OLEH :
(BIOLOGYCAL AEROB)
I. Tujuan Praktikum
Dapat memahami dan menjalankan proses pengolahan limbah dengan
metode Biological Aerob
Dapat melakukan analisa Biological Oxygen Demand
Dapatmelakukan analisa Chemical Oxygen Demand
Dapat membandingkan hasil analisa antara COD dan BOD
2
1. Proses Aerob
Proses dimana menggunakan O2. Dibutuhkan aerasi sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan. Proses aerob biasanya menghasilkan
biomassa dalam jumlah besar (66%) dan menghasilkan air, gas, asam
organik (34%) (Sutapa DAI, 1999).
Reaksi yang terjadi :
2. Proses Anaerob
Beberapa limbah Industri dengan kadar COD dan BOD tinggi lebih efektif
diolah dengan menggunakan proses anaerob. Pengolahan limbah anaerob adalah
sebuah metode biological untuk peruraian bahan organik atau anorganik tanpa
kehadiran oksigen.Produk akhir dari degradasi anaerob adalah gas, paling banyak
metana (CH4), karbondioksida (CO2), dan sebagian kecil hidrogen sulfide (H2S)
dan hydrogen (H2). Proses yang terlibat a dalah fermentasi asam dan fermentasi
metana. (Metcalf & Eddy, 2004).
Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan
menggunakan aktifitas mikro-organisme untuk menguraikan senyawa polutan yang
ada dalam air dan mikro-organime yang digunakan dibiakkan secara tersuspesi di
dalam suatu reaktor. Beberapa contoh proses pengolahan dengan sistem ini antara
lain : proses lumpur aktif standar/konvesional (standard activated sludge), step
aeration, contact stabilization, extended aeration, oxidation ditch (kolam oksidasi
sistem parit) dan lainya.
Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam adalah
dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal
yang cukup lama sehingga dengan aktifitas mikroorganisme yang tumbuh secara
alami, senyawa polutan yang ada dalam air akan terurai. Untuk mempercepat proses
penguraian senyawa polutan atau memperpendek waktu tinggal dapat juga
3
dilakukam proses aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan
cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization pond). Proses
dengan sistem lagoon tersebut kadang-kadang dikategorikan sebagai proses
biologis dengan biakan tersuspensi. (Nusa Idaman, 2000)
Indikasi Pencemaran Air
Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun
pengujian. Indikasi pencemaran air yang dapat diamati maupun diuji meliputi :
1. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen) air normal
yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran
nilai 6.5 – 7.5. Air limbah laboratorium yang belum terolah dan memiliki pH diluar
nilai pH netral, akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggu kehidupan
organisme didalamnya. Hal ini akan semakin parah jika daya dukung lingkungan
rendah serta langsung meresap ke dalam air tanah. Limbah dengan pH asam /
rendah bersifat korosif terhadap logam.
2. Perubahan warna, bau dan rasa air normal dan air bersih tidak akan
berwarna, sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka
hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar.Timbulnya bau
pada air lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar.Air yang bau
dapat berasal dari limbag atau dari hasil degradasi oleh mikroba. Mikroba yang
hidup dalam air akan mengubah organik menjadi bahan yang mudah menguap dan
berbau sehingga mengubah rasa.
3. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut Endapan, koloid dan bahan
terlarut berasal dari adanya limbah yang berbentuk padat. Limbah yang berbentuk
padat, bila tidak larut sempurna akan mengendap didasar sungai, dan yang larut
sebagian akan menjadi koloid dan akan menghalangibahan-bahan organik yang
sulit diukur melalui uji BOD karena sulit didegradasi melalui reaksi biokimia,
namun dapat diukur menjadi uji COD.
Adapun komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan
buangan padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik.Limbah
anorganik adalah limbah yang tidak dapat diuraikan oleh organisme detrivor atau
diuraikan tetapi dalam jangka waktu yang lama. Bahan yang diuraikan berasal dari
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaruhi, seperti mineral, minyak bumi dan
berasal dari proses industri, seperti botol, plastik, dan kaleng. Limbah organik dapat
dimanfaatkan baik secara langsung (contohnya untuk makanan ternak) maupun
secara tidak langsung melalui proses daur ulang (contohnya pengomposan dan
4
biogas). Limbah anorganik yang dapat di daur ulang, antara lain adalah plastik,
logam, dan kaca. Namun, limbah yang dapat didaur ulang tersebut harus diolah
terlebih dahulu dengan cara sanitary landfill, pembakaran (incineration), atau
penghancuran (pulverisation).(Endang Widjajanti, UNY).
Menurut D.Dewanti (2002) menyebutkan bahwa proses pengolahan limbah
biologis ini secara konvesional kecuali pemisahan actived sludge dengan effluent
yang dilakukan dengan membrane filtrasi sebagai pengganti sedimentasi,
Mikroorganisme yang digunakan pada tangki aerobic merupakan bakteri dan
protozoa. Bakteri sebagai mikroorganisme yang paling dominan dengan ukuran
micron. Sedangkan protozoa sebagai indicator biologis kondisi lumpur aktif dengan
sistem aerobic. Menghasilkan kesimpulan yakni Removal COD dipengaruhi oleh
MLSS dari 2000 – 5000 mg/L. konsentrasi DO > 2 mg/L. sedangkan removal
ammonia dan nitrat dipengaruhi oleh kondisi anoxic, Pada penelitian diketahui
bahwa penurunan COD dari awal umpan 3600 mg/L menjadi 432,4 mg/L dan 1800
mg/L menjadi 376 mg/L pada tangki aerobic. Dan dengan menggunakan membrane
dapat diturunkan lagi menjadi menjadi 473,281 dan 180 mg/L. (D. Dewanti, 2002).
Menurut Martia & Shofi (2000) menyebutkan bahwa penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi degra simba yang ditambahkan
terhadap COD limbah dan waktu terhadap kecepatan peruraian terhadap bahan
organic. Variable tetapnya pH = 7, laju alir 0,5 ml/detik dan mikroorganisme degra
simba, untuk metodologinya hampir sama dengan pengolahan biologi secara
umum. Adapun hasilnya yakni Semakin lama waktu operasi maka semakin banyak
penurunan konsentrasi COD, Semakin besar konsentrasi degra simba yang
digunakan untuk mengolah limbah maka semakin besar pula penurunan konsentrasi
COD. (Martia S & Shofiyatul, 2000).
Berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam pengolahan air limbah secara
biologi diantaranya :
a. Kualitas air limbah yang akan diolah meliputi : derajat keasaman (pH),
temperatur, konsentrasi bahan organik yang dinyatakan dalam besaran
chemical oxygen demand (COD) dan biological oxygen demand (BOD),
dan konsentrasi logam berat.
5
b. Laju alir air limbah, laju alir air limbah berpengaruh terhadap waktu tinggal
(waktu proses) didalam tangki aerasi, semakin besar laju alir, waktu tinggal
semakin kecil dan ini akan berdampak pada hasil pengolahan air limbah.
6
III. Alat dan Bahan
a. Alat :
No. Nama Alat Jumlah
b. Bahan :
No. Keterangan Jumlah
2. Aquades Secukupnya
7
4. Nuterisi Secukupnya
6. Larutan K2Cr2O7 10 ml
12. H2SO4 2 ml
14. Kanji 2 ml
8
IV. Skema Kerja
9
Skema Analisa COD
2,5 ml Sampel
Labu Ukur 100 ml
Aquadest
25 ml hasil
pengenceran
Larutan Campuran
(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O Titrasi
Hasil Titrasi
10
Skema Analisa COD
V. Data Pengamatan
11
VI. Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan, air llimbah diambil 2 liter dan di encerkan
hingga 4000x, lalu mengukur kecepatan flowrate, kemudian melakukan analisa
COD dan BOD. Sebelum melakukan analisa air limbah yang belum masuk di proses
diambil sampelnya sebanyak 15 ml untuk masing masing analisa 2,5 ml untuk
analisa COD dan 12.5 untuk analisa BOD.
Untuk analisa COD prisip yang digunakan yaitu sebagian besar zat organic
melalui tes COD ini dioksidasikan oleh larutan K2Cr2O7 ndalam keadaan asam yang
mendidih,dengan rumus :
Zat organis
( Warna Kuning ) ( Warna Hijau )
Selama reaksi yang berlangsung 2 jam ini, uap di refluks dengan alat kondensor
sederhana,agar zat organic yang bersifat volatile atau yang mudah menguap tidak
lenyap keluar.
Pada analisa COD juga ditambahkan larutan Ag2SO4 yang terdapat didalam
H2SO4 hal tersebut dilakukan karena Ag2SO4 sebagai katalisator yang bertujuan
untuk mempercepat reaksi. Lalu ada penambahan juga larutan HgSO4 atau merkuri
sulfat yang digunakan untuk menghilangkan gangguan klorida yang terdapat dalam
limbah buangan.
Untuk memastikan bahwa hamper semua zat organic habis teroksidasi maka
pastikan bahwa K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah di refluks sehingga masih
terdapat warna jingga kehijau-hijauan pada saat sesudah di refluks jika sebelum 2
12
jam sudah berubah warna menjadi hijau tandanya sudah tidak terkandung K2Cr2O7.
K2Cr2O7 yang tersisa digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah
terpakai. Sisa dari K2Cr2O7 digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang
diperlukan dengan cara mentitrasi dengan larutan Ferroamonium Sulfat (FAS) dan
dengan indikator Ferroin, dengan rumus :
Dimana indikator ferroin disini digunakan untuk menetukan titik akhir titrasi
dari warna yang hijau kebiru-biruan menjadi warna coklat kemerahan. Sisa dari
K2Cr2O7 pada blangko adalah K2Cr2O7 awal,karena diharapkan blangko tidak
mengandung zat organic yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7.
13
Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri) sebagai pengurai bahan organik,
maka analisis BOD memang cukup memerlukan waktu. Oksidasi biokimia adalah
proses yang lambat. Dalam waktu 20 hari, oksidasi bahan organik karbon mencapai
95 – 99 %, dan dalam waktu 5 hari sekitar 60 – 70 % bahan organik telah
terdekomposisi (Metcalf & Eddy, 1991).Limahari inkubasi adalah kesepakatan
umum dalam penentuan BOD. Bisa saja BOD ditentukan dengan menggunakan
waktu inkubasi yang berbeda, asalkan dengan menyebut- 4kanlama waktu tersebut
dalam nilai yang dilaporkan (misal BOD7, BOD10) agar tidak salah dalam
interpretasi atau memperbandingkan. Temperatur 20oC dalam inkubasi juga
merupakan temperatur standard. Temperatur 20oC adalah nilai rata-rata temperatur
sungai beraliran lambat di daerah beriklim sedang (Metcalf & Eddy, 1991) dimana
teori BOD ini berasal. Untuk daerah tropik sepertiIndonesia, bisa jadi temperatur
inkubasi ini tidaklah tepat. Temperatur perairan tropik umumnya berkisar antara 25
– 30oC, dengan temperatur inkubasi yang relatif lebih rendah bisa jadi aktivitas
bakteri pengurai juga lebih rendah dan tidak optimal sebagaimana yang diharapkan.
Ini adalah salah satu kelemahan lain BOD selain waktu penentuan yang lama
tersebut.
Analisis COD berbeda dengan analisis BOD namun perbandingan antara angka
COD dengan angka BOD dapat ditetapkan. Nilai BOD selalu lebih kecil dari nilai
COD. Hal ini disebabkan karena BOD bergantung kepada bakteri pengurainya.
Misalnya dalam air terdapat senyawa kompleks dan senyawa sederhana. Umumnya,
bakteri bisa menguraikan senyawa organik yang sederhana saja, sehingga senyawa
organik yang kompleks belum teroksidasi sempurna. Berbeda dengan penetapan
COD, seluruh senyawa organik bisa diuraikan sehingga jumlahnya selalu lebih
besar dari BOD. Dalam tabel 1. Tercantum perbandingan angka tersebut untuk
beberapa jenis air.
14
Tabel 1. Perbandingan rata-rata angka BOD5/COD untuk beberapa jenis air
Angka perbandingan yang lebih rendah dari seharusnya, misalnya untuk air
buangan penduduk (domestik) < 0,20, menunjukkan adanya zat-zat yang bersifat
racun bagi mikroorganisme.
Tidak semua zat-zat organik dalam air buangan maupun air permukaan dapat
dioksidasi melalui tes COD atau BOD. Tabel 2 dibawah ini merupakan jenis zat-
zat organik atau anorganik yang tidak atau dapat dioksidasikan oleh tes COD dan
BOD.
Tabel 2. Jenis zat-zat yang tidak atau dapat dioksidasi melalui tes COD dan
BOD
Jenis zat organik / anorganik Dapat dioksidasi melalui tes
COD BOD
Zat organik yang biodegradable a
X X
(protein, gula, dan sebagainya)
Selulosa dan sebagainya X -
N organik yang biodegradable
X X
(protein dan sebagainya)
N organik yang non-biodegradable,
X -
NO2-, Fe2+, S2-, dan Mn2+
15
Adanya oksigen terlarut di dalam air yang berasal dari udara dan dari prosen
fotosintesa tumbuhan air, sangat penting untuk menunjang kehidupan organisme
air. Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara alamiah banyak
tergantung pada kecukupan kadar oksigen terlarut. Oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen) adalah jumlah miligram oksigen terlarut dalam air yang dinyatakan
dengan mg O2/L.
Pada praktikum hasil analisa BOD dan COD didapatkan hasil delta BOD
adalah 0.02 mgO2/L dan delta COD 91,422 mgO2/L.
16
VII. Kesimpulan
Nilai BOD < Nilai COD, sehingga faktor penguraian limbah bergantung
dari jenis mikroorganisme pengurai.
Analisa COD dan BOD untuk menentukan berapa besar jumlah oksigen
yang ada di dalam air limbah.
Pada BOD, sampel yang akan diuji harus diencerkan sehingga ketelitian
untuk analisa 02 terlarut dapat dihitung dengan cermat.
Daftar Pustaka
Wastewater Engineering 4th Edition: Treatment & Reuse, Metcalf & Eddy, Inc.,
17