Disusun oleh:
Doni Trinanda, S.Ked
H1AP10028
Pembimbing :
dr. Sulastri Chen Panjaitan, Sp.Rad
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan referat ini yang berjudul “Pemeriksaan
Radiologi Pada Pneumonia”. Referat ini saya susun untuk melengkapi tugas
Kepaniteraan Klinik Radiologi di RSUD Argamakmur.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr.Sulastri Chen Panjaitan, Sp.Rad,yang
telah membimbing dan mengajarkan saya dalam mengetahui cara-cara mendiagnosis
suatu penyakit berdasarkan pemeriksaan radiologi sehingga dapat membantu saya
menyusun referat ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format referat
ini.Oleh karena itu, saya menerima segala kritik dan masukan dengan tangan terbuka dan
memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam tugas referat yang
telah saya buat ini.
Akhir kata saya berharap referat ini dapat berguna bagi rekan-rekan serta semua
pihak yang ingin mengetahui tentang “Pemeriksaan Radiologi Pada Pneumonia”.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumonia merupakan penyakit dengan angka mortalitas dan morbiditas yang
tinggi. Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran bawah akut yang paling sering.
Pneumonia sendiri dapat terjadi sebagai penyakit primer maupun fase lanjutan dari
penyakit saluran nafas lainnya 1.
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, bronkiolus terminalis
distal yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli. Peradangan yang terjadi inilah
yang menyebabkan konsolidasi dan gangguan pertukaran udara di paru 2.
Pneumonia sebenarnya bukanlah suatu penyakit baru. American lung associaton
menyebutkan hingga tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab kematian nomor satu di
Amerika 3. Penggunaan antibotik membuat penyakit ini dapat di kontrol, beberapa tahun
kemudian pneumonia kembali menjadi penyebab kematian utama dikarenakan munculnya
organisme nosokomial yang resisten terhadap antibiotik, ditemukannya organisme-
organisme baru, bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya tahan tubuhnya, karena
adanya penyakit seperti AIDS, dan juga dikarenakan adanya kombinasi pneurnonia dan
influenza 1,2,3.
Pneumonia juga merupakan masalah kesehatan didunia karena angka
mortalitasnya yang tinggi, tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara-
negara maju 4. Di Indonesia sendiri pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan tuberkulosis. Hal ini sering dikaitkan dengan faktor sosial-
ekonomi yang rendah 5,6.
Identifikasi pneumonia harus jelas, sehingga penegakan diagnosis pneumonia
harus mencakup anamnesis dari gejala dan riwayat, pemeriksaan fisik maupun
5
pemeriksaan penunjang dari laboratorium dan modalitas radiologi . Gambaran
pneumonia pada modalitas radiologi konvensional akan memberikan gambaran yang
beragam sesuai dengan agen penyebab 6,7.
Paru-paru terbagi menjadi beberapa lobus : atas, tengah, dan bawah di kanan, dan
atas dan bawah kiri 9. Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris. Cabang utama
bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis
10,11
. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil
sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis. Alveolus dipisahkan dari alveolus di
dekatnya oleh dinding tipis atau septum 11.
Fissura interlobaris membatasi setiap lobus paru-paru. Paru-paru kanan dan kiri
mempunyai fissura oblik yang dimulai pada dada anterior setinggi iga keenam pada garis
midclavicula dan memanjang lateral atas ke iga kelima di garis aksillaris media, berakhir
pada dada posterior pada prosessus spinosus T3 1 2. Lobus bawah kanan terletak di bawah
fissura oblik kanan, lobus atas dan tengah kanan terletak di atas fissura oblik kanan.
Lobus bawah kiri terletak di bawah fissura oblik kiri, lobus atas kiri terletak di atas fissure
oblik kiri. Fissura horizontal hanya ada di bagian kanan dan memisahkan lobus atas kanan
dan lobus tengah kanan 12,13.
2.4 Etiologi
Etiologi pneumonia bervariasi tergantung dari jenis dari pneumonia, dan hal ini
1,3
berdampak kepada obat yang akan diberikan . Pneumonia dapat disebabkan oleh
berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa 1,5.
Etiologi pneumonia yang tersering adalah bakteri. Cara penularan berkaitan dengan
jenis bakteri, misalnya infeksi melalui droplet sering di sebabkan Streptococus
pneumonia, melalui selang infus oleh Stapylococcus aureus, sedangkan pemakaian
7,8
ventilator oleh P.aeruginosa dan Enterobacter . Akibat perubahan keadaan pasien
seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan
antibiotik yang tidak tepat sehingga menimbulkan perubahan karakteristik kuman,
terjadilah peningkatan patogenitas jenis kuman, terutama S.aureus, B.catanhalism,
3,5,9
Haemophilus influenza, dan Enterobacter . Juga dijumpai adanya berbagai bakteri
3,5,10
enterik gram negatif Respons yang ditimbulkan juga bergantung pada agen
penyebabnya, Pneumococus adalah penyebab yang paling sering dari pneumonia bakteri,
baik yang didapat dari masyarakat (kira-kira 75% dari semua kasus) maupun dari rumah
sakit 3.
Pneumonia oleh virus sering terjadi pada anak-anak, tetapi kasus pada anak-anak
hanya sebesar 10% 18. Gejala atau tanda yang khas pada pneumonia jenis ini adalah sakit
19
kepala, demam, nyeri otot menyeluruh, letih luar biasa, dan batuk kering .Kebanyakan
pneumonia ini ringan, tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, dan tidak
menyebabkan kerusakan paru yang menetap.Penyebab tersering adalah virus influenza
tipe A, B dan adenovirus 20.
Tabel 1.1
Penyebab paling sering pneumonia yang di dapat di masyarakat (komunitas)
dan nosokomial (rumah sakit)
Lokasi Sumber Penyebab
Masyarakat (community-acquired) Streptococcus pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Haemophilus pneumoniae
Chlamydia pneumoniae
Rumah sakit (hospital-acquired) Basil usus gram negative (misal,
Escherchia coli, Klebisiella pneumonia)
Pseudomonas aeruginosa
Staphylococcus aureus
- Klasifikasi tradisional berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas:
1. Pneumonia tipikal yang bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris klasik. Gambaran
radiologisnya berupa opasitas lobus atau lobaris yang disebabkan oleh kuman
tipikal terutama S.pneumonia, K.pneumonia, atau H.Influenza
2. Pneumonia Atipikal, ditandai oleh gangguan respirasi yang lambat dengan
gambaran infiltrate paru bilateral yang difus. Penyebabnya adalah Mycoplasma
pneumonia, virus Legionella pneumophila dan Clamidia psittae. Klasifikasi ini
sudah tidak digunakan lagi karena ditemukan bahwa gambaran radiologis atau
laboratorium saling tumpang tindih dan tidak mencakup pneumonia gambaran
yang khas.
- Klasifikasi secara radiologis sesuai dengan lokasi anatomisnya:
1. Pneumonia alveolar. Misalnya Pneumonia pneumococal. Eksudat pada alveolar
memberi gambaran konsolidasi homogen pada perifer yang terbentang menuju
hilus dan cenderung memotong garis segmental. air-bronkogram biasanya di
temukan pada pneumonia jenis ini.
2. Pneumonia lobular (bronkopneumonia) sering ditemukan pada pneumonia yang
disebabkan oleh infeksi stapilococus pada paru, terlihat gambaran konsolidasi
berdensitas tinggi pada satu segmen atau lobus atau bercak yang mengikut
sertakan alveoli yang tersebar
3. Pneumonia interstisial yang dapat ditemukan pada infeksi virus dan mycoplasma.
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial peribronkial,
kadang-kadang alveoli terisi eksudat.
4. Pneumonia campuran, merupakan gabungan ketiganya.
- Klasifkasi berdasarkan inangnya dan lingkungan. Klasifikasi ini sering dipakai
karena membantu pelaksanaan pneumonia secara empirik. Klasifikasi ini terbagi atas:
1. Pneumonia komunitas bersifat sporadik dan endemik menyerang tua dan muda.
2. Pneumonia nosokomial didahului dengan riwayat perawatan dirumatl sakit.
3. Pneumonia rekurens terjadi berulang kali berdasarkan penyakit paru kronik.
4. Pneumonia aspirasi biasanya pada penderita alkoholik dan usia tua.
5. Pneumonia pada gangguan pada umum, pasien transplantasi,onkologi, AIDS.
Dari beberapa bagian diatas, hanya pneumonia komunitas dan nosokomial yang
lazim dipakai. Mengingat gambaran pneumonia nosokomial yang khas berbeda dari
pneumonia komunitas, maka diagnosis pneumonia jenis ini menggunakan kriteria Centre
for Disease and Prevention, USA.
Pemeriksaan bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakea/transtrakeal, aspirasi
jarum transtorakal, torakosintesis, bronkoskopi, atau biopsi, untuk tujuan
terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus gram, Burri Gin, Quellung test
dan Z.Nielsen. kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN
yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi. Kultur kuman
merupakan pemeriksaan utama praterapi dan bermanfaat untuk evaluasi
terapi selanjutnya.
Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan supaya
scapula tidak menutupi parenkim paru.
Posisi AP (Antero Posterior)
Dilakukan pada anak-anak atau pada pasien yang tidak kooperatif. Film
diletakkan dibawah punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung
juga terlihat lebih besar dari posisi PA. Clavicula juga terangkat.
Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila klinis diduga ada cairan
bebas dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau lateral. Penderita
berbaring pada satu sisi (kiri atau kanan). Film diletakkan di muka dada penderita
dan diberikan sinar dari belakang arah horizontal.
Foto posisi oblique, dapat menunjukkan area retrocardia, sudut posterior ruang
costophrenica dan dinding dada.
LAO: terlihat area maksimum dari paru-paru kiri dengan susunan serabut-
serabut bronkiolus, tampak trakea, tampak gambaran paru-paru kanan yang
mengalami pemendekkan, tampak jantung, arcus aorta dan aorta
RAO: terlihat area maksimum dari paru-paru kanan dengan susunan serabut-
serabut bronkiolus, tampak trakea, tampak gambaran paru-paru kiri yang
mengalami pemendekkan, posisi ini dapat untuk melihat gambaran atrium kiri,
pulmonary arteri, bagian anterior dari apex ventrikel kiri dan ruang retrocardiac
kanan. Bila diberi kontras (OMD) foto RAO dapat untuk melihat jelas bagian
esofagus.
Posisi Ekspirasi
Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita dalam
keadaan ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan adanya
pneumothorak yang diduga secara klinis atau suatu benda asing yang terinhalasi)
American Thoracic Society merekomendasikan posisi PA (posteroanterior) dan
lateral (jika dibutuhkan) sebagai modalitas utama yang di gunakan untuk melihat
adanya pneumonia. Gambaran pneumonia pada foto thorax sebenarnya sama
seperti gambaran konsolidasi radang. Prinsipnya jika udara dalam alveoli
digantikan oleh eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak lebih
opak pada foto Rontgen. Jika kelainan ini melibatkan sebagian atau seluruh lobus
disebut lobaris pneumoniae, sedangkan jika berupa bercak yang mengikutsertakan
alveoli secara tersebar maka disebut bronchopneumoniae. (16,19)
e. Sillhoute sign adalah suatu tanda adanya dua bayangan benda (objek) yang berada
dalam satu bidang seakan tumpang tindih. Tanda ini bermanfaat untuk
menentukan letak lesi paru ; jika batas lesi dengan jantung hilang, berarti lesi
tersebut berdampingan dengan jantung atau di lobus medius kanan. Maka akan
disebut sebagai sillhoute sign (+) (4,22)
Air space pneumonia lobaris/ pneumonia lobaris sering dikenal juga dengan
pneumonia pneumococcus karena seiring waktu infeksi dapat menyebar dan melibatkan
seluruh lobus, sering juga menempati satu lobus penuh/konsolidasi pada seluruh lobus
dimulai dalam ruang distal dan menyebar melalui pori-pori 12,14.
Gambar 1.6 Pneumonia Lobaris
Pada gambar di atas bisa dilihat sinus dan diafragma normal, cor tidak membesar.
Hilus kanan tertutup bayangan jantung, hilus kiri kabur. Corak bronkovaskuler
normal. Tampak perselubungan opak inhomogen berbatas tegas di lapang atas
paru kanan dengan air bronchogram . Gambaran ini sesuai dengan gambaran
pneumonia lobaris.
Gambar 1.7 Pneumonia lobaris foto AP tampak perselubungan pada lobus kanan paru.
Gambar 1.8 Pneumonia lobaris foto PA dan lateral (kanan) tampak perselubungan pada
lobus kanan paru.
2. BRONKHOPNEUMONIA/PNEUMONIA LOBULARIS
Gambar 1.9 Pneumonia (kanan), broncopneumonia (kiri)
3. PNEUMONIA INTERSTITIAL
Umumnya jenis pneumonia intersisial ini disebabkan oleh virus. Infeksi oleh virus
berawal dari permukaan dengan terjadinya kerusakan silia sel goblet dan kelenjar mukus
bronkioli sehingga dinding brokioli menjadi edematous. juga terjadi edema jaringan
interstisial peribronkial, kadang alveolus terisi cairan.
Gambar 2.0 Pneumonia Interstisial
Kesan: pada foto thoraks PA, tampak adanya perselubungan inhomogen pada kedua
lapangan paru, silhoute sign (+), densitas corakan bronkovaskuler meningkat, bercakan
bercakan infi ltrat (+), bronkogram (+).
PNEUMONIAL BACTERIAL
STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE
Sering pada orang muda, paling sering terjadi pada semua umur, konsolidasi bentuk
lobar, sering berada dibasal paru, tetapi juga sering diseluruh bagian paru, gambaran
volume paru normal, air bronkogram +, edema diseptum interlobular menyebabkan garis
septum.
STAPHYTOCOCCUS AUREUS
Disebabkan pemakaian narkoba gambarannya ada nodul bulat yang tersebar selama
beberapa hari.Terkadang kavitas dapat ditemukan pada pemeriksaan keadaan lanjutpada
pneumonia yang muncul adalah gambaran brokopneumonia dengan bercak-bercak
konsolidasi banyak kadang terdapat kavitas juga.
Gambar 2.1 Pneumonia et causa Infeksi S. Aureus
KLEBSIELLA PNEUMONIA
Terdapat pada laki-laki yang sudah tua dengan kondisi kesehatan yang
lemah,gambarannya adalah lobar pneumonia yang sering pada bagian kanan dan bagian
lobus atas paru, volume dari paru yang terinfeksi dapat dipertahankan atau dapat sedikit
meningkat yang disebabkan oleh fissure yang menonjol,bisa terdapat kavitas.
MICOPLASMA PNEUMONIA
Gambaran nodular dan reticular (seperti jala) yang diikuti dengan bayangan
konsolidasi, dapat terjadi pada pembagian paru atau perlobus paru dan biasanya
unilateral.kavitas dan efusi pleura sangat jarang didapat.
Gambar 2.3 Pneumonia akibat Infeksi Micoplasma
VIRAL PNEUMONIA 27
1. Efusi pleura : memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air-
bronkogram. Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung, trakea
dan mediastinum ke arah yang sehat.Rongga toraks membesar. Pada efusi pleura sebagian
akan tampak meniscus sign, tanda khas pada efusi pleura.
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer iarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak
Gambar 2.6 Gambaran Radiologi Efusi Pleura
Gambar 8. Karsinoma sel skuamosa lobus paru kanan bawah dengan kavitas
3.1 Terapi 14,17,20
Pada prinsipnya terapi utama pneumonia adalah pemberian antibiotic tertentu
terhadap kuman tertentu.Pada pasien rawat inap antibiotik harus diberikan dalam 8 jarn
pertama di rawat di RS.Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
antibiotik, yakni faktor pasien, antibiotik, dan farmakologis.Berikut adalah tabel empirik
antibiotik awal untuk pneumonia bakteri.
Pasien dengan riwayat kebiasaan merokok, alkohol, dan dengan umur lebih dari 60 tahun
sadari infeksi H.lnfluenza dengan tambahan sefalosporin generasi kedua:
a.Cefurazine (ceftin) 500 mg
c.Augmentin 500 mg
d.Septra
Jika pasien dirawat inap, gunakan antibiotik yang sama dengan Sefalosporin generasi
kedua dan ketiga seperti, Ceftriaxon (Rocepin 2mg IV), atau Cefuroxime 1,5 mg IV
setiap 8 jam.
Pengobatan pada kasus spesifik
- Pneumococus : Penisilin G IV 600.000 – 1,2 million units setiap 4 jam. Jika ada
resistensi penisilin sebaiknya gunakan IV Rocepin dengan Vancomicin (l gm IV setiap 12
jam). Generasi Quinolon baru seperti levofloxanin atau tovofloxacin mempunyai aktivitas
melawan PCN resisten Pneumococus dan dapat digunakan .Ciprofloxaxin sebaiknya tidak
di gunakan.
- H. Inffuenza : Cefuroxime oral atau IV.
- S. Aureus : Oxacilin atau Nafcilin 2 gm IV setiap 6 jam atau Vancomycin 1 gram
setiap 12 jam IV
- Legionella : Eritromicin 1 gram IV setiap 6 jam dengan atau tanpa Azitromicin 500
mg IV
- PCP : Septra atau Klindamicin 600 mg di tambah Primaqune atau Dapson 100 mg
dengan Trimetropim 20 mg/kg
3.3 Pencegahan
Untuk pneumonia komunitas (community-acquired), dapat dicegah dengan pemberian
vaksinasi pada penghuni rumah jompo atau rumah penampungan penyakit kronik dan
usia > 65 tahun, sedangkan pencegahan pada pneumonia nosokomial (hospital-acquired)
ditujukan kepada upaya program pengawasan dan pengontrolan infeksi termasuk
pendidikan staf pelaksana, pelaksanaan teknik isolasi, dan praktek pengontrolan infeksi.
Salah satu contoh tindakan pencegahannya yaitu berupa pembatasan pemakaian selang
nasogastrik atau endotrakeal atau pemakaian obat sitoprotektif sebagai pengganti
antagonis H2 dan antacid.(1)
BAB III
KESIMPULAN
1. Dahlan, Zul. Pneumonia. In: Sudoyo, Aru W dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi Kelima. Jakarta: Interna Publishing. 2009; hal 2196-200, 2203-05
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komuniti. Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. 2003; hal 2-6
3. Wilson, M Lorraine. Penyakit Pernapasan Restriktif. In: Price, Sylvia A., Wilson,
Lorraine M. Patofisiologi Edisi 6 Volume 2. Jakarta. Penerbit EGC. 2003; hal 804-
806
4. Corr, Peter. Fot Thorax normal dan Infeksi Paru. In: Ramadhani, Dian., Dwijayanthi,
Linda., Dharmawan, Didiek. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik (terjemahan dari
Patterm Recognation in Diagnostic Imaging). Jakarta: Penerbit EGC. 2010; hal 28,
33-5
5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Nosokomial. Pedoman Diagnosis
dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2003; hal 2-5
6. Djojodibroto, Darmanto. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta. Penerbit EGC.
2007; hal 136-142
7. Kasper L, Dennis et all. Pneumonia in Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th
Edition. United States of America: McGraww Hill Companies, Inc. 2008; Chapter
251
8. Wilson, Walter R., Sande, Mele A. Tracheobronchitis and Lower Respiratory Tract
Infections. In: Wilson, Walter R et all. Current Diagnosis and Treatment in Infectious
Disease. United States of America: McGraww Hill Companies, Inc. 2001; Part 10
9. Ellis, Harold. Clinical Anatomy. USA. BlackWell Publishing. 2006; page 20, 23-4
10. Swartz, Mark H. Textbook of Physical Diagnosis. In: Effendi, Harjanto., Hartanto,
Huriawati. Buku Ajar Diagnostik. Jakarta. Penerbit EGC. 1995; hal 155-7
11. Waugh, Anne., Grant, Allison. Anatomy and Physiology in Health and Illness. Ninth
Edition. Spain. Elsevier Limited. 2004; page 248, 262-3
12. Fanz, Omar., Moffat, David. Anatomy at A Glance. UK. BlackWell Publishers
Company. 2002; page 15, 17
13. Gunderman B, Richard. Essential Radiology Second Edition. New York. Thieme
Medical Publishers. 2006; page 69,78
14. Guyton C, Arthur., Hall, John E. Textbook of medical Physiology. In: Setiawan,
Irawati. Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC. 1997: hal 673-4
15. McPhee, Stephen J., Papapdokis, Maxine A. Current Medical Diagnosis and
Treatment. California. McGraw Hill. 2008; Part Pulmonology
16. Nurlela Budjang. Radang Paru Tidak Spesifik. In: Rasad, Sjahriar. Radiologi
Diagnostik. Edisi Kedua Jakarta. Balai Penerbit FK UI. 2009: hal 101
17. Sutarto, Ade Satriyani., Budyatmoko, Bambang., Darmiati, Sawitri. Radiologi Anak.
In: Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua Jakarta. Balai Penerbit FK UI.
2009: hal 400-1
18. Patel, Pradip R. Radiologi Lecture Notes. Jakarta. EMS. 2009; hal 36-7
19. Muller, Nestar L., Franquet Tomas., Kyung Soo, Lee. Imaging of Pulmonary
Infections 1st edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2007; Part Bacterial
Pneumonia, page 21-8
20. Muller, Nestar L., Franquet Tomas., Kyung Soo, Lee. Imaging of Pulmonary
Infections 1st edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2007; Part
Immunocompromised Host, page 161-2
21. Ketai, Loren., Lofgren, Richard., Mecholic, Andrew J. Fundamental of Chest
Radiology. Sceond Edition. Philadelphia: Elsevier, Inc. 2006; page 106-9, 110-1
22. Colak, Errol., Lofaro, Anthony. Clinical and Radilogy Atlas. Webexe. 2003: Part
Chest Imaging, air space (air bronchogram and sillhoutte sign)
23. Eastman, George W., Wald Christoph., Crossin, Jane. Getting Started in Clinical
Radiology. New York. Thieme Stuttgart. 2006; page 49-50
24. Tsue J., Betty, Lyu E, Peter. Chest Radiography. In: Atlas of the Oral and
Maxillofacial Surgery Clinics. USA. WBS. 2002; Part Viral and Bacterial Pneumonia
25. Ahuja, A.T., Antonio, G.F., Yuen H.Y. Case Studies in Medical Imaging. NewYork.
Cambridge University Press. 2006; 23-4
26. Lee, Jaw. Aspiration of Imaging. In: Lin, Eugene C. Pneumonia. Available from
www.medscape.com updated May 25, 2011
27. Vinay, Kumar., Ramzi S, Cotran., Stanley, L, Robbins. TextBook of Pathology. In:
Hartanto, huriawati., Darmaniah, Nurwany., Wulandari, Nanda. Buku Ajar Patologi
Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC. 2007; hal 537-9, 540