DISUSUN OLEH :
Kekerasan terhadap negara dan masyarakat luas yang demikian itu dapat
diterjemahkan sebagai kekerasan individu atau kelompok yang bersifat radikal dengan
iming-iming memperluas jaringan kelompoknya menjadi lebih luas. Iming-iming
kelompok radikalisme ini bergerak menyasar pada masyarakat akar rumput entah itu
generasi muda maupun generasi tua dengan beragam motif seperti sosial, politik dan
ekonomi yang dikemas dalam balutan agama. Sehingga akhirnya agama justru dituduh
sebagai motif radikalisme yang sangat berbahaya untuk menyasar masyarakat akar rumput
sekaligus pada saat yang sama mengganggu keamanan dan stabilitas sosial politik negara.
Agama yang bekerja secara formal sebagai institusi moral dalam lingkungan negara untuk
mengawasi dan menuntun masyarakat luas justru secara salah kaprah digunakan untuk
mengguncang negara itu sendiri. Miskinnya perspektif kritis dalam memahami
keagamaan kemudian diduga menjadi salah satu sumber radikalisme agama. Cara-cara
kolot seperti kekerasan yang sudah lama ditinggalkanpun kemudian kembali dipakai
untuk mengguncang stabilitas negara.
Persoalan radikalisme ini tidak menafikan lagi sudah sangat menyesaki ruang
publik negara Indonesia, dan semakin berbahaya apabila diabaikan tanpa penyelesaian
secara tuntas oleh negara maupun masyarakat itu sendiri. Negara bersama masyarakatnya
dipaksa harus bersikap kritis dan peka terhadap persoalan radikalisme serta pada saat yang
sama harus berusaha mencari motif-motif pembentuknya dalam upaya penyelesaiannya.
Pada titik ini persoalan radikalisme dengan motif apapun sejauh bergerak menggangu
stabilitas negara merupakan persoalan publik, dan tentu saja akhir-akhir ini gaungnya
sudah semakin menyadari semua anggota masyarakat akan bahaya yang lebih luas bahwa
radikalisme hanya akan menyuburkan kebencian antar sesama dalam masyarakat yang
pada akhirnya menggeser nilai toleransi ke lubang nihilitas atau menjadi intoleransi. Di
situ radikalisme bekerja secara ekstrim menihilkan nilai toleransi antar sesama sehingga
kampanye untuk membendung arus ekstrimisme dan nihilitas nilai toleransi sekaligus
untuk meredam radikalisme menjadi kampanye publik yang sangat wajib untuk
dikembangkan secara luas.
Radikalisme Agama
Gaung dari radikalisme ini sebenarnya sudah lama masuk ke dalam ruang publik
negara Indonesia. Munculnya isu politis mengenai radikalisme agama merupakan
tantangan baru bagi negara maupun seluruh masyarakat itu sendiri untuk menjawabnya.
Radikalisme agama merupakan masalah yang banyak dibicarakan dalam wacana politik
akibat kekuatan potensi media yang menciptakan persepsi masyarakat. Radikalisme
berarti paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan social dan
politik dengan cara kekerasan. Secara semantik radikalisme berarti upaya individu atau
kelompok tertentu yang memaksakan paham atau keyakinannya untuk menggantikan
paham atau keyakinan negara. Secara umum radikalisme dikenal sebagai paham yang
menghendaki perubahan secara drastis dengan kecenderungan menggunakan kekerasan
sesuai ideologi yang dianutnya sendiri.
2. Dari faktor keagamaan harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme
adalah faktor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya adalah solidaritas keagamaan
untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini lebih tepat dikatakan
sebagai faktor emosi keagamaannya, walaupun gerakan radikalisme selalu mengibarkan
bendera dan simbol agama seperti dalih membela agama.
o Contoh Kasus :
Tak hanya Lamongan, di hari yang sama, masyarakat Lumajang juga digegerkan
dengan perusakan sebuah Pura di daerah Senduro. Para pelaku menghancurkan setidaknya
tiga arca. "Pelaku ini sepertinya memanfaatkan kasus yang ada sekarang ini. Makanya
harus diusut mulai sekarang. Jangan sampai meluas," tegas Kabid Humas Polda Jatim,
Kombes Pol Frans Barung Mangera saat melakukan konferensi pers, Senin (19/2).
Tak hanya Polda Jawa Timur, Frans mengatakan bahwa kasus ini juga mendapat
perhatian dari Mabes Polri. Wakapolri, Komjen Syafruddin langsung turun ke lapangan
untuk memeriksa kejadian tersebut.
Namun, saksi mata yang berada di lokasi mengatakan bahwa tampilan pelaku tak
seperti orang gila karena tak tampak kumal. Bahkan, gigi dan baju yang dipakainya
tampak bersih. Yang lebih janggal, pelaku diketahui sudah mondar-mandir di lokasi sejak
beberapa hari sebelumnya.
Sempat menuai amarah massa, pria berambut cepak itu pun diamankan di Mapolsek
Paciran. Informasi terakhir, pria tersebut dibawa ke RS Bhayangkara untuk diperiksa
kejiawaannya.
Belum usai kasus perusakan gereja di Yogya dan pengusiran Bikhsu di Tangerang,
penyerangan tempat ibadah kembali terjadi. Kali ini, masjid Baiturrahim di Tuban, Jawa
Timur diserang sekolompok orang.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Frans Barung Mangera
mengatakan, perusakan masjid terjadi pada Selasa (13/2) pukul 01.00 WIB. Pada pukul
03.00 WIB, Polres Tuban langsung mengamankan para pelaku yang berjumlah dua
orang.
Satu pelaku bernama M Zaenudin (40) warga Desa Karangharjo RT 02 RW 01,
Kecamatan Kragan, Rembang, Jawa Tengah. Zaenudin diamankan di Polda Jatim karena
indikasi gangguan jiwa, satu lain masih dalam penangangan Polres Tuban.
Sebelum kejadian, pelaku Zaenudin pada malam hari mencari-cari seorang Kiai Pondok
Al Ishlahiyah, Gus Mad. Seorang warga, Muhammad, sempat menanyakan tujuan
pelaku mencari-cari hingga ke belakang masjid. Namun, pelaku malah marah dan
memukul Muhammad.
Selain penyerangan gereja, pada hari yang sama juga terjadi ancaman ledakan bom di
Kelenteng Kwan Tee Koen, Karawang, Jawa Barat. Tersangka bernama Dadang
Purnama alias Daeng alias Dawer Bin Adang Rahmat.
Kapolres Karawang AKBP Hendy F Kurniawan mengatakan ancaman bom bermula dari
kedatangan Dawer ke kelenteng, untuk memberikan Alquran kecil kepada pengurus
kelenteng pada Minggu 11 Februari 2018, sekitar pukul 05.15 WIB.
Polisi menyita sejumlah barang bukti dari penangkapan pelaku yang kelahiran Cirebon,
1 September 1993 itu, di antaranya satu Alquran kecil sampul warna merah yang
ditemukan di kelenteng), uang selembar pecahan Rp10 ribu, satu lembar kertas berisi
ancaman, dan satu buku berjudul Aku Cinta Islam.
Peristiwa ini menyebabkan Romo Prier dan dua jemaatnya serta seorang polisi
mengalami luka berat akibat sabetan senjata tajam. Pelajar berinisial S asal Banyuwangi,
Jawa Timur itu akhirnya dilumpuhkan polisi dengan senjata api di bagian kaki dan perut.
Kasus kekerasan agama pertama sepanjang 2018 yakni persekusi terhadap Biksu
Mulyanto Nurhalim dan pengikutnya di Desa Caringin Kecamatan Legok, Kabupaten
Tangerang, Banten, pada Rabu (7/2) dan baru viral di media sosial pada 9-10 Februari
lalu.
Dari video yang beredar hingga viral itu, Mulyanto kemudian diminta membuat surat
pernyataan dan meninggalkan rumahnya pada 4 hingga 10 Februari 2018. Di bagian
akhir video, ia mengaku siap diproses secara hukum jika terbukti melanggar surat
pernyataan tersebut.
Romo Kartika yang mewakili pemuka agama Buddha membantah akan dilakukan
kegiatan ibadah di Desa Babat. Ia juga membantah akan dibangun Vihara di area
tersebut.
Ia menjelaskan setiap Minggu Biksu Mulyanto mendapat kunjungan dari warga dari luar
Desa Babat, karena ingin memberikan bekal makanan. Mulyanto pun membalasnya
dengan mendoakan orang-orang yang telah memberikan bekal makanan itu. Romo
Kartika mengakui ada kekeliruan, sehingga terdapat mispersepsi terhadap kegiatan
Biksu Mulyanto.
Sedangkan, petinggi di desa tersebut mengklaim mereka tidak anti terhadap warga dari
agama lain. Bahkan, mereka menyebut sejak dulu selalu bersikap toleran terhadap
pemeluk agama lain baik itu Nasrani, Buddha atau Khonghucu.
Setara Institut menyebutkan terjadi dua serangan brutal terhadap tokoh agama. Pertama
penganiayaan ulama sekaligus Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) HR Prawoto,
oleh orang tak dikenal pada Kamis (1/2), hingga nyawanya tak dapat diselamatkan.
Kedua, penganiayaan pada ulama, tokoh NU, sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Al
Hidayah Cicalengka Bandung, Jawa Barat, KH Umar Basri pada Sabtu (27/1).
Kesimpulan
Negara Indonesia sejak lama sudah berdiri kokoh di atas ideologi sepanjang
masanya Pancasila. Gerakan untuk kembali menghayati pancasila menjadi gerakan untuk
membongkar akar persoalan radikalisme di negara Indonesia. Penghayatan terhadap nilai
Persatuan seluruh Indonesia dalam biblis pancasila dapat mengembalikan rasa toleransi
akan perbedaan dan keberagaman yang pada akhirnya mendorong lahirnya sikap toleransi,
dan kerjasama antar beragama unsur kepercayaan. Upaya untuk membangun kepercayaan
antara tokoh-tokoh agama atau tokoh-tokoh masyarakat agar rukun juga dengan dialog-
dialog perdamaian untuk memberi pemahaman kepada kelompok-kelompok radikal yang
miskin perspektif akan seluruh agama yang tumbuh kembang dan diakui secara formal
oleh negara.