Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) fanatik merupakan kata
adjektiva, kata yang menjelaskan nomina atau kata benda yang secara umum dapat digabungkan dengan kata “lebih” dan “sangat”. Menurut kamus tersebut fanatik diartikan teramat kuat kepercayaan (keyakinan) terhadap ajaran (politik, agama, dan sebagainya). Tetapi pada jaman ini fanatik lebih dikonotasikan sebagai sesuatu yang negatif. Hal ini disebabkan karena kata “fanatik” pada umumnya dipakai sebagai sebuah simbol, bahan hujatan, kambing hitam, dan masih banyak stigma negatif lainnya. Sebenarnya bukan“fanatik-fanatisme” dengan segala sudut pandang definisi pengertiannya yang salah, melainkan sesuatu sikap anarkis yang mengatas namakan fanatik. Sebagai orang yang menyembah kepada Yahweh, apakah kita harus fanatik atau tidak boleh fanatik? Tentunya kita harus cerdas untuk membedahnya. Alkitab secara tidak langsung sudah memperlihatkan kepada kita dua jenis fanatik, yaitu fanatik yang seharusnya dan fanatik yang tidak patut dicontoh. Sikap fanatik yang seharusnya orang Kristen teladani dapat dilihat dari kehidupan Tuhan Yesus pada kitab Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes) dan kita dapat lihat dari kehidupan para muridnya, terutama oleh Yohanes. Sebaliknya, sikap fanatik yang tidak baik dapat dilihat dari kehidupan petinggi-petinggi agama, khususnya bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi fanatik dengan agama mereka. Pemimpin mereka (imam- imam kepala dan para tua-tua) sangat religius, sangat tekun beribadah, sangat disiplin dalam menaati hukum agama, dan saleh tetapi mereka penuh dengan hal- hal negatif dalam diri mereka (kemunafikan, kebencian, rasa ingin dihormati, rasa bahagia akan hidupnya yang berkelimpahan, dan lainnya). Mereka hanya baik dimata hukum mereka, hukum Taurat. Pada saat Tuhan Yesus turun ke bumi ini, Ia menghadirkan tatanan baru. Semua yang Tuhan Yesus katakan menghancurkan tatanan hukum yang lama, hukum taurat. Tuhan Yesus mengajarkan hukum yang tidak biasa dimana hukum tidak dapat diukur secara jasmaniah tetapi harus dari diri orang itu sendiri atau batiniah. Selain itu Tuhan Yesus mengajarkan apa yang tidak masuk akal bagi mayoritas masyarakat pada saat itu. Salah satu pengajaran Tuhan Yesus yang kontroversial adalah mengenai Kerajaan Allah. Pada Matius 5:10 berbunyi “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”, pengajaran tersebut tidak masuk akal untuk masyarakat pada umumnya karena tidak ada penganiayaan, iman-iman kepala dan para tua-tua dapat hidup sejahtera tetapi Tuhan Yesus justru mengajarkan sebaliknya. Pada Matius 5:28 Tuhan Yesus berkata “setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”, pada ayat tersebut Tuhan Yesus memberikan hukum dimana orang yang melanggarnya tidak bisa dihukum. Tuhan Yesus juga mengajarkan untuk hidup tidak berkelimpahan atau kaya, bahkan Tuhan Yesus mengatakan orang kaya lah yang susah masuk surga (Mat 19:23), kita hidup hanya makanan dan pakaian saja sudah cukup (1 Tim 6:8). Dan masih banyak yang lainnya. Sikap batiniah ini lah yang seharusnya kita sebagai umat perjanjian baru persoalkan. Merubah diri agar suci, tidak bercacat, tidak bercela, sempurna seperti Tuhan Yesus (Mat 5:48). Tuhan Yesus sudah memperlihatkan sebarapa Ia fanatik atau sebarapa Ia percaya pada Bapa dengan cara hidup suci tidak cacat tidak bercela bahkan mati di kayu salib, kita harus juga fanatik pada Bapa atau termaat kuat kepercayaan kita kepada Bapa. Oleh karena itu kita harus melewati pergumulan demi pergumulan agar merubah diri kita sampai titik dimana kita menyenangkan hati Bapa, titik dimana Bapa dapat mengatakan “inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 17:5). Selamat berjuang. Sola Gracia