Bab I Limfoma
Bab I Limfoma
PENDAHULUAN
Limfoma merupakan keganasan yang terjadi primer pada kelenjar getah bening
(lymph node). Kemajuan dalam immunologi dan biologi molekuler menghasilkan
penemuan penting dalam menentukan asal dan fungsi limfosit. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya perubahan konsep dalam penamaan dan klasifikasi limfoma.
Heterogenitas limfosit dan temuan lainnya mempunyai dampak terhadap pemahaman
kita tentang limfoma. Berbagai metode terbaru dapat mengidentifikasi limfosit sel-B
dan sel-T. Sub-populasi dari neoplasma ini ditentukan dengan pemakaian petanda
permukaan dan produk sekresinya.1
Ditemukannya populasi baru dari sel limfoid, menghasilkan tipe baru dari
neoplasma. Diantaranya mantle cell lymphoma dan marginal cell lymphoma yang
merupakan tipe baru dari B cell neoplasma, sedangkan peripheral T-cell lymphoma,
adult T cell lymphoma/leukemia dan anaplastik large cell lymphoma muncul menjadi
klasifikasi neoplasma sel-T.1
Untuk klasifikasi limfoma tidak cukup lagi dengan hanya melihat gambaran sel
karena perbedaan populasi limfosit secara morfologi tidak dapat dilakukan, tetapi
membutuhkan teknik khusus seperti patologi molekuler dan sitogenetik.1
1
Universitas Sumatera Utara
ALL CLL Lymphomas MM
naïve
B-lymphocytes
Plasma
Lymphoid cells
progenitor T-lymphocytes
Eosinophils
Basophils
Monocytes
Platelets
Red cells
Untuk menyusun klasifikasi baru yang dapat disepakati para ahli hematologi
dan onkologi terlibat untuk membuat konsensus. Neoplasma ini secara primer berasal
dari: myeloid, lymphoid, histiocytic/dentritic dan mast cell. Berdasarkan kategori
tersebut didefenisikan berbagai kelainan berdasarkan kombinasi dari: klinis, morfologis,
immunophenotypic, dan gambaran genetik. Untuk klasifikasi neoplasma limfoid dikenal
4 kategori yaitu: (1). Neoplasma precursor B dan sel-T; (2). Neoplasma sel-B; (3).
Neoplasma sel-T; dan (4). Neoplasma sel natural-killer dan limfoma Hodgkin.
Klasifikasi ini menjadi dasar dari klasifikasi WHO yang telah banyak dipakai.1
2
Universitas Sumatera Utara
klasifikasi hanya 57%. Rendahnya confidence rate pada klasifikasi WHO ini paling
banyak disebabkan oleh karena tidak adekuatnya bahan biopsi atau insufficient
immunophenotyping.1
3
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Tujuan Khusus
4
Universitas Sumatera Utara