PENGERTIAN Asma adalah penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi
(2,3,4) kronik yang mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran respiratori dengan derajat bervariasi. Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk, wheezing, sesak napas, dada tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang, reversibel, cenderung memberat pada, malam atau dini hari, dan biasanya timbul jika ada pencetus. Serangan asma adalah episode perburukan yang progresif dari gejala gejala seperti batuk, sesak napas, mengi, rasa dada tertekan atau berbagai kombinasi dari gejala tersebut dengan ditandai obstruksi saluran napas. TUJUAN Mengatasi penyempitan saluran respiratori secepat mungkin. Mengurangi hipoksemia. Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya. Mengevaluasi dan memperbarui tata laksana jangka panjang. untuk mencegah kekambuhan. Sebagai acuan dalam melakukan tatalaksana serangan asma pada pasien anak di RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang. KEBIJAKAN Penatalaksanaan asma anak dapat dilakukan di ruang perawatan maupun di luar ruang perawatan, yang termaksud dalam lingkungan RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Seluruh dokter umum RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang mampu TATALAKSANA SERANGAN ASMA PADA ANAK No. Dokumen No Revisi Halaman
RSUD PROF. Dr. W.Z.
Johannes Kupang
memberikan tatalaksana serangan asma pada anak hingga dokter yang
lebih kompeten datang (dokter spesialis anak). Semua pasien dan keluarga yang dilayani di Rumah Sakit diberikan informasi tentang tatalaksana atau terapi asma yang diberikan pada anak. PROSEDUR 1. Pasien anak dengan serangan asma datang atau ditemukan oleh (1,3,4,5) petugas, pastikan diagnosis serangan asma secara cepat dan tepat dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. 2. Dokter menilai derajat serangan asma dan mencari riwayat asma risiko tinggi. 3. Derajat serangan asma ringan – sedang apabila: - Pasien bicara dalam kalimat - Lebih senang duduk daripada berbaring - Tidak gelisah - Frekuensi napas meningkat - Frekuensi nadi meningkat - Retraksi minimal - SpO2 : 90 – 95% - PEF > 50% 4. Derajat serangan asma berat apabila: - Bicara dalam kata - Duduk denga bertopang lengan - Gelisah - Frekuensi napas meningkat - Frekuensi nadi meningkat - Retraksi jelas - SpO2 : < 90% - PEF ≤ 50% 5. Derajat serangan asma dengan ancaman henti napas apabila: - Mengantuk/letargi TATALAKSANA SERANGAN ASMA PADA ANAK No. Dokumen No Revisi Halaman
RSUD PROF. Dr. W.Z.
Johannes Kupang
- Suara napas tak terdengar
6. Jika didapatkan derajat serangan asma ringan – sedang, lakukan terapi awal, yaitu: - Berikan oksigen 1 – 2 L/menit jika SpO2 < 94%. - Berikan agonis B2 kerja pendek via nebulizer atau via MDI dan spacer (4 – 10 semprot). - Nebulisasi dapat diulang sampai 3 kali tiap 20 menit dalam 1 jam. - Untuk nebulisasi yang ketiga, pertimbangkan kombinasi agonis B2 kerja pendek dan ipratropium bromida - Saat serangan berikan steroid sistemik (predinison/prednisolon) 1 – 2 mg/kgBB/hari. Maksimum 40 mg peroral (bila tidak memungkinkan, berikan secara I.V selama 3 – 5 hari). - Nilai respon terapi dalam 1 jam berikutnya (atau lebih cepat) - Jika gejala membaik, SpO2 >94%, PEF membaik (60 – 80%), siapkan pasien untuk dipulangkan. - Jika memburuk, kelola sebagai derajat serangan asma berat. 7. Jika didapatkan derajat serangan asma berat atau ancaman henti napas yang dirujuk ke rumah sakit, lakukan penilaian awal A (airway), B (breathing), C (circulation). Apakah mengantuk, letargi, tidak terdengar suara paru. Jika ya, lakukan terapi: - Pemberian oksigen untuk menjaga SpO2 94 – 98%. - Kortikosteroid I.V bolus tiap 6 – 8 jam, dengan dosis 0,5 – 1 mg/kgBB/hari. - Inhalasi B2 agonis kerja pendek + antikolinergik (ipratropium bromida) dengan oksigen dilanjutkan tiap 1 – 2 jam, jika dalam 4 – 6 kali pemberian terjadi perbaikan klinis, jarak pemberian dapat diperlebar menajdi tiap 4 – 6 jam. - Berikan aminofilin I.V jika pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya dengan dosis awal sebesar 6 – 8 mg/kgBB dilarutkan TATALAKSANA SERANGAN ASMA PADA ANAK No. Dokumen No Revisi Halaman
RSUD PROF. Dr. W.Z.
Johannes Kupang
dalam dextrose atau garam fisiologis sebanyak 20 ml diberikan
dalam 20 – 30 menit. Jika pasien telah mendapat aminofilin < 8 jam, dosis awal aminofilin diberikan setengahnya atau 3 – 4 mg/kgBB. - Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan sebesar 0,5 – 1 mg/kgBB/jam. - Terapi suportif apabila terdapat kelainan berupa dehidrasi dan asidosis yaitu pemeberian cairan intravena dan koreksi gangguan asam-basanya. - Bila terjadi perbaikan klinis, nebulisasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam. Kortikosteroid dan aminofilin dapat diberikan peroral. Jika memburuk, kelola sebagai serangan asma dengan ancaman henti napas dan pertimbangkan rawat ICU : - Berikan inhalasi B2-agonis kerja pendek - Berikan oksigen - Siapkan intubasi jika perlu Nilai kondisi klinis secara berkala dan periksa spirometri/PEF (1 jam setelah terapi awal): - PEF 60 – 80% dan terdapat perbaikan gejala SEDANG pertimbangkan rawat jalan - PEF < 60% dan tidak terdapat perbaikan gejala BERAT lanjutkan terapi dan evaluasi berkala. TATALAKSANA SERANGAN ASMA PADA ANAK No. Dokumen No Revisi Halaman
RSUD PROF. Dr. W.Z.
Johannes Kupang TATALAKSANA SERANGAN ASMA PADA ANAK No. Dokumen No Revisi Halaman
RSUD PROF. Dr. W.Z.
Johannes Kupang
Alur Tatalaksana Serangan Asma pada Anak di Fasyankes dan di
Rumah Sakit(2) TATALAKSANA SERANGAN ASMA PADA ANAK No. Dokumen No Revisi Halaman
RSUD PROF. Dr. W.Z.
Johannes Kupang
UNIT TERKAIT Instalasi gawat darurat
Instalasi bedah sentral Instalasi rawat intensif Instalasi rawat inap SUMBER 1. Supriyatno HB. Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak. Maj Kedokt Indones. 2005;55:237–43. 2. Indonesia URPIDA. Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA). Vol. 2. 2016. 3. Asthma GI for. GLOBAL STRATEGY FOR Global Strategy for Asthma Management and Prevention. USA; 2018. 4. Soebadi A. Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. Jakarta; 2013. 5. Pribadi A. Serangan Asma Berat pada Asma Episodik Sering. Sari Pediatr. 2004;5(4):171–7.