Anda di halaman 1dari 3

Nama Anggota :

1. Muhamad Miftahul Azhar (15/385245/TK/43907)

2.

3.

4.

5.

A. Artikel

Korban Tertimbun di Proyek Galian PDAM Bekerja Tanpa Alat Pengaman

JAKARTA - Polsek Metro


Penjaringan Jakarta Utara menyelidiki
kecelakaan kerja di proyek intalasi
PDAM di Jalan Jembatan III,
Penjaringan, Jakarta Utara.
Penyelidikan ini untuk mencari apakah
ada unsur kelalaian dalam
menjalankan prosedur penggalian
gorong-gorong atau sebab lain.

Kanit Reskrim Polsek Metro


Penjaringan Kompol Mustakim
mengatakan, sudah ada tiga saksi yang
diminta keterangan terkait insiden
yang menyebabkan Tarno (40) tewas
tertimbun di gorong-gorong tersebut. Ketiga saksi yang diperiksa merupakan rekan korban
yang saat kejadian ada di tempat. Mereka adalah Iyan, Sarju, dan Jai.

“Sudah memeriksa tiga saksi yang merupakan teman kerja korban. Mereka sedang menggali
pipa air PAM, kemudian terkubur di dalam. Kita lihat prosedurnya, apakah ada K3-nya
karena pekerjaan dalam risiko tinggi,” kata Mustakim, Rabu (2/5/2018).

Polisi menduga ada kelalaian dalam pengerjaan proyek instalasi air ini. Pasalnya, saat jasad
Tarno ditemukan sekitar pukul 04.30 WIB dalam kondisi tidak menggunakan alat pengaman.

“Iya, menggali secara manual, tanpa alat safety. Mereka menggali dengan alat tradisional,”
ujar dia.

Tarno merupakan pekerja dari kontraktor yang mengerjakan penggalian tanah untuk pipa
instalasi air PAM milik Palyja. Penyidik juga akan memanggil Pam Jaya atau Palyja yang
disinyalir bertanggung jawab atas kejadian ini.

Saat ini, lubang lokasi ditemukannya jasad Tarno tertimbun tanah sudah ditutup. Hal tersebut
dilakukan agar arus lalu lintas di lokasi kejadian berjalan normal.

Sumber : https://metro.sindonews.com/read/1302348/170/korban-tertimbun-di-proyek-galian-
pdam-bekerja-tanpa-alat-pengaman-1525235854

B. Analisa

Pada kasus korban yang tertimbun galian PDAM ini sungguh sangat disayangkan. Hal
ini dikarenakan kurangnya pemahaman pentingnya menjalankan K3 ketika bekerja. Korban
yang jasadnya ditemukan tanpa menggunakan peralatan pengaman menunjukan kelalaian
korban ketika bekerja.

Namun tidak lantas hal ini merupakan kesalahan korban semata. Kemungkinan pihak
Palyja minim sosialisasi pengetahuan pentingnya melaksanakan K3. Selain itu pihak kepolisian
harus memastikan apakah Palyja mempunyai ketersediaan barang penunjang K3 yang cukup.
Cukup banyak ditemukan di tempat kerja bahwa alat penunjang K3 hanya sedikit dan menjadi
pajangan saja.

Pemerintah juga perlu melaksanakan sertifikasi tenaga ahli K3. Hal ini seperti yang
diutarakan kompas dalam websitenya www.
properti.kompas.com/read/2018/07/25/230000221/indonesia-minim-tenaga-ahli-sertifikasi-
k3-jadi-solusi mengatakan bahwa minimnya tenaga ahli K3. Sehingga ada kemungkinan
bahwa pihak Palyja memiliki tenaga ahli K3 yang minim atau mungkin tidak ada. Melalui
kasus ini, iniah saatnya masyarakat Indonesia menyadari pentingnya K3 bahkan untuk hal
sepele.

C. Solusi

Anda mungkin juga menyukai