Anda di halaman 1dari 82

Tugas Kelompok Keperawatan Maternitas

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KOMPLIKASI POSTPARTUM

Oleh:
Kelompok III

1. Rosari Agus 04121003


2. Yoza Misra Fatmi 04121010
3. Araafi Dian 04121017
4. Eldira Loyanda 04121024
5. Syafrisar Meri A 04121032

PROGRAM STUDI ILMU


KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND
PADANG, 2007

2
PERDARAHAN POSTPARTUM

I. Defenisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama
24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta.
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc
dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH,
1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml
dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran
(Marylin E Dongoes, 2001).
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
- Early Postpartum
Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
- Late Postpartum
Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan
komplikasi perdarahan post partum :
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.

Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan.


Berdasarkan penyebabnya :
1. Atoni uteri (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23-24%).
4. Laserasi jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan darah (0,5-0,8%).

3
II. Etiologi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1. Atonia Uteri
2. Retensi Plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4. Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c. Rupture uteri
5. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia
Tanda yang sering dijumpai :
- Perdarahan yang banyak.
- Solusio plasenta.
- Kematian janin yang lama dalam kandungan.
- Pre eklampsia dan eklampsia.
- Infeksi, hepatitis dan syok septik.
6. Hematoma
7. Inversi Uterus
8. Subinvolusi Uterus

Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu;


 Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
2. Grande multipara (lebih dari empat anak).
3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
4. Bekas operasi Caesar.
5. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
 Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:

4
1. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi
vakum, forsep.
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan
kembar, anak besar.
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inversi uteri primer dan sekunder.

III. Manifestasi Klinis


Gejala Klinis umum yang terjadic adalah kehilangan darah dalam jumlah
yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus,
pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-
lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera
setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik
Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)

5
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi
tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat

IV. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang
melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus
menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan
rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah,
penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena
tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga
merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit
dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan
jalan lahir adalah:
 Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih
tinggi.
2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
3. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika,
kontraksi yang lemah tersebut menjadi kuat.
 Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).
1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.

6
2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-
menerus. Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus
mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.

Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri

Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian


plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan lahir
atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan
postpartum.

Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama;


pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar
atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam.
Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan
memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari
rahim.

Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui.


Tapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah
kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada
perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.

Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati


karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang
telah mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan
postpartum, persalinan berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang
lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan
didorong ke bawah sebelum plasenta lepas dari dinding rahim.

7
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya
penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan.
Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan
suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang
diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila
perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa
kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum
ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah
ke rahim atau pengangkatan rahim.

Gambar 1. Perdarahan Postpartum Akibat Atonia Uteri

Adapun Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri : Umur, Paritas, Partus


lama dan partus terlantar, Obstetri operatif dan narkosa, Uterus terlalu regang
dan besar misalnya pada gemelli, hidramnion atau janin besar, Kelainan pada
uterus seperti mioma uterii, uterus couvelair pada solusio plasenta, Faktor sosio
ekonomi yaitu malnutrisi.

8
Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1


jam setelah bayi lahir. Penyebab retensio plasenta :
1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
a. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih
dalam.
b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus
desidua
endometrium sampai ke miometrium.
c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke
serosa.
d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum
dinding rahim.

2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni
uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat
kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar
(plasenta inkarserata).

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi
bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan
indikasi untuk segera mengeluarkannya.

Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum
penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.

Perdarahan Postpartum akibat Subinvolusi

9
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum
perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak,
sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap
tinggi di dalam abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran lokia
seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bntuk serosa, lalu ke bentuk lokia
alba. Lokia bisa tetap dalam bentuk rubra, atau kembali ke bentuk rubra dalam
beberapa hari pacapartum. Lokia yang tetap bertahan dalam bentuk rubra
selama lebih dari 2 minggu pascapatum sangatlah perlu dicurigai terjadi kasus
subinvolusi. Jumlah lokia bisa lebih banyak dari pada yang diperkirakan.
Leukore, sakit punggung, dan lokia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada
infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat perdarahan yang tidak teratur, atau
perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran.

Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri

Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse
jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya
segera dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus
yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri :
1. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri
namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian
sudah keluar vagina.

10
Penyebab inversio uteri :
1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan
intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta
yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri :


1. Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.
2. Tarikan tali pusat yang berlebihan.

Frekuensi inversio uteri : angka kejadian 1 : 20.000 persalinan.


Gejala klinis inversio uteri :
- Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat,
perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagbila plasenta masih melekat
dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan
nekrosis.
- Pemeriksaan dalam :
1. Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus
uteri cekung ke dalam.
2. Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina
teraba tumor lunak.
3. Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).

Perdarahan Postpartum Akibat Hematoma

Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia,


dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang
ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es, analgesic dan pemantauan
yang terus menerus. Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali secara alami.

Perdarahan Postpartum akibat Laserasi /Robekan Jalan Lahir

11
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan
postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan
postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
robelan servik atau vagina.
f. Robekan Serviks
Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik
seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan
pervaginam. Robekan servik yang luas menimbulkan perdarahan dan
dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan
yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus
sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir,
khususnya robekan servik uteri

g. Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak
sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi
lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih

12
apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding
lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.

h. Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum
umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala
janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa,
kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih
besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika

Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi


perdarahan yang berlangsung lama yang menyertai kontraksi uterus yang kuat.

V. WOC (terlampir 1)

VI. Pemeriksaan Penunjang


a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan
jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil:
10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP
saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split
fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial
diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin
memanjang pada KID
Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan

VII. Terapi

13
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi
dengan kuat, uterus harus diurut :
 Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian
bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada
terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus,
mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan
lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain
atoni uteri.
 Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus
uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus
dilakukan.

 Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai
selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna
merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen
plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra
indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi.
 Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang
beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan
rendam duduk setelah 12 jam.
 Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran
jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh

14
darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan
ini belum dilakukan diruang persalinan.
 Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal,
terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan
mengurut uterus secara efektif
 Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV,
dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik,
untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
 Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan
kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.
 Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit
bila terdapat tanda kegawatan pernafasan.

Terapi Perdarahan Postpartum karena Atonia


Bila terjadi perdarahan sebelum plasenta lahir (Retensia plasenta), ibu
harus segera minta pertolongan dokter rumah sakit terdekat. Untuk daerah
terpencil dimana terdapat bidan, maka bidan dapat melakukan tindakan dengan
urutan sebagai berikut:
 Pasang infus.
 Pemberian uterotonika intravena tiga hingga lima unit oksitosina atau
ergometrin 0,5 cc hingga 1 cc.
 Kosongkan kandung kemih dan lakukan masase ringan di uterus.
 Keluarkan plasenta dengan perasat Crede, bila gagal, lanjutkan dengan;
 Plasenta manual (seyogyanya di rumah sakit).
 Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal. Bila masih berdarah;
 Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan pada fundus uteri atau
kompresi aorta.

Bila perdarahan terjadi setelah plasenta lahir, dapat dilakukan:


 Pemberian uterotonika intravena.
 Kosongkan kandung kemih.

15
 Menekan uterus-perasat Crede.
 Tahan fundus uteri/(fundus steun) atau kompresi aorta.

Tentu saja, urutan di atas dapat dilakukan jika fasilitas dan kemampuan
penolong memungkinkan. Bila tidak, rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan
operasi histerektomi, dengan terlebih dahulu memberikan uterotonika intravena serta
infus cairan sebagai pertolongan pertama.

Perdarahan postpartum akibat laserasi/ Robekan Jalan Lahir


Perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada kontraksi uterus yang kuat, keras,
bisa terjadi akibat adanya robekan jalan lahir (periksa dengan spekulum dan lampu
penerangan yang baik-red). Bila sudah dapat dilokalisir dari perdarahannya, jahitlah
luka tersebut dengan menggunakan benang katgut dan jarum bulat.
Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit dijangkau, berilah tampon pada
liang senggama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu memasang infus
dan pemberian uterotonika intravena.

VIII. Pemeriksaan Fisik


a. Pemeriksaan tanda-tanda vital
1) Suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah satu
hari suhu akan kembali normal (360 C – 370 C), terjadi penurunan akibat
hipovolemia
2) Nadi
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hipovolemia semakin berat.
3) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia
4) Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.

16
b. Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi
dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :
1. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)
2. Sistem vaskuler
 Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian
tiap 8 jam berikutnya
 Tensi diawasi tiap 8 jam
 Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan
merah
 Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan
kekenyalan
 Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis,
defek koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.

3. Sistem Reproduksi
a. Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat
hari post partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi
tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya
b. Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari
terhadap warna, banyak dan bau
c. Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat
tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya
yang lepas
d. Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
e. Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan
kolostrum
f. Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada
ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi)

17
4. Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar
atau tidak, spontan dan lain-lain
5. Traktur gastro intestinal
Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi
6. Integritas Ego
Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir

IX. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan.
Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan
tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan
secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang
diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.

Pengkajian terhadap klien post meliputi :


- Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain – lain
- Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa
plasenta.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Yang meliputi alasan klien masuk rumah sakit, keluhan yang
dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak

18
(>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin , mual.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan
hemopilia dan penyakit menular.

- Riwayat obstetrik
a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya
siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin
yang keberapa, Usia mulai hamil
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah
ada abortus, retensi plasenta
2. Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam
persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir,
panjang waktu lahir
3. Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada
pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas,
tinggi fundus uteri dan kontraksi

d. Riwayat Kehamilan sekarang


1. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan,
tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan
darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
3. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan,
beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
2. Pola aktifitas sehari-hari

19
a. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik
sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada
masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
b. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya
perubahan pola miksi dan defeksi.
BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya
dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )
c. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran
dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
d. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi,
keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti
balutan atau duk.

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
vaskuler yang berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia
3. Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan
pada status kesehatan atau kematian, respon fisiologis
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb
5. Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/
distensi jaringan
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan
atau tidak mengenal sumber informasi

20
C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Intervensi Rasional


1 Kekurangan volume cairan Mandiri:
b.d kehilangan vaskuler 1. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, - Membantu dalam membuat rencana
berlebihan perhatikan faktor-faktor penyebab atau perawatan yang tepat dan untuk
memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio memberikan kesempatan mencegah
DO: plasenta, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan terjadinya komplikasi
- Hipotensi amnion.
- Peningkatan nadi,
- Penurunan volume 2. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; - Perkiraan kehilangan darah, arternal versus
urin, timbang dan hitung pembalut ; simpan bekuan vena dan adanya bekuan-bekuan membantu
- Membran mukosa darah, dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter. membuat diagnosa banding dan
kering, menentukan kebutuhan penggantian
- Pelambatan pengisian (catatan : satu gram peningkatan berat
kapiler pembalut sama dengan kira-kira 1 ml
kehilangan darah)
DS:
- Ibu mengatakan urin 3. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas - Derajat kontraktilitas uterus membantu
sedikit uterus. Dengan perlahan masase penonjolan dalam diagnosa banding. Peningkatan
- Ibu mengatakan pusing uterus dengan satu tangan sambil menempatakan kontraktilitas miometrium dapat
dan pucat tangan kedua tepat diatas simfisis pubis menurunkan kehilangan darah. Penempatan
- Ibu mengatakan kulit satu tangan diatas simfisis pubis mencegah
kering dan bersisik kemungkinan inversi uterus selama
messase
Tujuan :
Volume cairan adekuat 4. Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan - Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik
pengisian kapiler atau sianosis dasar, kuku, dan terjadinya syok. Perubahan pada
Hasil yang diharapkan: membran mukosa dan bibir. Tekanan Darah tidak dapat dideteksi

21
- TTV stabil sampai volume cairan telah menurun
- Pengisian kapiler cepat sampai 30-50%. Sianosis adalah tanda
- Haluaran urine adekuat akhir dari hipoksia (rujuk pada DK :
perfusi jaringan, perubahan)

5. Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan - Memberikan pengukuran lebih langsung


vena sentral atau tekanan bagi arteri pulmonal, dari volume sirkulasi dan kebutuhan
bila ada penggantian

6. Pantau masukan aturan puasa saat menentukan - Bermanfaat dalam memperkirakan


status/kebutuhan klien luas/signifikasi kehilangan cairan. Volume
perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukkan
dengan haluaran 30-50 ml/jam atau lebih
besar

7. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan - Meningkatkan relaksasi dapat menurunkan
psikologis ansietas dan kebutuhan metabolik

2 Perubahan perfusi jaringan 1. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan setelah kehilangan - Nilai bandingan membantu menentukan
berhubungan dengan darah. Kaji status nutrisi, tinggi dan berat badan beratnya kehilangan darah. Status yang ada
hipovolemia sebelumnya dari kesehatan yang buruk
meningkatkan luasnya cedera dar
DO: kekurangan oksigen
- Penurunan pulsasi
arteri, 2. Pantau tanda-tanda vital, catat derajat dan durasi - Luasnya keterlibatan hipofisis dapat
- Ekstremitas dingin episode hipovolemik dihubungkan dengan derajat dan durasi
- Perubahan tanda-tanda hipotensi. Peningkatan frekuensi
vital pernafasan dapat menunjukkan upaya
- Pelambatan pengisian untuk mengatasi asidosis metabolic pada

22
kapiler pasien
- Penurunan produksi
ASI 3. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya - Perubahan sensorium adalah indikator dini
perubahan perilaku dari hipoksia. Sianosis, tanda lanjut,
DS: mungkin tidak tampak sampai kadar PO2
- Ibu mengatakan Asi turun dibawah 50 mmHg
sedikit
- Ibu mengatakan tangan 4. Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi, dan - Pada kompensasi vasokonstriksi dan pirau
dan kakinya dingin lidah. Perhatikan suhu kulit organ vital, sirkulasi pada pembuluh darah
perifer diturunkan yang mengakibatkan
Tujuan : Tidak terjadi sianosis dan suhu kulit dingin.
perfusi jaringan
5. Kaji payudara setiap hari, perhatikan ada atau - Kerusakan atau keterlibatan hipofisis
Kriteria hasil : tidaknya laktasi dan perubahan pada ukuran anterior menurunkan kadar prolaktin
 Menunjukkan tanda- payudara mengakibatkan tidak adanya produksi ASI
tanda vital dalam dan akhirnya menurunkan jaringan
rentang normal payudara.
 Ekstremitas hangat
 Kapiler refill < 3 detik Kolaborasi
 Peningkatan produksi 6. Pantau GDA dan kadar pH - Membantu dalam mendiagnosa derajat
ASI hipoksia jaringan atau asidosis yang
 Nilai laboratorium diakibatkan dari terbentuknya asam laktat
dalam rentang normal dari metabolisme anaerob
yaitu Hb/Ht, GDA
7. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan - Memaksimalkan ketersediaan oksigen
untuk transport sirkulasi ke jaringan

23
3 Ansietas b.d krisis situasi, Mandiri
ancaman perubahan pada
status kesehatan atau 1. Evaluasi respons psikologis serta persepsi klien - Membantu dalam membentuk rencana
kematian, ransmisi / terhadap kejadian hemoragi pasca partum. perawatan. Persepsi klien tentang kejadian
penularan antar pribadi, mungkin menyimpang, memperberat
respons fisiologis ansietasnya
(pelepasan Katekolamin)
2. Evaluasi respons fisiologis pada hemoragi - Meskipun perubahan pada tanda vital
DS:: pasca partum, misalnya takikardia, takipnea, mungkin karena respons fisiologis, ini
- Klien mengungkapkan gelisah atau iritabilitas dapat diperberat atau dikomplikasi oleh
perasaan cemas. faktor-faktor psikologis

DO: 3. Sampaikan sikap tenang, empati dan - Dapat membantu klien mempertahankan
- fokus perhatian mendukung kontrol emosional dalam berespons
menyempit pada diri terhadap perubahan status fisiologis.
sendiri Membantu dalam menurunkan transmisi
- gelisah ansietas antar pribadi
- peningkatan
ketegangan - Informasi akurat dapat menurunkan
4. Berikan informasi tentang prosedur tindakan ansietas dan ketakutan yang diakibatkan
Tujuan: dan keefektifan intervensi oleh ketidaktahuan
Ansietas dapat berkurang/
terkontrol - Pengungkapan memberikan kesempatan
5. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan untuk memperjelas informasi, memperbaiki
Kriteria Hasil : ansietas, berikan kesempatan pada klien untuk kesalahan konsep dan meningkatkan
 mengungkapkan perasaan perspektif, memudahkan proses pemecahan
Klien mengungkapkan masalah
kesadaran terhadap
perasaan dan penyebab - Ansietas berat atau lama dapat diantisipasi
ansietas 6. Kaji strategi koping dan implikasi jangka bila komplikasi permanen

24
 panjang dari episode hemoragi
Klien mengidentifikasi
cara-cara sehat untuk
menghadapi perasaan

Melaporkan ansietas
berkurang

Tampak rileks, dapat
tidur/istirahat dengan
tepat

25
GANGGUAN TROMBOEMBOLI (TROMBOPLEBITIS)

Pada Ibu Postpartum

I. Definisi
Tromboplebitis adalah infeksi pada endotel pembuluh darah dengan
bekuan-bekuan yang menempel pada dinding pembuluh darah. Sedangkan
menurut Doenges,2000 Tromboplebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan
dalam vena sekunder akibat inflamasi/trauma dinding vena atau karena obstruksi
vena sebagian.
Trombus adalah kumpulan dari faktor-faktor darah terutama platelet dan
fibrin di dinding pembuluh darah. Trombus dibentuk sewaktu aliran darah
terganggu. Awalnya, trombus dapat meluas dengan lapisan-lapisan yang berturut-
turut dari platelet, fibrin dan sel darah sebagai aliran darah melewati bekuan.
Pembentukan trombus seringkali dihubungkan dengan proses inflamasi pada
dinding pembuluh darah yang disebut tromboplebitis.

II. Etiologi
Tiga penyebab utama trombosis yaitu :
 Vena stasis
Kehamilan dikarakteristikkan oleh peningkatan vena stasis pada
ekstremitas bawah dan pelvis sebagai hasil dari tekanan pembuluh darah
besar karena pembesaran uterus. Stasis paling nyata ketika wanita hamil
berdiri untuk periode waktu yang lama. Stasis menyebabkan dilatasi
pembuluh darah dan potensial berlanjut menjadi bendungan postpartum.
Inaktivitas relatif selama kehamilan juga berperanan penting dalam
bendungan vena dan darah yang stasis di ekstremitas bawah. Waktu yang
lama dalam memijakkan kaki selama kehamilan dan perbaikan episiotomi
juga meningkatkan vena stasis dan resiko pembentukan trombus.

26
 Hypercoagulation
Kehamilan juga dikarakteristikkan oleh perubahan dalam
pembekuan dan sistem fibrinolisis yang berlangsung dalam periode
postpartum. Selama kehamilan, tingkat dari faktor koagulasi (terutama
fibrinogen, faktor VII, VIII, IX dan X) menurun. Sistem fibrinolisis
(aktivasi plasminogen dan antitrombin III) yang menyebabkan
penghancuran bekuan ditekan. Keuntungannya yaitu mencegah perdarahan
maternal melalui peningkatan pembentukan bekuan. Di samping itu
menyebabkan resiko tinggi untuk pembentukan trombus selama kehamilan
dan periode postpartum karena faktor mencegah penurunan pembentukan
bekuan.

 Kerusakan dinding pembuluh darah


Cedera pada intima dari dinding pembuluh darah biasanya tidak
terjadi, kecuali selama kelahiran cesar, dimana dapat mencetuskan
trombosis vena pelvis.

Faktor Predisposisi
 Vena varises
 Obesitas
 Riwayat tromboplebitis
 Merokok
 Wanita usia > 35 tahun
 Paritas > 3 kali
 Inaktivitas
 Kelahiran cesar
 Diabetes mellitus

27
III. Manifestasi Klinis
a. Trombosis Vena Superfisial
Trombosis vena superfisial biasanya disertai oleh tanda dan gejala
inflamasi. Tromboplebitis superfisial biasanya dihubungkan dengan vena
varises dan terbatas pada area betis. Tanda dan gejalanya meliputi
ekstremitas kemerahan, lunak dan hangat. Palpasi luas dan penyempitan
vena. Wanita juga mengalami nyeri ketika berjalan.

b. Trombosis Vena Dalam


Trombosis vena dalam lebih sulit untuk didiagnosa berdasarkan
manifestasi klinis karena tanda dan gejala seringkali tidak ada atau difus.
Jika ada, disebabkan oleh proses inflamasi dan obstruksi vena balik;
pembengkakan betis, eritema, hangat dan lunak, edem. Tanda Homans’
(nyeri dibelakang lutut ketika kaki dorsofleksi) dianggap sebagai indikator
trombosis vena dalam pada wanita postpartum.
Tanda Homans’ menunjukkan sedikit nilai dalam diagnosa, karena
nyeri kemungkinan juga disebabkan oleh ketegangan otot atau luka memar
(contusio) dan ini tidak selalu ada pada beberapa wanita yang memiliki
trombosis vena. Refleks spasme arteri menyebabkan kaki menjadi pucat
dan dingin. Ketika disentuh teraba penurunan denyut nadi perifer. Gejala
lain meliputi nyeri ketika digerakkan, malaise dan kekakuan pada kaki
yang terserang.

c. Emboli Pulmonal
Emboli pulmonal merupakan suatu gangguan yang disebabkan
oleh fragment trombus (embolus) yang dibawa oleh sirkulasi vena ke
jantung bagian kanan. Manifestasi klinis biasanya tergantung pada berapa
banyak aliran darah yang obstruksi seperti :
 Dispnea
 Nyeri dada yang hebat
 Syncope
 Takipnea

28
 Batuk
 Hemoptisis

IV. PATOFISIOLOGI
Penyakit tromboembolik terutama mengacu kepada tromboflebitis
superficial (trombus yang berkaitan dengan inflamasi), yang terutama
terbentuk di vena safena, tampak pada hari ke-3 atau ke-4 postpartum, dan
memperlihatkan kemajuan klinis dalam 48 jam terapi. Tromboflebitis
sering tampak berupa area lokal yang panas dan kemerahan, nyeri betis
ringan, vena yang tampak dan dapat dipalpasi, serta suhu tubuh yang
normal atau tingkat demam rendah. Trombosis vena profunda (Deep vein
thrombus, DVT) terlihat pada ibu yang memiliki peningkatan.
Pada vena yang normal dapat terjadi trombosis karena eksogen,
misalnya trauma, kelelahan, kurang gerak/imobilisasi, pasca bedah, atau
adanya keganasan yang terjadi hanya pada salah satu segmen vena.
Trombosis iini menyebabkan reaksi radang local pada dinding vena.
Dalam hal ini, trombosis terjadi karena perlambatan aliran darah, kelainan
dinding pembuluh darah, atau gangguanpembekuan darah (TRIAS
VRCHOW).
Pada vena yang mengalami pelebaran atau varises, turbulensi darah
pada kantong vena di sekitar katup merangsang terjadinya trombosis.
Menipisnya dinding vena mempercepat proses radang. Dalam keadaan ini,
2 faktor utama, yaitu kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah
merupakan sebab terjadinya tromboflebitis.
Rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan
tromboflebitis, misalnya pada pemasangan infuse jangka lama (> 2 hari) di
tempat yang sama, atau penyuntikan obat intrava. Kelainan jantung yang
mengubah aliran darah, dehidrasi berat yang mengakibatkan
hemokonsentrasi, koagulasi intravaskuler yang meluas pada infeksi
sistemik dapat juga menimbulkan trombosis. Demikian juga tumor
intraabdomen, umumnya di daerah panggul yang menyebabkan hambatan
aliran vena.

29
V. WOC ( terlampir 2)

VI. Pemeriksaan Penunjang


- Ultrasonografi Doppler: Menunjukkan peningkatan lingkar ekstremitas
yang dipengaruhi.
- Impedans pletismografi : Mendeteksi obstruksi vena.
- Venografi kontras : Memastikan diagnosis TVD.
- Hemoglobin/hematokrit : Mengidentifikasi hemokonsentrasi.
- Pemeriksaan koagulasi : Menunjukkan hiperkoagulabilitas

VII. Manajemen Terapi


a. Trombosis Vena Superfisial
 Analgesik
 Istirahat
 Dukungan / support
 Tinggikan ekstremitas bawah untuk memperbaiki vena balik
 Agen antikoagulan dan antiinflamasi kurang diperlukan
 Setelah bedrest dan gejala menghilang, wanita diambulasi secara
berangsur-angsur
 Hindari berdiri dalam waktu yang lama
 Gunakan kaus kaki untuk mencegah vena stasis

b. Trombosis Vena Dalam


Mencegah pembentukan trombus
Selama kehamilan penting untuk mengidentifikasi wanita dengan
resiko tinggi. Pada resiko tinggi (seperti riwayat trombosis vena dalam
atau emboli pulmonal) diberikan heparin profilaksis sepanjang kehamilan.
Heparin dihentikan selama kelahiran dan dilanjutkan 6-24 jam setelah
melahirkan.

30
Setelah melahirkan, ibu-ibu didorong untuk melakukan ambulasi
sesering dan sedini mungkin. Ambulasi mencegah darah yang stasis pada
kaki dan menurunkan kemungkinan pembentukan trombus.
Jika wanita tidak mampu untuk ambulasi, rentang pergerakan (ROM) dan
latihan kaki seperti melenturkan dan meluruskan lutut dan mengangkat
satu kaki seharusnya dimulai dalam 8 jam setelah melahirkan. Ibu
seharusnya menghindari penggunaan bantal untuk mencegah tegangan
yang menusuk pada lutut, tekanan pada ruang poplitea dan pengumpulan
darah pada ekstremitas bawah.

31
Kaus kaki antiemboli digunakan ibu-ibu dengan vena varises,
riwayat trombosis, kelahiran cesar. Kaus kaki seharusnya digunakan
sebelum ibu bangun di pagi hari untuk mencegah sumbatan vena. Ibu
harus mengetahui metode yang benar untuk memakai kaus kaki
antiemboli. Pemakaian yang tidak tepat menyebabkan aliran vena balik
lambat dari kaki.
Metode untuk meningkatkan sirkulasi perifer yang mencegah
terjadinya tromboplebitis :
 Meningkatkan sirkulasi dengan jadwal aktivitas yang teratur
 Menghindari berdiri / duduk lama pada satu posisi
 Ketika duduk, angkat kaki dan jangan menyilangkan kaki karena akan
meningkatkan vena balik dari kaki
 Pertahankan intake cairan harian 8 gelas lebih untuk mencegah
dehidrasi
 Berhenti merokok. Merokok adalah faktor resiko trombosis dan dapat
menyebabkan masalah pernapasan pada ibu dan bayi baru lahir

VIII. Pemeriksaan Fisik


- Aktivitas / Istirahat
 Riwayat duduk lama, baik karena berhubungan dengan pekerjaan
atau akibat pembatasan aktivitas.
 Imobilitas berkenaan dengan tirah baring dan anestesia.

- Sirkulasi
 Varises vena.
 Sedikit peningkatan frekuensi nadi (superfisial).
 Riwayat trombosis vena sebelumnya, masalah jantung, hemoragi,
hipertensi karena kehamilan, hiperkoagulabilitas pada puerperium
dini.
 Nadi perifer berkurang, tanda Homans’ positif mungkin atau
mungkin tidak terlihat (indikator TVD).

32
Gambar 1 . Pemeriksaan Homans

Teknik pengkajian untuk tanda Homans :


Dorsofleksikan kaki dengan lutut direntangkan lurus. Jika nyeri
timbul di kaki atau pergelangan, saat kaki didorsofleksikan, ini
berarti tanda Homans positif.

 Ekstremitas bawah (betis/paha) mungkin hangat dan warna merah-


kemerahmudaan, atau tungkai yang sakit dingin, pucat dan edem.

- Makanan / Cairan
 Penambahan berat badan berlebihan/kegemukan.
 Suplai ASI kadang-kadang berkurang pada klien menyusui.

- Nyeri / Ketidaknyamanan
 Nyeri tekan dan nyeri pada area yang sakit (mis., betis atau paha).
 Trombosis dapat teraba, menonjol/berliuk.

- Keamanan
 Adanya endometritis pascapartum atau selulitis pelvis.
 Suhu mungkin agak tinggi dan menggigil (tanda-tanda
TVD/Trombosis Vena Dalam).

- Seksualitas
 Multipara.

33
 Persalinan lama berkenaan dengan tekanan kepala janin pada vena-
vena pelvis, penggunaan penjejak kaki atau posisi yang salah dari
ekstremitas selama fase intrapartum, atau kelahiran melalui operasi,
termasuk kelahiran sesaria.

- Penyuluhan / Pembelajaran
 Penggunaan kontrasepsi.
 Penggunaan estrogen untuk supresi laktasi.

IX. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan Dahulu
- Menggunakan kontrasepsi oral sebelum
kehamilan
- Pekerjaan yang membutuhkan duduk yang
lama
- Obesitas
- Melahirkan dengan operasi
- Hemoragik
- Penyakit jantung
- Anemia
- Kerja berat
- Infeksi pelvik postpartum
- Usia lanjut
- Pernah menderita tromboplebitis sebelumnya
- Varises
b. Riwayat kesehatan Sekarang
- varises vena
- peningkatan frekuensi nadi
- tanda homans positif
- ekstremitas bawah (betis/paha) mungkin hangat dan
bewarna kemerah-mudaan

34
- tungkai yang sakit, dingin, pucat, dan edema
- penambahan berat badan berlebihan
- Suplai ASI kadang-kadang berkurang pada klien menyusui.
- Nyeri tekan dan nyeri pada area yang sakit (mis., betis atau
paha).
- Trombosis dapat teraba, menonjol/berliku.

c. Riwayat Obstetri
- Multipara
- Persalinan lama berkenaan dengan tekanan kepala janin
pada vena-vena pelvis, penggunaan penjejak kaki atau
posisi yang salah dari ekstremitas selama fase intrapartum,
atau kelahiran melalui operasi, termasuk kelahiran sesaria.

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


 Perubahan perfusi jaringan b.d interupsi aliran vena.
 Nyeri (akut) b.d adanya proses inflamasi, spasme vaskuler,
akumulasi asam laktat.
 Ansietas b.d perubahan pada status kesehatan, ancaman pada diri
yang dirasakan atau aktual, krisis situasi, transmisi interpersonal
dari ansietas dan anggota keluarga.
 Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan tindakan dan
prognosis b.d kurang pemajanan/mengingat, kesalahan
interprestasi.

35
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
1. Perubahan perfusi jaringan Mandiri
b.d interupsi aliran vena 1. Anjurkan tirah baring. - Meminimalkan kemungkinan perubahan posisi
DO: trombus dan menciptakan emboli.
- Edem ekstremitas yang
sakit 2. Observasi ekstremitas terhadap warna; inspeksi - Gejala membantu membedakan antara
- Eritema (tromboplebitis adanya edem dari lipat paha sampai telapak tromboplebitis superfisial atau TVD. Kemerahan,
superfisial) atau pucat kaki. Perhatikan asimetris; ukur dan catat panas, nyeri tekan dan edem lokal merupakan
dan dingin (TVD) lingkar betis pada kedua kaki. karakteristik superfisial. Pucat dan dingin pada
- Penurunan nadi perifer. ekstremitas merupakan karakteristik TVD.

Kriteria hasil, klien akan: 3. Kaji pengisian kapiler dan periksa tanda - Penurunan pengisian kapiler dan tanda Homans’
Mendemonstrasikan Homan’s. positif menandakan TVD.
perbaikan sirkulasi dari
ekstremitas yang terlibat 4. Anjurkan untuk meninggikan telapak kaki dan - Mengosongkan vena superfisial dan tibial dengan
dengan nadi perifer dapat kaki bawah di atas ketinggian jantung. cepat dan mempertahankan vena tetap kolaps,
diraba dengan kualitas baik, dengan demikian meningkatkan aliran balik vena.
pengisian kapiler adekuat,
serta penurunan edem dan 5. Waspadakan klien untuk tidak menyilangkan - Pembatasan fisik terhadap sirkulasi merusak aliran
eritema. kaki atau menggunakan pakaian ketat. darah, karenanya meningkatkan stasis vena, nyeri
dan trauma.

6. Instruksikan klien untuk menghindari - Untuk mencegah perubahan posisi trombus yang
menggaruk dan memasase ekstremitas yang dapat menimbulkan embolisme
sakit

7. Anjurkan latihan napas dalam. - Menghasilkan peningkatan tekanan negatif pada

36
toraks, yang membantu dalam pengosongan vena
besar

8. Kaji kemudahan pernapasan dan bunyi paru, - Nyeri dada yang tajam pada substernal, ketakutan
perhatikan krekels atau bunyi gesekan (friction tiba-tiba, dispnea, takipnea dan hemoptisis adalah
rub). Catat keluhan nyeri dada dan perasaan tanda emboli paru, khususnya pada TVD.
ansietas.

9. Lakukan ambulasi progresif setelah fase akut. - Meningkatkan aliran balik vena; membantu
mencegah stasis.

Kolaborasi
- Berikan kompres hangat, lembab pada ekstremitas - Meningkatkan sirkulasi ke area; meningkatkan
yang sakit. vasodilatasi, aliran balik vena dan resolusi edem.

- Berikan terapi antikoagulan. - Heparin disukai pada awal, karena kerja


antagonisnya cepat terhadap pembentukan trombin
dan pencegahan pembentukan bekuan selanjutnya.

- Berikan kaus kaki pendukung elastis dengan - Bermanfaat dalam trombosis superfisial karena ini
perawatan untuk menghindari efek torniket. bekerja terus menerus dan mendistribusikan
tekanan pada seluruh permukaan betis dan paha,
menurunkan ukuran vena superfisial, meningkatkan
aliran darah pada vena dalam dan menurunkan
stasis.

- Pantau pemeriksaan laboratorium - Memantau efektifitas terapi antikoagulan

37
- Masa protrombin, masa tromboplastin - Hemokonsentrasi dan dehidrasi dapat menimbulkan
partial/masa tromboplastin partial teraktivasi. pembentukan bekuan.

- Hb/Ht.AST (SGOT), dehidrogenase laktat (LDH). - Peningkatan kadar dapat menandakan emboli

2 Nyeri (akut) b.d adanya Mandiri


proses inflamasi, spasme 1. Kaji derajat nyeri; palpasi kaki dengan - Derajat nyeri berhubungan langsung dengan luas
vaskuler, akumulasi asam kewaspadaan. Perhatikan melindungi arteri yang terlibat, derajat hipoksia, dan luas edem
laktat ekstremitas. berkenaan dengan terjadinya trombus pada dinding
DS: vena terinflamasi. Klien dapat melindungi atau
- Pasien mengatakan nyeri mengimobilisasi ekstremitasyang sakit untuk
saat pemeriksaan menurunkan sensasi nyeri berkenaan dengan
homans dan nyeri gerakan otot.
menjalar ke atas.
2. Perhatikan tirah baring dengan tepat. - Menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan
DO: kontraksi dan gerakan otot. Meminimalkan
- wajah pasien meringis kemungkinan perubahan posisi trombus.
- Trombosis dapat teraba,
menonjol/berliku. 3. Pantau tanda-tanda vital, perhatikan - Peningkatan tanda vital dapat menandakan
peningkatan suhu atau nadi. peningkatan nyeri; demam dapat memperberat
ketidaknyamanan secara umum.
Kriteria hasil, klien akan :
 Berpartisipasi dalam 4. Tinggikan ekstremitas yang sakit; berikan - Mendorong aliran balik vena, memudahkan
perilaku / teknik untuk ayunan kaki. sirkulasi. Ayunan kaki menjaga tekanan kaki yang
meningkatkan sakit terhadap linen.
kenyamanan.
 Melaporkan nyeri 5. Anjurkan perubahan posisi, pertahankan - Menurunkan kelelahan, meminimalkan spasme otot

38
hilang/terkontrol. ekstremitas tetap tinggi. dan meningkatkan aliran balik vena.
 Tampak rileks dan
tidur/istirahat dengan
tepat. 6. Jelaskan prosedur, tindakan dan intervensi - Melibatkan klien dalam askep, meningkatkan rasa
keperawatan. kontrol dazn menurunkan cemas.

7. Selidiki keluhan nyeri dada tiba-tiba dan/atau - Tanda dan gejala ini menunjukkan emboli paru
tajam, dispnea, takikardi atau ketakutan. sebagai komplikasi TVD.

Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi :
- Analgesik (narkotik/nonnarkotik). - Menghilangkan nyeri dan menurunkan tegangan
otot.

- Antipiretik, agen antiinflamasi (mis., aspirin, - Menurunkan demam dan inflamasi.


fenilbutazon).

Berikan kompres panas yang lembab pada - Menyebabkan vasodilatasi yang meningkatkan
ekstremitas. sirkulasi, merilekskan otot dan merangsang
pelepasan endorfin.

3 Ansietas b.d perubahan pada


status kesehatan, ancaman Mandiri
pada diri yang dirasaan atau 1. Jelaskan prosedur, tindakan, dan intervensi - Menurunkan rasa takut akan ketidaktahuan;
aktual, krisis situasi, keperawatan meningkatkan pembelajaran klien dan keterlibatan
transmisi interpersonal dari dalam tindakan
ansietas dan anggota
keluarga 2. Anjurkan tindakan untuk menurunkan ketegangan - Teknik pelepasan energi dan mengungkapkan

39
emosi, seperti teknik relaksasi dan pengungkapan masalah mengurangi ansietas. Relaksasi mencegah
Kriteria Hasil: masalah kelelahan otot dan memungkinkan klien untuk
- mengungkapkan beristirahat
kesadaran tentang
perasaan ansietas 3. Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda perilaku - Dapat menunjukkan perubahan pada tingkat
- Menunjukkan penurunan seperti kegelisahan, peka rangsang, dan menangis ansietas, dapat menandakan kemampuan klien
pada tanda-tanda untuk mengatasi kejadian.
perilaku seperti gelisah
dan iritabilitas 4. Bantu klien dalam merawat diri sendiri dan bayi - Ansietas klien dapat berkurang bila ia menemukan
bahwa kebutuhan -kebutuhannya terpenuhi dan
bahwa ia mampu mengatasi dan terlibat dalam
tugas-tugas perawatan dirinya dan bayinya

- Memberikan informasi dan membantu klien dan


5. Libatkan klien/orang terdekat dalam
orang terdekat memahami kebutuhan intervensi
pengembangan rencana perawatan; tinjau ulang
serta pembatasan; memberikan mereka perasaan
instruksi dan pembatasan
mampu mengendalikan situasi

6. Anjurkan kontak, melalui telepon atau bertemu,


dengan pasangan dan anak-anak bila klien dirawat - Membantu menurunkan perasaan perpisahan dan
di rumah sakit. Anjurkan kunjungan/kontak isolasi
dengan bayi baru lahir.

4 Kurang pengetahuan 1. Kaji pengetahuan dan pemahaman tentang proses - Membantu dalam menentukan kebutuhan-
mengenai kondisi, penyakit. Berikan informasi dan perbaiki kebutuhan khusus dan mengklarifikasi informasi
kebutuhan tindakan, dan kesalahan konsep sesuai kebutuhan sebelumnya
prognosis

40
2. Berikan informasi tentang penatalaksanaan dan tes - Dapat meningkatkan pemahaman dan menurunkan
Kriteria Hasil : diagnostik. Identifikasi tanda dan gejala yang ansietas berkenaan dengan kondisi dan
- Mengungkapkan memerlukan pemberitahuan dari pemberi penatalaksanaan rumah. Kemajuan kondisi dan/atau
pemahaman tentang pelayanan kesehatan, misalnya: dingin atau pucat terjadinya perdarahan yang memerlukan evaluasi
kondisi dan tindakan pada ekstremitas, nyeri tekan pada area sakit, atau segera serta perubahan yang mungkin pada terapi
- Melakukan perubahan edema untuk mencegah komplikasi serius
perilaku yang perlu
3. Tinjau ulang kegunaan tirah baring dan stoking - Konstriksi kontinu dapat mengubah atau
antiembolik bila digunakan. Anjurkan menurunkan perfusi permukaan, menimbulkan
pengangkatan stoking elastis untuk interval kelelahan otot. Pengangkatan stoking elastis
singkat sedikitnya dua kali sehari memungkinkan deteksi terhadap gangguan vaskular
lanjut atau inflamasi

4. Diskusikan kemungkinan interaksi antara terapi - Terapi antikoagulan oral dapat berakhir 3-4 bulan
antikoagulan oral dan obat-obatan lain (mis; dan dapat menyebabkan masalah atau memerlukan
salisilat, vitamin, antibiotik, barbiturat, dan perubahan pada dosis obat bila dimungkinkan untuk
alkohol) berinteraksi dengan obat lain. Salisilat dan alkohol
berlebihan menurunkan aktivitas protrombin;
vitamin K dalam multivitamin meningkatkan
aktivitas protrombin; antibiotik mengubah flora
usus dan dapat mengubah sintsis vitamin K;
barbiturat meningkatkan metabolisme dari obat
koumarin

5. Anjurkan tindakan yang aman untuk menghindari - Perubahan pada proses koagulasi dapat
trauma, seperti penggunaan sikat gigi lunak dan mengakibatkan peningkatan kecenderungan
penggunaan pencukur jenggot listrik. Laporkan perdarahan, yang dapat menandakankebutuhan
adanya perdarahan. mengubah terapi antikoagulan.

41
42
INFEKSI PUERPERAL

I. Definisi
Infeksi puerperal adalah infeksi dari saluran reproduksi yang terjadi
dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi dan meliputi proses infeksi
lokal sebagaimana proses yang lebih progesif yang dapat mengakibatkan
metritis, endometritis, peritonitis, atau selulitis pelvis (parametritis)

II. Etiologi
Infeksi puerperal dapat disebabkan oleh :
- Streptococcus haemolyticus aerobicus
Streptococcus ini merupakan sebab infeksi yang berat, khususnya
golongan A. Infeksi ini biasanya menular melalui udara (dari penderita
lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain).
- Staphylococcus aureus
Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-
kadang menjadi sebab infeksi umum. Staphylococcus banyak
ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat.
- Escherichia coli
Kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing atau rektum dan
dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan
endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi tractus
urinarius.
- Clostridium welchii
Infeksi dengan kuman ini, yang bersifat anaerobik jarang ditemukan,
akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus
kriminalis.

43
III. Manifestasi klinik
Tanda dan gejalanya adalah:
- Malaise, letargi
- Takikardia
- Anoreksia, mual/muntah
- Haus, membran mukosa kering
- Distensi abdomen, kekauan, nyeri lepas ( peritonitis )
- Sakit kepala
- Suhu ≥ 38° C
- Nyeri lokal, disuria

IV. Patofisiologi
Setiap bagian dari alat reproduksi dihubungkan dengan setiap bagian
yang lain dan organisme dapat bergerak dari vagina terus ke serviks,
memasuki uterus dan keluar dari tuba falopii untuk menginfeksi ovarium dan
rongga peritoneal. Selain itu, seluruh alat reproduksi terutama yang didukung
oleh pembuluh darah selama kehamilan dan setelah melahirkan, pembuluh
darah atau limfe bisa membawa infeksi selama tubuh istirahat, yang mana
dapat mengakibatkan septikemia yang mengancam kehidupan.
Perubahan fisiologis normal dari kelahiran meningkatkan resiko
infeksi. Selama pengeluaran, keasaman vagina berkurang oleh cairan amnion,
darah, dan lokhia yang bersifat alkali. Lingkungan yang alkali mendorong
pertumbuhan bakteri. Nekrosis dari garis endometrium dan timbulnya lokhia
mendukung sebuah lingkungan yang baik untuk pertumbuhan bakteri anaerob.
Beberapa laserasi kecil, beberapa dalam ukuran yang sangat kecil sekali
terjadi pada endometrium, serviks dan vagina selama persalinan dan
memungkinkan bakteri memasuki jaringan. Meskipun uterus bagian dalam
tidak steril selama 3-4 minggu setelah persalinan, infeksi tidak berkembang
pada kebanyakan wanita, sebagian karena granulosit dalam lokhia dan
endometrium mencegah infeksi.

44
V. WOC (terlampir 3)

VI. Pemeriksaan Penunjang


- Jumlah sel darah putih (SDP): normal atau tinggi (Total SDP saat
tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
- Laju sedimentasi darah (LED), dan jumlah sel darah merah (SDM):
sangat meningkat pada adanya infeksi
- Hemoglobin / hematokrit(Hb/Ht): penurunan pada adanya anemia
(Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat
tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%.)
- Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraserfikal
atau drainase luka, pewarnaan gram dari lokhia serviks, dan uterus:
mengidentifikasi organisme penyebab
- Urinalisis dan kultur : mengesampingkan infeksi saluran kemih
- Ultra sonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta
yang tertahan; melokalisasi abses peritonium
- Pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis,
massa atau pembentuka abses, adanya vena-vena dengan trombosis

VII. Terapi
- Berikan antibiotika dengan spectrum luas.
- Lakukan tindakan untuk mempertinggi daya tahan tubuh.
- Jika terjadi abses lakukan pembukaan jahitan.
- Transfusi darah bila perlu.

45
VIII. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/ istirahat
a. Malaise, letargi
b. Kelelahan dan / atau keletihan yang terus menerus (persalinan
lama)
c. stressor pascapartum multiple

2. Sirkulasi : Takikardia dengan berat bervariasi

3. Eliminasi
a. Diare mungkin ada
b. Bising usus mungkin tidak ada bila terjadi paralitik ileus

4. Integritas Ego: Ansietas jelas (peritonitis)

5. Makanan/ Cairan : Anoreksia, mual/muntah, Haus, membran mukosa


kering, Distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis)

6. Neurosensoris: sakit kepala, Nyeri/Ketidaknyamanan, Nyeri lokal,


disuria, ketidak nyamanan abdomen, Afterpain berat atau lama, nyeri
abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan dengan guarding
(endrometritis), Nyeri / kekakuan abdomen unilateral / bilateral
(salpingitis/ooferitis, parametritis)

7. Pernapasan: Pernapasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik)

8. Keamanan:
a. Suhu 100,4 °F (38,0°C) atau terjadi lebih tinggi pada dua hari
terus menerus, di luar 24 jam pascapartum, adalah tanda infeksi ;

46
namun suhu lebih tinggi dari 101°F (38,9°C) pada 24 jam
pertama menandakan berlanjutnya infeksi
b. Demam ringan kurang dari 101°F menunjukkan infeksi insisi ;
demam lebih tinggi 102°F (38,9°C) adalah petunjuk atau infeksi
lebih berat ( mis; selpingitis, parametritis, peritonitis). Dapat
terjadi menggigil; menggigil berat/berulang (sering berakir 30-40
mnt), dengan suhu memuncak sampai 104°F, menunjukkan
infeksi pelvis, tromboflebitis atau peritonitis.
c. Melaporkan pemantauan internal, pemeriksaan vagina
intrapartum sering, kecerobohan pada tekhnik aseptik. Infeksi
sebelumnya, termasuk human immunodeficiency virus.
d. Pemajanan lingkungan

9. Seksualitas
a. Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama (24 jam atau
lebih)
b. Retensi produk konsepsi, eksplorasi uterus/ pengangkatan
plasenta secara manual, hemoragi pascapartum
c. Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras, nyeri tekan atau
memisah, dengan drainase purulen atau cairan sanguinosa
d. Subinvolusi uterus mungkin ada
e. Lokhia mungkin bau busuk, tidak ada bau ( bila infeksi oleh
streptokokal beta hemolitik), banyak, atau berlebihan

IX. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan komplikasi Infeksi


Puerperal

A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan dahulu
- Anemia

47
- Persalinan traumatic
- Haemoragik postpartum
- Premature rupture membrane
- Kelahiran cesaria
- Malnutrisi
- Hematoma
- Infeksi droplet
- Sering dikateter
- Perawatan diri klien yang buruk
- Lacerasi

2. Riwayat kesehatan sekarang


- Malaise, letargi
- Takikardia
- Anoreksia, mual/muntah
- Haus, membran mukosa kering
- Distensi abdomen, kekauan, nyeri lepas ( peritonitis )
- Sakit kepala
- Suhu ≥ 38° C
- Nyeri lokal, disuria

3. Riwayat obstetri
- Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama (24 jam atau
lebih)
- Retensi produk konsepsi, eksplorasi uterus/ pengangkatan
plasenta secara manual, hemoragi pascapartum
- Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras, nyeri tekan atau
memisah, dengan drainase purulen atau cairan sanguinosa
- Subinvolusi uterus mungkin ada

48
- Lokhia mungkin bau busuk, tidak ada bau ( bila infeksi oleh
streptokokal beta hemolitik), banyak, atau berlebihan
- Seksio cesario

B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :


 Risiko tinggi infeksi b.d kerusakan kulit dan/atau jaringan yang
trauma, vaskularisasi tinggi pada area yang sakit, prosedur dan/atau
peningkatan pemajanan lingkungan, penyakit kronis, anemia,
malnutrisi, imunosupresi dan/atau efek dari obat-obatan yang tidak
diinginkan.
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan yang
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic (anoreksia,
mual/muntah, pembatasan medis).
 Nyeri ( akut ) b.d respons tubuh pada agen tidak efektif, sifat infeksi
(mis., edema kulit/jaringan, eritema)
 Risiko tinggi perubahan menjadi orang tua b.d interupsi pada proses
pertalian, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan
sendiri.

49
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Intervensi Rasional
1 Risiko tinggi infeksi b.d adanya Mandiri:
infeksi, kerusakan kulit dan/atau 1. Tinjau ulang catatan prenatal, intrapartum, - Mengidentifikasi faktor-faktor yang
jaringan yang trauma, vaskularisasi dan pasca partum menempatkan klien pada kategori risiko
tinggi pada area yang sakit, tinggi terhadap terjadinya/penyebaran
prosedur dan/atau peningkatan infeksi pascapartum
pemajanan lingkungan, penyakit
kronis, anemia, malnutrisi, 2. Pertahankan kebijakan mencuci tangan - Membantu mencegah kontaminasi
imunosupresi dan/atau efek dari dengan ketat untuk staf, klien, dan silang
obat-obatan yang tidak diinginkan. pengunjung

DO 3. Berikan dan instruksikan klien dalam hal - Mencegah penyebaran infeksi


- Takikardia pembuangan linen terkontaminasi, balutan,
- Suhu 38°C atau lebih tinggi chux, dan pembalut dengan tepat.
terjadi pada dua hari berturut- Implementasikan pengadaan isolasi, bila
turut diindikasikan.
- Tepi insisi mungkin kemerahan
- Lokhia mungkin bau busuk, 4. Demonstrasikan/anjurkan pembersihan - Pembersihan melepaskan kontaminan
banyak atau berlebihan perineum yang benar setelah berkemih dan urinarius/fekal. Penggantian pembalut
defekasi, dan sering mengganti pembalut menghilangkan media lembab yang
menguntungkan pertumbuhan bakteri
Kriteria hasil ,klien akan:
- Mengungkapkan pemahaman 5. Demonstrasikan masase fundus yang tepat. - Meningkatkan kontraktilitas uterus;
tentang factor risiko penyebab Tinjau ulang pentingnya dan waktu prosedur meningkatkan involusi dan jalan dari
secara individual adanya fragmen plasenta yang tertahan.
- Melakukan prilaku untuk
membatasi penyebaran infeksi 6. Pantau suhu, nadi, dan pernafasan. - Peningkatan tanda vital menyertai
dengan tepat, menurunkan Perhatikan adanaya menggigil atau laporkan infeksi fluktuasi, atau perubahan gejala,

50
risiko komplikasi anoreksia atau malaise. menunjukkan perubahan pada kondisi
- Mencapai pemulihan tepat klien.
waktu, bebas komplikasi
tambahan. 7. Observasi/catat tanda infeksi lain (mis., - Memungkinkan identifikasi awal dan
lokhia atau drainaseyang berbau busuk; tindakan; meningkatkan resolusi infeksi.
subinvolusi uterus; nyeri tekan uterus yang ( catatan : meskipun infeksi lokal
hebat; atau kemerahan, edema, atau biasanya tidak berat, kemajuan menjadi
pemisahan insisi) faskulitis nekrotikan dapat mengancam
hidup)

8. Pantau masukan oral/parenteral, tekankan - Peningkatan masukan menggantikan


kebutuhan sedikitnya 2000 ml cairan kehilangan dan meningkatkan volume
perhari. Perhatikan haliuaran urine, derajat sirkulasi, mencegah dehidrasi, dan
hidrasi, dan adanya mual, muntah, atau membantu dalam reduksi demam
diare.
9. Anjurkan posisi semifowler - Meningkatkan aliran lokhia dan drainase
uterus/pelvis

10. Tingkatkan ambulasi dini, yang - Meningkatkan sirkulasi; meningkatkan


diseimbangkan dengan istirahat adekuat pembersihan sekresi pernafasan dan
drainase lokhia; tingkatkan pemulihan
dan kesejahteraan umum

11. Selidiki keluhan-keluhan nyeri kaki atau - Tanda dan gejala ini adalah petunjuk
dada. Perhatikan pucat, bengkak, atau pembentukan trombus septik
kekakuan ekstremitas bawah

12. Anjurkan bahwa ibu menyusui secara - Sariawan oral pada bayi baru lahir
periodik memeriksa muluit bayi terhadap adalah efek samping umum dari terapi

51
adanya bercak putih antibiotik ibu

Kolaborasi

- Anjurkan penggunaan pemanasan yang - Air meningkatkan pembersihan. Panas


lembab dalam bentuk rendam duduk dan mendilatasikan pembuluh darah
untuk pemanasan yang kering dengan perineum, meningkatkan aliran darah
menyinari perineal selama 15 menit, 2 -4 lokal dan meningkatkan pemulihan.
kali sehari

- Demonstrasikan penggunaan krim antibiotik - Membasmi organisme infeksius lokal,


perineum, sesuai kebutuhan menurunkan risiko penyebaran infeksi

- Pantau pemeriksaan laboratorium, sesuai


indikasi:
 Kultur/sensitivitas - Mengientifikasi proses infeksius,
organisme penyebab, dan agen
antimikroba yang tepat

 Jumlah darah lengkap, jumlah SDP, - Membantu dalam jalur resolusi proses
diferensial, dan LED infeksius atau inflamasi.
Mengidentifikasi derajat kehilangan
darah dan menentukan adanya anemia

 Masa tromboplastin parsial/masa - Membantu dalam mengidentifikasi


protrombin (PTT/PT), masa perubahan dalam pembekuan berkenaan
pembekuan dengan terjadinya emboli. Membantu
dalam menentukan keefektifan terapi

52
antikoagulan

 Pemeriksaan fungsi ginjal/hepatik - Insufisiensi hepatik dan penmurunan


fungsi ginjal dapat terjadi, mengubah
waktu paruh obat dan meningkatkan
resiko toksisitas

- Berikan obat-obatan sesuai indikasi :

 Antibiotik, pada awalnya spektrum - Menyerang organisme patogen,


luas, kemudian organisme khusus, membantumencegah penyebaran infeksi
sesuai indikasi dengan hasil dari jaringan sekitar dan aliran darah.
kultur/sensitivitas (catatan : rute parenteral disukai untuk
parametritis, peritonitis, dan kadang-
kadang pada endometritis.

 Oksitosik, seperti metilergonovin - Meningkatkan kontraktil miometrium


maleat (Methergine) atau egonovin untuk memundurkan penyebaran bakteri
maleat (Ergotrate) melalui dinding uteru, serta membantu
pengeluaran bekuan dan fragmen
plasenta yang tertahan.

 Antikoagulan (mis., heparin) - Pada adanya trombofletis pelvis,


antikoagulin mencegah atau
menurunkan pembentukan trombus
tambahan dan membatasi penyebaran
emboli septik.

53
- Bantu dengan prosedur-prosedur, seperi - Mengalirkan/membersihkan area infeksi
insisi dan drainase, atau dilatasi dan kuretase meningkatkan pemulihan dan
( D dan K), bila perlu menurunkan risiko ruptur pada rongga
peritonium. D dan K mungkin
diperlukan untuk menghilangkan produk
yang tertahan pada konsepsi dan /atau
fragmen plasenta.

- Berikan darah lengkap/SDM kemasan, bila - Menggantikan kehilangan darah dan


diperlukan menungkatkan kapasitas pembawa
oksigen pada adanya anemia/ hemoragi
berat.

- Berikan oksigen tambahan bila perlu - Meningkatkan pemulihan dan regenerasi


jaringan, khususnya pada adanya
anemia; dapat menungkatkan oksigenasi
bila emoli paru ada.

- Atur untuk pemindahan ke situasi perawatan - Mungkin perlu untuk klien dengan
intensif dengan tepat infeksi berat (mis; Peritonitis, sepsis)
atau emboli paru untuk memberikan
perawatan yang tepat mengarah pada
pemulihan optimal.

2 Perubahan nutrisi kurang dari Mandiri:


kebutuhan tubuh b.d masukan yang
tidak cukup untuk memenuhi 1. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat - protein membantu meningkatkan
kebutuhan metabolic (anoreksia, besi, pemulihan dan regenerasi jaringan baru.
mual/muntah, pembatasan medis). dan vitamin c bila masukan oral dibatasi. Zat besi perlu untuk sintesis Hb.

54
Vitamin C memudahkan absorpsi zat
DO : besi dan perlu untuk sintesis dinding sel.
- enggan makan
- penurunan masukan oral atau 2. tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/hari - Memberikan kalori dan nutrien lain
kurang masukan oral jus, sup, dan cairan nutrisi lain. untuk memenuhi kebutuhan metabolik
- penurunan berat badan yang serta menggantikan kehilangan cairan,
tidak siantisipasi karenanya meningkatkan volume cairan
sirkulasi.
Kriteria hasil :
Memenuhi kebutuhan nutrisi yang
dibuktikan oleh pemulihan luka 3. Anjurkan tidur/istirahat adekuat. - Menurunkan laju metabolisme,
tepat waktu, tingkat energi tepat, memungkinkan nutrien dan oksigen
penurunan berat badan, dan Hb/Ht untuk digunakan untuk proses
dalam batas normal yang pemulihan.
diharapkan pascapartum. Kolaborasi
- Berikan cairan/nutrisi parenteral, sesuai - Mungkin perlu untuk mengatasi
indikasi. dehidrasi, menggantikan kehilangan
cairan, dan memberikan nutrien yang
perlu bila masukan oral dibatasi.

- Berikan preparat zat besi dan/atau vitamin, - Bermanfaat dalam memperbaiki anemia
sesuai indikasi. atau definisi bila ada.

- Bantu penempatan selang nasogastrik atau - Mungkin perlu untuk dekompresi


Miller-Abbott. gastrointestinal pada adanya distensi
abdomen atau peritonitis.

55
3 Nyeri ( akut ) b.d respons tubuh Mandiri
pada agen tidak efektif, sifat
infeksi (mis., edema kulit/jaringan, 1. Kaji lokasi dan sifat ketidaknyaman atau - Membantu dalam diagnosa banding
eritema) nyeri. keterlibatan jaringan pada proses
infeksi.
DO :
- Perilaku melindungi 2. Berikan instruksi mengenai, membantu, - Meningkatkan kesejahteraan umum dan
- Berfokus pada diri sendiri mempertahankan kebersihan dan pemulihan. Menghilangkan
- Gelisah kehangatan. ketidaknyamanan berkenaan dengan
- Respons autonomik menggigil.

Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi/menggunakan 3. Intsruksi klien dalam melakukan tekhnik - Memfokuskan kembali perhatian klien,
tindakan kenyamanan yang relaksasi; memberikan aktivitas pengalih meningkatkan perilaku yang positif dan
tepat secara individu seperti radio, televisi, atau membaca. kenyamanan.
- Melaporkan ketidaknyamanan
hilang/terkontrol 4. Anjurkan kesinambunagan menyusui saat - Mencegah ketidaknyamanan dari
kondisi klien memungkinkan. Karenanya pembesaran payudara; meningkatkan
anjurkan dan berikan instruksikan dalam keadekuatan suplai ASI pada klien
penggunaan pompa payudara listrik atau menyusui.
manual.

Kolaborasi
- Berikan analgesik atau antipiretik - Menurunkan ketidaknyamanan dari
infeksi

- Berikan kompres panas lokal dengan - Kompres panas meningkatkan


menggunakan lampu pemanas atau rendam vasodilatasi, meningkatkan sirkulasi

56
duduk sesuai indikasi pada area yang sakit dan meningkatkan
kenyamanan lokal.
4 Risiko tinggi perubahan menjadi Mandiri
orang tua b.d interupsi pada proses
pertalian, penyakit fisik, ancaman 1. Berikan kesempatan untuk kontak ibu-bayi - Memfasilitasi kedekatan, mencegah
yang dirasakan pada kehidupan kapan saja memungkinkan. Tempatkan klien terlibat ke dalam preokupasi-diri
sendiri. gambar bayi disamping tempat tidur klien, terhadap pemisahannya dari bayi.
khususnya bila kebijakan rumah sakit
Kriteria hasil : memerlukan pemisahan bayi dari ibu
- Menunjukkan perilaku selama periode demam.
kedekatan terus menerus
selama interaksi orangtua-bayi 2. Pantau respon emosi klien terhadap penyakit - Harapan normal adalah periode
- Mempertahankan/melakukan dan pemisahan bayi, seperti depresi dan pascapartum tidak terkomplikasi dengan
tanggung jawab untuk marah. unit keluarga yang utuh. Penyakit
perawatan fisik dan emosi karena infeksi mengubah situasi serta
terhadap bayi baru lahir, sesuai dapat mengakibatkan pemisahan klien
kemampuan. dari keluarga atau bayi baru lahir, yang
- Mengekspresikan kenyamanan dapat memperberat perasaan terisolasi
dengan peran menjadi orang dan depresi.
tua

3. Anjurkan klien untuk menyusui bayi bila - Keberhasilan dalam menyeklesaikan


mungkin dan meningkatkan partisipasinya tugas-tugas keperawatan bayi
dalam perawatan bayi saat infeksi teratasi. meningkatkan pandangan dan kedekatan
klien dengan bayi. (catatan: tergantung
pada tipe infeksi, bayi yang diberi
makan dengan menggunakan susu botol
mungkin perlu dipisahkan dari ibu untuk
periode waktu yang lama karena mereka

57
tidak mendapat keuntungan proteksi
yang didapat dari ASI.)

4. Observasi interaksi bayi-ibu - Memberikan informasi mengenai status


proses pertalian dan kebutuhan-
kebutuhan klien.

5. Anjurkan ayah/anggota keluarga lain untuk - Dapat membesarkan hati ibu untuk
merawat dan berinteraksi dengan bayi mengetahui bahwa kelurga juga peduli
terhadap bayi serta menyediakan
dukungan emosi.

Kolaborasi
- Buat rencana untuk tindak lanjut evaluasi - Memberikan sumber dan dukungan
yang tepat terhadap interaksi/respon ibu-bayi untuk klien; bermanfaat dalam
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
dan pemecahan masalah yang khusus.

- Identifikasi sistem pendukung individu; - Klien mungkin memerlukan bantuan


rujuk pada lembaga perawatan rumah sesuai untuk pemeliharaan rumah dan aktivitas
indikasi. kehidupan sehari-hari pada saat
mengikuti instruksi pulang untuk
istirahat dan penyembuhan.

58
INFEKSI SALURAN KEMIH

I. Definisi
Infeksi saluran kemih pada postpartum biasanya oleh organisme
gram negative seperti Escherichia coli, yang menginvasi uretra dan
kandung kemih serta menyebabkan sistitis.setelah melahirkan pasien
wanita mengalami penningkatan resiko untuk mengalami masalah saluran
kemih karena diuresis postpartum normal, penurunan sesitifitas kandung
kemih,dan kemungkinan terhambatnya control persyarafan setelah
anaestesia. Ia mungkin mengalami kesulitan berkemih karena trauma
jaringan ,pembengkakan, dan nyeri perineal. Bahkan ketika ia mampu
berkemih, mungkin ia akan berkemih dalam jumlah yang sedkit dan
dengan interval sering, menandakan retensi dengan aliran yang berlebihan.
Bila urin tertahan maka akan menjadi tempat pertumbuhan bakteri yang
baik. Mungkin terjadi sistitis dan pieolonefritis.
Sistitis adalah pembengkakkan kandung kemih, pada 73% sampai
90% kasus bakteri penyebabnya adalah eschericia coli. Pielonefritis adalah
inflamasi pelvic renalis yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Pada
sebagian besar kasus, infeksi menjalar ke atas dari saluran kemih bagian
bawah. Kedua ginjal mungkin terkena. Bila tidak diobati, korteks renalis
bisa mengalami kerusakan dan fugsi ginjal terganggu.

II. Etiologi: Bakteri gram negative, seperti E.Coli, Proteus, Klebsiella,


Enterobakter dan Pseudomonas. Selain mikroorganisme, ISK dapat
pula disebabkan oleh virus, jamur, maupun cacing namun frekuensinya
kecil.

III. Manifestasi Klinis


Disuria,urgensi dan frekuensi urine yang sering, nyeri abdomen
rendah atau area suprapubik, ketidaknyamanan punggung bagian bawah,
dan kemungkinan hematuria. Sebagai tambahan tanda dan gejala sistitis,
pielonepritis dicirikan dengan kekeruhan urine dan tanda sistemik seperti

59
demam tinggi, menggigil,mual, dan muntah-muntah, malaise,
kelelahan,nyeri panggul berat, dan nyeri tekan pada sudut kostovertebral.

60
IV. Patofisiologi
Organisme penyebab infeksi pada sulran kemih yang tersering
adalah Escherichia coli, yang menjadi penyebab pada lebih dari 80 %
kasus. Organisme gram positif kurang berperan dalam UTI pada
perempuan muda. Pada kebanyakan kasus, organisme tersebut dapat
mencapai vesika urinaria melalui uretra. Infeksi di mulai sebagai sistitis,
dapat terbatas di vesika urinaria saja atau dapat pula merambat ke atas
melalui ureter sampai ke ginjal. Organisme dapat sampai di ginjal melalui
aliran darah atau aliran getah bening,tetapi cara ini dianggap jarang
terjadi.vesika urinaria dan bagian atas uretra biasanya steril, meskipun
bakteri dapat ditemukan di bagian bawah uretra.
Tekanan dari aliran urine menyebabkan saluran kemih normal
mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sempat
menyerang mukosa. Mekanisme pertahanan lainnya adalah kerja
antibakteri yang dimiliki oleh mukosa uretra. Meskipun terdapat melamine
pertahanan seperti ini, infeksi mungkin terjadi dan kemungkinan ini
berkaitan dengan faktor predisposisi seperti jenis kelamin
perempuan,obstruksi aliran urin dll.
Anak perempuan dan perempuan dewasa mempunyai insidensi
UTI dan pielonefritis akut lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki
dan laki-laki dewasa, mungkin karena bentuk uretranya yang lebih pendek
dan letaknya berdekatan dengan anus sehingga mudah terkontaminasi oleh
feses. Hidroureter dan hidronefrosis biasanya paling jelas pada ginjal
kanan, selalu terjadi selama masa kehamilan dan menetap selama beberapa
waktu sesudahnya. Pelebaran ini agaknya sebagian disebabkan oleh
relaksasi otot akibat kadar progesteron yang tinggi dan sebagian akibat
obstruksi ureter karena uterus yang membesar. Ketika pelvis ginjal
mengalami distensi akibat urine baru terbentuk, maka otot polos akan
berkontraksi, mendorong urine menuju ureter. Selanjutnya dilatasi ureter
memulai timulnya gelombang peristaltik, sehingga urine mengalir ke
vesika urinaria. Aliran urine akan berlangsung satu arah yaitu dari pelvis
ginjal menuju vesika urinaria, dam aliran balik dicegah adanya katup

61
ureterovesikular, saat tekanan tinggi vesika urinaria.refluks vesiko ureter
didefinisikan sabagai aliran urine retrograde dari vesika urinaria memasuki
ureter terutama sewaktu berkemih. VUR dapat ditemukan pada banyak
pasien terutama anak yang menderita UTI rekuren, dan tanpaknya
merupakan cara organisme untuk memasuki ginjal .
Kateterisasi uretra dan ureter serta sitoskopi sering menyebabkan
infeksi pada vesika urinaria atau ginjal. Selain itu adanya kerusakan saraf
yang mengatur proses berkemih normal dan penyalahgunaann obat
analgesik dalam jangka lama dapat juga menyebabkan infeksi.

V. WOC (terlampir 4)

VI. Pemeriksaan Penunjang Dan Laboratorium


Biakan dan tes sensitifitas urine harus dilakukan diawal kehamilan.
 Urinalisis
- Leukosuria: bila terdapat 5 leukosit/ lapang pandang besar
- Hematuria: bila terdapat 5-10 eritrosit/lapang pandang besar
 Bakteriologis
- Mikroskopis: bila terdapat > 105 organisme koloform/ml urin pada
urin porsi tengah dan terdapat > 103 organisme koloform pada
pengambilan urin melalui aspirasi suprapubik
- kultur kuman : menetukan keberadaan kuman, jenis kuman dan
menentukan jenis antibiotik yang cocok
 Pemeriksaan darah
- lekositosis
- peningkatan LED
- pada infeksi berat diperlukan pemeriksaan faal ginjal
 Pencitraan
- Foto polos abdomen
- PIV (pielogravi intra vena)
- USG dan CT scan

62
VII. Terapi
A. Urinalisis
Lakukan analisis air kemih dan analisis untuk kadar
protein, darah, dan organisme. Urine yang mengandung kadar SDP
yang meningkat (100000/ml organisme), serta didapati protein dan
atau darah, mengindikasikan ISK. Kultur dan sensitifitas urine
diambil, sehingga penentuan antibiotic organisme khusus dapat
diidentifikasi.

B. Penatalaksanaan cairan dan darah


Asupan cairan ditingkatkan hingga 3-4l/hari, untuk
mengencerkan urine, serta dosis pengobatan vitamin C atau jus
berry dipakai untuk mengasamkan urine. Keasaman urine
mengurangi perkembangan bakteri dan meningkatkan kerja
antiseptic pada saluran kemih. Dapat diberikan obat sulonamid
kerja-pendek, seperti nitrofurantoin, sesuai pesanan, kecuali ibu
dalam masa kehamilan, sulfametoksasol atau trimetoprim juga bisa
diberikan. Anti septic saluran kemih atau anti biotic sistemik dapat
juga digunakan. Anti spasmotik atau analgesik urine, seperti
fenazopiridin hidroklrida, bisa diberikan untuk mengurangi rasa
ketidaknyamanan

C. Penatalaksanaan Pielonefritis.
Jika ibu mengalami pielonefritis, ia dapat dirawat-inap
untuk pengobatan dan pemantauan yang ketat, sehingga mencegah
kerusakan ginjal permanen. Diberikan pengobatan perintra vena,
dan dipasang kateter kandung kemih menetap. Berkurangnya
gejala biasannya diperoleh dalam 24-48 jam.

63
VIII. Pemeriksaan fisik
1. Sistem Gastrointestinal : mual, muntah, anoreksia
2. Sistem eliminasi urin: Sering miksi, Rasa panas saat berkemih,
Disuri, Nokturi, Adanya over distensi kandung kemih
3. Sistem neurosensori : Sakit kepala
4. Nyeri atau kenyamanan:
a. Nyeri daerah CVA
b. Nyeri daerah punggung yang menjalar ke abdomen paha
bagian atas
c. Nyeri suprapubik
d. Nyeri meatus uretra
5. TTV: demam, takikardi

IX. Asuhan Keperawatan Pada Infeksi Saluran Kemih


A. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan dahulu
- Obstruksi traktus urinarius
- Hiperplasi prostat benigna
- Batu urinarius
- Infeksi saluran kemih
- Kelainan kongenital pada kandung kemih
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Demam
- Mengigil
- Nyeri Panggul
- Nyeri tekan CVA
- Disuria
- Sering berkemih
- Keletihan
- Sakit kepala
- Poliuri
- Haus berlebihan

64
- Kehilangan berat badan
- Mual dan muntah.

c. Riwayat obstetric
Kehamilan multipara atau primipara, persalinan ke
berapa,jumlah anak hidup, riwayat abortus.
d. Riwayat KB :
Pemakaian kontrasepsi oral

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


- Ketidaknyamanan : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
infeksi saluran kemih
- Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering
berkemih
- Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosisis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan,

65
C. Rencana Keperawatan
Rasional
No Diagnosa Intervensi
1 Ketidaknyamanan : nyeri B.D Mandiri
inflamasi dan infeksi saluran 1. Ambil sampel urine tengah yang cukup - Membanru dalam memntukan jenis
kemih bersih bakteri.

DO:
o wajah tegang 2. Kaji lokasi nyeri, karakteristik nyeri, - Membantu mengevaluaisi derajat
o meringis intensitas nyeri ketidaknymanan nyeri
o perilaku distraksi
o gelisah 3. Dorong pasien mengatakan masalah, - Penurunan ansetas dan takut,
o intensitas nyeri, frekuensi, mendengarkan dengan aktif dan memberi menungkatkakn relksasi sam
lokasi nyeri dukungan serta informasi yang tepat kenyamanan
DS:
o klien mengeluh nyeri 4. Berikan kenyamanan contohnya pijayan - Menurunkan ketegangan oot,
punggung meningkatkan relaksasi dan dapat
o klien mengeluh susuah
meningkatkan kemampuan koping
tidur
o klien mengeluh rasa cemas
5. Dorong penggunaan teknik relaksasi, - Membantu pasien untuk istirahat lebih
dan gelisah contohkan pedoman imajinasi, visulaisasi, efektif da memfokuskan kembali
dan aktivitas terapeutik perhatian, dapat meningkatkan
Kriteria hasil : klien mengatakan kemampuan koping, menurunkan nyeri
nyeri yang dialami berkurang / dan ketidaknyamanan serta mengurangi
hilang dan menunjukan spasme otot.
kemampuan untuk membantu
dalam tindakan kenyamanan
umum dan mampu dalam tindakan

66
kenyamanan umum dan mampu Kolaborasi - Menghilangkan nyeri, meningkatkan
untuk tidur / istirahat dengan tepat 1. berikan obat sesuai indikasi ; aspirin, kenyamanan, dam istirahat
antimirkobaial, antispasmolidik
2. berikan mandi rendam panas bila - Menurunkan kedikanyamanan local dan
diindikasikan mengurangi spasme otot

2 Perubahan pola eliminasi urine Mandiri:


berhubungan dengan sering - Bakteri dapat menyebabkan aksitabilitas
berkemih, urgensi, resistensi 1. Tentukan pola berkemih normal pasien dan sraf yang menyebabkan sensasi
DO: perhatikan variasi kebutuhsn berkemih segera
o Sering miksi
DS: 2. Dorong peningkatan pemasukan cairan - Peningkatan hidrasi membilaas bakteri
o Klien mengatkan rasa
panas saat berkemih 3. Jika frekuensi menjadi maslah, jamin - Berkemih yang sering mengurangi stress
o Klien mengatakan nyeri aklses ke kamar mandi, pispot di tempt rine pada kandung kemih dan
saat berkemih tidur. anjurkn pasien utuk berkaemih kapan menghindari pertumbuhan bakteri
o Klien mengatakan sering saja bila ada keinginan.
buang air kecil dengan
jumlah sedikit-sedikit 4. Sediakan kompres es untk perineum - Mengurangi pembentukan udem dan
selama 1 jam setelah kelahiran. memfasilitsi berkemih.

Criteria hasil: 5. Hindari cairan seperti kopi,the, kola,dan - Dapat mengiritasi


Setelah dilakukan intervensi alcohol
keperawatan, klien akan berkemih
dalam jumlah normal dan pola Kolaborasi
seperti biasanya 1. Pasang kateter 1. kateter dapat mempertahankan aliran
urine

67
3. Kurang pengetahuan tentang Mandiri;
kondisi, prognosis, dan kebutuhan 1. Kaji ulang proses penyakit, prognosis, dan - Memberi dasar pengetahuan dimana
pengobatan b.d. kurang terpajan, faktor pencetus pengalaman. pasien dapat membuat pilihan informasi
DO terapi
o Terdapat kealahan
pernyataan dari klien 2. Tunjukkan perawatan personal hiegyene - Mengurangi konsentrasi patigen pada
tentang penyakitnya orifisium vagina.
o Pertanyaan/permintaan
informasi 3. Tekankan pentingnya pemasukan cairan - Mempertahankan haluaran urine untuk
o Tidak akurat mengikuti menurunkan resiko infeksi dan
instruksi pembentukan batu.
o Terjadinya komplikasi yang
dapat di cegah 4. Anjurkan menghindari minuman yangh - Dapat mengiritasi saluran kemih dan
DS: mengiritasi seperti: kopi, teh, kola dan mempermudah terbentukanya batu.
o Klien mengatakan bingung alcohol
dengan prosedur terapi
o Klien mengatakan tidak 5. Diskusikan penggunaan diet asam (contoh: - Pengasaman urine untuk menurunkan
berri, plum, sereal nasi, kacang, keku, resiko infeksi dan pembentukan batu.
tahu dengan penyakitnya
ikan)
Criteria hasil:
6. Sarankan pada wanita beresiko untuk:
setelah dilakukan intervensi
keperwawatan, klien aka  berkemih bila einginan terasa dan setelah  Untk memnjaga saluran bawah bbas
mengatakan pemahaman proses hubungan seksual dari bakteri
penyakit dan berpartisiasi dalam
program pengobatan  membersihkan perinela dari depan ke  Pembersihan yang tepat setelah
belkng setelah buang air besar buang air menghindari uretra
terkontaminasi

68
 hibdari penggunaan sabun dengan  Sejumlah sabun dapat mengiritasi
farfum kuat perineal
 gunakan pakain dalan dari katun  Kain katun msirkulasi udara yang
daripada nilon baik untuk mengeringkan daerah
perineal

7. Dorong melaksanakan aktivitas latihan - Imobolisasi meningkatkan stasis urine


dan perpindahan kalsium dari tulang,
potensial resiko pembentukan batu.

8. Dorong, berikan kesempatan untuk bertanya - Meningkatkan proses belajar,


meningkatkan pengambilan keputusan ,
dan menurunkan ansietas sehubungan
dengan ketidaktahuan.

9. Tekankan pentingnya perjanjian evaluasi - Pengawsan penyembuhan, proses


penyakit: memberikan kesempatan
untuk diskusi

10. Jika ibu sedang dalam pengobatan sulfo- - Sulfonamide disekresikan did lam ASI
namide, ajarkan klien bahwa pemberian dan bercampur dengan protein, sehingga
ASI sebaiiknya dihentikan dan ajarkan dapat mengakibtakan ikterik
bagaimana cara memompa payudara neonatorum

11. Jelaskan pada ibu bahwa obat-obatan yang - Azo gantrisin dapat mengubah warna
diresepkan bisa merubah warna urine urine menjadi merah atau merah
kekuningan, nitrofurantoin
mengakibatkan warna urine coklat

69
MASTITIS pada Ibu Postpartum

I. Definisi
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada duktus
(saluran susu) hingga puting susu pun mengalami sumbatan. Mastitis ini biasanya
diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Radang ini terjadi karena
si ibu tidak menyusui atau puting payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ini
bisa terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus.

II. Etiologi

Mastitis disebabkan oleh organisme S. aureus, Candida albican dan


Haemophilus parainfluenza yang berasal dari hidung dan tenggorokan bayi.
Factor-faktor yang mempengaruhi: penyumbatan saluran susu, daya tahan ibu
yang rendah, berkaitan dengan kelelahan atau stress, tangan yang tidak bersih,
keretakan atau keretakan atau terbelahnya puting.

III. Manifestasi Klinis


 Dimulai dengan adanya rasa gatal pada puting dan berkembang menjadi
adanya rasa nyeri saat bayi menyusui, Namun tidak semua kasus mastitis
ada keluhan nyeri,
 Adanya rasa demam dan
kemerahan disekitar area hisapan.
 Sisi yang mengalami sumbatan
duktus akan menunjukkan warna
kemerahan yang lebih jelas
dibandingkan daerah lainnya,
 Umumnya disertai dengan rasa
nyeri yang hebat terutama bila tersentuh hingga tidak dapat menggendong
bayi pada sisi yang mengalami mastitis karena sensasi rasa sakitnya.
 Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam, rasa
dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.

70
Dilihat dari penyebabnya, mastitis tidak dipengaruhi oleh faktor
keturunan, melainkan lebih kepada faktor hormonal dan infeksi. Lain dengan
kanker payudara yang dipengaruhi faktor hormonal bahkan faktor keturunan.
Pada mastitis yang disebabkan infeksi kuman, terkadang berkembang
menjadi suatu abses/ kumpulan nanah dalam rongga baru di jaringan kelenjar
payudara. Nanah ini terbentuk dari kumpulan bakteri, jaringan, dan leukosit baik
yang mati ataupun yang hidup. Bahayanya, nanah ini bisa menyebar ke bagian
tubuh lain hingga menyebabkan rasa meriang/demam tinggi dan menggigil,
keringat banyak, turunnya daya tahan tubuh, bahkan hingga menurunnya
kesadaran. Kalau sudah begini, mau tak mau harus dilakukan penanganan dokter
secara seksama. Setelah dilakukan diagnosa, dokter bisa menentukan langkah
penyembuhan yang tepat, baik dengan pemberian antibiotik saja atau harus
dilakukan tindakan operasi.
Bila ditemukan gejala menetesnya cairan dari putting, maka perlu
dilakukan pemeriksaan yang disebut duktografi. Pemeriksaan dilakukan dengan
memasukan bahan kontras, dimana akan dilakukan foto di saluran payudara,
dengan demikian dapat diketahui adanya sumbatan atau polip pada saluran
tersebut. Dalam kasus mastitis periductal, terkadang dilakukan juga langkah
biopsi bila disertai massa tumor, minimal untuk menyingkirkan kemungkinan
tumor atau kanker. Sedangkan bila ternyata ditemukan benjolan tersebut diduga
suatu abses, apalagi yang mengandung nanah, maka harus dilakukan operasi
berupa insisi dan drainase, yaitu operasi penyayatan dan penyaluran nanah. Perlu
diingat bahwa operasi pengeluaran nanah ini harus dilakukan pada waktu yang
tepat, yaitu pada saat benjolan tersebut melunak / matang agar mudah dikeluarkan.

71
IV. Patofiologi
Pada dasarnya gejala yang timbul akibat mastitis ialah timbulnya benjolan
di payudara. Benjolan/penebalan ini berwarna merah, juga terasa panas dan nyeri.
Nyeri yang timbul ialah berupa rasa 'nyut-nyut' di daerah payudara, apalagi bila
benjolan ini sebagai bisul yang pecah, maka penampilannya jadi mengerikan
selain nyeri yang menyertainya. Rasa nyeri inilah yang merupakan perbedaan
mendasar antara mastitis dan kanker payudara. Pada kanker payudara, pada
awalnya pengidap tidak akan merasa nyeri sama sekali, melainkan hanya timbul
benjolan.
Benjolan yang ada pada mastitis bukan seperti kanker yang bentuknya
keras, melainkan berupa penebalan yang berisi cairan. Radang biasanya
menyerang salah satu payudara saja, tapi tidak menutup kemungkinan bisa
menyebar hingga kedua payudara terinfeksi. Pada beberapa kondisi, mastitis bisa
menyebabkan keluarnya cairan dari daerah puting, cairan ini berwarna putih
kekuningan serupa nanah. Lain dengan kanker payudara dimana cairan yang
keluar dari puting biasanya merah atau kuning kecoklatan seperti noda darah.
Terkadang perasaan seperti puting tertarik juga dialami pengidap.
Ada tiga jenis mastitis yaitu mastitis periductal, mastitis pueperalis, dan
mastitis supurativa. Ketiga jenis mastitis ini muncul akibat penyebab yang
berbeda dan muncul dalam kondisi yang juga berbeda. Mastitis periductal
biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab utamanya
tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mamary duct
ectasia, yang berarti pelebaran saluran karena adanya penyumbatan pada saluran
di payudara.
Menurut dr. Samuel J. Haryono, SpB K Onk dari RS Kanker Dharmais,
pada wanita usia 45 tahun ke atas atau pada usia memasuki menopause, beberapa
pemicu reaksi peradangan ialah perubahan hormonal dan aktivitas menyusui di
masa lalu. Faktor penyebab penyumbatan yang utama ialah jaringan yang mati
dan air susu itu sendiri. Tumpukan jaringan mati dan air susu di saluran payudara
ini menyebabkan buntunya saluran dan pada akhirnya malah melebarkan saluran

72
di belakangnya, yang biasanya terletak di belakang puting payudara. Hasil
akhirnya ialah reaksi peradangan yang disebut mastitis periductal.
Jenis kedua ialah mastitis pueperalis atau disebut juga lactational mastitis,
jenis ini banyak diidap wanita hamil atau menyusui. Menurut dr. Samuel, sekitar
90 persen penyebab utama mastitis jenis ini ialah akibat kuman yang menginfeksi
payudara ibu. Hal ini dikarenakan air susu merupakan media yang subur bagi
pengembang biakan berbagai jenis kuman. Jenis kuman yang paling umum
ditemui pada mastitis jenis ini ialah Staphylococcus aureus, yang bisa ditransmisi
ke puting ibu melalui kontak langsung. Ibu yang sedang menyusui, bisa
mendapatkan kuman ini dari kontak dengan mulut bayi, tapi bisa juga dilakukan
penularan sebaliknya, dari ibu ke bayi melalui plasenta.
"Asal kuman pastinya dari kontak langsung antara puting dengan dunia
luar, baik itu dari mulut bayi atau mulut suaminya, apalagi pada orang dengan
kesehatan mulut rendah seperti mulut dari pengisap rokok," tutur dokter spesialis
bedah onkologi ini.
Jenis terakhir ialah mastitis supurativa. Mastitis jenis ini ialah yang paling
sering ditemui. Mirip dengan jenis sebelumnya, mastitis jenis ini juga disebabkan
kuman staphylococcus. Selain itu bisa juga disebabkan oleh jamur, kuman TBC,
bahkan sifilis.
Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila
penanganan tidak tuntas, bukan mustahil langkah mastektomi/pengangkatan
payudara harus dilakukan. "Kelainan di kelenjar dan saluran payudara bisa
menyebar tak terkendali dan bahkan bisa berulang kejadiannya bila penanganan
tidak tuntas," tegas dokter kelahiran Yogyakarta ini.

V. WOC (terlampir)

VI. Pemeriksaan Penunjang


- Uji Laboratorium
Infeksi mastitis biasanya didindikasikan oleh peningkatan jumlah
lekosit dan jumlah bakteri.

73
VII. Terapi
 Terapi pengobatan.
Antibiotic yang dipesankan untuk pemakaian 10 hari penuh, sekalipun
jika gejala telah reda dalam beberapa hari. Antipiretik seperti
asetaminofen dan obat antiinflamasi nonsteroid juga digunakan.
 Dianjurkan pemberian ASI kontinu. Bila ada infeksi jamur, baik ibu
dan bayi, keduanya diobati dengan nistatin selama 14 hari.
 Penatalaksanaan abses pada payudara.
Jika terbentuk abses pada mammae, ASI an setiap drainase dikultur.
Area yang mengalami abses perlu diinsisi, didrainase serta dikompres
dengan kasa steril.

Tindakan Pencegahan
1. Diskusikan tentang faktor-faktor pencetus
2. Gunakan teknik mencuci tangan yang baik.
3. Latih ibu tentang perawatan mammae: mencuci tangan sebelum memegang
mammae atau puting susu, membersihkan mammae hanya dengan air (untuk
mempertahankan lapisan minyak pelindung pada lapisan atas, pakai bra
penyokong setip saat untuk menghindari stasis susu pada lobus mamae yang
lebih rendah, dan mengganti bra dan pembalut mammae secara berkala
4. Memberikan tambahan pengetahuan kepada ibu, tentang teknik pemberian
ASI, seperti posisi, frekuensi, dan cara melepaskan bayi dari puting
mammae.
5. Memberikan perhatian khusus kepada ibu yang saluran susunya terhalang,
yang dapat meningkatkan risiko terhadap mastitis.

Jika Ibu Mengalami Mastitis


1. Berikan obat-obatan analgetik per oral sesuai pesanan dan obat ini biasanya
diberikan sebelum menyusui, untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan.
2. Ajari ibu untuk meningkatkan frekuensi menyusui, meningkatkan asupan
cairan (6-8 gelas air sehari), anjurkan teman atau anggota keluarga
membantu dalam perawatan, sehingga dapat meningkatkan masa istirahat,
pemberian ASI mula-mula diberikan, pada mammae yang tidak terkena,

74
hingga terjadi pengeluaran ASI(meningkatkan pengosongan yang komplet
dari kedua mammae), memperlihatkan pengeluaran susu paling sedikit
setiap 3 jam, dan memijat area mammae yang melekuk kearah puting susu
selama menyusui
3. Suhu tubuh ibu biasanya dipantau setiap 4 jam, hingga infeksi dapt diatasi
4. Anjurkan ibu mengunjungi tempat pelayanan kesehatan jika tidak ada
kemajuan dalam 12-14 jam atau jika demam berlangsung lama, sebaliknya
ia memberi tahu penyedia asuhan kesehatan. Jika ibu sedang mengkonsumsi
antibiotik dan bayi menjadi diare, sebaliknya ia menjelaskan hal ini kepada
dokter.
5. Berikan motivasi jika ibu membutuhkan penghentian pemberian ASI untuk
sementara, dan melatihnya mengeluarkan susu.

VIII. Pemeriksaan Fisik

IX. Asuhan keperawatan Mastitis pada Ibu Postpartum

A. Pengkajian
 Periksa mamae terhadap area kemerahan, nyeri tekan, dan
pembengkakan yang terlokalisir. Pada palpasi, daerah tersebut mungkin
sangat keras dan teraba panas, dan gumpalan mungkin terasa seperti
sebuah batu barus yang keras.

 Inspeksi puting bila terdapat fisura dan keretakan karena ini merupakan
jalan tempat masuk terhadap infeksi. Waspada terhadap puting yang
meradang dan terasa sangat sakit, yang bisa berindikasi infeksi fungus
dan yeast. Abses pada mammae tampak berupa inflamasi lokal yang
nyeri, teraba keras di bawah permukaan kulit.

75
 Kaji keadaan fisik umum ibu. Gejala yang sistematis termasuk gejala
menyerupai flu: sakit kepala, malaise, nyeri otot, frekuensi nadi yang
cepat, dan suhu sekitar 38.5C.

 Kaji pola makan dan tidur serta tingkat stress ibu. Penurunan dalam
asupan makan, serta tidur atau stress, dan aktivitas yang berlebihan dan
menurunkan daya tahan ibu terhadap infeksi.

 Kaji riwayat untuk faktor-faktor presipiyasi saat menyusui, seperti


ketidakefektifan pengosongan mammae, pembengkakan, kompresi
mammae yang berasal dari pakaian atau BH yang ketat, atau perubahan
yang mendadak dalam pola menyusui seperti bayi tidur sepanjang
malam, dan penggunaan suplemen makanan.

 Inspeksi mulut bayi bila terdapat bercak putih yang dikelilingi oleh
kemerahan pada membran mulut, yang berindikasi infeksi akibat
Candida albicans, atau infeksi sariawan pad mulut.

B. Diagnosa Yang mungkin muncul


 Perilaku mencari kesehatan yang berhubungan dengan kekurangan
informasi tentang praktek menyusui yang tepat
 Resiko infeksi yang berhubungan dengan fissura dan trauman pada
jaringan atau puting payudara.
 Menyusui yang tidak efektif yang berhubungan dengan nyeri sekunder
akibat mastitis

76
C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional


1. Menyusui yang tidak efektif 1. Menyuruh Ibu Segera tidur bila menduga adanya
yang berhubungan dengan mastitis dan istirahatlah dengan benar. Duduk lama
nyeri sekunder akibat selama beberapa jam tanpa melakukan aktifitas
mastitis dapat membantu memperpendek durasi mastitis.

DO: 2. Konsumsi echinacea dan vitamin C. - Untuk meningkatkan sistem imun dan membantu
- Puting Mammae merah, melawan infeksi. Jika infeksi terjadi hingga berhari-
lecet dan retak-retak hari konsultasikan kepada dokter
- Saat bayi menghisap
puting susu ibu, ibu 3. Kompres air hangat pada daerah yang mengalami - Membantu mempercepat menghilangkan sumbatan
meringih kesakitan sumbatan duktus.
DS:
- Ibu mengatakan malas 4. Bantuan pancuran air hangat (shower hangat) - Membantu mempercepat menghilangkan sumbatan
menyusui bayi karena untuk mandi, akan sangat.
sakit
- Ibu mengatakan sekitar 5. Tetap berikan ASI kepada bayi, bila gagal coba - Membantu mempercepat menghilangkan sumbatan
payudara bengkak dan lagi, susui terutama payudara yang sakit sesering
merah dan selama mungkin sehingga sumbatan tersebut
lama-kelamaan akan menghilang. Bila gagal
Kriteria Hasil: gunakan pompa sedot.
- Ibu tidak mengeluh nyeri
- Bengkak teratasi 6. Lakukan pemijatan terus menerus saat menyusui - Membantu mempercepat menghilangkan sumbatan
- Anak mendapatkan ASI juga sangat membantu.
adekuat

77
Lampiran 1. WOC Perdarahan Postpartum

Ekstraksi Kontraksi Villi Korialis Anastesi Memijat & Janin Besar, Solusio Plasenta,
Uterus menembus
Villi korialis Lokal mendorong Uterus Janin Multipel retensi jar mati, emboli
Lemah desidua
menembus desidua kebawah waktu Hidramnion air ketuban
plasenta belum
Relaksasi Distensi Uterus
Plasenta lekat di lepas Hipofibri nagenemia
uterus Uterus besar
Plasenta lepas uterus
Permukaan vagina sebagian dan lembek
Kelainan Proses
Plasenta tidak Lepas Hipotoni / Atonia Uteri pembekuan darah
Perdarahan Ligamentum Latum sama sekali
terbuka
Kontraksi uterus ↓
Perdarahan (-)
Jahit
Cabang Arteri Kemampuan darah terbuka
uterine putus
PERDARAHAN
POSTPARTUM
Kematian
Kehilangan darah eksesif
MK: Defisit Vol Cairan
Tindakan
Darah dalam sirkulasi menurun
MK: Curah Jantung menurun
Tindakan Op Isolasi
MK: Nyeri, Cemas
Darah ke Jaringan menurun
MK: MK: Ggn Perfusi Jaringan
Resiko perubahan Resiko Cedera
Hubungan
orang tua-bayi

78
Lampiran 2. WOC Tromboflebitis

Pembesaran Uterus Kehamilan Kelahiran


Caesar
Tek. Pemb.Darah Besar
pada ekstremitas bawah Faktor koagulasi ↓ Perub system fibrinolisis
dan pelvia Cidera pada intima
Venastasis Pe↑ pembentukan Penghancuran bekuan darah pembuluh darah
Dilatasi Pemb darah bekuan darah di tekan

Bendungan darah PostPartum

TROMBUS
(TROMBOSIS)

Trombosis Vena Superfisial Trombosis Vena Dalam

Area Betis
Obstruksi Refleks Spasme arteri Trombus lepas
Dilatasi Pembuluh darah Vena Balik Emboli
Kaki pucat/dingin
Inflamasi Udema Eritema Arteri paru/cabangnya MK: Perub.
Betis Nadi Perifer↓ Perfusi jaringan
Obstruksi Aliran darah
Ekstremitas Nyeri Kaku Malaise MK:
Merah Resiko
Lunak dan Kelebihan Obstruksi A.Pulmonalis Infark Paru Ketidakseimbangan
Panas MK: Nyeri vol cairan Utama ventilasi dan perfusi
Aliran darah Ventrikel Nyeri Pleuritik, Reflek Bronkospasme
kanan tersumbat Hemoptisis pleuritik,
Friction Rub. Hipoksemia
Kematian
MK: Nyeri, MK: Perub. Pola
79 Ansietas Nafas
Lampiran 3. WOC Infeksi Puerperal

Tertinggalnya sisa plasenta, Tindakan bedah vaginal Droplet Infection Infeksi Intrapartum,
selaput ketuban, Teknik Aseptik Koitus yg mengakibatkan pecahnya
dan bekuan darah. ketuban, infeksi nosokomial

Meningkatkan invasi kuman

Infeksi

Endometritis
Pneu, vulva, vagina, pelvik Infeksi sistemis melalui peredaran darah

Nyeri, Perforasi Demam


In-formasi Uterus bersrak,
Lokia bau
Periponitis MK: Hipotermi

Demam Nyeri
Demam
Nyeri
MK: Nyeri

Mual, muntah Anoreksia MK: Gangguan nutrisi


Kurang dari kebut tubuh.

80
Lampiran 4. WOC Infeksi Saluran Kemih

81
Lampiran 5. WOC Mastitis

Kontak fisik: Kurang pengetahuan


perawatan mamae
- Dari bayi
- Ibu hamil Perawatan mamae tidak adekuat
- Dan lain-lain
Mulut bayi, suami,
Lesi mamae tangan tidak bersih

Keretakan/ Invasi kuman


puting terbelah pada mame

Infeksi (mastitis)

Inflamasi Nyeri saat MK :


menyusui Ggn rasa nyaman:nyeri
Menyusui tidak efektif
Abses

MK : Gangguan citra tubuh Perubahan bentuk


payudara

82

Anda mungkin juga menyukai