
nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal menyebabkan
refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan
makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen
Ada 2 faktor yang berperan penting untuk terjadinya Asma, yaitu faktor
1. Sensitisasi, yaitu seseorang dengan risiko genetik dan lingkungan apabila terpajan
2. Seseorang yang telah mengalami sensitisasi belum tentu menjadi Asma. Apabila
maka terjadi proses inflamasi pada saluran napasnya. Proses inflamasi yang
3. Setelah mengalami inflamasi maka bila seseorang terpajan oleh pencetus (trigger)
10
Diagnosa penyakit Asma Bronkial perlu dipikirkan bilamana ada gejala batuk
yang disertai dengan wheezing (mengi) yang karakteristik dan timbul secara episodik.
Gejala batuk terutama terjadi pada malam atau dini hari, dipengaruhi oleh musim, dan
aktivitas fisik. Adanya riwayat penyakit atopik pada pasien atau keluarganya
memperkuat dugaan adanya penyakit Asma. Pada anak dan dewasa muda gejala
Penderita Asma yang tidak memberikan reaksi terhadap tes kulit maupun uji
provokasi bronkus, tetapi mendapat serangan Asma sesudah infeksi saluran napas,
Asma pada anak-anak umumnya hanya menunjukkan batuk dan saat diperiksa
11
Pengukuran fungsi paru digunakan untuk menilai berat keterbatasan arus udara dan
membantu identifikasi faktor risiko. Pada penderita dengan gejala konsisten tetapi
Pemeriksaan Jasmani
normal. Kelainan pemeriksaan jasmani yang paling sering ditemukan adalah mengi
pada auskultasi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal walaupun
pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan jalan napas. Pada
keadaan serangan, kontraksi otot polos saluran napas, edema dan hipersekresi dapat
menyumbat saluran napas; maka sebagai kompensasi penderita bernapas pada volume
paru yang lebih besar untuk mengatasi menutupnya saluran napas. Hal itu
meningkatkan kerja pernapasan dan menimbulkan tanda klinis berupa sesak napas,
mengi, dan hiperinflasi. Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu
ekspirasi paksa. Walaupun demikian mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada
serangan yang sangat berat, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis,
Faal Paru
12
3. Variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperesponsif jalan napas.
Banyak parameter dan metode untuk menilai faal paru, tetapi yang telah
diterima secara luas (standar) dan mungkin dilakukan adalah pemeriksaan spirometri
bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain. Alergen
terbanyak adalah airborne dan musiman (seasonal). Pasien dengan asma alergik
pengobatan eksim atau rinitis alergik. Paparan terhadap alergi akan mencetuskan
dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti common cold, infeksi saluran napas
(penyedap makanan) juga dapat menjadi faktor penyebab. Serangan dari Asma
idiopatik atau nonalergik menjadi lebih berat dan sering kali dengan berjalannya
waktu dapat berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma ini biasanya
13
Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik atau
nonalergi.
14
diperkirakan terdapat 300 juta penduduk dunia yang menderita penyakit ini. Asma
dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Prevalensi Asma lebih tinggi
pada kelompok usia anak-anak.9 Di Amerika, Asma menjadi penyebab ke-3 tertinggi
kesakitan pada anak usia dibawah 15 tahun. Terdapat 25,9 juta penduduk Amerika
yang menderita penyakit Asma dengan 7,1 juta diantaranya adalah kasus pada usia
menderita Asma, 11% merupakan penduduk berusia di atas 75 tahun. Pada tahun
2007 tercatat 385 kematian akibat Asma di Australia, kemudian meningkat menjadi
449 kematian pada tahun 2008.30 Di New Zealand, dilaporkan 8% remaja mengalami
mengi dan 10% orang dewasa mengalami kesulitan bernapas. Pada tahun 2006,
tercatat 182 kematian akibat Asma di New Zealand.31 Di Inggris tercatat 5,4 juta
orang menjalani terapi Asma, 1,1 juta diantaranya merupakan pasien usia anak-
anak.32 Di Kanada, prevalensi Asma mencapai 8,5% pada tahun 2010. Prevalensi
Asma pada anak-anak di Kanada adalah 13%. Asma menjadi penyakit utama
Pada tahun 2009, tercatat ada 12,5 juta penderita Asma di Indonesia.34
15
2.6.2 Determinan
A. Host (Pejamu)
Genetik
Faktor genetik berperan pada penyakit Asma anak terutama bila ibu juga
menderita Asma.35 Asma dan penyakit alergi sering terjadi bersamaan pada
individu dalam satu keluarga. Prevalensi terjadinya Asma meningkat pada pasien
manifestasi atopi yang sudah dimulai sejak usia kanak-kanak misalnya dermatitis
atopi dan alergi makanan yang terjadi saat bayi akan berlanjut dengan Asma
dan/atau Rinitis Alergi pada saat kanak-kanak. Sekitar 30% anak-anak dengan
Dermatitis Atopi akan berkembang menjadi Asma di kemudian hari dan hampir
sebelumnya.37
Jenis Kelamin
Pria merupakan risiko untuk Asma pada anak. Sebelum usia 14 tahun, prevalensi
Asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali dibanding anak perempuan. Tetapi
menjelang dewasa perbandingan tersebut lebih kurang sama dan pada masa
16
pada orang dewasa biasanya non-atopik dan rasio antara perempuan dan laki-laki
hampir sama. Von Matius, dkk (1999) dalam teorinya menyebutkan bahwa anak
laki-laki memiliki saluran napas yang lebih kecil dibandingkan ukuran paru. 38
selama kehamilan.39
Usia
Asma dapat timbul pada segala umur, dimana 30% penderita bergejala pada umur
muncul sebelum umur 4-5 tahun.40 Atopi (penyakit alergi) yang muncul pada usia
Obesitas
Obesitas atau peningkatan Body Mass Index (BMI), merupakan faktor risiko
Asma. Mediator tertentu seperti leptin dapat memengaruhi fungsi saluran napas
belum jelas, penurunan berat badan penderita obesitas dengan Asma, dapat
memperbaiki gejala fungsi paru, morbiditas, dan status kesehatan.14 Obesitas juga
17
saluran napas, perubahan volume darah pulmoner, dan gangguan fungsi ventilasi
Kebiasaan Merokok
Asap tembakau telah terbukti memicu timbulnya gejala Asma, terutama pada
anak. Individu lain yang menghirup asap rokok (perokok pasif) mendapatkan
racun yang lebih banyak dibandingkan dengan dengan pengguna rokok (perokok
aktif) dan mengalami iritasi pada mukosa sistem pernafasan.40 Ibu yang merokok
saat hamil akan melahirkan bayi prematur yang akan mempunyai ukuran paru
lebih kecil dan akan mempunyai faktor risiko mengi pada usia neonatus, di
samping itu asap rokok akan mengurangi fungsi paru bayi. Penelitian
membuktikan bahwa bayi prematur dari ibu perokok waktu hamil akan rentan
terhadap infeksi saluran napas disebabkan oleh virus, dan karena IgE tali pusat
Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus sudah lama diketahui
sebagai pencetus Asma yang paling sering ditemukan. Banyak kejadian Asma
muncul saat musim hujan dimana influenza banyak terjadi sehingga menyebar
dari satu anggota ke anggota keluarga lainnya, dimulai dengan batuk-batuk yang
kemudian diikuti dengan munculnya sesak napas sebagai bentuk gejala Asma. 14
18
berkembang menjadi Asma bila ditemukan antibodi RSV IgE spesifik dalam
sekret hidung.35
Stres/Gangguan Emosi
Stres/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan Asma, selain itu juga
dapat memperberat serangan Asma yang sudah ada. Saat seseorang emosi dan
panik seringkali keluhan Asma muncul. Ekspresi yang ekstrim seperti tertawa,
terserang Asma kembali. Di samping gejala asma yang timbul harus segera
belum teratasi, maka gejala Asmanya lebih sulit diobati. Suatu studi menyatakan
bahwa ibu hamil yang stres dapat menyebabkan risiko Asma pada anak.42
B. Lingkungan (Environment)
Alergen
Terdiri atas:
1. Alergen dalam rumah/indoor, seperti tungau, debu rumah, spora jamur, kecoa,
19
3. Alergen dalam bahan makanan, seperti susu, telur, udang, kepiting, ikan laut,
kacang tanah, coklat, kiwi, jeruk, bahan penyedap, pengawet, dan pewarna
diperiksa secara invitro (RAST) atau dengan uji kulit. Uji kulit negatif
mempunyai nilai prediktif yang tinggi dengan gejala klinik, sebaliknya uji kulit
Terdapat dua grup obat yang sangat penting untuk dihindari oleh penderita Asma,
yaitu grup obat beta blockers seperti propanolol, nadolol, bahkan obat beta
blockers yang bekerja lokal sekalipun seperti timolol ophtalmic solution. Grup
Polusi Udara
Polusi udara merupakan salah satu faktor pencetus yang harus diperhatikan oleh
penderita Asma. Polusi ini bisa berada outdoor seperti di sekitar tempat kerja dan
sekolah, maupun indoor. Polusi udara outdoor dapat berasal dari asap pabrik,
bengkel, pembakaran sisa atau sampah industry, serta gas buang yang berasal dari
knalpot mobil maupun motor. Bahan polutan indoor dalam ruangan meliputi
20
Organic Compounds (VOC), dan Combustion Products (CO, NO2, SO2). Sumber
Lingkungan Kerja
Asma merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang paling sering pada saluran
pernapasan disamping rinitis. Di Indonesia belum ada data pasti tentang penyakit
Indonesia adalah Asma akibat kerja.45 Ada dua jenis Asma akibat kerja46:
2. Allergic Occupational Asthma. Ini adalah jenis Asma akibat kerja yang paling
sering terjadi.
Exercise-induced Asthma
Sebagian besar penderita Asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas
pernafasaan yang pada gilirannya memicu terjadinya serangan Asma. Lari cepat
21
merupakan salah satu pencetus yang efisien untuk menimbulkan serangan asma,
kekuatan otot pernafasan sangat penting sebab penderita asma kronis umumnya
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering memengaruhi Asma.
mencegah yang sudah tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi Asma, dan
22
Kehamilan trimester kedua yang sudah terbentuk cukup sel penyaji antigen
(antigen presenting cells) dan sel T yang matang, merupakan saat fetus tersensisitasi
alergen dengan rute yang paling mungkin adalah melalui usus. Konsentrasi alergen
Faktor konsentrasi alergen dan waktu pajanan sangat mungkin berhubungan dengan
hamil dengan risiko tinggi, tidak mengurangi risiko melahirkan bayi atopi, bahkan
makanan tersebut menimbulkan efek yang tidak diharapkan pada nutrisi ibu dan
fetus. Saat ini, belum ada pencegahan primer yang dapat direkomendasikan untuk
Periode postnatal
difokuskan pada makanan bayi seperti menghindari protein susu sapi, telur, ikan,
yang inkonklusif (tidak dapat ditarik kesimpulan). Dua studi dengan tindak lanjut
yang paling lama menunjukkan efek transien dari menghindari makanan berpotensi
hampir tidak ada efek pada manifestasi alergik saluran napas, sehingga disimpulkan
bahwa upaya menghindari alergen makanan sedini mungkin pada bayi tidak didukung
23
dermatitis atopik pada anak, tetapi masih dibutuhkan studi lanjutan. Beberapa studi
tidak mencegah alergi; dan sebaliknya kontak sedini mungkin dengan kucing dan
sebaiknya didesain dapat menilai keseimbangan sel Th1dan Th2, sitokin dan protein-
Berbagai studi dan data menunjukkan bahwa ibu perokok berdampak pada
kesakitan saluran napas bawah pada anaknya sampai dengan usia 3 tahun. Studi
perkembangan paru anak, dan bayi dari ibu perokok 4 kali lebih sering mendapatkan
gangguan mengi dalam tahun pertama kehidupannya. Hanya sedikit bukti yang
mendapatkan bahwa ibu yang merokok selama kehamilan berefek pada sensitisasi
tetapi mempunyai peran kecil pada terjadinya Asma alergi di kemudian hari. Pajanan
asap rokok lingkungan baik pada periode prenatal maupun postnatal (perokok pasif)
24
menghindari asap rokok, lingkungan kerja yang berisiko, makanan, zat aditif, dan
yang sudah terlanjur tersensitisasi dan sudah memiliki gejala Asma, menghasilkan
faktor lingkungan sehingga usaha menghindari alergen sulit untuk dilakukan. Hal-hal
lain yang harus pula dihindari adalah polutan indoor dan outdoor, obesitas, emosi-
Diagnosis dini Asma tidak selalu mudah untuk ditegakkan. Beberapa kriteria
diperlukan untuk diagnosis Asma, termasuk untuk asma pada anak. Gejala klinis
utama Asma anak pada umumnya adalah mengi berulang dan sesak napas, tetapi pada
anak tidak jarang batuk kronik dapat merupakan satu-satunya gejala klinis yang
ditemukan. Biasanya batuk kronik itu berhubungan dengan infeksi saluran napas atas.
Selain itu harus dipikirkan pula kemungkinan Asma pada anak bila terdapat
penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik atau gejala batuk malam hari. 48
25
dan terbutalin. Biasanya obat ini diberikan secara parenteral atau inhalasi. Jalan
Pada tingkat ini yang dilakukan adalah mencegah terjadinya serangan Asma
yang dapat ditimbulkan oleh berbagai jenis pencetus. Menghindari pajanan pencetus
adalah penting, agar pasien dapat mengobati dirinya sendiri saat serangan di rumah
memungkinkan terjadi remisi, atau paling tidak memberikan perbaikan fungsi paru
26
yaitu14:
Serangan akut adalah keadaan darurat dan membutuhkan bantuan medis segera,
agar pasien dapat mengobati dirinya sendiri saat serangan di rumah sebelum ke
pemeriksaan fisis dan bila memungkinkan pemeriksaan faal paru, agar dapat
dalam pengobatan/tindakan.
27
Pasien asma kronik diupayakan untuk dapat memahami sistem penanganan asma
secara mandiri, sehingga dapat mengetahui kondisi kronik dan variasi keadaan
Pada masa anak terjadi proses tumbuh- kembang fisis, faal, imunologi, dan
perilaku yang memberi peluang sangat besar untuk dilakukannya upaya pencegahan,
harus disokong oleh pengertian tentang peran genetik, alergen, polutan, infeksi virus,
dan psikologis pasien beserta keluarga. Pendidikan dan penjelasan tentang Asma pada
manfaat dan cara kontrol lingkungan, cara mengatasi serangan akut, pemakaian obat
dengan benar, serta hal lain yang semuanya bertujuan untuk meminimalkan
morbiditas fisis dan psikis serta mencegah disabilitas. Bila ditangani dengan baik
maka pasien Asma dapat memperoleh kualitas hidup yang sangat mendekati orang
sehat normal, dengan fungsi paru normal walaupun tetap menunjukkan saluran napas
yang hiperresponsif.48
28
29