Anda di halaman 1dari 34

KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN

I.1 Latar Belakang


Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan bagi
makhluk hidup; baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan terjadi
penambahan dan perubahan volume sel secara signifikan seiring dengan berjalannya waktu dan
bertambahnya umur tanaman. Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat
dinyatakan dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan (Tjitrosoepomo, 1999).
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat
sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam
grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva
sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai
akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan
oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Pustaka, 2008).
Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan
dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk
tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan, sehubungan
dengan itu maka dilakukan percobaan ini.

I. 2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengamati laju pertumbuhan daun sejak dari embrio dalam biji hingga
daun mencapai ukuran tetap pada tanaman kacang merahPhaseolus vulgaris.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 6 Maret 2012, pukul 14.30-17.00 WITA, di Laboratorium
Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar,
dengan dilakukan pengamatan selama 14 hari, di Canopy, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran
pada semua sistem biologi. Pertumbuhan ini digambarkan dengan kurve yang sigmoid. Proses
pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari,
temperatur rendah, perubahan persediaan air. Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi, yang
didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah struktur
dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang (Kaufman, dkk.,
1975).
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena
itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu
pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva
sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya. Pertumbuhan
tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu
maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu
tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua
tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di
dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi
pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosoepomo, 1999).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan
beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahunan, Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah
secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti laju kurva pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya.
Tetapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan organisme, semakin besar organisme semakin cepat
ia tumbuh.
Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara
lambat dan cenderung singkat.Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada
waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan
pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase senescence
ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.
(Salisbury dan Ross, 1996).
Gambar kurva sigmoid (Wikipedia, 2008).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan
beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun, dengan mengambil contoh tanaman jagung.
Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dan waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase
logaritmik, fase linear, dan fase penuaan (Salisbury dan Ross, 1992).
Menurut Michurin, secara garis besar pertumbuhan dan perkembangan tanaman dibagi dalam 3 (tiga) fase,
yaitu (Pustaka, 2008):
a. Fase Embryonis, yaitu fase yang dimulai dari pembentukan zygote sampai terjadinya embrio, yang terjadi di
dalam bakal biji (ovule). Dari zygote diikuti dengan pembelahan sel sesudah itu terjadi pengembangan sel. Fase
embryonis tidak terlihat secara nyata (tidak tergambar dalam kurve) dalam pertumbuhan tanaman, karena
berlangsungnya di dalam biji.
b. Fase Muda (Juveni//Vegetatif) yaitu, fase yang dimulai sejak biji mulai berkecambah, tumbuh menjadi bibit dan
dicirikan oleh pembentukan daun – daun yang pertama dan berlangsung terus sampai masa berbunga dan atau
berbuah yang pertama. Perkecambahan merupakan satu rangkaian yang komplek dari perubahan-perubahan
morfologis, fisiologis, dan biokimia. Proses perkecambahan meliputi beberapa tahap, yaitu imbibisi yaitu proses
penyerapan air oleh benih sehingga kulit benih melunak dan terjadinya hidrasi dari protoplasma, perombakan
cadangan makanan di dalam endosperm, perombakan bahan-bahan makanan yang dilakukan oleh enzym. (
amilase, protease, lipase), karbohidrat dirombak menjadi glukosa, gibberellin mengaktifkan produksi enzim
amilase, embrio menyerap air dan proses perkecambahan dimulai, gibberellin berdifusi dari embrio menuju
lapisan aleuron, sel-sel dalam lapisan aleuron merespon dengan melepaskan enzim pencerna seperti amilase,
enzim mencerna pati di dalam emdosperm menjadi gula dan molekul lain yang diperlukan embrio untuk
tumbuh.
c. Fase Menua dan Aging ( Senil/Senescence ), beberapa faktor luar dapat menghambat atau mempercepat
terjadinya senescence, misalnya penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya
senescence daun, penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence tanaman, pengurangan unsur-
unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat menekan pertumbuhan tanaman yang berarti
mempercepat senescence.
Beberapa cara tersedia dalam pendekatan pada sistem seperti sistem tanaman dengan produk biomassa yang
meningkat secara sigmoid dengan waktu untuk mendapatkan faktor-faktor dan proses hipotetik. Menerapkan
fenomena yang sudah dikenal cukup baik kepada suatu sistem yang sedang dipelajari merupakan suatu pendekatan
yang umum dilakukan. Pada suatu waktu, distribusi zat dalam setiap tempat dalam ruangan akan menunjukkan
hubungan yang berbentuk sigmoid (Sitompul danGuritno, 1995).
Umumnya, tahap pertumbuhan tanaman dibagi menjadi dua fase, yakni fase vegetatif dan fase generatif. Fase
vegetatif terjadi pada perkembangan akar, batang, daun dan batang yang baru, terutama saat awal pertumbuhan atau
setelah massa berbunga dan berbuah (Novizan, 2002).
Pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel (cell
division), pembesaran sel (cell enlargemen), dan diferensiasi (penggandaan) sel (cell differentiation) (Ashari, 1995).
Fase reproduktif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga, buah, dan biji atau
pada perbesaran dan pendewasaan struktur penyimpanan makana, akar-akar dan batang yang berdaging. Dapat
dilihat adanya perubahan dalam berat kering selama kurang lebih 10 hari pertama. Kemudian penurunan berat
terjadi sampai kurang lebih 20 hari berlalu (Heddy, 2001).
Pola pertumbuhan tegakan antara lain dapt dinyatakan dalam bentuk kurva pertumbuhan yang merupakan
hubungan fungsional antara sifat tertentu tegakan, antara lain volume, tinggi, bidang dasar, biomassa, dan diameter
dengan umur tegakan. Bentuk kurva pertumbuhan tegakan yang ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi
pertumbuhan organisme (termasuk tumbuh-tumbuhan), yaitu berbentuk kurva sigmoid (Latifah, 2008).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan yaitu (Wikipedia, 2008).
1. Faktor Luar
a. Air dan mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih
akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.
b. Kelembaban
c. Suhu di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling
baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan.
d. Cahaya mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan faktor penghambat. Etiolasi adalah
pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap. Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap
intensitas cahaya dan panjang penyinaran.
2. Faktor Dalam
a. Faktor hereditas
Faktor gen/hereditas juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman. Apabila gen
induk bagus maka anakan yang dihasilkan juga akan bagus, dan apabila gen induk tidak bagus maka anakan yang
dihasilkan juga tidak bagus.
b. Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan
seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan
sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi
matang.
BAB III
METODE PERCOBAAN

III. 1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah mistar, silet, dan nampan.
III. 2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah biji kacang merah Phasoelus vulgaris, tissue , air, polybag,
tanah.
III. 3 Cara Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini adalah :
1. Merendam biji kacang merah Phaseolus vulgaris selama 2 jam di dalam nampan yang berisi air.
2. Memilih biji yang baik sebanyak 18 biji.
3. Setelah 30 menit merendam, mengupas 3 biji dan membuka kotiledonnya, mengukur panjang pada embrionya
dengan penggaris, kemudian menghitung nilai rata-ratanya.
4. Menanam 25 biji dalam polybag, menyiram dengan air secukupnya dan dipelihara selama 2 minggu.
5. Mengadakan pangamatan sebagai berikut :
a. Mengukur panjang daun pertamanya pada umur 3, 5, 7, 10, 14 hari.
b. Mengukur daun pada umur 3 dan 5 hari yang dilakukan dengan menggali tanah, tiap pengukuran dilakukan
tanpa memotong kecambah.
c. Menentukan rata-rata panjang daun dari tiap-tiap seri pengukuran.
d. Membuat grafik dengan panjang rata-rata daun dan waktu pangukuran sebagai absisa.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
A. Panjang Kotiledon
Biji Panjang (cm)

1 0,8

2 0,5

3 0,6

Rata-rata 0,63

 Diagram Panjang Kotiledon

B. Panjang Daun
- Tabel Pengamatan
Polybag Daun Panjang daun pada hari (Ke-) (cm)
ke-
Ke-3 Ke-5 Ke-7 Ke-10 Ke-14
A 1 0 2,2 4,7 5,2 5,6
2 0 0 0,6 1,5 2
3 0 - - - -
4 0 - - - -
5 0 - - - -
Rata- 0 2,2 2,65 3,35 3,8
rata
B 1 0 1,2 3 3,5 3,9
2 0 2,9 - - -
3 0 1,9 - - -
4 0 - - - -
5 0 - - - -
Rata- 0 2 3 3,5 3,9
rata
C 1 0 1 - - -
2 0 2 - - -
3 0 - - - -
4 0 - - - -
5 0 - - - -
Rata- 0 1,5 - - -
rata
D 1 0 3 5,4 6 6,4
2 0 2,3 3,3 3,9 3,3
3 0 2,3 - - -
4 0 2,4 - - -
5 0 1,6 - - -
Rata- 0 1,86 4,35 4,95 4,85
rata
E 1 0 1 - - -
2 0 - - - -
3 0 - - - -
4 0 - - - -
5 0 - - - -
Rata- 0 1 - - -
rata
Keterangan :
0 : belum tumbuh
- : tanaman mati

- Kurva
IV.2 Pembahasan
Percobaan ini menggunakan kacang merah Phaseolus vulgaris yang bertujuan untuk
mengamati laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji hngga mencapai ukuran tetap pada
tanaman tersebut.
Percobaan ini menggunakan 28 biji, dengan 3 biji diantaranya digunakan untuk mengukur
panjang kotiledonnya dan dihitung rata-ratanya, selanjutnya biji yang tersisa,
yaitu25 biji digunakan untuk mengukur panjang daun dengan ditanam dalam polybag selama 2
minggu, dengan pengukuran di hari ke-3, ke-5, ke-7, ke-10, dan ke-14.
Berdasarkan hasil pengukuran panjang kotiledon diperoleh, panjang kotiledon biji 1, yaitu
0,8 cm, biji 2, yaitu 0,5 cm dan biji 3, yaitu 0,6 cm. Selanjutnya untuk pengukuran panjang daun
setelah pengamatan selama 14 hari dan dengan pengukuran sebanyak 5 kali, dimana titik awal
pengukuran dari daun tersebut diawali pada tangkai dasar dari daun. Setiap pengukuran panjang
daun dari 3 biji selanjutnya dirata-ratakan untuk kemudian dimasukkan dalam sebuah grafik.
Jadi, untuk setiap grafik pengukuran terdiri atas nilai rata-rata dari panjang daun 3 biji untuk
pengukuran sebanyak 5 kali dalam waktu 14 hari.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag A, biji 1, 2, 3, 4, dan 5diperoleh
pada hari ke-3 belum tumbuh. Untuk hari ke-5, diperoleh panjang rata-rata 2,2cm. Pada hari ke-
7, diperoleh panjang rata-rata 2,65 cm. Panjang rata-rata pada hari ke-10 adalah 3,35 cm.
Kemudian, untuk hari ke-14 diperoleh panjang rata-rata 3,8 cm.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag B, biji 1, 2, 3, 4, dan 5, pada
hari ke-3 belum tumbuh, untuk hari ke-5, diperoleh panjang rata-rata 2 cm. Pada hari ke-7,
diperoleh panjang rata-rata 3 cm. Panjang rata-rata pada hari ke-10 adalah 3,5 cm. Kemudian,
untuk hari ke-14 diperoleh panjang rata-rata 3,9 cm.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag C, 1, 2, 3, 4, dan 5,
diperoleh pada hari ke-3 belum tumbuh, untuk hari ke-5, diperoleh panjang rata-rata 1,5 cm.
Pada hari ke-7 sampai hari ke-14 tanaman mati.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag D, biji 1, 2, 3, 4, dan 5,
diperoleh pada hari ke-3 tanaman belum tumbuh. Selanjutnya, untuk hari ke-5, diperoleh panjang
rata-rata 1,86 cm. Pada hari ke-7, diperoleh panjang rata-rata 4,35 cm. Panjang rata-rata pada
hari ke-10 adalah 4,95 cm. Kemudian, untuk hari ke-14 diperoleh panjang rata-rata 4,85 cm.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag E, biji 1, 2, 3, 4, dan 5,diperoleh
pada hari ke-3 tanaman belum tumbuh, untuk hari ke-5, diperoleh panjang rata-rata 1 cm. Pada
hari ke-7 sampai ke-14 tanaman mati.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran panjang daun dari 25 biji kacang
merah Phaseolus vulgaris diperoleh pertumbuhan daun yang semakin hari semakin panjang yang
berarti bahwa biji tersebut mengalami pertumbuhan yang dapat dilihat dari polybag A, B, dan D.
Percobaan ini juga mengacu pada teori mengenai kurva sigmoid, namun berdasarkan
pengamatan yang telah digambarkan dalam bentuk grafik, tidak nampak pembentukan kurva
sigmoid. Hal ini, disebabkan karena waktu pengamatan yang relatif singkat, pengamatan hanya
sampai ketika pertumbuhan mencapai fase linier, dimana pertumbuhan bertambah seiring dengan
berjalannnya waktu. Kemudian, pengamatan pada hari terakhir pertumbuhan belum mengalami
fase penuaan, dikarenakan nutrisi pada tempat tumbuhnya belum mengalami kekurangan.
Dikatakan kurva sigmoid apabila fase pertumbuhannya lengkap, seperti fase logaritmit,
fase linear, dan fase penuaan. Dari hasil pengamatan yang diperoleh tidak terlihat laju
pertumbuhan panjang daun pada kacang hijau yang membentuk kurva sigmoid yang bentuknya
seperti huruf S. Hal ini disebabkan karena adanya faktor eksternal seperti kekurangan air, dimana
pada saat pengamatan selama 2 minggu kurangnya pasokan air yang diberikan pada tanaman
kacang hijau tersebut, selain itu lingkungan yang kurang mendukung untuk melakukan
pertumbuhan dengan baik. Proses pertumbuhan ini dipengaruhi oleh faktor internal seperti gen
dan hormon, dan faktor eksternal, seperti cahaya, nutrisi, air, kelembaban, dan sebagainya.
Pada polybag D dan E banyak biji kacang merah tidak tumbuh yang kemungkinan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu dimakan oleh bekicot.

BAB V
PENUTUP

V.I Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa laju tumbuh pada daun
kacang hijau Phaseolus radiatus tidak mengalami pertumbuhan secara sempurna, dimana tidak
membentuk kurva sigmoid yang seharusnya laju tumbuh daun ini membentuk kurva
sigmoid karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi.
V.2 Saran
Sebaiknya untuk pengamatan ini diberikan tempat yang lebih baik agar tanaman yang
diamati tumbuh dengan baik.
KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN

PERCOBAAN 11
KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN
Salah satu ciri kehidupantumbuhan adalah bahwa tumbuhan itu mengalami proses tumbuh.
Tumbuh adalah kenaikan volume yang bersifat tidak dapat balik. Besarnya pertumbuhan
persatuan waktu disebut laju tumbuh. Laju tumbuh suatu tumbuhan atau bagiannya berubah
menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik dengan laju
tumbuh pada ordinat dan waktu pada absisa, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentu S
atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid pertumbuhan ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-
bagiannya, ataupun sel-selnya.
Kurva sigmoid berguna bagi para ahli dalam melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut
tentag pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, karena menunjukkan tahapan-tahapan
perkembangan. Dalam percobaan yang menggunakan tumbuhan hidup, fase perkembangan
tanaman perlu diperhatikan untuk dapat menganalisa suatu fenomena dengan tepat.
Para ahli biologi dan matematika telah berusaha untuk merumuskan suatu persamaan
matematika dari kurva tumbuh. Diharapkan dengan persamaan semacam itu dapat diperkirakan
secara tepat pertumbuhan mulai dari kecambah sampai masa panen, hanya dengan menggunakan
data pertumbuhan pada fase-fase dini. Hal ini penting sekali untuk tujuan pengembangan teori
maupun untuk keperluan praktis.
Tujuan:
Meneliti tumbuh daun sejak dan embrio dalam biji sampai daun mencapai ukuran tetap
pada tanaman kacang jogo.
Bahan dan alat:
Bahan tanaman : Kacang jogo (Phaseolus vulgaris)
Alat-alat : kertas milimeter atau penggaris, pisau silet, pot berisi campuran pasir dan
tanah dengan perbandingan 1:1.
Cara Kerja:
1. Randam biji kacang jogo selama 2 sampai 3 jam dalam gelas piala.
2. Pilih 30 biji yang baik untuk percobaan ini.
3. Kupas 3 biji dan buka kotiledonnya, ukur panjang daun embrionya dengan kertas milimeter blok
atau penggaris, kemudian hitung nilai rata-ratanya.
4. Tanam biji dalam pot, siram dengan air secukupnya, dan pelihara dalam rumah kaca selama 4
minggu. Adakan pengamatan sebagai berikut:
a. Ukurlah panjang dari pangkal petiolnya hingga ujung daun pada umur 3, 5, 7, 9, 12,
15, 18, 21, 24, dan 28.
b. Pengukuran daun pada umur 3 dan 5 hari hari dilakukan dengan menggali biji. Tiap
pengukuran dilakukan terhadap tiga tanaman. Jangan menggunakan biji-biji yang
kelihatan tidak berkecambah.
c. Pengukuran selanjutnya tanpa memotong kecambah/ tanaman kacan jogo. Gunakan
selalu 3 tanaman yang sama untuk pengukuran lanjutan ini.
d. Tentukan rata-rata panjang daun dari tiap-tiap seri pengukuran.
5. Buatlah grafik dengan panjang daun dari tiap-tiap daun sebagai ordinat dan waktu pengukuran
sebaai absisa.
Hasil
Hasil pengamatan dari percobaan ini ditunjukkan oleh tabel berikut :

1. Panjang daun pada embrio

Embrio Panjang embrio


1 0,5 cm
2 0,3 cm
3 0,3 cm
Rata-rata 0,37 cm

2. Panjang daun pada kecambah


Hari / Tanggal
Kamis/
22 Maret, Minggu/ Rabu/ Sabtu/ Senin/
Daun
5 April, 25 Maret 28 Maret, 31 Maret, 02 April
ke-
dan 12 dan 8 April 11 April 14 April dan 16
April 2012 2012 2012 April 2012
2012
1 1,5 cm 4.4cm 7,5 cm 9,5 cm 10,2 cm
2 2.3 cm 4.7 cm 8,8 cm 9,7 cm 10,5 cm
3 2,5 cm 4.3 cm 6.9 cm 8,2 cm 9,5 cm
Rata-
2.1 cm 4.5 cm 7.7 cm 9.1 cm 10,1 cm
rata
1 10,5 cm 11 cm 11,5 cm 11,8 cm 12,1 cm
2 10,5 cm 10,8cm 11,2 cm 11,4 cm 11,8 cm
3 10 cm 10,2 cm 10,5 cm 10,8 cm 11,2 cm
Rata-
10,3 cm 10,7 cm 11,1 cm 11,3 cm 11,7 cm
rata

Berikut adalah grafik hubungan antara umur dan panjang tanaman


Grafik 1. Hubungan umur tanaman dengan panjang tanaman.
Keterangan:
P: Panjang tanaman
U: Umur tanaman
Pembahasan
Pertumbuhan tanaman adalh bertambahnya volume yang bersifat ireversible atau tidak dapat
balik. Besarnya pertumbuhan persatuan waktu disebut aju tumbuh. Pertumbuhan merupakan
proses kuantitatif yang dapa diukur. Perkembangan tumbuhan merupakan proses perubahan yang
menyertai pertumbuhan, menuju tingkat pemetangan atau kedewasaan makhluk hidup (Noviasri
Putri, 2010). Perkembangan merupakan proses kualitatif yang tidak dapat di ukur.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh fakor-faktor tertentu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu: faktor luar dan dalam.
Banyak faktor alasan atau penyebab yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tumbuh-
tumbuhan, tanaman, pohon, dll. Apabila faktor tersebut kebutuhannya tidak terpenuhi maka tanaman tersebut
bisa mengalami dormansi / dorman yaitu berhenti melakukan aktifitas hidup. Faktor-faktor tersebut meliputi
faktor luar dan faktor dalam.
Beberapa faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangn antara lain temperatur
lingkungan, tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan
juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius
sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti. Kelembaban udara, kadar air dalam udara dapat
mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi
tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan
berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat. Cahaya matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk
dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari,
maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah,
justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.
Faktor dalam salah satunya adalah hormon tumbuh. Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan
penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan
sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan
pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang (Miftahudin, et al, 2010).
Fase pertumbuhan pada tumbuhan dimulai dengan tiga kegiatan yang merupakan pertumbuhan primer,
yaitu: pembelahan sel yang terjadi pada daerah titik tumbuh akar dan batang serta pada jaringan kambium,
pemanjangan sel yang terjadi pada meristem primer yang mengalami pembelahan secara apikal sehingga
mengakibatkan batang dan akar bertambah panjang dan diferensiasi sel yang terjadi pada daerah meristem di
ujung batang membentuk daun muda menyelubungi bagian ujung membentuk tunas kuncup. Pada tumbuhan
tertentu selain mengalami pertumbuhan primer juga mengalami pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan ini
disebabkan oleh aktifitas jaringan kambium yang meliputi: kambium gabus (felogen), ke luar membentuk felem
dan ke dalam membentuk feloderm, kambium fasis yang membentuk xylem dan floem sekunder, dan kambium
interfasis yang membentuk membentuk jari-jari empulur.
Fase perkembangan tanaman meliputi spesialiasi, diferensiasi, histogenesis, organogenesis dan
gametogenesis. Spesialisasi meliputi pembelahan sel-sel menjadi jaringan atau organ tubuh tumbuhan
tertentu. Diferensiasi meliputi proses spesifikasi sel proses dimana ektoderm, endoderm, dan mesoderm
berkembang menjadi organ-organ internal organisme dan terbentuknya protein baru dalam sel. Histogenesis
adalah suatu proses diferensiasi dari sel yang semula belum mempunyai fungsi menjadi sel yang mempunyai
fungsi khusus. Dengan kata lain, histogenesis adalah differensiasi kelompok sel menjadi jaringan, organ, atau
organ tambahan. Organogenesis adalah proses dimana ektoderm, endoderm, dan mesoderm berkembang
menjadi organ-organ internal organisme. Gametogenesis adalah peroses terbentuknya organ reproduksi
seperti bunga (Campbell dan Reece, 2002).
Berdasarkan data yang diperoleh, laju pertumbuhan tanaman berlangsung cepat saat tanaman berumur 3-
9 hari, kemudian saat tanaman telah berumur lebih dari 12 hari fase pertumbuhannya berlangsung lambat dan
relatif stabil. Bahkan seharusnya daun tanaman percobaan yang diukur telah mati saat umur tanaman telah
lebih dari 28 hari. Matinya daun tanaman percobaan disebabkan oleh faktor umur tanaman. Semakin tua umur
tanaman, maka pertumbuhan dan perkembangan akan berlangsung secara lambat bahkan mati. Menuanya
tanaman juga berakibat pada menuanya sel-sel jaringan yang ada pada tanaman tersebut.
Garfik hubungan antara umur dan panjang tanaman menunjukkan bahwa telah terjadi kesalahan yang
dilakukan oleh praktikan dalam melakukan percobaan. Panjang tanaman pada saat tanaman telah berumur di
atas 21 hari seharusnya tidak mengalami pertamahan panjang yang cukup signifikan, sehingga titik temu
antara umur dan panjang tanaman seharusnya rata atau bahkan turun, karena seharusnya tanaman
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang lambat setelah tanaman berumur 21 hari.
Kesalahan-kesalahan yang muncul dalam praktikum ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
kesalahan alat ukur dan kesalahan praktikan dalam melakukan pengamatan. Kesalahan alat ukur yang
digunakan misalnya garis-garis slaka yang ada pada alat ukur telah rusak, sehingga saat dilakukan pengukran
terjadi kesalahan dalam membaca skala. Kesalahan yang dibuat praktikan dapat berupa salah dalam
membaca alat ukur dan malas dalam melakukan pemeliharaan tanaman percobaan, sehingga baanyak
tanaman yang mengalami kekeringan kemudian mati dan berakibat pada digantinya tanaman yang diamati.
Adanya pergantian tanaman menyababkan adanya perbedaan data yang diperoleh, karena setiap individu
tanaman mempunyai waktu yang berbeda-beda untuk proses pertumbuhan dan perkembangan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tanaman memiliki perbedaan
waktu untuk proses perkembangan dan pertumbuhannya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu faktor dalam yang meliputi hertitabilitas dan hormon, serta faktor luar yang meliuputi suhu, kelembaban
udara, cahaya dan sebagainya.
Dafar Pustaka
Noviasri, Putri. 2010. Kunci Hafalan Biologi SMA. Yogyakarta: Jogja Bangkit
Publisher.
Miftahudin, et al. 2010. Fisiologi Tumbuhan Dasar. IPB: Dapartemen Biologi FMIPA.
Campbell dan Reece. 2002. Biologi Edisi Dua Jilid kelima. Jakarat: Erlangga.

JAWABAN PERTANYAAN
1. Fase tumbuhan linier adalah fase yang menunjukkan bahwa pertumbuhan
tanaman berlangsung secara konstan.
2. Dari hasil pengamatan, sejak embrio terjadi pertumbuhan tanaman, baik batang,
akar, maupun kacang jogo. Dari hasil pengukuran batang, pada awal masa pertumbuhan
batang relative lambat, kemudian terus meningkat. Begitu pula dengan pertumbuhan
daun, awalnya lambat lalu terus meningkat jumlahnya. Fase pertumbuha ini disebut
sebagai fase logaritmik. Setelah mengalami fase logaritmik, baik batang maupun daun
mengalami pertumbuhan yang relative konstan pada hari ke-13 sampai hari ke-24. Fase
konstan ini disebut juga fase linier. Fase pertumbuhan selanjutnya adalah fase penuaan,
yaitu pertumbuhan tanaman menurun akibat penuaan dan telah mencapai kematangan.
Fase penuaan ini dapat diamati pada jumlah daun yang berkurang dan mulai mengalami
kelayuan. Akan tetapi, pada saat dilakukan pengukuran panjang batang masih mengalami
pertambahan ukuran.
3. Pengukuran laju tumbuh dalam berat kering akan mempengaruhi kurva sigmoid.
Karena besar kecilnya berat kering sangat gantung dengan hasil fotosintesis. Apabila
hasil fotosintesis menurun, akan mengakibatkan menurunnya berat kering, dan juga
sebaliknya. Produksi fotosintat yang lebih besar memungkinkan membentuk seluruh
organ tanaman yang lebih besar, seperti daun dan akar yang kemudian menghasilkan
produksi bahan kering yang lebih besar. Sedangkan pengukuran laju pertumbuhan
menggunakan kurva sigmoid memiliki tiga fase, yaitu fase logaritmik, fase linier, dan
fase penuaan.

KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN Juni 28, 2010

Filed under: Uncategorized — arcturusarancione @ 8:04 PM

1. Tujuan

Meneliti laju tumbuh daun sejak dan embrio dalam biji sampai daun mencapai ukuran tetap pada tanaman kacang jogo.

1. Pendahuluan

Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan bagi makhluk hidup; baik manusia, hewan,
maupun tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara signifikan seiring
dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman. Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan
dapat dinyatakan dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan.
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh
digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu
kurva berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya
ataupun sel-selnya (Latunra, dkk., 2009).
Suatu hasil pengamatan pertumbuhan tanaman yang paling sering dijumpai khususnya pada tanaman setauun adalah
biomassa tanaman yang menunjukkan pertambahan mengikuti bentuk S dengan waktu, yang dikenal dengan model
sigmoid. Biomassa tanaman mula-mula (pada awal pertumbuhan) meningkat perlahan, kemudian cepat dan akhirnya
perlahan sampai konstan dengan pertambahan umur tanaman. Liku demikian dapat simetris ,yaitu setengah bagian
pangkal sebanding dengan setengah bagian ujung jika titik belok terletak diantara dua asimtot. Bentuk kurva sigmoid
untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam
lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan
lingkungan (Tjitrosomo, 1999).
III. Hasil Pengamatan
Tabel Panjang Rata-Rata Daun Kacang Jogo (mm)
Umur Tanaman (hari) Panjang Rata-Rata Daun (mm)
0 10,67
3 29
5 45,33
7 55
9 76,67
12 108,33
18 120
21 123
24 145,67
28 147
IV. Pembahasan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam ukuran pada sistem biologi. Secara
umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel,
banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara
satu sama lain. Pertambahan volume sel dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa
dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel (Kaufman, 1975).
Pola pertumbuhan sepanjang suatu generasi secara khas dicirikan oleh suatu fungsi pertumbuhan yang disebut kurva
sigmoid. Jangka waktunya mungkin bervariasi kurang dari beberapa hari sampai bertahun-tahun , tergantung pada
organisme tetapi pola kumpulan sigmoid tetap merupakan cirri semua organisme, organ, jaringan, bahkan penyusun sel.
Apabila massa tumbuhan, volume, luas daun, tinggi atau penimbunan bahan kimia digambarkan dalam kurva berbernuk S
atau kurva sigmoid. Misalnya pertumbuhan kecambah, yang pertumbuhannya lambat dinamakan fase eksponensial, fase
ini relative pendek dalam tajuk budidaya . Selanjutnya fase linear yaitu massa yang berlangsung cukup lama dan
pertumbuhan konstan. Fase yang terahhir adalah fase senescence, yaitu fase pematangan tumbuhan atau fase penuaan (
Gardner.F.P.1999).
Fase pertumbuhan eksponensial juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara
lambat dan senderung singkat, mengikuti nilai logaritmik dari volume tumbuhan. Pada fase linier, pertambahan ukuran
berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan
ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju
tumbuh dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah
mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury.F.B.1995).
Praktikum ini membahas mengenai pertumbuhan tanaman berbentuk kurva sigmoid pada kacang jogo. Praktikan
menggunakan 3 tumbuhan kacang jogo yang diberikan kode A, B, dan C. Hasil angka pertumbuhan ketiga tanaman ini
kemudian dirata-ratakan sehingga menghasilkan nilai yang tercantum di dalam table dan grafik. Berdasarkan tabel dan
grafik di atas, terlihat bahwa kurva pertumbuhan menunjukkan angka yang semakin tinggi setiap pertambahan umur
tanaman. Tahap awal pertumbuhan kacang jogo, cenderung lambat tetapi kemudian meningkat. Hal ini merupakan fase
pertama dalam pertumbuhan, yaitu fase logaritmik. Fase selanjutnya berlangsung secara konstan pada hari 5-7, disebut
sebagai fase linier. Pertumbuhan paling drastis/pesat terjadi ketika tanaman berumur 9-12 hari. Hal tersebut terlihat dari
grafik yang semakin curam. Memasuki hari ke 21-23 dan 24-28, pertumbuhan cenderung melambat. Pertambahan
panjang daun tidak terlalu besar, hanya sekitar 3 mm saja. Data ini menyatakan bahwa saat itu tumbuhan telah memasuki
fase penuaan, yang dicirikan oleh laju pertumbuhan yang cenderung menurun saat tumbuhan sudah mencapai
kematangan dan mulai menua.
Pembuatan kurva sigmoid atau laju pertumbuhan ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor tumbuh, yaitu : Faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi : iklim (Cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin, dan gas),
Edafatik atau tanah (tekstur, struktur, bahan organik, dan kapasitas tukar kation) serta biologis (gulma, serangga,
organisme penyebab penyakit, nematoda ,macam-macam tipe herbivora, dan mikroorganisme tanah). Sedangkan faktor
internal terdiri dari : (1) Ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis, (2) Laju fotosintesis, (3) respirasi, (4)
Klorofil, karotein, dan kandungan pigmen lainnya, (5) pembagian hasil asimilasi N, (6) tipe dan letak merisitem, (7)
kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan, (8) Aktivitas enzim, (9) Pengaruh langsung gen ( Heterosis, epistasi ), dan
(10) Differensiasi (http://fheeyra.blogspot.com).

1. Kesimpulan

Kurva sigmoid menyatakan laju pertumbuhan tanaman pada tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya, maupun sel-selnya.
Kurva sigmoid berbentuk huruf S, yang menggambarkan 3 fase dalam pertumbuhan tanaman, yaitu : fase eksponensial
(logaritmik), fase linear (konstan), dan fase penuaan (penurunan). Ketiga fase ini berkorelasi dengan umur dan tahapan
pertumbuhan tanaman. Selain tu, pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi : faktor eksternal
maupun faktor internal.

1. Daftar Pustaka

[Anonim]. 2010. Kurva Sigmoid [terhubung berkala]. http://fheeyra.blogspot.com/kuva-sigmoid-fisiologi-tumbuhan.html


(22 Mei 2010)
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Kaufman. 1975. Laboratory Experiment in Plant Physiology. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Latunra. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Edisi Keempat. ITB-Press: Bandung.
Tjitrosomo, G. 1999. Botani umum 2. Angkasa : Bandung

1. Jawaban Pertanyaan
1. Fase pertumbuhan linier adalah pertambahan ukuran bagian tubuh tumbuhan yang berlangsung secara
konstan, pada umumnya pada laju maksimum selama beberapa waktu. Laju pertumbuhan yang konstan
ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman.
2. Di seputar kubah apical dari meristem apikal tajuk. Tahapannya adalah : (1) organogenesis; sel-sel
diseputar kubah apikal dari meristem apikal tajuk membelah secara cepat, tumbuh mencuat keluar dan
menghasilkan primordia daun yang akan berkembang menjadi daun. (2) perkembangan suborgan; beberapa
daerah primordia terdiferensiasi menjadi bagian-bagian spesifik daun mengikuti 3 poros. (3) diferensiasi sel
dan jaringan; dalam perkembangannya, terjadi diferensiasi jaringan dan sel.
3. Ya. Diduga jika kurva dinyatakan dalam berat kering maka titik awal tidak dimulai dari nol (0). Berat kering
juga akan mengalami penurunan (kondisi biji kering) dan meningkat dengan cepat pada proses
pendewasaan sel. Sehingga kurva yang didapat tidak dapat dipastikan sebagai kurva sigmoid. Berat kering
juga bukan merupakan ukuran yang tidak dapat balik yang berubah menurut waktu sehingga tidak
menggambarkan laju pertumbuhan dengan baik.

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

PERCOBAAN IV

KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN

Nama : Hildayani

Nim : H41107025

Kelompok : II (Dua)

Tgl. Percobaan : 14 Mei 2009

Asisten : Masira Salahuddin

LABORATORIUM
BOTANI JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR
2009

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Proses pertumbuhan merupakan hal yang lazim bagi setiap tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan terjadi

penambahan volume yang signifikan. Seiring berjalannya waktu pertumbuhan suatu tanaman terus bertambah.

Proses tumbuh sendiri dapat dilihat pada selang waktu tertentu, di mana setiap pertumbuhan tanaman akan

menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan (Latunra, dkk.,
2009).

Banyak peneliti merajahkan ukuran atau bobot organisme terhadap waktu, dan ini menghasilkan kurva

pertumbuhan. Walaupun proses metabolik dan proses fisika yang menghasilkan kurva pertumbuhan terlalu rumit

untuk dijelaskan dengan menggunakan model sederhana, kurva sederhana sering berguna dalam perujukan

berbagai data yang terukur. Lagipula, koefisien yang harus dimasukkan, agar persamaan cocok dengan kurva,

dapat digunakan untuk mengelompokkan efek suatu perlakuan percobaan (misalnya, metode pemberian irigasi

atau zat pengatur tumbuh) pada pertumbuhan organ tumbuhan atau tumbuhan yang diamati (Salisbury dan Ross,
1995).

Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh

digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan

suatu kurva berbentuk huruf s atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-
bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra, dkk., 2009).

Percobaan ini diadakan dengan melihat berapa rata-rata pertumbuhan daun dengan menggunakan kurva sigmoid
tersebut.

I.2 Tujuan percobaan

Tujuan diadakannya percobaan ini adalah untuk mengamati laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji hingga
daun mencapai ukuran tetap pada tanaman kacang merahPhaseolus vulgaris.

I.3 Waktu dan Tempat


Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar. Dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 14 Mei 2009, pukul
15.00 – 16.00 WITA.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam ukuran pada sistem biologi.

Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena organisme multisel tumbuh dari zigot,

pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan

tingkat kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain.

Pertambahan volume sel dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan
akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel (Kaufman, dkk., 1975).

Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan di antaranya adalah faktor genetik untuk internal dan faktor

eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu, air, dan hormon. Untuk proses perkecambahan banyak di

pengaruhi oleh faktor cahaya dan hormon, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut leteratur

perkecambahan di pengaruhi oleh hormon auxin, jika melakukan perkecambahan di tempat yang gelap maka akan

tumbuh lebih cepat namun bengkok, hal itu disebabkan karena hormon auxin sangat peka terhadap cahaya, jika

pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan di tempat yang perkecambahan akan terjadi relatif lebih lama, hal itu

juga di sebabkan pengaruh hormon auxin yang aktif secara merata ketika terkena cahaya. Sehingga di hasilkan
tumbuhan yang normal atau lurus menjulur ke atas (Soerga, 2009).

Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan dan koordinasi respons
sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini

dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme respons tumbuhan

yang meningkatkan keberhasilan reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya perencanaan yang
disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Campbell, 2002).

Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan volume sel

merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein, organel-organel dan bahan-bahan penyusun sel yang lain. Sedang

pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel. Pertumbuhan akar tanaman merupakan hasil dari
pertumbuhan jumlah sel dan pertambahan volume sel secara bersama-sama (Soerga, 2009).

Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih jauh letaknya dari ujung daripada daerah
pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung (tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap
lokus pada akar tidak diketahui pertambahan panjang terbesar dikarenakan kecambah mati (Salisbury dan Ross,
1995).

Teorinya, semua ciri pertumbuhan bisa diukur, tapi ada dua macam pengukuran yang lazim digunakan untuk

mengukur pertambahan volume atau massa. Yang paling umum, pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena

organisme multisel tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah

sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur. Pertambahan

volume (ukuran) sering ditentukan denagn cara mengukur perbesaran ke satu atau dua arah, seperti panjang

(misalnya, tinggi batang) atau luas (misalnya, diameter batang), atau luas (misalnya, luas daun). Pengukuran

volume, misalnya dengan cara pemindahan air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur
berulang-ulang pada waktu yang berbeda (Salisbury dan Ross, 1995).

Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu

maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan

terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi

penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk
tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Solin, 2009).

Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman
kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen (Anonim, 2008).

Beberapa cara tersedia dalam pendekatan pada sistem seperti sistem tanaman dengan produk biomassa yang

meningkat secara sigmoid dengan waktu untuk mendapatkan faktor-faktor dan proses hipotetik. Menerapkan

fenomena yang sudah dikenal cukup baik kepada suatu sistem yang sedang dipelajari merupakan suatu pendekatan

yang umum dilakukan. Pada suatu waktu, distribusi zat dalam setiap tempat dalam ruangan akan menunjukkan
hubungan yang berbentuk sigmoid (Solin, 2009).

Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali, yaitu

fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat

pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme. Semakin besar

organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase

penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai
menua (Solin, 2009).

Laju pertumbuhan relative (relative growth rate) menunjukkan peningkatan berat kering dalam suatu interval
waktu dalam hubungannya dengan berat asal. Dalam situasi praktis, rata-rata pertumbuhan laju relative dihitung
dari pengukuran yang di ambil pada waktu t1dan t2 (Susilo, 1991)
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik,

fase linier, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan

waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada

fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang
menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Solin, 2009).

Pertumbuhan kacang hijau (Phaseolus radiatus) jika digambarkan dalam grafik akan membentuk kurva sigmoid

(bentuk S). Kurva ini menggambarkan baik pertumbuhan tinggi tanaman maupun jumlah daun. Keduanya dalam

bentuk sigmoid. Hal ini sesuai dengan literatur Tjitrosomo (1991) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman

mula-mula lambat, kemudian berangsur-berangsur menjadi lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya

laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik dalam waktu tertentu akan terbentuk kurva sigmoid
(bentuk S) (Solin, 2009).

Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio dengan menggunakan kurva sigmoid juga memiliki hubungan

erat dengan perkecambahan biji tersebut yang otomatis juga dipengaruhi oleh waktu dormansi karena periode

dormansi juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak biji. Ada bukti bahwa pencegah kimia terdapat

di dalam biji ketika terbentuk. Pencegah ini lambat laun dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai

untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya menjadi baik. Waktu dormansi berakhir umumnya

didasarkan atas suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Untuk tunas dan biji dormansi dinyatakan berhasil

dipecahkan jika 50 % atau lebih dari populasi biji tersebut telah berkecambah atau 50% dari tunas yang diuji telah

menunjukkan pertumbuhan. Bagi banyak tumbuhan angiospermae di gurun pasir mempunyai pencegah yang telah

terkikis oleh air di dalam tanah. Dalam proses ini lebih banyak air diperlukan daripada yang harus ada untuk
perkecambahan itu sendiri. (Kimball, 1992).

Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju
pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan

organisme, semakin besar organisme, semakin cepat pula ia tumbuh. Pada fase linier, pertambahan ukuran

berlangsung secara konstan, biasanya pada laju maksimum selama beberapa waktu lamanya. Tidak begitu jelas

mengapa laju pertumbuhan pada fase ini harus konstan, dna bukan sebanding dengan peningkatan ukuran

organisme. Tapi, pada batang tak bercabang, fase linier tersebut disebabkan hanya oleh aktivitas yang konstan

dari meristem apikalnya. Fase penuaan dicirikan oleh pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai
kematangan dan mulai menua (Salisbury dan Ross, 1995).

BAB III

METODE PERCOBAAN
III. 1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah penggaris milimeter, pisau, toples/wadah dan kayu kecil.

III. 2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah biji kacang merah Phaseolus vulgaris, tanah, air, polybag.

III. 3 Cara Kerja

Prosedur kerja dari percobaan ini adalah :

1. Merendam biji kacang merah selama 2 jam di dalam nampan/toples yang berisi air.

2. Memilih biji yang baik sebanyak 28 biji.

3. Setelah 2 jam merendam, mengupas 3 biji dan membuka kotiledonnya mengukur panjang pada embrionya

dengan penggaris, kemudian menghitung nilai rata-ratanya.

4. Menanan 25 biji dalam polybag, menyiram dengan air secukupnya dan dipelihara selama 2 minggu.

5. Mengadakan pengamatan sebagai berikut :

1. Mengukur panjang daun pertamanya pada umur 3, 5, 7, 10, dan 14 hari.

2. Mengukur daun pada umur 3 dan 5 hari yang dilakukan dengan menggali tanah, tiap pengukuran

dilakukan tanpa memotong kecambah.

3. Menentukan rata-rata panjang daun dari tiap-tiap seri pengukuran.

4. Membuat grafik dengan panjang rata-rata daun dan waktu pengukuran sebagai absisa.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan dari percobaan ini ditunjukkan oleh tabel berikut :

1. Panjang daun pada embrio

Embrio Panjang embrio

1 0,5 cm

2 0,6 cm

3 0,6 cm
Rata-rata 0,6 cm

1. Panjang daun pada kecambah

Hari / Tanggal

Minggu/ Selasa/ Kamis/ Minggu/ Kamis/


Daun ke-

17 Mei 2009 19 Mei 2009 21 Mei 2009 24 Mei 2009 28 Mei 2009

1 1,5 cm 3,8 cm 5,4 cm 6,7 cm 7,1 cm

2 1,5 cm 3,4 cm 5,1 cm 5,4 cm 5,6 cm

3 2,5 cm 2,9 cm 3,4 cm 5,4 cm 5,6 cm

Rata-rata 1,8 cm 3,4 cm 4,6 cm 5,8 cm 6,1 cm

4 - 2,5 cm 4,5 cm 5,2 cm 5,4 cm

5 - 4 cm 6,1 cm 6,6 cm 7 cm

6 - 3,1 cm 4,8 cm 5,4 cm 5,8 cm

Rata-rata - 3,2 cm 5,1 cm 5,7 cm 6,1 cm

7 - 3,2 cm 5,2 cm 6,1 cm 6,2 cm

8 - 3,5 cm 5 cm 5,9 cm 6,1 cm

9 - 4 cm 5,8 cm 6,1 cm 6,2 cm

Rata-rata - 3,6 cm 5,3 cm 6,0 cm 6,2 cm

10 - 3,2 cm 4,1 cm 5,6 cm 5,9 cm

11 - 2,8 cm 3,7 cm 4,5 cm 4,6 cm

12 - 3,4 cm 5,2 cm 5,6 cm 5,9 cm

Rata-rata - 3,1 cm 4,3 cm 5,2 cm 5,5 cm

13 - 3,4 cm 3,9 cm 4,2 cm 4,5 cm

14 - 3,3 cm 3,8 cm 4,7 cm 5 cm

15 - 3,8 cm 5 cm 5,5 cm 5,9 cm

Rata-rata - 3,5 cm 4,2 cm 4,8 cm 5,1 cm

16 - 3,6 cm 4 cm 5,6 cm 5,8 cm

17 - 3,7 cm 5,5 cm 6,2 cm 6,3 cm

18 - 2,9 cm 3,4 cm 4 cm 4,2 cm

Rata-rata - 3,4 cm 4,3 cm 5,3 cm 5,4 cm

19 - 3,6 cm 4,1 cm 4,5 cm 4,8 cm

20 - 2 cm 3,4 cm 4,1 cm 4,4 cm

21 - 3 cm 4 cm 4,8 cm 5,2 cm
Rata-rata - 2,9 cm 3,8 cm 4,5 cm 4,8 cm

22 - 3 cm 3,8 cm 4,1 cm 4,5 cm

23 - 2,9 cm 3 cm 3,1 cm 4,5 cm

24 - 3,3 cm 4 cm 4,4 cm 5 cm

Rata-rata - 3,1 cm 3,6 cm 3,9 cm 4,7 cm

IV.2 Grafik

IV.3 Pembahasan

Pada percobaan ini menggunakan kacang merah Phaseolus vulgaris yang bertujuan untuk mengamati daun dari

embrio dalam biji sampai mencapai ukuran tetap pada tanaman tersebut. Biji yang digunakan adalah sebanyak 28

biji di mana 3 biji dikupas kulitnya dan dibuja kotiledonnya, kemudian diukur panjang embrionya. Lalu dihitung

panjang rata-ratanya. Hal ini dilakukan sesuai dengan tujuan yaitu untuk mengamati daun dari embrio. Dari hasil
pengukuran diperoleh panjang rata-rata embrio yaitu 0,6 cm.

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh hasil pengamatan sebanyak 5 kali dengan

pengukuran pada kedua helai daunnya, dimana titik awal pengukuran dari daun tersebut diawali pada tangkai
dasar induk daun.

Pada pengamatan I, batang tertinggi terdapat pada tanaman ke-3 dengan panjang daun 2,5 cm dan terpendek

yaitu 1,5 cm pada tanaman ke-1 dan ke-3. Akan tetapi, pada daun tanaman 4-25 belum dapat untuk diukur karena
panjangnya belum pantas untuk diperhitungkan.

Untuk daun tanaman pada pengamatan II, daun terpanjang adalah 4 cm pada tanaman ke-9 dan daun terpendek

adalah 2 cm pada tanaman ke-20. Untuk pengamatan III, daun terpanjang adalah 5,8 cm pada tanaman ke-9 dan

daun terpendek adalah 3 cm pada tanaman ke-23. Untuk pengamatan IV, daun terpanjang terdapat pada tanaman

ke-1 dengan panjang daun 6,7 cm dan daun terpendek adalah pada tanaman ke-23 dengan panjang daun 3,1 cm.

Untuk pengamatan V, daun tanaman terpanjang adalah 7,2 cm pada tanaman ke-25 dan daun tanaman terpendek
adalah 4,2 cm pada tanaman ke-18.

Setelah melakukan pengamatan tersebut didapatkan kurva yang tidak berbentuk huruf S yang berarti bahwa

pengamatan tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman jika dibuatkan kurva akan

berbentuk huruf S. Hal ini mungkin disebbakan karena pada pengamatan terakhir daunnya belum mencapai ukuran

tetap (belum mengalami fase penuaan) walaupun laju pertumbuhan tanaman meningkat sehingga kurvanya tidak
menunjukkan kurva berbentuk S. Tumbuhan dalam pertumbuhannya mengalami tiga fase pertumbuhan yaitu fase
logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Proses pertumbuhan ini dipengaruhi bebrapa faktor internal seperti gen
dan hormon pertumbuhan dan faktor eksternal seperti cahaya, nutrisi, air, kelembaban, dan sebagainya.

Adanya perbedaan panjang daun dari masing-masing tanaman ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Kualitas biji Kacang merah Phaseolus vulgaris

2. Sulitnya pematahan dormansi

3. Kurangnya unsur hara dalam tanah

4. Kurangnya penyiraman atau pemberian air terhadap tanaman

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses pertumbuhan ini dipengaruhi oleh bebrapa faktor internal seperti gen dan hormon pertumbuhan

dan faktor eksternal seperti cahaya, nutrisi, air, kelembaban, dan sebagainya.

2. Tumbuhan dalam pertumbuhannya mengalami tiga fase pertumbuhan yaitu fase logaritmik, fase linier,

dan fase penuaan.

3. Laju pertumbuhan tanaman meningkat sebanding dengan waktu.

SEP

23

Laporan Kurva Sigmoid

-->
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……………………………………………………………... i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. iii

1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………………………. 1

1.2. Tujuan Pembahasan …………………………………………………… 1

1.3. Ruang Lingkup atau Pembatasan Masalah ……………………………. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…….……………………………………… iv

2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan…………………………... 3

2.2 Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan…………………………… 4

2.3 Faktor Pertumbuhan dan Perkembangan…………………………………… 4

BAB III KESIMPULAN……………….……………………………………………. v


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Biologi ini.

Penyusun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Laporan Resmi Praktikum Biologi ini, baik disengaja maupun tidak.
Harapan kami semoga Laporan Praktikum ini bermanfaat bagi pelajar maupun para pembaca lainnya dan
dapat meningkatkan minat pelajar untuk terus berkarya dan berpestasi di mana saja. Tak lupa penyusun
mengharap kritik dan saran dari berbagai pihak demi penyempurnaan Laporan Praktikum ini.

Surabaya, September 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setiap mahluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan
adalah suatu proses yang mana keduanya berjalan sejajar dan berdampingan. Pertumbuhan adalah proses
pertambahan ukuran meliputi, pertambahan volume, pertambahan panjang, tinggi, dan pertambahan massa.
Pertumbuhan biasanya dinyatakan dengan satuan bilangan. Yaitu persentasi, kurva (grafik). Perkembangan
adalah proses munuju kedewasaan.

Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan
suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf “S” atau kurva
Sigmoid. Percobaan ini diadakan dengan melihat berapa rata-rata pertumbuhan daun dengan menggunakan kurva sigmoid tersebut.

Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju
tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Kurva sigmoid
yaitu per-tumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemu-dian melambat dan akhirnya
menurun pada fase senesen.

1.2 TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan ini membuktikan bahwa tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang, dalam hal ini yang digunakan adalah
tanaman kacang tanah untuk mengamati pertumbuhan dan perkembangannya. Serta mengetahui apakah benar kurva dapat membentuk S
karena adanyatiga fase, yaitu fase logaritmik, linier, dan fase penuaan

1.3 MANFAAT PERCOBAAN

Manfaat dari percobaan ini adalah kita dapat mengamati secara langsung tanaman kacang tanah yang
mengalami petumbuhan dan perkembangan, serta dapat membedakan beberapa periode pertumbuhan suatu
organisme dengan menggambarkan ke dalam grafik juga sebagai media untuk menambah wawasan serta
untuk melengkapi tugas Biologi untuk kelas XII IPA.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.12.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan merupakan proses pertambahan volume dan jumlah sel yang mengakibatkan bertambah
besarnya organisme. Pertambahan jumlah sel terjadi karena adanya pembelahan mitosis, artinya organisme
yang tumbuh tidak akan kembali ke ukuran semula (Istamar, 2000). Pertumbuhan adalah suatu proses fisiologis
dalam organisme yang berupa perubahan bentuk dan ukuran sel sebagai akibat adanya penebalan,
pembesaran dan perbanyakan sel sehingga dapat disebut pula pertumbuhan merupakan perkembangan maju
suatu makhluk hidup. Kenaikan volume dalam pertumbuhan disebabkan oleh pertambahan jumlah sel dan
pembesaran dari tiap sel (Prawirohartono, 1991).
Perkembangan adalah suatu proses kemajuan yang terjadi secara berangsur-angsur dari kompleksitas
rendah ke kompleksitas tinggi dan terjadi diferensiasi. Perkembangan yang terjadi pada hewan maupun
tumbuhan tidak terbatas pada morfogenesis dan diferensiasi, tetapi juga mencakup suatu peningkatan
besarnya suatu organisme tersebut. Pada tanaman, aktifitas perkembangan yang vital ini banyak tumpang
tindih (Kimball, 1998). Pertumbuhan tanaman dapat dinyatakan pertambahan volume/ruang secara
permanen/pertambahan volume yang tidak balik (irreversib increase involume).

2.2 Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan pada tumbuhan dibedakan menjadi pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder.
Pertumbuhan primer terjadi sebagai hasil pembelahan sel jaringan meristem primer. Pertumbuhan ini terjadi
pada sel-sel embrional pada embrio, ujung akar dan ujung batang. Pertumbuhan sekunder prosesnya mula-
mula kambium hanya terdapat pada vasis atau ikatan pembuluh. Kambium disebut kambium vasis atau
kambium intravasikuler. Aktivitas kambium mengakibatkan pertumbuhan sekunder yaitu besar batang dan
akar tanaman (Syamsuri, 1995). Adapun proses pertumbuhan sekunder adalah sebagai berikut, kambium
vaskuler membelah kearah dalam membentuk xilem dan kearah luar membentuk floem. Parenkim batang atau
akar diantara vasis berubah menjadi kambium intravasikuler. Felogen membelah kearah luar membentuk
xilem dan kearah dalam membentuk feloderm (Prawirohartono, 1991).
Pertumbuhan sekunder pada pohon dikotil tidak tepat sepanjang tahun. Pada saat musim hujan dan
cukup hara, pertumbuhan cepat sedangkan pada saat musim kemarau pertumbuhan lambat atau berhenti. Hal
ini mengakibatkan terdapat lingkaran pada batang yang disebut lingkaran tahun (Syamsuri, 1995).

2.3 Faktor-Faktor Pertumbuhan dan Perkembangan


Beberapa faktor yag mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara lain adalah: Faktor
Intraseluler (Hormon). Hormon yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan
meliputi: Hormon Auksin berfungsi pada pemanjangan dan diferensiasi sel; Hormon Sitokinin berfungsi pada
pertumbuhan, perkembangan, dan pembungaan; Hormon Giberalin berfungsi pada pertumbuhan,
pemanjangan, dan perkecambahan; Asam Absitat berfungsi untuk menutup stomata dan mematahkan dormasi;
Hormon Etilen berfungsi untuk mendorong pemasakan buah. Faktor Ekstraseluler (Gen). Gen mengatur pola
pertumbuhan, mengontrol sintesis protein dan didalamnya terkandung sifat keturunan.

Yang kedua adalah faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan,
antara lain sebagai berikut: Nutrisi ini sangatlah penting dalam menunjang proses pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman; Air untuk membantu perkecambaha biji dan menjaga kelembaban; Suhu pada
pertumbuhan dibutuhkan suhu optimum berhubungan denga enzim; Oksigen berfungsi dalam respirasi; cahaya
untuk fotosintesis. Faktor-faktor tersebut sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.
Apabila kedua faktor tersebut tidak dipenuhi, akan mengakibatkan tanaman tumbuh lamban dan kurang baik
perkembangannya.

Oleh karena itu, digunakan kurva Sigmoid untuk mengamati pertumbuhan dan perkem-bangan tanaman dalam tiga fase, yaitu: fase
logaritmik, linier dan fase penuaan. Pada fase loga-ritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat
terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme. Semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier, pertambahan
ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan diciri-kan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai
kematangan dan mulai menua .

Pertumbuhan kacang tanah jika digambarkan dalam grafik akan membentuk kurva sigmoid (bentuk S). Kurva ini menggambarkan
baik pertumbuhan tinggi tanaman maupun jumlah daun. Keduanya dalam bentuk sigmoid.
BAB III

BAHAN & METODE

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan dilakukan di salah satu rumah anggota kelompok kami pada hari () Agustus 2012 pukul 12.00 WIB sampai selesai.

3.2 Bahan dan Alat Percobaan

 Alat: Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah penggaris milimeter, pisau.

 Bahan: biji kacang tanah; humus, pasir, kompos (perbandingan 2:1:1); air; polybag.

3.3 Prosedur Percobaan

1. Merendam biji kacang tanah selama 1-2 jam di dalam nampan/toples yang berisi air.
2. Memilih biji yang baik sebanyak 18 biji.
3. Setelah 2 jam merendam, mengupas 3 biji dan membuka kotiledonnya mengukur panjang
pada embrionya dengan penggaris, kemudian menghitung nilai rata-ratanya.
4. Menanan 3 biji dalam 5 polybag, menyiram dengan air secukupnya dan dipelihara selama 2
minggu.
5. Mengadakan pengamatan sebagai berikut :

a. Mengukur panjang daun pertamanya pada umur 3, 5, 7, 10, dan 14 hari.

2. Mengukur daun pada umur 3 hari yang dilakukan dengan menggali tanah, tiap pengukuran
dilakukan tanpa memotong kecambah.
3. Menentukan rata-rata panjang daun dari tiap-tiap seri pengukuran.
4. Membuat grafik dengan panjang rata-rata daun dan waktu pengukuran sebagai absisa.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Hasil pengamatan dari percobaan ini ditunjukkan oleh tabel berikut :

1. Panjang daun pada embrio


Embrio Panjang embrio
1 0,5 mm
2 0,6 mm
3 0,6 mm
Rata-rata 0,6 mm

2. Panjang daun/hari

No. Umur TanamanPanjang


(hari) rata-rata daun
Biji 1 Biji 2 Biji 3
1 0 0,5 mm 0,6 mm 0,6 mm
2 3 1,4 1,5 1,2
3 5 3,3 3,2 5,3
4 7 7,2 5,5 6,7
5 10 8,4 6,6 7,5
6 14 9,3 8 10,3

Pada data yang terlihat pada kedua tabel pengamatan tersebut terlihat pertumbuhan yang cukup signifikan. Biji yang digunakan
adalah sebanyak 18 biji di mana 3 biji dikupas kulitnya dan dibuja kotiledonnya, kemudian diukur panjang embrionya. Lalu dihitung panjang
rata-ratanya. Hal ini dilakukan sesuai dengan tujuan yaitu untuk mengamati daun dari embrio. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang rata-
rata embrio yaitu 0,6 cm.

Panjang daun mengalami kenaikan, kenaikan mula-mula tidak begitu cepat, namun lama-lama terus meningkat. Kenaikan ini
menunjukkan ukuran kumulatif dari waktu ke waktu, dimana tanaman pada saat ini berada pada fase logaritmik. Fase logaritmik berarti bahwa
laju pertumbu-han lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme.

Ukuran daun dapat diketahui bahwa pertumbuhan ukuran daun lambat pada awalnya, tetapi kemudian meningkat, yang merupakan
fase pertama dalam pertumbuhan. Fase selanjutnya yaitu pertumbuhan berlangsung secara konstan dimana rata-rata kedua sample relatif
tetap pada hari ke-14 pengamatan yaitu 9,3 mm. Fase ini dinamakan fase linier.

Hal ini sesuai dengan literatur Srigandono (1991) yang menyatakan bahwa fase linear menunjukkan pertumbuhan yang berlangsung
konstan. Akan tetapi, setelah hari ke-14 belum terjadi tanda-tanda penuaan. Mungkin hal ini disebabkan karena kacang tanah belum
mencapai puncak kematangan (disebabkan lamban dalam proses perkecambahannya sebab memiliki sifat-sifat tertentu yang diwarisi dari
induknya), dan terus meningkat apalagi penelitian dilakukan dalam 14 hari saja, sehingga kurva tidak membentuk huruf S.
4.2 JAWABAN PERTANYAAN

1. Ada 3 fase:

 Fase Logaritmik : suatu proses pertumbuhan yang lambat di awal, tapi kemudian meningkat

 Fase Linier : pertambahan ukuran pada tumbuhan terjadi secara konstan.

 Fase Penuaan : tumbuhan mencapai kematangan, mulai menua; laju pertumbuhan menurun

2. Tumbuhan meningkat tajam pada fase logaritmik (lambat di awal cepat di akhir); fase linier (pertambahan tumbuhan secara konstan).
Kedua fase utu terjadi karena bagian dari proses perkembanga tumbuhan mulai dari embrio biji hingga mencapai ukuran tetap. Kedua proses
ini juga ditentukan oleh faktor internal-eksternal.

3. Karena pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen. Oleh karena itu,

4. Dicirikan dengan pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan mencapai kematangan dan mulai menurun.

5. (silahkan lihat di Bab Kesimpulan).

BAB V

KESIMPULAN

 Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses pertumbuhan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor internal seperti gen dan hormon
pertumbuhan dan faktor eksternal seperti cahaya, nutrisi, air, kelembaban, dan sebagainya.
2. Tumbuhan dalam pertumbuhannya mengalami tiga fase pertumbuhan yaitu fase logaritmik,
fase linier, dan fase penuaan.
3. Laju pertumbuhan tanaman meningkat sebanding dengan waktu.
4. Proses perkecambahan kacang tanah cenderung lambat karena sifat gen dari indukny

Anda mungkin juga menyukai