Anda di halaman 1dari 23

2017

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN PANKREATITIS

Disusun Oleh :
SEMESTER IV A
Kelompok 5

Dosen Pembimbing : Ns. Eva Maria M.M

Kelompok 5 :
1. Ni Made Febri Suardiantini
2. Ni Kadek Dewi Ayu Pratiwi
3. Made Dwi Widiana Juwita
4. Meby juanda Fardiansyah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


( STIKES ) MATARAM
1/1/2017 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan limpahan rahmat-
Nya. Sehingga Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PANKREATITIS”, yang disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Sistem Integumen, jurusan Ilmu Keperawatan Stikes Mataram
selaku dosen yang telah memberikan tugas kelompok ini kepada kami.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran semua pihak untuk
menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata Mahasiswa mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Mataram, Maret 2017

2
DAFTAR ISI

Cover ......................................................................................................................................1

Kata Pengantar .......................................................................................................................2

Daftar Isi ................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................................4

1.2 TUJUAN ........................................................................................................................4

1.3 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................5

2.1 DEFINISI ........................................................................................................................5

2.2 ETIOLOGI ......................................................................................................................5

2.3 NURSING PATHWAY .................................................................................................7

2.4 MANIFESTASI KLINIS ................................................................................................8

2.5 PENATALAKSANAAN ................................................................................................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


................................................................................................................................................13
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................22

4.1 Kesimpulan .....................................................................................................................22

4.2Saran ................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pankreas merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi endokrin dan eksokrin, dan kedua
fungsi ini saling berhubungan. Fungsi eksokrin yang utama adalah untuk memfasilitasi proses
pencernaan melalui sekresi enzim-enzim ke dalam duodenum proksimal. Sekretin dan
kolesistokinin-pankreozimin (CCC-PZ) merupakan hormon traktus gastrointestinal yang
membantu dalam mencerna zat-zat makanan dengan mengendalikan sekret pankreas. Sekresi
enzim pankreas yang normal berkisar dari 1500-2500 mm/hari.

1.2 TUJUAN

1. Tujuan Umum
a) Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum konsep dari
pancreatitis
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan pancreatitis
b) Mampu menemukan masalah keperawatan pada klien dengan pancreatitis
c) Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
pancreatitis
d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
pancreatitis
e) Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien dengan
pancreatitis
f) Mampu mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta dapat
mencari solusinya
g) Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk
narasi

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari pancretitis ?

2. Apa etiologi dari pancretitis ?

3. Bagaimana nursing pathway dari pancreatitis ?

4. Apa manifestasiklinis dari pancreatitis ?

5. Bagaimana penatalaksanaan dari pancreatitis ?

6. Bagaimana proses keperawatan dari pancreatitis ?

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI

Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan
intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga
penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan.
(Brunner & Suddart, 2001; 1338)
Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim pankreas
diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas. (Doengoes, 2000;558)
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi akibat alkoholisme dan
penyakit saluran empedu seperti kolelitiasis dan kolesistisis. (Sandra M. Nettina, 2001)

2.2 ETIOLOGI

Pankreatitis terjadi akibat proses tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya
oleh tripsin. Delapan puluh persen penderita pankreatitis akut mengalami penyakit pada duktus
billiaris; meskipun demikian, hanya 5% penderita batu empedu yang kemudian mengalami
nekrosis. Batu empedu memasuki duktus koledokus dan terperangkap dalam saluran ini pada
daerah ampula Vateri, menyumbat aliran getah pankreas atau menyebabkan aliran balik (refluks)
getah empedu dari duktus koledokus ke dalam duktus pankreastikus dan dengan demikian akan
mengaktifkan enzim-enzim yang kuat dalam pankreas. Spasme dan edema pada ampula Vateri
yang terjadi akibat duodenitis kemungkinan dapat menimbulkan pankreatitis

1. Batu saluran empedu


2. Infeksi virus atau bakteri
3. Alkoholisme berat
4. Obat seperti steroid, diuretik tiazoid
5. Hiperlipidemia, terutama fredericson tipe V
6. Hiperparatiroidisme
7. Asidosis metabolic
8. Uremia

5
9. Imunologi seperti lupus eritematosus
10. Pankreatitis gestasional karena ketidakseimbangan hormonal
11. Defisiensi protein
12. Toksin
13. Lain-lain seperti gangguan sirkulasi, stimulsi vagal ( Arief Mansjoer, 2000)

 Tanda dan gejala dari Pankreatitis


a) Nyeri tumpul hebat (rasa sakit yang ditekan atau diremas)
b) Demam.
c) Mual atau muntah.
d) Diare.
e) Perut terasa sakit saat disentuh atau mengalami pembengkakan.
f) Kulit dan bagian putih mata menjadi menguning.

( Arief Mansjoer, 2000)

6
2.3 NURSING PATHWAY

Toksin,obat,alkohol,defisiensi imun, dll

Masuk ke pembuluh darah

Reaksi antibodi

Perlawanan antigen dan


antibodi

Leukosit meningkat

Inflamasi pada pankreas

PANKREATITIS

Tercernanya organ Kehancuran anatomis dan


pankeas oleh enzim-enzim fungsional yang progresif
akibat inflamasi pada pankreas
PANKREATITIS AKUT PANKREATITIS KRONIK

Mual dan muntah yang Nyeri hebat abdomen


berasal dari isi lambung dan punggung

Resiko tinggi kekurangan Nyeri


volume cairran gaster

Enzim Pencernaan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

7
2.4 MANIFESTASI KLINIS

Pasien datang dengan keluhan nyeri abdomen hebat, melintang dan tembus ke bagian
punggung. Biasanya disertai muntah. Rasa nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen, umumnya
tidak dapat diatasi dengan obat analagesik biasa. Tidak jarang pasien datang dengan kembung
atau mengarah ke tanda-tanda ileus paralitik. Pada fase lanjut, pasien datang dalam keadaan
sindrom syok atau dengan hemodinamik yang tidak stabil.
Secara khas rasa sakit yang terjadi pada bagian tengah ulu hati (midepigastrium). Awitannya
sering bersifat akut dan terjdi 24-48 jam setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman
keras; rasa sakit ini dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya. Umumnya rasa sakit
menjadi semakin parah setelah makan dan tidak dapat diredakan dengan pemberian antasid. Rasa
sakit ini dapat disertai dengan distensi abdomen, adanya massa pada abdomen yang dapat diraba
tetapi batasnya tidak jelas dan dengan penurunan peristatis. Rasa sakit yang disebabkan oleh
pankreatitis sering disertai dengn muntah.
Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada abdomen.
Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang fatal. Namun
demikian abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi peritonitis. Ekimosis (memar) didaerah
pinggang dan disekitar umbilikus merupakan tanda yang menunjukkan adanya pankreatitis
haemoragik yang berat.
Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan biasanya berasal
dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah empedu. Gejala panas, ikterus, konfusidan
agitasi dapat terjadi.
Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia serta syok yang
disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya protein, karena cairan ini mengalir
kedalam jaringan dan rongga peritoneum. Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan kulit
yang dingin serta basah disamping gejala hipotensi. Gagal ginjal akut sering dijumpai pada
keadaan ini.
Gangguan pernafasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat memperlihatkan gejala
infiltrasi paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan hasil pemeriksaan gas darah abnormal. Depresi

8
miokard, hipokalsemia, hiperglikemia dan koagulopati intravaskuler diseminata dapat pula
terjadi pada pankreatitis akut (Brunner & Suddart, 2001:1339)

2.5 PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi yang diketahui dapat menghentikan siklus aktivasi enzim pankreas dengan
inflamasi dan nekrosis kelenjar. Tetapi definitif ditujukan pada penyebab gamggua. Prioritas
keperawatan dan medis untuk penatalaksanaan pendukung dari pankreatitis akut termasuk
sebagai berikut:
- Penggantian cairan dan elektrolit
• Penggantian cairan menjadi prioritas utama dalam penanganan pankreatitis akut. Larutan
yang diperintahkan dokter untuk resusitasi cairan adalah koloid atau ringer laktat. Namun dapat
pula diberikan plasma segar beku atau albumin. Tanpa memperhatikan larutan mana yang
dipergunakan. Penggantian cairan digunakan untuk memberikan perfusi pankreas, yang hal ini
diduga mengurangi perkembangan keparahan rasa sakit. Ginjal juga tetap dapat melakukan
perfusi dan ini dapat mencegah terjadinya gagal ginjal akut. Pasien dengan pankreatitis
hemorragia kut selain mendapat terapi cairan mungkin juga membutuhkan sel-sel darah merah
untuk memulihkan volume. Pasien dengan penyakit parah yang mengalami hipertensi, gagal
memberikan respon terhadap terapi cairan mungkin membutuhkan obat-obatan untuk
mendukung tekanan darah. Obat pilihannya adalah dopamin yang dapat dimulai pada dosis yang
rendah (2-5 ug/kg/menit). Keuntungan obat ini adalah bahwa dosis rendah dapat menjaga perfusi
ginjal sementara mendukung tekanan darah. Pasien hipokalsemia berat ditempetkan pada situasi
kewaspdaan kejang dengan ketersediaan peralatan bantu nafas. Perawat bertanggung jawab
untuk memantau kadar kalsium, terhadap pemberian larutan pengganti dan pengevaluasian
respon pasien terhadap kalsium yang diberikan. Penggantian kalsium harus didifusikan melalui
aliran sentral, karena infiltrasi perifer dapat menyebabkan nekrosis jaringan. Pasien juga harus
dipantau terhadap toksisitas kalsium. Hipomagnesemia juga dapat timbul bersama hipokalsemia
dan magnesium yang juga perlu mendapat penggantian. Koreksi terhadap magnesium biasanya
dibutuhkan sebelum kadar kalsium menjadi normal. Kalium adalah elektrolit lain yang perlu
diganti sejak awal sebelum regimen pengobatan karena muntah yang berhubungan dengan
pangkreatitis akut. Kalium dalam jumlah yang berlebihan juga terdapat dalam getah pankreas.
Kalsium harus diberikan dalam waktu lambat lebih dari satu jam lebih dengan menggunakan

9
pompa infus. Pada beberapa kasus, hiperglikemia dapat juga berhubungan dengan dehidrasi atau
ketidakseimbangan elektrolit lainnya. Mungkin diperintahkan pemberian insulin lainnya dengan
skala geser, insulin ini perlu diberikan dengan hati-hati, karena kadar glukagon sementara pada
pankreatitis akut (Hudak dan Gallo, 1996).
- Pengistirahatan pankreas
• Suction nasogastric digunakan pada kebanyakan pasien dengan pankreatitis akut untuk
menekan sekresi eksokrin pankreas dengan pencegahan pelepasan sekretin dari duodenum. Mual,
muntah dan nyeri abdomen dapat juga berkurang bila selang nasogastric ke suction lebih dini
dalam perawatan. Selang nasogastrik juga diperlukan pasien dengan illeus, distensi lambung
berat atau penurunan tingkat kesadaran untuk mencegah komplikasi akibat aspirasi pulmoner.
Puasa ketat (tak ada masukan peroral) harus dipertahankan sampai nyeri abdomen reda dan kadar
albumin serum kembali normal. Namun parenteral total dianjurkan untuk pasien pankreatitis
mendadak dan parah yang tetap dalam status puasa jangka panjang dengan suction nasogastrik
dengan illeus paralitik, nyeri abdomen terus-menerus atau komplikasi pankreas. Lipid tidak
boleh diberikan karena dapat meningkatkan kadar trigliserida lebih jauh dan memperburuk
proses peradangan. Pada pasien dengan pankreatitis ringan cairan peroral biasanya dapat dimulai
kembali dalam 3-7 hari dengan penggantian menjadi padat sesuai toleransi. Status puasa yang
diperpanjang dapat menyulitkan pasien. Perawatan mulut yang sering dan posisi yang sesuai
serta memberikan pelumasan pada selang nasogastric menjadi penting dengan mempertahankan
integritas kulit dan memaksimalkan kenyamanan pasien. Dianjurkan tirah baring untuk
mengurangi laju metabolisme basal pasien. Hal ini selanjutnya akan mengurangi rangsangan dari
sekresi pankreas (Hudak dan Gallo, 1996).
- Penatalaksanaan nyeri
• Analgesik diberikan untuk kenyamanan pasien maupun untuk mengurangi rangsangan saraf
yang diinduksi stress atau sekresi lambung dan pankreas. Meferidan (dimerol) digunakan
menggantikan morfin karena morfin dapat menginduksi spasme sfingter oddi (Sabiston, 1994).
- Pencegahan komplikasi
• Karena sebab utama kematian adalah sepsis maka antibiotika diberikan. Antasid biasanya
diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam lambung dan duodenum dan resiko perdarahan
sekunder terhadap gastritis atau duodenitis (Sabiston, 1994).
- Diet

10
• Tinggi kalori tinggi protein rendah lemak (Barabara C. long, 1996).
- Pemberian enzim pankreas : pankreatin (viakose), pankrelipase (cotozym), pankrease
(Barbara C. long, 1996).
- Fiberoscopy dengan kanulisasi dan spingterotomi oddi (Barbara C. long,1996).
Pemasangan NGT dengan pengisapan (Suction) isi lambung dapat dilakukan untuk meredakan
gejala mual dan muntah, mengurangi distensi abdomen yang nyeri dan ileus paralitik, serta untuk
mengeluarkan asam hidroklorida agar asam ini tidak kembali mengalir kedalam duodenum serta
menstimulasi pankreas. Preparat simetidin (Tagamet) juga digunakan untuk menurunkan sekresi
asam hidroklorida.

1. Penanganan Nyeri.
Pemberian obat pereda nyeri yang adekuat merupakan tindakan yang esensial dalam perjalanan
penyakit pankreatitis akut karena akan mengurangi rasa nyeri dan kegelisahan yang dapat
menstimulasi sekresi pankreas. Penggunaan morfin dan turunnnya harus dihindari karena
preparat ini dapat menyebabkan spasme sfingter Oddi. Antiemetik dapat diberikan untuk
mencegah muntah.
2. Perawatan Intensif.
Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar albumin yang rendah diperlukan
untukmempertahankan volume cairan serta mencegah gagal ginjal akut. Biasanya pasien sudah
berada dalam keadaan sakit berat dan memerlukan pemantauan dalam unit perawatan intensif.
Pemantauan hemodinamika dan gas darah arteri harus dimulai untuk mendeteksi tanda-tnda dini
komplikasi. Pemberian antibiotik dapat dilakukan jika terjadi infeksi; insulin mungkin
diperlukan bila terdapat hiperglekimia yang berat. Bila peritonuem merupakan tindakan yang
efektif bagi sebagian penderita pangkreatitis yang berat, meskipun penggunaannya masih
kontroversial.
3. Perawatan respiratorius
Perawatan respiratorius yang agresif diperlukan karena resiko untuk terjadinya elevasi
diafragma, infiltrasi serta efusi dalam paru, dan antelektasis cenderung lebih tinggi. Hipoksemia
terjadi dengan frekuensi yang bermakna pada penderia pankreatitis akut sekalipundalam
pemeriksaan sinar-X tidak tampak adanya kelainan. Perwatan respiratorius dapat berkisar dari
pemantauan gas darah arteri yang ketat, pemberian oksigen hingga intubasi dan ventilasi mekani.

11
4. Drainase bilier
Pemasangan drain bilier (untuk drainase internal) dan stent (selang inwelling) dalam duktus
pankreatikus melalui melalui endoskopi telah dilakukan dengan keberhasilan yag terbatas. Terapi
ini akan membentuk kembali aliran pankreas dan akibatnya, akan mengurangi rasa sakit serta
menaikkan berat badan.
5. Intervensi bedah
Menskipun pasien yang berada dalam keadaan sakit berat mempunyai risiko bedah yang buruk,
namun pembedahan dapat dilakukan utuk membantu menegakkn diagnosa pankreatitis
(laparotomi diagnostik), untuk membantu kembali drainase pankreas atau untuk melakukan
reseksi atau pengangkatan jarian pangkreas yang nekrotik. Pasien yang menjalani operasi
pankreas dapat memiliki lebih dari satu drain yang terpasang pada tempat pascaoperatif dan luka
insisi tebuka, yang diirigasi atau diganti bluatannya tiap 2 hingga 3 hari sekali utuk
menghilangkan debresi nekrotik.
6. Penatalaksanaan pasca-akut.
Antasi dapat diberikan jika gejala akut pankreatitis muai menghilang. Pemberian makanan
peroral yang rendah lemak dan protein dimulai secara bertahap. Kafein dan lkohol tidak boleh
terdapat dalam makanan pasien. Jika serangan pankreatitis terjadi pada saat pemberian preparat
diuretik tiazida, glukokotrikoid atau kontrasepsi oral, maka pemberian semua preparat ini harus
dihentikan. Tindak lanjut pasien dapat mencakup pemeriksaan USG,sinar-x atau ERCP untuk
menentkan apakah pankreatitis tersebut sudah meredah dan untuk mengkaji apakah terdapat
abses serta pseudokista. ERCP dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
pankreatitis akut (jika penyebab tersebut masih diperanyakan), guna menjalani sfingterotomi
endoskopik dan pengeluaran batu empedu dari dalam doktus koledokus.
7. Pertimbangan gerontologi.
Pankreatitis dapat mengenai segala usia; meskipun demikian, angka mortalitas pangkreatitis akut
meningkat bersamaan dengan pertambahan usia. Disamping itu, pola komplikasi juga berubah
sesuai usia. Pasien yang usianya lebih muda cenderung hanyan mengalami kompikasi
setempatinsiden kegagalan organ yang multipel meningkat bersamaan dengan pertambahan usia
dan hal ini mungkin akibat peurunan fungsi fisiologik berbagai organ utama yang terjadi secara

12
progresif ketika usia sesorang bertambah.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
Riwayat kesehaan difokuskan pada karakteristik nyeri abdomen serta adanya gangguan
rasa nyaman yang dialami pasien. Status cairan serta nutrisi pasien dan riwayat serangan batu
empedu serta konsumsi alkohol harus dikaji. Riwayat masalah gastrointestinal, yang mencakup
mual, muntah, diare dan pengeluaran feces berlemak harus ditanyakan. Pemeriksaan abdomen
harus dilakukan untuk mengkaji rasa sakit, nyeri tekan, ketegangan muskuler dan bising usus.
Status emosional serta psikologis pasien dan anggota keluarganya serta upaya mereka
untuk mengatasinya harus dikaji karena mereka sering merasa takut dan cemas mengingat
beratnya gejala pasien serta rasa sakit yang dideritanya.

1 PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama lengkap :
Umur :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Agama :
Status :
b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Penyakit Sekarang :
 Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat Penyakit Keluarga :

c. Pemeriksaan Fisik
Prosedur Utama :

13
Inpeksi dan palpasi
Hal –hal yang perlu disiapkan:
1. Memerlukan ruangan yang terang dan hangat
2. Penlight dapat digunakan untuk menyinari lesi
3. Pasien dapat melepaskan seluruh pakaianya dan diselimuti dengan benar
4. Sarunga tangan harus selalu dipakai ketika melakkan pemeriksaan kulit
Tampilan umum yang dikaji :
1. Warna
2. Suhu
3. Kelembaban
4. Kekeringan
5. Tekstur kulit (kasar atau halus)
6. Lesi
7. Vaskularitas
8. Mobilitas
9. Kondisi kuku dan rambut
10. Turgor kulit
11. Edema
12. Elastisitas kulit
d. Pola kebutuhan dasar
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Aktivitas terhambat karena merasakan nyeri,sulit tidur di malam hari,terjaga saaat
malam hari akibat gatal
2. Integritas ego
Gejala : Masalah antisipasi perubahan pola hidup, ,rekasi orang lain,perasaan tidak nyaman,
harga diri yang rendah
Tanda : Ansietas,ketakutan,sensitif,marah,menarik diri
3. Seksualitas
Gejala : Masalah tentang keintiman hubungan dengan pasangan(bla terjadi pada area genital)
4. Interkasi sosial

14
Gejala : Masalah yang berhubungan dengan penyakit,masalah tentang peran dan fungsi,reaksi
orang lain,lingkungan dan ganguan konsep diri.

3.2 DIAGNOSA YANG MUNGKIN AKAN MUNCUL


Berdasarkan semua data hasil hasil pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien pankreatitis
mencakup yang berikut:
1) Nyeri berhubungan dengan Obstruksi pankreas, Duktus Biller
2) Kekurangan Volume Cairan , Risiko Tinggi Terhadap berhubungan dengan kehilangan
berlebihan; muntah, penghisapan gaster.
3) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah,
penurunan pemasukan oral, pembatasan diet.

3.3 INTERVENSI
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
DX 1 : Kriteria hasil : Mandiri
Nyeri Klien a. Menyelidiki keluhan verbal a. Nyeri sering menyebar , berat
berhubunga mengatakan nyeri. Liat lokasi dan dan tidak berhubungan pada
n dengan nyeri hilang/ intensitas khusus. Catat pankreatitis akut atau
Obstruksi terkontrol, klien factor yang meningkatkan pendarahan.
pankreas, mengikuti dan menghilangkan nyeri. b. Menurunkan laju metabolic dan
Duktus program b. Mempertahankan tirah rangsangan/ sekresi GI,
Biller. terapeutik, klien baring selama serangan akut. sehingga menurunkan aktivitas
menunjukan Memberikan lingkungan pancreas.
penggunaan tenang. c. Meningkatkan relaksasi dan
metode yang memampukan pasien untuk
menghilangkan memfokuskan perhatian.
nyeri. c. Memberikan pilihan
tindakan nyaman (contoh d. Makanan berbau dapat
pijatan punggung) ; merangsang sensori untuk

15
mendorong teknik relaksasi. mengakifkan enzim pancreas,
meningkatkan nyeri.
e. Nyeri berat dapat
d. Mempertahankan meningkatkan syok dan lebih
lingkungan bebas makanan sulit hilang. Memerlukan dosis
berbau. obat lebih besar yang dapat
mendasari masalah atau
komplikasi dan dapat
memperberat depresi
pernapasan.
e. Memberikan analgesic pada f. Enzim pancreas dapat
waktu yang tepat (lebih kecil mencerna kulit dan jaringan
dosis,lebih sering). dinding abdomen,
menimbulkan luka bakar
kimiawi.

a. mempunyai potensi kerja


narkotik untuk meningkatkan
istirahat dan menurunkan
spasme otot/duktus, sehingga
menurunkan kebutuhan
f. Mempertahankan perawatan metabolic, sekresi enzim.
kulit, khususnya pada b. Membatasi / menurunkan
adanya aliran dari fistula pengeluaran enzim pancreas
dinding abdomen. dan nyeri.
c. mencegah akumulasi sekresi
enzim, yang dapat merangsang
Kolaborasi
aktivitas enzim pancreas.
a. Memberikan obat sesuai
d. Bedah eksplorasi mungkin
indikasi. Seperti sedative (

16
contoh Mylanta, Maalox, diperlukan pada adanya
amphogel, riopan). nyeri/komplikasi yang tak
hiking pada traktus biller.

b. Tidak memberikan makanan


dan cairan sesuai indikasi.

c. Mempertahankan
penghisapan gaster, bila
menggunakan.

d. Mempersiapkan untuk
intervensi bedah bila
diindikasikan.

2). Kekurangan Kriteria hasil : Mandiri


Volume Mempertahankana. Mengawasi TD dan ukur CVPa. Perpindahan cairan
Cairan , rehidrasi adekuat bila ada. pendarahan dan
Risiko Tinggi dibuktikan oleh menghilangkan vasodilator dan
Terhadap tanda vital yang factor depresi jantung yang
berhubunga stabil, turgor dipicu oleh iskemia pancreas
n dengan kulit baik, dapat menyebabkan hipertensi
kehilangan pengisian kapilerb. Mengukur masukan dan berat.
berlebihan; cepat, nadi haluaran termaksud muntah,b. Indikator kebutuhan
muntah, perifer kuat ,dan aspirasi gaster, diare. penggantian / keefektifan
penghisapan secara individu Menghitung keseimbangan terapi.
gaster. mengeluarkan cairan 24 jam.

17
jumlah urine c. Mencatat warna dan
adekuat. karakter drinase gaster juga c. Risiko pendarahan gaster
pH dan adanya darah. tinggi.
d. Menimbang berat badan ini
sesuai indikasi.
Hubungankan dengan d. Penurunan berat badan
perhitungan keseimbangan menunjukan hipovolemia;
cairan. namun edema, retensi cairan
dan asites mungkin ditunjukan
oleh peningkatan atau berat
badan stabil, meskipun pada
adanya kehilangan otot.
e. Indikator fisiologi lanjut dari
dehidrasi.

e. Mencatat turgor kulit /


membrane mukosa kering. a. Cairan gambar faal dan albumin
Keluhan haus. dapat digunakan untuk
mengikatkan mobilisasi cairan
Kolaborasi kembali kedalam area vaskuler.
a. Berikan penggantian cairan Dekstram dengan berat molekul
sesuai indikasi, contoh cairan rendah kadang-kadang
garam faal, albumin, produk digunakan untuk menurunkan
darah, dekstram. risiko disfungsi ginjal dan
edema paru sehubung dengan
pankreatitis.
b. Mengidentifikasi deficit/
kebutuhan pengganti dan
terjadinya komplikasi, contoh ;

18
ATN, KID.

b. Awasi pemeriksaan
c. Penurunan pemasukan oral
laboratorium, contoh Hb/Ht,
dan hilang berlebihan
protein, albumin, elektrolit,
mempengaruhi keseimbangan
BUN, kreatinin, osmolalitas
elektrolit / asambasa yang
urine dan natrium/ kalium,
perlu untuk mempertahankan
pemeriksaan kongulasi.
fungsi seluler/organ.
c. Mengganti elektrolit, contoh
natrium, kalium, klorida,
kalsium sesuai indikasi.

3). Nutrisi, Kriteria hasil : Mandiri


perubahan : Menunjukan a. Mengkaji abdomen, catat a. Distensi abdomen dan atoni
kurang dari peningkatan adanya atau karakter bising usus sering terjadi,
kebutuhan berat badan usus, distensi abdomen dan mengakibatkan penurunan atau
tubuh mencapai tujuan keluhan mual. tak ada bising usus. Kembalinya
berhubunga dengan bilai bising usus dan hilangnya gejala
n dengan laboratorium menunjukan kesiapan untuk
muntah, normal, tak penghentian aspirasi gaster.
penurunan menandai tanda b. Menurunkan rangsangan
pemasukan malnutrisi, dan muntah dan inflamasi / iritasi
oral, menunjukan membrane mukosa kering
pembatasan perilaku berhubungan dehidrasi dan
diet perubahan pola bernapas dengan mulut bila NG
hidup untuk b. Memberikan perawatan oral. dipasang.

meningkatkan c. Kebiasaan diet sebelumnya


atau mungkin tidak memuaskan
memperthankan pada pemenuhan kebutuhan
saat ini untuk regenerasi

19
berat badan jaringan dan penyembuhan.
normal. d. Steatorea terjadi karena
pencernaan lemak tak
sempurna.

c. Bantu pasien dalam e. Mewaspadakan terjadinya


pemilihan makanan atau hiperglikemia karena
cairan yang memenuhi peningkatan pengeluaran
kebutuhan nutrisi dan glukagon (kerusakan sel alfa)
pembatasan bila diet atau penurunan pengeluaran
dimulai. insulin (kerusakan sel beta).
f. Mendeteksi dini pada gangguan
glukosa tak adekuat dapat
mencegah terjadinya
d. Mengobservasi ketoasidosis.
warna/konsistensi/jumlah
feses.catatlah konsistensi a. Mencegah rangsangan dan
lembek/bau busuk. pengeluaran enzim pancreas ,
e. Mencatat tanda peningkatan bila kimus dan asam hcl masuk
haus dan berkemih atau ke duodenum.
perubahan mental dan b. Pemberian IV kalori, lipid dan
ketajaman visual. asam amino harus diberikan
sebelum penurunan nutrisi /
nitrogen memburuk.
c. Pemberian makan oral terlalu
dini pada penyakit berat dapat
mengeksaserbasi gejala.
f. Tes urine untuk gula dan Kehilangan fungsi pancreas/
aseton. penurunan produksi insulin
memerlukan diet diabetic.

20
Kolaborasi
a. Pertahankan status puasa
dan penghisapan gaster pada
fase akut.

b. Berikan hiperalimentasi dan


lipid, bila diindikasikan.

c. Memulai pemasukan oral


dengan cairan bening dan
diet lanjut secara perlahan
untuk memberikan diet
tinggi protein, tinggi
karbohidrat bila
diindikasikan.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pankreatitis adalah peradangan kelenjar pankreas. Tanda dari gejala ini adalah rasa sakit pada
uluhati yang amat sangat, suhu badan yang meningkat, muntah hebat. Penyebab dari pankeatitis
adalah idiopatik (artinya tidak diketahui secara pasti), tetapi ada kecenderungan yang harus
dilacak adalah apakah terdapat batu pada saluran empedu, kadar trigliserida yang tinggi. Petanda
laboratorium yang dipakai adalah tingginya kadar amilase dan lipase. Pengobatan pankreatitis
dengan puasa (tidak boleh makan dan minum), serta antibiotik yang penetrasi ke jaringan
pancreastinggi.

4.2SARAN
Untuk menangani pasien dengan pankreatitis, perawat diharapkan mampu memahami secara
keseluruhan baik konsep medis maupun konsep keperawatan sehingga pasien dengan
pankreatitis dapat tertolog segera. Perawat sangat perlu memahami tindakan-tindakan dan
penaganan secara darurat pada pasien dengan pankreatitis

22
DAFTAR PUSTAKA

 Smeltze , Suzanne C.,Bare, Breda G .(2002).Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah


Brunner dan Suddarth.Edisi 8.Jakarta : EGC
 Marlynn, E, Doengeos. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC Brunner &
Suddart(2002). Keperawatan Medikal Bedah .Jakarta: EGC
 Sjamsuhidajat , R . Jong , Wim de . (2005) . Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 . Jakarta :
EGC
 Syaifuudin. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia untuk mahasiswa Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

23

Anda mungkin juga menyukai