Skenario 1 Blok 16
Skenario 1 Blok 16
SKENARIO 3
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial
Blok 16 Perawatan Penyakit Periodontal Dan Jaringan Lunak Oral
Disusun oleh:
Kelompok Tutorial IX
1. Alfan Maulana Erdiansyah (161610101081)
2. Nancy Amelia Rosa (161610101082)
3. Radin Ahmad H (161610101083)
4. Dara Kartika H. S (161610101084)
5. Nailah Ramadhani (161610101085)
6. Savira Aulia R (161610101086)
7. Ni Putu Diah Laksmi (161610101087)
8. Suci Hidayatur rohmah (161610101088)
9. Tri Oktaviani (161610101089)
10. Adilia Putri (161610101090)
1|P a g e
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Anggota :
1. Alfan Maulana Erdiansyah (161610101081)
2. Radin Ahmad H (161610101083)
3. Dara Kartika H. S (161610101084)
4. Nailah Ramadhani (161610101085)
5. Savira Aulia R (161610101086)
6. Ni Putu Diah Laksmi (161610101087)
7. Suci Hidayatur rohmah (161610101088)
8. Tri Oktaviani (161610101089)
2|P a g e
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas tutorial. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi
tutorial kelompok IX pada skenario pertama .
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penyusun ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg. Agustin Wulan Suci D. MDSc. selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi
tutorial kelompok IX Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan telah memberikan
masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah kami dapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Dalam penyusunan
laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan dalam
perbaikan–perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat berguna bagi kita semua.
Penyusun
3|P a g e
DAFTAR ISI
Cover ......................................................................................................................................
Daftar anggota kelompok .......................................................................................................
Kata Pengantar .......................................................................................................................
Daftar Isi ................................................................................................................................
Skenario 3 ..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Step 1 ..............................................................................................................................
1.2 step 2 ................................................................................................................................
1.3 step 3 ................................................................................................................................
1.4 step 4 ................................................................................................................................
1.5 step 5 ................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................
BAB III PENUTUP ..............................................................................................................
Daftar Pustaka ........................................................................................................................
4|P a g e
SKENARIO 1
(Perawatan Periodontal Fase I)
Seorang laki-laki berusia 35 tahun sangat khawatir karena gusinya sering berdarah saat
menggosok gigi sejak 1 bulan yang lalu dan giginya terasa kasar bila tersentuh lidah sejak 1
tahun yang lalu. Oleh karena itu, dia datang ke Klinik Periodonsia RSGM UNEJ. Pada
pemeriksaan intra oral terlihat plak dan kalkulus subgingiva di seluruh regio rahang atas
maupun rahang bawah. Regio anterior rahang bawah terlihat gigi geligi berdesakan. Pasien
didiagnosis menderita gingivitis kronis dengan etiologi utama plak. Keberadaan kalkulus dan
gigi malposisi dinyatakan sebagai faktor predisposisi/etiologi sekunder. Rencana perawatan
pada pasien tersebut adalah perawatan periodontal fase I yang meliputi: DHE, scaling dan
root planing. Setelah perawatan periodontal fase I keadaan pasien akan dievaluasi kembali.
5|P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
6|P a g e
7. apakah ada perawatan lain selain di skenario untuk perawatan Periodontal fase 1?
8. Apa saja yang di evaluasi setelah perawatan Periodontal fase 1?
9. Apa perbedaan, keunggulan dan kerugian scaller manual dan ultrasonic?
Gingivitis kronis akan sembuh dengan sendirinya jika penyebabnya di hilangkan. Kasusnya
masih bisa di perbaiki, tidak memerlukan tindakan bedah, fase 1 ini juga di indikasikan untuk
pencegahan penyakit periodontal, sudah timbul poket, terdapat kalkulus sub gingiva, eksesif
kalkulus (diseluruh regio rahang), gingiva bengkak dan inflamasi, dan abses yg masih kecil
Root planning : adanya jaringan nekrotik di sekitar akar gigi dan sementum
Kontraindikasi : pasien riwayat hipertensi (harus dilakukan perawatan post operatif dan pre
operatif dengan mengkontrol tekanan darah, ) , hemofilia (dengan menghentikan penggunaan
antikoagulan selama 7 hari ) , untuk dentin terbuka, penyakit periodontal yang memerlukan
tindakan bedah,
2. Pasien mengalami malposisi gigi, apakah malposisi ini dapat menentukan keparahan
penyakit periodontal?
Malposisi gigi menentukan keparahan penyakit periodontal, krn sulit untuk di jangkau
(saat menyikat gigi sulit menjangkau bagian interdental shg banyak akumulasi plak) oleh
pasien untuk di bersihkan dan untuk operator untuk merawat.
3. Pada saat melakukan perawatan periodontal fase 1 ini dilakukan apa saja dan
memerlukan alat apa saja ?
1. Kontrol plak
2. Scalling supra dan sub gingiva
3. Recontouring restorasi yang rusak
Alat : scaler manual : wingshape, hoe, chisel, sickle (modified pen grasp)
7|P a g e
1. Eksploratori : memasukkan alat ke sulkus gingiva : 0 derajad angulasi
2. Scalling : gerakan verikal, oblik atau mengungkit, horizontal, hingga permukaaan
halus
3. Root planning : cara sama dengan scalling tp tekanan nya ringan agar tidak tergores
sehingga menyebabkan permukaan tidak rata dan terakumulasi plak
Namun scalling dengan ultrasonil dikontaindiksikan dengan kasus gigi sensitif. karena saat
menggunakan scaling ultrasonik terjadi getaran yang menyebabkan ngilu
Karena sudah ada poket periodontal, inflamasi dengan vaskularisasi banyak, dan jaringan
ikat lunak, sehingga mudah rusak,
Penanganan : sikat gigi jangan terlalu keras, menggunakan pasta gigi untuk
gingivitis/penyakit periodontal
8|P a g e
Akumulasi plak/ kalkulus
8. Apa perbedaan, keunggulan dan kerugian scaller manual dan ultrasonic?
Perbedaan :
Keunggulan
Kerugian
o Ultrasonik : mahal
o Manual : dapat merusak gingiva jika tidak hati hati, menggunakan waktu lama,
membutuhkan tenaga yang banyak
9|P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Newman, dkk (2015) pada buku Caranza Edisi ke-duabelas, penyakit periodontal
diklasifikasikan menjadi :
1. Penyakit Gingiva
mengalamiattachment loss.
gingivitis.
10 | P a g e
Infeksi herpesvirus, yaitu: Primary herpetic gingivostomatitis, Reccurent oral
Histoplasmosis.
fibromatosis
vii) Reaksialergi
ix) Reaksibendaasing
2. Periodontitis Kronis
a. Prevalensi lebih banyak pada dewasa namun dapat terjadi pada anak-anak
11 | P a g e
f. Dapat dimodifikasi oleh halseperti: Penyakit sistemik seperti HIV dan diabetes
3. Periodontitis Agresif
a. Penyakitbiasanyadiinfeksioleh Actinobacillusactinomycetemcomitans.
b. Abnormalitasdarifungsifagosit
interleukin-1β
d. Padabeberapakasus, progresifitasnyaself-arresting.
Periodontitis agresif dapat diklasifikasikan kedalam lokalisata dan generalisata seperti berikut
a. Lokalisata
i) Circumpubertal onset
12 | P a g e
ii) Lokalisasipada molar pertamaatauinsisifdenganproksimalattachment loss
iii) Responantibodikuatterhadapageninfeksi
b. Generalisata
i) Biasanyamengenaipasienusiadibawah 30 tahun
molar pertamadaninsisif.
4. Periodontitis manifestasipenyakitsistemik
Periodontitis dapatberhubungandenganmanifestasipenyakitsistemikseperti :
NUG sering kali terlihat sebagai lesi akut yang mempunyai respon baik
13 | P a g e
b. Necrotizing ulcerative periodontitis
Perbedaanantara NUP dan NUG terdapat pada adanya clinical attachment loss
diobservasi pada pasien HIV dan bermanifestasi sebagai ulserasi local dan
a. Kondisi local gigi yang berhubun gandengan factor predisposisi penyakit gingiva
iii) Frakturakar
a) Permuakaanfasialatau lingual
b) Interproksimal (papilla)
v) Gingival Excess
a) Pseudopocket
14 | P a g e
b) Gingival margin yang inkonsisten
d) Gingival enlargement
v) Warna abnormal
d. Trauma oklusal
15 | P a g e
2.3 LO 3 Mahasiswa mampu mengkaji alat dan bahan dan prosedur perawatan
periodontal fase 1
Tujuan terapi periodontal dalam perawatan traumatisme oklusal harus dilakukan untuk
memelihara kenyamanan dan fungsi periodonsium. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu
dipertimbangkan beberapa pilihan perawatan, sebagai berikut:
a. Penyesuaian oklusal [occlusal adjustment]
b. Penatalaksanaan kebiasaan parafungsional
c. Stabilisasi gigi-geligi yang goyang secara temporer, provisional, atau jangka panjang
menggunakan alat lepasan ataupun cekat
d. Pergerakan gigi ortodontik
e. Rekonstruksi oklusal
f. Pencabutan gigi tertentu
(Carranza, 2012)
16 | P a g e
dilakukannya penelitian semacam itu. Baru-baru ini, dua penelitian pada manusia
menemukan bahwa gigi-geligi yang mengalami diskrepansi oklusal memiliki kedalaman
probing yang lebih dalam, mobilitas yang lebih besar dan prognosis yang lebih buruk
dibandingkan dengan gigi-geligi tanpa diskrepansi oklusal. Penelitian tersebut juga
menemukan bahwa perawatan diskrepansi oklusal berhasil mengurangi perkembangan
penyakit periodontal, secara signifikan, dan merupakan salah satu faktor penting dalam
keseluruhan perawatan penyakit periodontal (Carranza, 2012).
Telah diketahui bahwa penyesuaian oklusal yang hanya ditujukan untuk menentukan
pola konseptual yang ideal, dikontraindikasikan. Perawatan tersebut sebaiknya hanya
dilakukan jika ditujukan untuk mempermudah perawatan atau menghambat tekanan
destruktif aktif. Jika direncanakan untuk melakukan terapi oklusal sebagai bagian dari
perawatan periodontal, biasanya ditunda sampai terapi awal yang ditujukan untuk
meminimalisir inflamasi periodonsium telah selesai. Langkah ini didasarkan pada fakta
bahwa inflamasi saja dapat berperan signifikan dalam mobilitas gigi (Carranza, 2012).
Penggunaan antibiotik
Antibiotik yang merupakan antimikroba seringkali digunakan pada beberapa keadaan
(Katzung, 2012):
1.) Terapi empirik / presumtif
Terapi empirik merupakan pemberian terapi berdasarkan pengalaman dengan entitas
klinis tertentu yang merujuk pada hasil uji klinis. Dengan harapan intervensi dini akan
menurunkan morbiditas dan mortalitas. Terapi empirik diberikan sebelum hasil kultur dan
17 | P a g e
sensitivitas tes keluar. Terapi ini dapat memberikan manfaat yang nyata pada beberapa kasus,
namun pada kasus klinis lain juga dapat tidak bermanfaat atau justru membahayakan.
Pemilihan jenis antibiotik yang digunakan sebagai terapi empirik dipengaruhi oleh :
1. Faktor penjamu / host, meliputi : penyakit lain yang diderita, riwayat efek samping obat,
gangguan eleminasi obat, usia pasien, dan status kehamilan.
2. Faktor farmakologik obat, meliputi : farmakokinetik obat, kemampuan obat mencapai
tempat infeksi, potensi toksisitas obat, dan interaksi dengan obat lain.
18 | P a g e
inokulasi patogen. Profilaksis non bedah diindikasikan kepada individu yang berisiko tinggi
terpajan patogen / mengalami infeksi, terutama individu imunokompremais.
WHO mendefinisikan penggunaan antibiotik yang rasional adalah ketika pasien mendapatkan
antibiotik yang tepat, dosis yang sesuai kebutuhan pasien, selama periode waktu yang
adekuat, dengan harga yang dapat dijangkau pasien dan keluarganya (WHO, 2011).
Sedangkan penggunaan antibiotik dikatakan tidak rasional / tidak tepat jika tidak memenuhi
ketentuan- ketentuan penggunaan antibiotik secara rasional, seperti polifarmasi, self-
medication yang tidak tepat, penggunaan antibiotik yang berlebihan, dll (Sabate, 2003).
Rasionalitas penggunaan antibiotik berhubungan dengan dokter sebagai pembuat resep dan
pasien sebagai konsumen antibiotik (Adnan, 2012) . Agar dapat memberikan peresepan
antibiotik yang rasional, dokter harus mengikuti proses yang urut dan benar dalam
menuliskan resep, dimulai dengan menentukan diagnosis, menentukan tujuan terapi, memilih
terapi yang dibutuhkan sesuai tujuan terapi, memilih obat yang terbaik bagi individu pasien
sesuai efikasi, keamanan, kesesuaian, dan harga yang ekonomis. Kemudian, dokter
menentukan dosis obat, rute pemakaian obat, durasi pemakaian obat, yang disesuaikan
dengan kondisi pasien. Ketika melakukan peresepan, dokter juga harus memberikan edukasi
kepada pasien mengenai kondisi kesehatan dan obat yang diresepkan kepadanya. Yang
terakhir, dokter harus memonitor dan mengevaluasi proses pengobatan pasien (WHO, 2002)
DHE
Dental Health Education (DHE) didefinisikan sebagai pendidikan kesehatan gigi yaitu
proses pendidikan yang timbul atas dasar kebutuhan kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan
untuk menghasilkan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan meningkatkan taraf hidup.
(Notoadmojo, 2003 dalam Afriansyah, 2016).
Menurut (Muin, 2011) Dental Health Education merupakan suatu usaha terencana dan
terarah dalam bentuk pendidikan kesehatan gigi non formal yang berkelanjutan. Pendidikan
kesehatan gigi merupakan suatu proses belajar yang timbul oleh karena adanya kebutuhan
kesehatan sehingga menimbulkan aktifitas perseorangan/masyarakat dengan tujuan untuk
menghasilkan kesehatan gigi yang baik.
19 | P a g e
a. Meningkatkan oral hygiene pasien (Carranza, 2015).
b. Memberikan informasi kepada pasien bahwa plak pada gigi dan daerah yang berbatasan
dengan gusi merupakan “target hygiene”, sehingga pada daerah tersebut harus
dibersihkan untuk mencegah karies dan penyakit periodontal (Carranza, 2015).
c. Usaha secara emosional untuk memperkenalkan pasien dengan dunia kesehatan gigi
dan mulut sehingga mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan
kemampuannya sehingga mendapatkan kerjasama yang baik antara pasien dengan
dokter gigi (Muin, 2011).
d. Meningkatkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan gigi
dan mulut (Muin, 2011).
e. Mengurangi penyakit gigi dan mulut (Muin, 2011).
Tindakan dari Dental Health Education (DHE) antara lain :
20 | P a g e
Pasien dapat mengurangi jumlah plak biofilm dan gingivitis lebih efektif dengan
cara mengulang-ulang instruksi dan adanya dorongan untuk menjaga kebersihan gigi
dan mulut. Namun demikian, pemberian instruksi untuk menjaga kebersihan gigi dan
mulut harus lebih singkat daripada demontrasi cara menyikat gigi. Prosedur ini
merupakan prosedur yang harus dikerjakan dengan telaten dan butuh kesabaran pasien,
pengawasan yang seksama dalam mengkoreksi kesalahan, penekanan untuk rutin
kontrol sampai pasien dirasa mampu menjaga kebersihan gigi dan mulutnya (Carranza,
2015).
Pada kunjungan pertama, pasien seharusnya diberikan sikat gigi yang baru, alat
pembersih bagian interdental dan disclosing agent. Disclosing agent digunakan untuk
melihat kondisi plak pada rongga mulut pasien (Carranza, 2015).
3. Kontrol plak
Pengunyahan makanan dalam bentuk kasar dan banyak tidak dapat mencegah
pembentukan plak. Oleh karena itu pencegahan dan pengontrolan terhadap
pembentukan plak gigi harus didasarkan atas usaha pemeliharaan hygiene oral secara
aktif. Keberadaan karbohidrat menjadi sumber bakteri menghasilkan Polisakarida
Ekstra Selular (PES). Bersama dengan protein saliva dan aktivitas bakteri dapat
terbentu plak gigi. Polisakarida Ekstra Selular (PES) menjadi bahan perekat pada
matriks plak. Dari dasar pemikiran tersebut usaha yang dapat dilakukan adalah
mencegah dan mengontrol pembentkan plak yang meliputi :
a. Mengatur pola makanan
Dengan membatasi makanan yang banyak mengandung karbohidrat terutama
sukrosa. Berdasarkan bukti-bukti ilmiah bahwa karbohidrat merupakan bahan utama
dalam pembentukan matriks plak, selain sebagai sumber energi untuk bakteri dalam
membentuk plak (Krismariono, 2009).
21 | P a g e
b. Tindakan secara kimiawi
Tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dapat dengan menggunakan obat
kumur sebanyak 10 ml 2dd 1. Seperti penggunaan obat kumur yang mengandung
klorhexidin dapat membunuh bakteri gram posittif maupun negatif dan merupakan zat
antijamur (Krismariono, 2009).
c. Tindakan secara mekanis (Fisioterapi Oral)
Sikat gigi merupakan salah satu alat fisioterapi oral yang digunakan secara luas
untuk membersihkan gigi dan mulut. Di pasaran dapat ditemukan beberapa macam
sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan bentuk
(Krismariono, 2009).
SCALING DAN ROOT PLANING
Scaling adalah proses dimana biofilm dan kalkulus dihilangkan dari permukaan
supragingival maupun subgingival gigi. Sedangkan root planing adalah proses dimana sisa
kalkulus yang melekat pada sementum dihilangkan dari akar untuk menghasilkan permukaan
halus, keras, dan bersih (Carranza, 2015).
Scaling dan root planing ini bertujuan untuk mengembalikan gingiva yang sehat secara
menyeluruh dengan menghilangkan elemen yang dapat menyebabkan inflamasi gingiva dari
permukaan gigi. Scaling dan root planing bukanlah prosedur yang terpisah, semua prinsip
scaling sama untuk root planing. Scaling dan root planing termasuk dalam perawatan
periodontal fase I (Carranza, 2015).
Sebelum dilakukan scaling, dokter gigi akan melakukan anamnesa pemeriksaan gigi
dengan melihat keadaan pasien secara ekstraoral dan intraoral. Setelah dilakukan analisis
secara cermat, jumlah kunjungan yang diperlukan harus diperhatikan secara cermat. Pasien
dengan jumlah kalkulus yang sedikit dengan keadaan jaringan di sekitar gigi relatif sehat,
dapat dirawat dalam satu kali kunjungan. Dokter gigi harus bisa mengestimasi jumlah
kunjungan yang diperlukan berdasarkan jumlah gigi dalam mulut pasien, jumlah plak dan
kalkulus, tingkat keparahan inflamasi, kedalaman dan aktivitas pocket, adanya invasi furkasi,
dan kebutuhan untuk anastesi lokal (Carranza, 2015).
Pada teknik scaling supragingiva, instrumentasi dilakukan pada daerah mahkota dan
tidak dibatasi oleh jaringan sekitarnya, sehingga adaptasi dan angulasi lebih mudah. Kalkulus
22 | P a g e
supragingiva biasanya dibersihkan dengan sickle, kuret, dan instrument ultrasonik. Hoe dan
chisel jarang digunakan. Sickle dan kuret dipegang dengan modifikasi pen grasp dan
dilakukan firm finger rest pada gigi yang berada di area yang berlawanan dengan area kerja.
Angulasi blade sedikit lebih kecil dari 90°. Cutting edge harus berada pada margin apikal
kalkulus, dan ditarik ke arah koronal secara vertikal atau obliq dengan tarikan yang pendek,
kuat, dan overlapping. Sickle mempunyai ujung yang tajam yang dapat merusak jaringan
sekitar, sehingga adaptasi dengan permukaan gigi harus baik. Permukaan yang dibersihkan
sampai secara visual dan taktil bebas dari semua yang deposit supragingiva. Jika bulky blade
dapat diinsersikan ke dalam jaringan sekitar maka sickle dapat digunakan untuk
membersihkan kalkulus di bawah free margin gingiva. Jika tindakan ini dilakukan, biasanya
diikuti dengan final scaling dan root planing dengan menggunakan kuret (Carranza, 2015).
Teknik ini lebih kompleks dan sulit dibandingkan dengan supragingiva karena kalkulus
berkonsistensi lebih keras daripada kalkulus supragingiva, kalkulus serta deposit lain
terperangkat di bagian dalam dan sulit dijangkau, terutama pada akar gigi dengan morfologi
irreguler, serta dinding pocket lebih terbatas namun kalkulus yang lebih dalam masih ada.
Scaling ini menggunakan alat sickle, hoe, file, dan alat ultrasonik namun tidak dianjurkan
untuk root planing. Meskipun beberapa file dapat menghancurkan deposit yang keras tetapi
file, hoe, dan alat ultrasonik yang besar dan sulit diinsersikan ke dalam pocket yang dalam.
Hoe dan file tidak bisa digunakan untuk mendapatkan permukaan yang halus seperti kuret,
kuret sangat baik digunakan untuk menghilangkan kalkulus pada sementum subgingiva
(Carranza, 2015).
Scaling subgingiva dan root planing dilakukan dengan baik dengan kuret universal.
Cutting edge dapat diadaptasikan dengan ringan pada gigi dan lower shank dibuat sejajar
dengan permukaan gigi. Lower shank digerakkan menghadap ke gigi sehingga dengan
demikian bagian depan dari blade berada dekat dengan permukaan gigi. Blade instrument
diinsersikan dengan bagian bawah gingiva sampai dasar pocket, angulasi 45° dan 90°, dan
kalkulus dapat dihilangkan dengan gerakan yang terkontrol, gerak pendek, dan bertenaga
(Carranza, 2015).
23 | P a g e
kalkulus, dan stroke vertikal atau miring digunakan untuk membagi kalkulus dari permukaan
gigi. Tanpa menarik instrument dari sulkus, blade maju ke lateral untuk mengenai bagian
berikutnya dari kalkulus yang tersisa. Stroke vertikal/miring dibuat overlapping dengan
stroke sebelumnya dan proses ini diulang sampai kalkulus hilang (Carranza, 2015).
Alat ini dipakai untuk menghilangkan plak dan deposit terkalsifikasi dari mahkota dan
akar gigi, penghilangan sementum yang berubah dari permukaan akar subgingival,
debridement dari lapisan jaringan lunak pocket. Instrumen scaling and kuretase
diklasifikasikan seperti dibawah ini :
a. Sickle scalers
Sickle bisa digunakan untuk mengambil kalkulus supragingiva (Carranza, 2015).
b. Curettes
24 | P a g e
Biasanya digunakan untuk mengambil kalkulus subgingiva, menghaluskan permukaan
akar jaringan nekrotik, dan mengkuret jaringan lunak nekrotik (Carranza, 2015).
d. Ultrasonic
Digunakanuntuk scaling
danpembersihanpermukaangigidankuretasedindingjaringanlunakdaripocketperiodontal
(Carranza,2015).
25 | P a g e
e. Cleansing and polishing instruments
Cleansing and polishing instruments seperti rubber cups, brushes, dan dental tape,
dipakai untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi (Carranza, 2015).
f. Periodontal endoscope
Aktivasi instrumen
26 | P a g e
1. Adaptasi
Adaptasi adalah cara menempatkan cutting edge instrumen periodontal pada
permukaan gigi. Tujuan adaptasi yaitu agar cutting edge instrument tepat pada kontur
permukaan gigi, mencegah trauma pada jaringan lunak dan permukaan akar dan
mendapatkan keefektifan penggunaan alat (Carranza, 2015).
2. Angulasi
Angulasi adalah sudut antara permukaan blade instrument dengan permukaan
gigi. Angulasi yang tepat sangat dibutuhkan agar pekerjaan scaling efektif. Insersi
subgingiva dari blade instrument seperti kuret, angulasi sedapat mungkin mendekati
00. Ujung instrument dapat diinsersikan dengan lebih mudah pada dasar pocket
dengan muka blade menghadap gigi (Carranza, 2015).
3. Gerak
Terdapat tiga gerakan dasar dalam menggunakan instrumen, yaitu:
a. Exploratory stroke
Adalah gerakan yang ringan dengan perasaan (feeling) digunakan pada
probe atau sonde untuk memeriksa dimensi pocket, kalkulus, dan ketidakteraturan
permukaan gigi. Instrument dipegang dengan ringan dan diadaptasikan dengan
tekanan yang ringan terhadap gigi untuk mendapatkan sensitivitas taktil yang
maksimum (Carranza, 2015).
b. Scaling stroke
Adalah gerakan yang pendek, disertai tarikan dengan kekuatan penuh,
menggunakan blade instrumen untuk menghilangkan baik supragingival maupun
subgingival kalkulus. Otot–otot jari maupun tangan digerakkan untuk
mendapatkan pegangan dengan tekanan lateral yang kuat terhadap permukaan
gigi. Ujung pemotong isntrument dikaitkan pada batas apikal kalkulus dan
menariknya ke arah koronal dengan gerakan yang kuat (Carranza,2015).
c. Root planing stroke
Adalah gerakan menarik yang bersifat sedang sampai ringan, digunakan
pada tahap akhir, yaitu menghaluskan permukaan akar. Untuk keperluan ini
instrument yang paling sering digunakan adalah kuret. Desain kuret
memungkinkan untuk lebih mudah beradaptasi dengan kontur subgingiva gigi,
sehingga kuret cocok untuk root planing pada pasien – pasien yang memiliki
27 | P a g e
pocket yang dalam dan telah melibatkan daerah furkasi. Kuret dipegang secara
sedang – kuat, dengan diadaptasikan ke gigi, bahkan dapat memberikan tekanan
lateral. Dengan gerakan panjang kontinyu, gerakan seperti mencukur kuret
diaktifkan. Bila permukaan gigi telah halus,berangsur – angsur tekanan lateral
dikurangi (Carranza, 2015).
Hubungan antara kesehatan periodontal dan pemulihangigi adalah satu kesatuan dan
tidak dapat dipisahkan. Agar restorasi bertahan lamaistilah, periodonsium harus tetap sehat
sehingga gigiterawat. Agar periodonsium tetap sehat, restorasiharus dikelola secara kritis di
beberapa wilayah agar selarasdengan jaringan periodontal sekitarnya. Untuk
mempertahankan atau meningkatkanpenampilan estetika pasien, antarmuka gigi-jaringan
harusmenyajikan penampilan alami yang sehat, dengan framing jaringan gingivagigi yang
direstorasi dengan cara yang harmonis. Manajemen restoratif yang diperlukan untuk
mengoptimalkan periodontalkesehatan, dengan fokus pada estetika dan fungsi restorasi
(Carranza, 2018).
Pedoman Margin Placement
28 | P a g e
membuat kesan yang akurat, menghasut margin restorasi, dan meningkatkan kemungkinan
terjadinya inlamasi dan resesi(Carranza, 2018).
Restorasi Sementara
Tiga bidang penting harus dikelola secara efektif untuk menghasilkan yang
menguntungkan respons biologis terhadap restorasi sementara. Marginal gigi, kontur
mahkota, dan finishing permukaan dari restorasi interim harus sesuai untuk menjaga
kesehatan dan posisi gingiva jaringan selama interval sampai restorasi inal dikirim. Restorasi
sementara yang tidak diadaptasi dengan baik di pinggiran, itu overcontoured atau
undercontoured, dan yang kasar atau berpori permukaan dapat menyebabkan radang,
pertumbuhan berlebih, atau resesi gingiva jaringan. Hasilnya bisa tidak dapat diprediksi, dan
perubahan yang tidak menguntungkan dalam arsitektur jaringan dapat membahayakan
keberhasilan dari inal restorasi(Carranza, 2018).
Marginal Fit
Marginal itu jelas telah terlibat dalam menghasilkan suatu peradangan respon dalam
periodonsium. Telah ditunjukkan bahwa level peradangan gingiva dapat meningkat sesuai
dengan tingkat pembukaan marjinal. Margin yang terbuka secara signifikan (beberapa
persepuluh satu milimeter) mampu menampung sejumlah besar bakteri dan mungkin
bertanggung jawab atas respons yang diremehkan yang terlihat. Namun, kualitas marginal
inish dan lokasi margin relatif terhadap lampiran jauh lebih penting untuk periodonsium
daripada perbedaan antara 20-μm dan 100 μm(Carranza, 2018).
Kontur Mahkota
Kontur restorasi telah digambarkan sebagai sangat penting untukpemeliharaan
kesehatan periodontal. Kontur ideal menyediakan akses untuk kebersihan, memiliki
kepenuhan untuk menciptakan gingiva yang diinginkan bentuk, dan memiliki kontur gigi
visual yang menyenangkan di bidang estetika. Bukti dari penelitian manusia dan hewan jelas
menunjukkan hubungan antara overcontouring dan gingival inlammation, sedangkan
undercontouring tidak menghasilkan efek periodontal yang merugikan. Penyebab paling
sering dari restorasi overcontoured tidak memadai persiapan gigi oleh dokter gigi, yang
memaksa teknisi untuk memproduksi restorasi besar untuk menyediakan ruang untuk bahan
restoratif. Di daerah mulut di mana pertimbangan estetika tidak kritis, kontur yang terakhir
selalu diterima(Carranza, 2018).
29 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perawatan periodontal fase 1 : merupakan perawatan RM dengan
menghilangkan etiologi (scalling dan root planning), untuk menghilangkan pula
faktor predisposisi dan tidak dilakukan bedah periodontal. Perawatan periodontal
fase 1 meliputi scaling dan root planing, Dental Health Education,
30 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Andajani, T. 1993. Penanggulangan Kerusakan Gigi yang Parah dengan Gigi Tiruan
Tumpang. Volume 2. Hal 571-580. Jakarta: Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Usakti.
Ewing JE. Fixed Partial Prosthesis. 2nd ed. Philadelphia: Lea & Febinger, 1959:169-77.
Lindahl, R.L. 1964. Removable Denture Prosthetis. 4th ed. Hal: 271-285. McGraw-Hill Book
Company Inc.
MMcCracken’s. 1995. Removable Partial Prosthodontics. 9th ed. St. Louis: C.V. Mosby
Company.
Nallaswamy, Deepak. 2003. Textbook of Prostodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers.
Prajitno, H.R. 1994. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan: Pengetahuan Dasar dan
Rancangan Pembuatan. Jakarta : EGC
31 | P a g e