ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KOMPLIKASI POSTPARTUM
Oleh:
Kelompok III
2
PERDARAHAN POSTPARTUM
I. Defenisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama
24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta.
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc
dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH,
1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml
dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran
(Marylin E Dongoes, 2001).
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
- Early Postpartum
Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
- Late Postpartum
Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan
komplikasi perdarahan post partum :
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.
3
II. Etiologi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1. Atonia Uteri
2. Retensi Plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4. Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c. Rupture uteri
5. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia
Tanda yang sering dijumpai :
- Perdarahan yang banyak.
- Solusio plasenta.
- Kematian janin yang lama dalam kandungan.
- Pre eklampsia dan eklampsia.
- Infeksi, hepatitis dan syok septik.
6. Hematoma
7. Inversi Uterus
8. Subinvolusi Uterus
4
1. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi
vakum, forsep.
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan
kembar, anak besar.
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inversi uteri primer dan sekunder.
5
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi
tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
IV. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang
melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus
menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan
rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah,
penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena
tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga
merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit
dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan
jalan lahir adalah:
Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih
tinggi.
2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
3. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika,
kontraksi yang lemah tersebut menjadi kuat.
Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).
1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.
6
2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-
menerus. Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus
mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.
7
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya
penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan.
Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan
suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang
diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila
perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa
kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum
ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah
ke rahim atau pengangkatan rahim.
8
Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta
2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni
uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat
kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar
(plasenta inkarserata).
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi
bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan
indikasi untuk segera mengeluarkannya.
Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum
penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
9
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum
perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak,
sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap
tinggi di dalam abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran lokia
seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bntuk serosa, lalu ke bentuk lokia
alba. Lokia bisa tetap dalam bentuk rubra, atau kembali ke bentuk rubra dalam
beberapa hari pacapartum. Lokia yang tetap bertahan dalam bentuk rubra
selama lebih dari 2 minggu pascapatum sangatlah perlu dicurigai terjadi kasus
subinvolusi. Jumlah lokia bisa lebih banyak dari pada yang diperkirakan.
Leukore, sakit punggung, dan lokia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada
infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat perdarahan yang tidak teratur, atau
perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran.
Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse
jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya
segera dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus
yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri :
1. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri
namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian
sudah keluar vagina.
10
Penyebab inversio uteri :
1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan
intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta
yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.
11
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan
postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan
postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
robelan servik atau vagina.
f. Robekan Serviks
Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik
seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan
pervaginam. Robekan servik yang luas menimbulkan perdarahan dan
dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan
yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus
sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir,
khususnya robekan servik uteri
g. Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak
sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi
lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih
12
apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding
lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.
h. Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum
umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala
janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa,
kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih
besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika
V. WOC (terlampir 1)
VII. Terapi
13
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi
dengan kuat, uterus harus diurut :
Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian
bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada
terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus,
mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan
lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain
atoni uteri.
Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus
uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus
dilakukan.
Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai
selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna
merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen
plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra
indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi.
Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang
beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan
rendam duduk setelah 12 jam.
Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran
jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh
14
darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan
ini belum dilakukan diruang persalinan.
Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal,
terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan
mengurut uterus secara efektif
Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV,
dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik,
untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan
kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.
Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit
bila terdapat tanda kegawatan pernafasan.
15
Menekan uterus-perasat Crede.
Tahan fundus uteri/(fundus steun) atau kompresi aorta.
Tentu saja, urutan di atas dapat dilakukan jika fasilitas dan kemampuan
penolong memungkinkan. Bila tidak, rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan
operasi histerektomi, dengan terlebih dahulu memberikan uterotonika intravena serta
infus cairan sebagai pertolongan pertama.
16
b. Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi
dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :
1. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)
2. Sistem vaskuler
Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian
tiap 8 jam berikutnya
Tensi diawasi tiap 8 jam
Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan
merah
Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan
kekenyalan
Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis,
defek koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.
3. Sistem Reproduksi
a. Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat
hari post partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi
tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya
b. Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari
terhadap warna, banyak dan bau
c. Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat
tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya
yang lepas
d. Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
e. Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan
kolostrum
f. Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada
ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi)
17
4. Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar
atau tidak, spontan dan lain-lain
5. Traktur gastro intestinal
Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi
6. Integritas Ego
Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir
18
(>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin , mual.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan
hemopilia dan penyakit menular.
- Riwayat obstetrik
a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya
siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin
yang keberapa, Usia mulai hamil
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah
ada abortus, retensi plasenta
2. Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam
persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir,
panjang waktu lahir
3. Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada
pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas,
tinggi fundus uteri dan kontraksi
19
a. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik
sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada
masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
b. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya
perubahan pola miksi dan defeksi.
BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya
dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )
c. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran
dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
d. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi,
keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti
balutan atau duk.
20
C. Rencana Keperawatan
21
- TTV stabil sampai volume cairan telah menurun
- Pengisian kapiler cepat sampai 30-50%. Sianosis adalah tanda
- Haluaran urine adekuat akhir dari hipoksia (rujuk pada DK :
perfusi jaringan, perubahan)
7. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan - Meningkatkan relaksasi dapat menurunkan
psikologis ansietas dan kebutuhan metabolik
2 Perubahan perfusi jaringan 1. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan setelah kehilangan - Nilai bandingan membantu menentukan
berhubungan dengan darah. Kaji status nutrisi, tinggi dan berat badan beratnya kehilangan darah. Status yang ada
hipovolemia sebelumnya dari kesehatan yang buruk
meningkatkan luasnya cedera dar
DO: kekurangan oksigen
- Penurunan pulsasi
arteri, 2. Pantau tanda-tanda vital, catat derajat dan durasi - Luasnya keterlibatan hipofisis dapat
- Ekstremitas dingin episode hipovolemik dihubungkan dengan derajat dan durasi
- Perubahan tanda-tanda hipotensi. Peningkatan frekuensi
vital pernafasan dapat menunjukkan upaya
- Pelambatan pengisian untuk mengatasi asidosis metabolic pada
22
kapiler pasien
- Penurunan produksi
ASI 3. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya - Perubahan sensorium adalah indikator dini
perubahan perilaku dari hipoksia. Sianosis, tanda lanjut,
DS: mungkin tidak tampak sampai kadar PO2
- Ibu mengatakan Asi turun dibawah 50 mmHg
sedikit
- Ibu mengatakan tangan 4. Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi, dan - Pada kompensasi vasokonstriksi dan pirau
dan kakinya dingin lidah. Perhatikan suhu kulit organ vital, sirkulasi pada pembuluh darah
perifer diturunkan yang mengakibatkan
Tujuan : Tidak terjadi sianosis dan suhu kulit dingin.
perfusi jaringan
5. Kaji payudara setiap hari, perhatikan ada atau - Kerusakan atau keterlibatan hipofisis
Kriteria hasil : tidaknya laktasi dan perubahan pada ukuran anterior menurunkan kadar prolaktin
Menunjukkan tanda- payudara mengakibatkan tidak adanya produksi ASI
tanda vital dalam dan akhirnya menurunkan jaringan
rentang normal payudara.
Ekstremitas hangat
Kapiler refill < 3 detik Kolaborasi
Peningkatan produksi 6. Pantau GDA dan kadar pH - Membantu dalam mendiagnosa derajat
ASI hipoksia jaringan atau asidosis yang
Nilai laboratorium diakibatkan dari terbentuknya asam laktat
dalam rentang normal dari metabolisme anaerob
yaitu Hb/Ht, GDA
7. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan - Memaksimalkan ketersediaan oksigen
untuk transport sirkulasi ke jaringan
23
3 Ansietas b.d krisis situasi, Mandiri
ancaman perubahan pada
status kesehatan atau 1. Evaluasi respons psikologis serta persepsi klien - Membantu dalam membentuk rencana
kematian, ransmisi / terhadap kejadian hemoragi pasca partum. perawatan. Persepsi klien tentang kejadian
penularan antar pribadi, mungkin menyimpang, memperberat
respons fisiologis ansietasnya
(pelepasan Katekolamin)
2. Evaluasi respons fisiologis pada hemoragi - Meskipun perubahan pada tanda vital
DS:: pasca partum, misalnya takikardia, takipnea, mungkin karena respons fisiologis, ini
- Klien mengungkapkan gelisah atau iritabilitas dapat diperberat atau dikomplikasi oleh
perasaan cemas. faktor-faktor psikologis
DO: 3. Sampaikan sikap tenang, empati dan - Dapat membantu klien mempertahankan
- fokus perhatian mendukung kontrol emosional dalam berespons
menyempit pada diri terhadap perubahan status fisiologis.
sendiri Membantu dalam menurunkan transmisi
- gelisah ansietas antar pribadi
- peningkatan
ketegangan - Informasi akurat dapat menurunkan
4. Berikan informasi tentang prosedur tindakan ansietas dan ketakutan yang diakibatkan
Tujuan: dan keefektifan intervensi oleh ketidaktahuan
Ansietas dapat berkurang/
terkontrol - Pengungkapan memberikan kesempatan
5. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan untuk memperjelas informasi, memperbaiki
Kriteria Hasil : ansietas, berikan kesempatan pada klien untuk kesalahan konsep dan meningkatkan
mengungkapkan perasaan perspektif, memudahkan proses pemecahan
Klien mengungkapkan masalah
kesadaran terhadap
perasaan dan penyebab - Ansietas berat atau lama dapat diantisipasi
ansietas 6. Kaji strategi koping dan implikasi jangka bila komplikasi permanen
24
panjang dari episode hemoragi
Klien mengidentifikasi
cara-cara sehat untuk
menghadapi perasaan
Melaporkan ansietas
berkurang
Tampak rileks, dapat
tidur/istirahat dengan
tepat
25
GANGGUAN TROMBOEMBOLI (TROMBOPLEBITIS)
I. Definisi
Tromboplebitis adalah infeksi pada endotel pembuluh darah dengan
bekuan-bekuan yang menempel pada dinding pembuluh darah. Sedangkan
menurut Doenges,2000 Tromboplebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan
dalam vena sekunder akibat inflamasi/trauma dinding vena atau karena obstruksi
vena sebagian.
Trombus adalah kumpulan dari faktor-faktor darah terutama platelet dan
fibrin di dinding pembuluh darah. Trombus dibentuk sewaktu aliran darah
terganggu. Awalnya, trombus dapat meluas dengan lapisan-lapisan yang berturut-
turut dari platelet, fibrin dan sel darah sebagai aliran darah melewati bekuan.
Pembentukan trombus seringkali dihubungkan dengan proses inflamasi pada
dinding pembuluh darah yang disebut tromboplebitis.
II. Etiologi
Tiga penyebab utama trombosis yaitu :
Vena stasis
Kehamilan dikarakteristikkan oleh peningkatan vena stasis pada
ekstremitas bawah dan pelvis sebagai hasil dari tekanan pembuluh darah
besar karena pembesaran uterus. Stasis paling nyata ketika wanita hamil
berdiri untuk periode waktu yang lama. Stasis menyebabkan dilatasi
pembuluh darah dan potensial berlanjut menjadi bendungan postpartum.
Inaktivitas relatif selama kehamilan juga berperanan penting dalam
bendungan vena dan darah yang stasis di ekstremitas bawah. Waktu yang
lama dalam memijakkan kaki selama kehamilan dan perbaikan episiotomi
juga meningkatkan vena stasis dan resiko pembentukan trombus.
26
Hypercoagulation
Kehamilan juga dikarakteristikkan oleh perubahan dalam
pembekuan dan sistem fibrinolisis yang berlangsung dalam periode
postpartum. Selama kehamilan, tingkat dari faktor koagulasi (terutama
fibrinogen, faktor VII, VIII, IX dan X) menurun. Sistem fibrinolisis
(aktivasi plasminogen dan antitrombin III) yang menyebabkan
penghancuran bekuan ditekan. Keuntungannya yaitu mencegah perdarahan
maternal melalui peningkatan pembentukan bekuan. Di samping itu
menyebabkan resiko tinggi untuk pembentukan trombus selama kehamilan
dan periode postpartum karena faktor mencegah penurunan pembentukan
bekuan.
Faktor Predisposisi
Vena varises
Obesitas
Riwayat tromboplebitis
Merokok
Wanita usia > 35 tahun
Paritas > 3 kali
Inaktivitas
Kelahiran cesar
Diabetes mellitus
27
III. Manifestasi Klinis
a. Trombosis Vena Superfisial
Trombosis vena superfisial biasanya disertai oleh tanda dan gejala
inflamasi. Tromboplebitis superfisial biasanya dihubungkan dengan vena
varises dan terbatas pada area betis. Tanda dan gejalanya meliputi
ekstremitas kemerahan, lunak dan hangat. Palpasi luas dan penyempitan
vena. Wanita juga mengalami nyeri ketika berjalan.
c. Emboli Pulmonal
Emboli pulmonal merupakan suatu gangguan yang disebabkan
oleh fragment trombus (embolus) yang dibawa oleh sirkulasi vena ke
jantung bagian kanan. Manifestasi klinis biasanya tergantung pada berapa
banyak aliran darah yang obstruksi seperti :
Dispnea
Nyeri dada yang hebat
Syncope
Takipnea
28
Batuk
Hemoptisis
IV. PATOFISIOLOGI
Penyakit tromboembolik terutama mengacu kepada tromboflebitis
superficial (trombus yang berkaitan dengan inflamasi), yang terutama
terbentuk di vena safena, tampak pada hari ke-3 atau ke-4 postpartum, dan
memperlihatkan kemajuan klinis dalam 48 jam terapi. Tromboflebitis
sering tampak berupa area lokal yang panas dan kemerahan, nyeri betis
ringan, vena yang tampak dan dapat dipalpasi, serta suhu tubuh yang
normal atau tingkat demam rendah. Trombosis vena profunda (Deep vein
thrombus, DVT) terlihat pada ibu yang memiliki peningkatan.
Pada vena yang normal dapat terjadi trombosis karena eksogen,
misalnya trauma, kelelahan, kurang gerak/imobilisasi, pasca bedah, atau
adanya keganasan yang terjadi hanya pada salah satu segmen vena.
Trombosis iini menyebabkan reaksi radang local pada dinding vena.
Dalam hal ini, trombosis terjadi karena perlambatan aliran darah, kelainan
dinding pembuluh darah, atau gangguanpembekuan darah (TRIAS
VRCHOW).
Pada vena yang mengalami pelebaran atau varises, turbulensi darah
pada kantong vena di sekitar katup merangsang terjadinya trombosis.
Menipisnya dinding vena mempercepat proses radang. Dalam keadaan ini,
2 faktor utama, yaitu kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah
merupakan sebab terjadinya tromboflebitis.
Rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan
tromboflebitis, misalnya pada pemasangan infuse jangka lama (> 2 hari) di
tempat yang sama, atau penyuntikan obat intrava. Kelainan jantung yang
mengubah aliran darah, dehidrasi berat yang mengakibatkan
hemokonsentrasi, koagulasi intravaskuler yang meluas pada infeksi
sistemik dapat juga menimbulkan trombosis. Demikian juga tumor
intraabdomen, umumnya di daerah panggul yang menyebabkan hambatan
aliran vena.
29
V. WOC ( terlampir 2)
30
Setelah melahirkan, ibu-ibu didorong untuk melakukan ambulasi
sesering dan sedini mungkin. Ambulasi mencegah darah yang stasis pada
kaki dan menurunkan kemungkinan pembentukan trombus.
Jika wanita tidak mampu untuk ambulasi, rentang pergerakan (ROM) dan
latihan kaki seperti melenturkan dan meluruskan lutut dan mengangkat
satu kaki seharusnya dimulai dalam 8 jam setelah melahirkan. Ibu
seharusnya menghindari penggunaan bantal untuk mencegah tegangan
yang menusuk pada lutut, tekanan pada ruang poplitea dan pengumpulan
darah pada ekstremitas bawah.
31
Kaus kaki antiemboli digunakan ibu-ibu dengan vena varises,
riwayat trombosis, kelahiran cesar. Kaus kaki seharusnya digunakan
sebelum ibu bangun di pagi hari untuk mencegah sumbatan vena. Ibu
harus mengetahui metode yang benar untuk memakai kaus kaki
antiemboli. Pemakaian yang tidak tepat menyebabkan aliran vena balik
lambat dari kaki.
Metode untuk meningkatkan sirkulasi perifer yang mencegah
terjadinya tromboplebitis :
Meningkatkan sirkulasi dengan jadwal aktivitas yang teratur
Menghindari berdiri / duduk lama pada satu posisi
Ketika duduk, angkat kaki dan jangan menyilangkan kaki karena akan
meningkatkan vena balik dari kaki
Pertahankan intake cairan harian 8 gelas lebih untuk mencegah
dehidrasi
Berhenti merokok. Merokok adalah faktor resiko trombosis dan dapat
menyebabkan masalah pernapasan pada ibu dan bayi baru lahir
- Sirkulasi
Varises vena.
Sedikit peningkatan frekuensi nadi (superfisial).
Riwayat trombosis vena sebelumnya, masalah jantung, hemoragi,
hipertensi karena kehamilan, hiperkoagulabilitas pada puerperium
dini.
Nadi perifer berkurang, tanda Homans’ positif mungkin atau
mungkin tidak terlihat (indikator TVD).
32
Gambar 1 . Pemeriksaan Homans
- Makanan / Cairan
Penambahan berat badan berlebihan/kegemukan.
Suplai ASI kadang-kadang berkurang pada klien menyusui.
- Nyeri / Ketidaknyamanan
Nyeri tekan dan nyeri pada area yang sakit (mis., betis atau paha).
Trombosis dapat teraba, menonjol/berliuk.
- Keamanan
Adanya endometritis pascapartum atau selulitis pelvis.
Suhu mungkin agak tinggi dan menggigil (tanda-tanda
TVD/Trombosis Vena Dalam).
- Seksualitas
Multipara.
33
Persalinan lama berkenaan dengan tekanan kepala janin pada vena-
vena pelvis, penggunaan penjejak kaki atau posisi yang salah dari
ekstremitas selama fase intrapartum, atau kelahiran melalui operasi,
termasuk kelahiran sesaria.
- Penyuluhan / Pembelajaran
Penggunaan kontrasepsi.
Penggunaan estrogen untuk supresi laktasi.
A. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan Dahulu
- Menggunakan kontrasepsi oral sebelum
kehamilan
- Pekerjaan yang membutuhkan duduk yang
lama
- Obesitas
- Melahirkan dengan operasi
- Hemoragik
- Penyakit jantung
- Anemia
- Kerja berat
- Infeksi pelvik postpartum
- Usia lanjut
- Pernah menderita tromboplebitis sebelumnya
- Varises
b. Riwayat kesehatan Sekarang
- varises vena
- peningkatan frekuensi nadi
- tanda homans positif
- ekstremitas bawah (betis/paha) mungkin hangat dan
bewarna kemerah-mudaan
34
- tungkai yang sakit, dingin, pucat, dan edema
- penambahan berat badan berlebihan
- Suplai ASI kadang-kadang berkurang pada klien menyusui.
- Nyeri tekan dan nyeri pada area yang sakit (mis., betis atau
paha).
- Trombosis dapat teraba, menonjol/berliku.
c. Riwayat Obstetri
- Multipara
- Persalinan lama berkenaan dengan tekanan kepala janin
pada vena-vena pelvis, penggunaan penjejak kaki atau
posisi yang salah dari ekstremitas selama fase intrapartum,
atau kelahiran melalui operasi, termasuk kelahiran sesaria.
35
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
1. Perubahan perfusi jaringan Mandiri
b.d interupsi aliran vena 1. Anjurkan tirah baring. - Meminimalkan kemungkinan perubahan posisi
DO: trombus dan menciptakan emboli.
- Edem ekstremitas yang
sakit 2. Observasi ekstremitas terhadap warna; inspeksi - Gejala membantu membedakan antara
- Eritema (tromboplebitis adanya edem dari lipat paha sampai telapak tromboplebitis superfisial atau TVD. Kemerahan,
superfisial) atau pucat kaki. Perhatikan asimetris; ukur dan catat panas, nyeri tekan dan edem lokal merupakan
dan dingin (TVD) lingkar betis pada kedua kaki. karakteristik superfisial. Pucat dan dingin pada
- Penurunan nadi perifer. ekstremitas merupakan karakteristik TVD.
Kriteria hasil, klien akan: 3. Kaji pengisian kapiler dan periksa tanda - Penurunan pengisian kapiler dan tanda Homans’
Mendemonstrasikan Homan’s. positif menandakan TVD.
perbaikan sirkulasi dari
ekstremitas yang terlibat 4. Anjurkan untuk meninggikan telapak kaki dan - Mengosongkan vena superfisial dan tibial dengan
dengan nadi perifer dapat kaki bawah di atas ketinggian jantung. cepat dan mempertahankan vena tetap kolaps,
diraba dengan kualitas baik, dengan demikian meningkatkan aliran balik vena.
pengisian kapiler adekuat,
serta penurunan edem dan 5. Waspadakan klien untuk tidak menyilangkan - Pembatasan fisik terhadap sirkulasi merusak aliran
eritema. kaki atau menggunakan pakaian ketat. darah, karenanya meningkatkan stasis vena, nyeri
dan trauma.
6. Instruksikan klien untuk menghindari - Untuk mencegah perubahan posisi trombus yang
menggaruk dan memasase ekstremitas yang dapat menimbulkan embolisme
sakit
36
toraks, yang membantu dalam pengosongan vena
besar
8. Kaji kemudahan pernapasan dan bunyi paru, - Nyeri dada yang tajam pada substernal, ketakutan
perhatikan krekels atau bunyi gesekan (friction tiba-tiba, dispnea, takipnea dan hemoptisis adalah
rub). Catat keluhan nyeri dada dan perasaan tanda emboli paru, khususnya pada TVD.
ansietas.
9. Lakukan ambulasi progresif setelah fase akut. - Meningkatkan aliran balik vena; membantu
mencegah stasis.
Kolaborasi
- Berikan kompres hangat, lembab pada ekstremitas - Meningkatkan sirkulasi ke area; meningkatkan
yang sakit. vasodilatasi, aliran balik vena dan resolusi edem.
- Berikan kaus kaki pendukung elastis dengan - Bermanfaat dalam trombosis superfisial karena ini
perawatan untuk menghindari efek torniket. bekerja terus menerus dan mendistribusikan
tekanan pada seluruh permukaan betis dan paha,
menurunkan ukuran vena superfisial, meningkatkan
aliran darah pada vena dalam dan menurunkan
stasis.
37
- Masa protrombin, masa tromboplastin - Hemokonsentrasi dan dehidrasi dapat menimbulkan
partial/masa tromboplastin partial teraktivasi. pembentukan bekuan.
- Hb/Ht.AST (SGOT), dehidrogenase laktat (LDH). - Peningkatan kadar dapat menandakan emboli
38
hilang/terkontrol. ekstremitas tetap tinggi. dan meningkatkan aliran balik vena.
Tampak rileks dan
tidur/istirahat dengan
tepat. 6. Jelaskan prosedur, tindakan dan intervensi - Melibatkan klien dalam askep, meningkatkan rasa
keperawatan. kontrol dazn menurunkan cemas.
7. Selidiki keluhan nyeri dada tiba-tiba dan/atau - Tanda dan gejala ini menunjukkan emboli paru
tajam, dispnea, takikardi atau ketakutan. sebagai komplikasi TVD.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi :
- Analgesik (narkotik/nonnarkotik). - Menghilangkan nyeri dan menurunkan tegangan
otot.
Berikan kompres panas yang lembab pada - Menyebabkan vasodilatasi yang meningkatkan
ekstremitas. sirkulasi, merilekskan otot dan merangsang
pelepasan endorfin.
39
emosi, seperti teknik relaksasi dan pengungkapan masalah mengurangi ansietas. Relaksasi mencegah
Kriteria Hasil: masalah kelelahan otot dan memungkinkan klien untuk
- mengungkapkan beristirahat
kesadaran tentang
perasaan ansietas 3. Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda perilaku - Dapat menunjukkan perubahan pada tingkat
- Menunjukkan penurunan seperti kegelisahan, peka rangsang, dan menangis ansietas, dapat menandakan kemampuan klien
pada tanda-tanda untuk mengatasi kejadian.
perilaku seperti gelisah
dan iritabilitas 4. Bantu klien dalam merawat diri sendiri dan bayi - Ansietas klien dapat berkurang bila ia menemukan
bahwa kebutuhan -kebutuhannya terpenuhi dan
bahwa ia mampu mengatasi dan terlibat dalam
tugas-tugas perawatan dirinya dan bayinya
4 Kurang pengetahuan 1. Kaji pengetahuan dan pemahaman tentang proses - Membantu dalam menentukan kebutuhan-
mengenai kondisi, penyakit. Berikan informasi dan perbaiki kebutuhan khusus dan mengklarifikasi informasi
kebutuhan tindakan, dan kesalahan konsep sesuai kebutuhan sebelumnya
prognosis
40
2. Berikan informasi tentang penatalaksanaan dan tes - Dapat meningkatkan pemahaman dan menurunkan
Kriteria Hasil : diagnostik. Identifikasi tanda dan gejala yang ansietas berkenaan dengan kondisi dan
- Mengungkapkan memerlukan pemberitahuan dari pemberi penatalaksanaan rumah. Kemajuan kondisi dan/atau
pemahaman tentang pelayanan kesehatan, misalnya: dingin atau pucat terjadinya perdarahan yang memerlukan evaluasi
kondisi dan tindakan pada ekstremitas, nyeri tekan pada area sakit, atau segera serta perubahan yang mungkin pada terapi
- Melakukan perubahan edema untuk mencegah komplikasi serius
perilaku yang perlu
3. Tinjau ulang kegunaan tirah baring dan stoking - Konstriksi kontinu dapat mengubah atau
antiembolik bila digunakan. Anjurkan menurunkan perfusi permukaan, menimbulkan
pengangkatan stoking elastis untuk interval kelelahan otot. Pengangkatan stoking elastis
singkat sedikitnya dua kali sehari memungkinkan deteksi terhadap gangguan vaskular
lanjut atau inflamasi
4. Diskusikan kemungkinan interaksi antara terapi - Terapi antikoagulan oral dapat berakhir 3-4 bulan
antikoagulan oral dan obat-obatan lain (mis; dan dapat menyebabkan masalah atau memerlukan
salisilat, vitamin, antibiotik, barbiturat, dan perubahan pada dosis obat bila dimungkinkan untuk
alkohol) berinteraksi dengan obat lain. Salisilat dan alkohol
berlebihan menurunkan aktivitas protrombin;
vitamin K dalam multivitamin meningkatkan
aktivitas protrombin; antibiotik mengubah flora
usus dan dapat mengubah sintsis vitamin K;
barbiturat meningkatkan metabolisme dari obat
koumarin
5. Anjurkan tindakan yang aman untuk menghindari - Perubahan pada proses koagulasi dapat
trauma, seperti penggunaan sikat gigi lunak dan mengakibatkan peningkatan kecenderungan
penggunaan pencukur jenggot listrik. Laporkan perdarahan, yang dapat menandakankebutuhan
adanya perdarahan. mengubah terapi antikoagulan.
41
42
INFEKSI PUERPERAL
I. Definisi
Infeksi puerperal adalah infeksi dari saluran reproduksi yang terjadi
dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi dan meliputi proses infeksi
lokal sebagaimana proses yang lebih progesif yang dapat mengakibatkan
metritis, endometritis, peritonitis, atau selulitis pelvis (parametritis)
II. Etiologi
Infeksi puerperal dapat disebabkan oleh :
- Streptococcus haemolyticus aerobicus
Streptococcus ini merupakan sebab infeksi yang berat, khususnya
golongan A. Infeksi ini biasanya menular melalui udara (dari penderita
lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain).
- Staphylococcus aureus
Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-
kadang menjadi sebab infeksi umum. Staphylococcus banyak
ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat.
- Escherichia coli
Kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing atau rektum dan
dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan
endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi tractus
urinarius.
- Clostridium welchii
Infeksi dengan kuman ini, yang bersifat anaerobik jarang ditemukan,
akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus
kriminalis.
43
III. Manifestasi klinik
Tanda dan gejalanya adalah:
- Malaise, letargi
- Takikardia
- Anoreksia, mual/muntah
- Haus, membran mukosa kering
- Distensi abdomen, kekauan, nyeri lepas ( peritonitis )
- Sakit kepala
- Suhu ≥ 38° C
- Nyeri lokal, disuria
IV. Patofisiologi
Setiap bagian dari alat reproduksi dihubungkan dengan setiap bagian
yang lain dan organisme dapat bergerak dari vagina terus ke serviks,
memasuki uterus dan keluar dari tuba falopii untuk menginfeksi ovarium dan
rongga peritoneal. Selain itu, seluruh alat reproduksi terutama yang didukung
oleh pembuluh darah selama kehamilan dan setelah melahirkan, pembuluh
darah atau limfe bisa membawa infeksi selama tubuh istirahat, yang mana
dapat mengakibatkan septikemia yang mengancam kehidupan.
Perubahan fisiologis normal dari kelahiran meningkatkan resiko
infeksi. Selama pengeluaran, keasaman vagina berkurang oleh cairan amnion,
darah, dan lokhia yang bersifat alkali. Lingkungan yang alkali mendorong
pertumbuhan bakteri. Nekrosis dari garis endometrium dan timbulnya lokhia
mendukung sebuah lingkungan yang baik untuk pertumbuhan bakteri anaerob.
Beberapa laserasi kecil, beberapa dalam ukuran yang sangat kecil sekali
terjadi pada endometrium, serviks dan vagina selama persalinan dan
memungkinkan bakteri memasuki jaringan. Meskipun uterus bagian dalam
tidak steril selama 3-4 minggu setelah persalinan, infeksi tidak berkembang
pada kebanyakan wanita, sebagian karena granulosit dalam lokhia dan
endometrium mencegah infeksi.
44
V. WOC (terlampir 3)
VII. Terapi
- Berikan antibiotika dengan spectrum luas.
- Lakukan tindakan untuk mempertinggi daya tahan tubuh.
- Jika terjadi abses lakukan pembukaan jahitan.
- Transfusi darah bila perlu.
45
VIII. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/ istirahat
a. Malaise, letargi
b. Kelelahan dan / atau keletihan yang terus menerus (persalinan
lama)
c. stressor pascapartum multiple
3. Eliminasi
a. Diare mungkin ada
b. Bising usus mungkin tidak ada bila terjadi paralitik ileus
8. Keamanan:
a. Suhu 100,4 °F (38,0°C) atau terjadi lebih tinggi pada dua hari
terus menerus, di luar 24 jam pascapartum, adalah tanda infeksi ;
46
namun suhu lebih tinggi dari 101°F (38,9°C) pada 24 jam
pertama menandakan berlanjutnya infeksi
b. Demam ringan kurang dari 101°F menunjukkan infeksi insisi ;
demam lebih tinggi 102°F (38,9°C) adalah petunjuk atau infeksi
lebih berat ( mis; selpingitis, parametritis, peritonitis). Dapat
terjadi menggigil; menggigil berat/berulang (sering berakir 30-40
mnt), dengan suhu memuncak sampai 104°F, menunjukkan
infeksi pelvis, tromboflebitis atau peritonitis.
c. Melaporkan pemantauan internal, pemeriksaan vagina
intrapartum sering, kecerobohan pada tekhnik aseptik. Infeksi
sebelumnya, termasuk human immunodeficiency virus.
d. Pemajanan lingkungan
9. Seksualitas
a. Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama (24 jam atau
lebih)
b. Retensi produk konsepsi, eksplorasi uterus/ pengangkatan
plasenta secara manual, hemoragi pascapartum
c. Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras, nyeri tekan atau
memisah, dengan drainase purulen atau cairan sanguinosa
d. Subinvolusi uterus mungkin ada
e. Lokhia mungkin bau busuk, tidak ada bau ( bila infeksi oleh
streptokokal beta hemolitik), banyak, atau berlebihan
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan dahulu
- Anemia
47
- Persalinan traumatic
- Haemoragik postpartum
- Premature rupture membrane
- Kelahiran cesaria
- Malnutrisi
- Hematoma
- Infeksi droplet
- Sering dikateter
- Perawatan diri klien yang buruk
- Lacerasi
3. Riwayat obstetri
- Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama (24 jam atau
lebih)
- Retensi produk konsepsi, eksplorasi uterus/ pengangkatan
plasenta secara manual, hemoragi pascapartum
- Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras, nyeri tekan atau
memisah, dengan drainase purulen atau cairan sanguinosa
- Subinvolusi uterus mungkin ada
48
- Lokhia mungkin bau busuk, tidak ada bau ( bila infeksi oleh
streptokokal beta hemolitik), banyak, atau berlebihan
- Seksio cesario
49
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Intervensi Rasional
1 Risiko tinggi infeksi b.d adanya Mandiri:
infeksi, kerusakan kulit dan/atau 1. Tinjau ulang catatan prenatal, intrapartum, - Mengidentifikasi faktor-faktor yang
jaringan yang trauma, vaskularisasi dan pasca partum menempatkan klien pada kategori risiko
tinggi pada area yang sakit, tinggi terhadap terjadinya/penyebaran
prosedur dan/atau peningkatan infeksi pascapartum
pemajanan lingkungan, penyakit
kronis, anemia, malnutrisi, 2. Pertahankan kebijakan mencuci tangan - Membantu mencegah kontaminasi
imunosupresi dan/atau efek dari dengan ketat untuk staf, klien, dan silang
obat-obatan yang tidak diinginkan. pengunjung
50
risiko komplikasi anoreksia atau malaise. menunjukkan perubahan pada kondisi
- Mencapai pemulihan tepat klien.
waktu, bebas komplikasi
tambahan. 7. Observasi/catat tanda infeksi lain (mis., - Memungkinkan identifikasi awal dan
lokhia atau drainaseyang berbau busuk; tindakan; meningkatkan resolusi infeksi.
subinvolusi uterus; nyeri tekan uterus yang ( catatan : meskipun infeksi lokal
hebat; atau kemerahan, edema, atau biasanya tidak berat, kemajuan menjadi
pemisahan insisi) faskulitis nekrotikan dapat mengancam
hidup)
11. Selidiki keluhan-keluhan nyeri kaki atau - Tanda dan gejala ini adalah petunjuk
dada. Perhatikan pucat, bengkak, atau pembentukan trombus septik
kekakuan ekstremitas bawah
12. Anjurkan bahwa ibu menyusui secara - Sariawan oral pada bayi baru lahir
periodik memeriksa muluit bayi terhadap adalah efek samping umum dari terapi
51
adanya bercak putih antibiotik ibu
Kolaborasi
Jumlah darah lengkap, jumlah SDP, - Membantu dalam jalur resolusi proses
diferensial, dan LED infeksius atau inflamasi.
Mengidentifikasi derajat kehilangan
darah dan menentukan adanya anemia
52
antikoagulan
53
- Bantu dengan prosedur-prosedur, seperi - Mengalirkan/membersihkan area infeksi
insisi dan drainase, atau dilatasi dan kuretase meningkatkan pemulihan dan
( D dan K), bila perlu menurunkan risiko ruptur pada rongga
peritonium. D dan K mungkin
diperlukan untuk menghilangkan produk
yang tertahan pada konsepsi dan /atau
fragmen plasenta.
- Atur untuk pemindahan ke situasi perawatan - Mungkin perlu untuk klien dengan
intensif dengan tepat infeksi berat (mis; Peritonitis, sepsis)
atau emboli paru untuk memberikan
perawatan yang tepat mengarah pada
pemulihan optimal.
54
Vitamin C memudahkan absorpsi zat
DO : besi dan perlu untuk sintesis dinding sel.
- enggan makan
- penurunan masukan oral atau 2. tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/hari - Memberikan kalori dan nutrien lain
kurang masukan oral jus, sup, dan cairan nutrisi lain. untuk memenuhi kebutuhan metabolik
- penurunan berat badan yang serta menggantikan kehilangan cairan,
tidak siantisipasi karenanya meningkatkan volume cairan
sirkulasi.
Kriteria hasil :
Memenuhi kebutuhan nutrisi yang
dibuktikan oleh pemulihan luka 3. Anjurkan tidur/istirahat adekuat. - Menurunkan laju metabolisme,
tepat waktu, tingkat energi tepat, memungkinkan nutrien dan oksigen
penurunan berat badan, dan Hb/Ht untuk digunakan untuk proses
dalam batas normal yang pemulihan.
diharapkan pascapartum. Kolaborasi
- Berikan cairan/nutrisi parenteral, sesuai - Mungkin perlu untuk mengatasi
indikasi. dehidrasi, menggantikan kehilangan
cairan, dan memberikan nutrien yang
perlu bila masukan oral dibatasi.
- Berikan preparat zat besi dan/atau vitamin, - Bermanfaat dalam memperbaiki anemia
sesuai indikasi. atau definisi bila ada.
55
3 Nyeri ( akut ) b.d respons tubuh Mandiri
pada agen tidak efektif, sifat
infeksi (mis., edema kulit/jaringan, 1. Kaji lokasi dan sifat ketidaknyaman atau - Membantu dalam diagnosa banding
eritema) nyeri. keterlibatan jaringan pada proses
infeksi.
DO :
- Perilaku melindungi 2. Berikan instruksi mengenai, membantu, - Meningkatkan kesejahteraan umum dan
- Berfokus pada diri sendiri mempertahankan kebersihan dan pemulihan. Menghilangkan
- Gelisah kehangatan. ketidaknyamanan berkenaan dengan
- Respons autonomik menggigil.
Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi/menggunakan 3. Intsruksi klien dalam melakukan tekhnik - Memfokuskan kembali perhatian klien,
tindakan kenyamanan yang relaksasi; memberikan aktivitas pengalih meningkatkan perilaku yang positif dan
tepat secara individu seperti radio, televisi, atau membaca. kenyamanan.
- Melaporkan ketidaknyamanan
hilang/terkontrol 4. Anjurkan kesinambunagan menyusui saat - Mencegah ketidaknyamanan dari
kondisi klien memungkinkan. Karenanya pembesaran payudara; meningkatkan
anjurkan dan berikan instruksikan dalam keadekuatan suplai ASI pada klien
penggunaan pompa payudara listrik atau menyusui.
manual.
Kolaborasi
- Berikan analgesik atau antipiretik - Menurunkan ketidaknyamanan dari
infeksi
56
duduk sesuai indikasi pada area yang sakit dan meningkatkan
kenyamanan lokal.
4 Risiko tinggi perubahan menjadi Mandiri
orang tua b.d interupsi pada proses
pertalian, penyakit fisik, ancaman 1. Berikan kesempatan untuk kontak ibu-bayi - Memfasilitasi kedekatan, mencegah
yang dirasakan pada kehidupan kapan saja memungkinkan. Tempatkan klien terlibat ke dalam preokupasi-diri
sendiri. gambar bayi disamping tempat tidur klien, terhadap pemisahannya dari bayi.
khususnya bila kebijakan rumah sakit
Kriteria hasil : memerlukan pemisahan bayi dari ibu
- Menunjukkan perilaku selama periode demam.
kedekatan terus menerus
selama interaksi orangtua-bayi 2. Pantau respon emosi klien terhadap penyakit - Harapan normal adalah periode
- Mempertahankan/melakukan dan pemisahan bayi, seperti depresi dan pascapartum tidak terkomplikasi dengan
tanggung jawab untuk marah. unit keluarga yang utuh. Penyakit
perawatan fisik dan emosi karena infeksi mengubah situasi serta
terhadap bayi baru lahir, sesuai dapat mengakibatkan pemisahan klien
kemampuan. dari keluarga atau bayi baru lahir, yang
- Mengekspresikan kenyamanan dapat memperberat perasaan terisolasi
dengan peran menjadi orang dan depresi.
tua
57
tidak mendapat keuntungan proteksi
yang didapat dari ASI.)
5. Anjurkan ayah/anggota keluarga lain untuk - Dapat membesarkan hati ibu untuk
merawat dan berinteraksi dengan bayi mengetahui bahwa kelurga juga peduli
terhadap bayi serta menyediakan
dukungan emosi.
Kolaborasi
- Buat rencana untuk tindak lanjut evaluasi - Memberikan sumber dan dukungan
yang tepat terhadap interaksi/respon ibu-bayi untuk klien; bermanfaat dalam
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
dan pemecahan masalah yang khusus.
58
INFEKSI SALURAN KEMIH
I. Definisi
Infeksi saluran kemih pada postpartum biasanya oleh organisme
gram negative seperti Escherichia coli, yang menginvasi uretra dan
kandung kemih serta menyebabkan sistitis.setelah melahirkan pasien
wanita mengalami penningkatan resiko untuk mengalami masalah saluran
kemih karena diuresis postpartum normal, penurunan sesitifitas kandung
kemih,dan kemungkinan terhambatnya control persyarafan setelah
anaestesia. Ia mungkin mengalami kesulitan berkemih karena trauma
jaringan ,pembengkakan, dan nyeri perineal. Bahkan ketika ia mampu
berkemih, mungkin ia akan berkemih dalam jumlah yang sedkit dan
dengan interval sering, menandakan retensi dengan aliran yang berlebihan.
Bila urin tertahan maka akan menjadi tempat pertumbuhan bakteri yang
baik. Mungkin terjadi sistitis dan pieolonefritis.
Sistitis adalah pembengkakkan kandung kemih, pada 73% sampai
90% kasus bakteri penyebabnya adalah eschericia coli. Pielonefritis adalah
inflamasi pelvic renalis yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Pada
sebagian besar kasus, infeksi menjalar ke atas dari saluran kemih bagian
bawah. Kedua ginjal mungkin terkena. Bila tidak diobati, korteks renalis
bisa mengalami kerusakan dan fugsi ginjal terganggu.
59
demam tinggi, menggigil,mual, dan muntah-muntah, malaise,
kelelahan,nyeri panggul berat, dan nyeri tekan pada sudut kostovertebral.
60
IV. Patofisiologi
Organisme penyebab infeksi pada sulran kemih yang tersering
adalah Escherichia coli, yang menjadi penyebab pada lebih dari 80 %
kasus. Organisme gram positif kurang berperan dalam UTI pada
perempuan muda. Pada kebanyakan kasus, organisme tersebut dapat
mencapai vesika urinaria melalui uretra. Infeksi di mulai sebagai sistitis,
dapat terbatas di vesika urinaria saja atau dapat pula merambat ke atas
melalui ureter sampai ke ginjal. Organisme dapat sampai di ginjal melalui
aliran darah atau aliran getah bening,tetapi cara ini dianggap jarang
terjadi.vesika urinaria dan bagian atas uretra biasanya steril, meskipun
bakteri dapat ditemukan di bagian bawah uretra.
Tekanan dari aliran urine menyebabkan saluran kemih normal
mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sempat
menyerang mukosa. Mekanisme pertahanan lainnya adalah kerja
antibakteri yang dimiliki oleh mukosa uretra. Meskipun terdapat melamine
pertahanan seperti ini, infeksi mungkin terjadi dan kemungkinan ini
berkaitan dengan faktor predisposisi seperti jenis kelamin
perempuan,obstruksi aliran urin dll.
Anak perempuan dan perempuan dewasa mempunyai insidensi
UTI dan pielonefritis akut lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki
dan laki-laki dewasa, mungkin karena bentuk uretranya yang lebih pendek
dan letaknya berdekatan dengan anus sehingga mudah terkontaminasi oleh
feses. Hidroureter dan hidronefrosis biasanya paling jelas pada ginjal
kanan, selalu terjadi selama masa kehamilan dan menetap selama beberapa
waktu sesudahnya. Pelebaran ini agaknya sebagian disebabkan oleh
relaksasi otot akibat kadar progesteron yang tinggi dan sebagian akibat
obstruksi ureter karena uterus yang membesar. Ketika pelvis ginjal
mengalami distensi akibat urine baru terbentuk, maka otot polos akan
berkontraksi, mendorong urine menuju ureter. Selanjutnya dilatasi ureter
memulai timulnya gelombang peristaltik, sehingga urine mengalir ke
vesika urinaria. Aliran urine akan berlangsung satu arah yaitu dari pelvis
ginjal menuju vesika urinaria, dam aliran balik dicegah adanya katup
61
ureterovesikular, saat tekanan tinggi vesika urinaria.refluks vesiko ureter
didefinisikan sabagai aliran urine retrograde dari vesika urinaria memasuki
ureter terutama sewaktu berkemih. VUR dapat ditemukan pada banyak
pasien terutama anak yang menderita UTI rekuren, dan tanpaknya
merupakan cara organisme untuk memasuki ginjal .
Kateterisasi uretra dan ureter serta sitoskopi sering menyebabkan
infeksi pada vesika urinaria atau ginjal. Selain itu adanya kerusakan saraf
yang mengatur proses berkemih normal dan penyalahgunaann obat
analgesik dalam jangka lama dapat juga menyebabkan infeksi.
V. WOC (terlampir 4)
62
VII. Terapi
A. Urinalisis
Lakukan analisis air kemih dan analisis untuk kadar
protein, darah, dan organisme. Urine yang mengandung kadar SDP
yang meningkat (100000/ml organisme), serta didapati protein dan
atau darah, mengindikasikan ISK. Kultur dan sensitifitas urine
diambil, sehingga penentuan antibiotic organisme khusus dapat
diidentifikasi.
C. Penatalaksanaan Pielonefritis.
Jika ibu mengalami pielonefritis, ia dapat dirawat-inap
untuk pengobatan dan pemantauan yang ketat, sehingga mencegah
kerusakan ginjal permanen. Diberikan pengobatan perintra vena,
dan dipasang kateter kandung kemih menetap. Berkurangnya
gejala biasannya diperoleh dalam 24-48 jam.
63
VIII. Pemeriksaan fisik
1. Sistem Gastrointestinal : mual, muntah, anoreksia
2. Sistem eliminasi urin: Sering miksi, Rasa panas saat berkemih,
Disuri, Nokturi, Adanya over distensi kandung kemih
3. Sistem neurosensori : Sakit kepala
4. Nyeri atau kenyamanan:
a. Nyeri daerah CVA
b. Nyeri daerah punggung yang menjalar ke abdomen paha
bagian atas
c. Nyeri suprapubik
d. Nyeri meatus uretra
5. TTV: demam, takikardi
64
- Kehilangan berat badan
- Mual dan muntah.
c. Riwayat obstetric
Kehamilan multipara atau primipara, persalinan ke
berapa,jumlah anak hidup, riwayat abortus.
d. Riwayat KB :
Pemakaian kontrasepsi oral
65
C. Rencana Keperawatan
Rasional
No Diagnosa Intervensi
1 Ketidaknyamanan : nyeri B.D Mandiri
inflamasi dan infeksi saluran 1. Ambil sampel urine tengah yang cukup - Membanru dalam memntukan jenis
kemih bersih bakteri.
DO:
o wajah tegang 2. Kaji lokasi nyeri, karakteristik nyeri, - Membantu mengevaluaisi derajat
o meringis intensitas nyeri ketidaknymanan nyeri
o perilaku distraksi
o gelisah 3. Dorong pasien mengatakan masalah, - Penurunan ansetas dan takut,
o intensitas nyeri, frekuensi, mendengarkan dengan aktif dan memberi menungkatkakn relksasi sam
lokasi nyeri dukungan serta informasi yang tepat kenyamanan
DS:
o klien mengeluh nyeri 4. Berikan kenyamanan contohnya pijayan - Menurunkan ketegangan oot,
punggung meningkatkan relaksasi dan dapat
o klien mengeluh susuah
meningkatkan kemampuan koping
tidur
o klien mengeluh rasa cemas
5. Dorong penggunaan teknik relaksasi, - Membantu pasien untuk istirahat lebih
dan gelisah contohkan pedoman imajinasi, visulaisasi, efektif da memfokuskan kembali
dan aktivitas terapeutik perhatian, dapat meningkatkan
Kriteria hasil : klien mengatakan kemampuan koping, menurunkan nyeri
nyeri yang dialami berkurang / dan ketidaknyamanan serta mengurangi
hilang dan menunjukan spasme otot.
kemampuan untuk membantu
dalam tindakan kenyamanan
umum dan mampu dalam tindakan
66
kenyamanan umum dan mampu Kolaborasi - Menghilangkan nyeri, meningkatkan
untuk tidur / istirahat dengan tepat 1. berikan obat sesuai indikasi ; aspirin, kenyamanan, dam istirahat
antimirkobaial, antispasmolidik
2. berikan mandi rendam panas bila - Menurunkan kedikanyamanan local dan
diindikasikan mengurangi spasme otot
67
3. Kurang pengetahuan tentang Mandiri;
kondisi, prognosis, dan kebutuhan 1. Kaji ulang proses penyakit, prognosis, dan - Memberi dasar pengetahuan dimana
pengobatan b.d. kurang terpajan, faktor pencetus pengalaman. pasien dapat membuat pilihan informasi
DO terapi
o Terdapat kealahan
pernyataan dari klien 2. Tunjukkan perawatan personal hiegyene - Mengurangi konsentrasi patigen pada
tentang penyakitnya orifisium vagina.
o Pertanyaan/permintaan
informasi 3. Tekankan pentingnya pemasukan cairan - Mempertahankan haluaran urine untuk
o Tidak akurat mengikuti menurunkan resiko infeksi dan
instruksi pembentukan batu.
o Terjadinya komplikasi yang
dapat di cegah 4. Anjurkan menghindari minuman yangh - Dapat mengiritasi saluran kemih dan
DS: mengiritasi seperti: kopi, teh, kola dan mempermudah terbentukanya batu.
o Klien mengatakan bingung alcohol
dengan prosedur terapi
o Klien mengatakan tidak 5. Diskusikan penggunaan diet asam (contoh: - Pengasaman urine untuk menurunkan
berri, plum, sereal nasi, kacang, keku, resiko infeksi dan pembentukan batu.
tahu dengan penyakitnya
ikan)
Criteria hasil:
6. Sarankan pada wanita beresiko untuk:
setelah dilakukan intervensi
keperwawatan, klien aka berkemih bila einginan terasa dan setelah Untk memnjaga saluran bawah bbas
mengatakan pemahaman proses hubungan seksual dari bakteri
penyakit dan berpartisiasi dalam
program pengobatan membersihkan perinela dari depan ke Pembersihan yang tepat setelah
belkng setelah buang air besar buang air menghindari uretra
terkontaminasi
68
hibdari penggunaan sabun dengan Sejumlah sabun dapat mengiritasi
farfum kuat perineal
gunakan pakain dalan dari katun Kain katun msirkulasi udara yang
daripada nilon baik untuk mengeringkan daerah
perineal
10. Jika ibu sedang dalam pengobatan sulfo- - Sulfonamide disekresikan did lam ASI
namide, ajarkan klien bahwa pemberian dan bercampur dengan protein, sehingga
ASI sebaiiknya dihentikan dan ajarkan dapat mengakibtakan ikterik
bagaimana cara memompa payudara neonatorum
11. Jelaskan pada ibu bahwa obat-obatan yang - Azo gantrisin dapat mengubah warna
diresepkan bisa merubah warna urine urine menjadi merah atau merah
kekuningan, nitrofurantoin
mengakibatkan warna urine coklat
69
MASTITIS pada Ibu Postpartum
I. Definisi
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada duktus
(saluran susu) hingga puting susu pun mengalami sumbatan. Mastitis ini biasanya
diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Radang ini terjadi karena
si ibu tidak menyusui atau puting payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ini
bisa terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus.
II. Etiologi
70
Dilihat dari penyebabnya, mastitis tidak dipengaruhi oleh faktor
keturunan, melainkan lebih kepada faktor hormonal dan infeksi. Lain dengan
kanker payudara yang dipengaruhi faktor hormonal bahkan faktor keturunan.
Pada mastitis yang disebabkan infeksi kuman, terkadang berkembang
menjadi suatu abses/ kumpulan nanah dalam rongga baru di jaringan kelenjar
payudara. Nanah ini terbentuk dari kumpulan bakteri, jaringan, dan leukosit baik
yang mati ataupun yang hidup. Bahayanya, nanah ini bisa menyebar ke bagian
tubuh lain hingga menyebabkan rasa meriang/demam tinggi dan menggigil,
keringat banyak, turunnya daya tahan tubuh, bahkan hingga menurunnya
kesadaran. Kalau sudah begini, mau tak mau harus dilakukan penanganan dokter
secara seksama. Setelah dilakukan diagnosa, dokter bisa menentukan langkah
penyembuhan yang tepat, baik dengan pemberian antibiotik saja atau harus
dilakukan tindakan operasi.
Bila ditemukan gejala menetesnya cairan dari putting, maka perlu
dilakukan pemeriksaan yang disebut duktografi. Pemeriksaan dilakukan dengan
memasukan bahan kontras, dimana akan dilakukan foto di saluran payudara,
dengan demikian dapat diketahui adanya sumbatan atau polip pada saluran
tersebut. Dalam kasus mastitis periductal, terkadang dilakukan juga langkah
biopsi bila disertai massa tumor, minimal untuk menyingkirkan kemungkinan
tumor atau kanker. Sedangkan bila ternyata ditemukan benjolan tersebut diduga
suatu abses, apalagi yang mengandung nanah, maka harus dilakukan operasi
berupa insisi dan drainase, yaitu operasi penyayatan dan penyaluran nanah. Perlu
diingat bahwa operasi pengeluaran nanah ini harus dilakukan pada waktu yang
tepat, yaitu pada saat benjolan tersebut melunak / matang agar mudah dikeluarkan.
71
IV. Patofiologi
Pada dasarnya gejala yang timbul akibat mastitis ialah timbulnya benjolan
di payudara. Benjolan/penebalan ini berwarna merah, juga terasa panas dan nyeri.
Nyeri yang timbul ialah berupa rasa 'nyut-nyut' di daerah payudara, apalagi bila
benjolan ini sebagai bisul yang pecah, maka penampilannya jadi mengerikan
selain nyeri yang menyertainya. Rasa nyeri inilah yang merupakan perbedaan
mendasar antara mastitis dan kanker payudara. Pada kanker payudara, pada
awalnya pengidap tidak akan merasa nyeri sama sekali, melainkan hanya timbul
benjolan.
Benjolan yang ada pada mastitis bukan seperti kanker yang bentuknya
keras, melainkan berupa penebalan yang berisi cairan. Radang biasanya
menyerang salah satu payudara saja, tapi tidak menutup kemungkinan bisa
menyebar hingga kedua payudara terinfeksi. Pada beberapa kondisi, mastitis bisa
menyebabkan keluarnya cairan dari daerah puting, cairan ini berwarna putih
kekuningan serupa nanah. Lain dengan kanker payudara dimana cairan yang
keluar dari puting biasanya merah atau kuning kecoklatan seperti noda darah.
Terkadang perasaan seperti puting tertarik juga dialami pengidap.
Ada tiga jenis mastitis yaitu mastitis periductal, mastitis pueperalis, dan
mastitis supurativa. Ketiga jenis mastitis ini muncul akibat penyebab yang
berbeda dan muncul dalam kondisi yang juga berbeda. Mastitis periductal
biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab utamanya
tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mamary duct
ectasia, yang berarti pelebaran saluran karena adanya penyumbatan pada saluran
di payudara.
Menurut dr. Samuel J. Haryono, SpB K Onk dari RS Kanker Dharmais,
pada wanita usia 45 tahun ke atas atau pada usia memasuki menopause, beberapa
pemicu reaksi peradangan ialah perubahan hormonal dan aktivitas menyusui di
masa lalu. Faktor penyebab penyumbatan yang utama ialah jaringan yang mati
dan air susu itu sendiri. Tumpukan jaringan mati dan air susu di saluran payudara
ini menyebabkan buntunya saluran dan pada akhirnya malah melebarkan saluran
72
di belakangnya, yang biasanya terletak di belakang puting payudara. Hasil
akhirnya ialah reaksi peradangan yang disebut mastitis periductal.
Jenis kedua ialah mastitis pueperalis atau disebut juga lactational mastitis,
jenis ini banyak diidap wanita hamil atau menyusui. Menurut dr. Samuel, sekitar
90 persen penyebab utama mastitis jenis ini ialah akibat kuman yang menginfeksi
payudara ibu. Hal ini dikarenakan air susu merupakan media yang subur bagi
pengembang biakan berbagai jenis kuman. Jenis kuman yang paling umum
ditemui pada mastitis jenis ini ialah Staphylococcus aureus, yang bisa ditransmisi
ke puting ibu melalui kontak langsung. Ibu yang sedang menyusui, bisa
mendapatkan kuman ini dari kontak dengan mulut bayi, tapi bisa juga dilakukan
penularan sebaliknya, dari ibu ke bayi melalui plasenta.
"Asal kuman pastinya dari kontak langsung antara puting dengan dunia
luar, baik itu dari mulut bayi atau mulut suaminya, apalagi pada orang dengan
kesehatan mulut rendah seperti mulut dari pengisap rokok," tutur dokter spesialis
bedah onkologi ini.
Jenis terakhir ialah mastitis supurativa. Mastitis jenis ini ialah yang paling
sering ditemui. Mirip dengan jenis sebelumnya, mastitis jenis ini juga disebabkan
kuman staphylococcus. Selain itu bisa juga disebabkan oleh jamur, kuman TBC,
bahkan sifilis.
Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila
penanganan tidak tuntas, bukan mustahil langkah mastektomi/pengangkatan
payudara harus dilakukan. "Kelainan di kelenjar dan saluran payudara bisa
menyebar tak terkendali dan bahkan bisa berulang kejadiannya bila penanganan
tidak tuntas," tegas dokter kelahiran Yogyakarta ini.
V. WOC (terlampir)
73
VII. Terapi
Terapi pengobatan.
Antibiotic yang dipesankan untuk pemakaian 10 hari penuh, sekalipun
jika gejala telah reda dalam beberapa hari. Antipiretik seperti
asetaminofen dan obat antiinflamasi nonsteroid juga digunakan.
Dianjurkan pemberian ASI kontinu. Bila ada infeksi jamur, baik ibu
dan bayi, keduanya diobati dengan nistatin selama 14 hari.
Penatalaksanaan abses pada payudara.
Jika terbentuk abses pada mammae, ASI an setiap drainase dikultur.
Area yang mengalami abses perlu diinsisi, didrainase serta dikompres
dengan kasa steril.
Tindakan Pencegahan
1. Diskusikan tentang faktor-faktor pencetus
2. Gunakan teknik mencuci tangan yang baik.
3. Latih ibu tentang perawatan mammae: mencuci tangan sebelum memegang
mammae atau puting susu, membersihkan mammae hanya dengan air (untuk
mempertahankan lapisan minyak pelindung pada lapisan atas, pakai bra
penyokong setip saat untuk menghindari stasis susu pada lobus mamae yang
lebih rendah, dan mengganti bra dan pembalut mammae secara berkala
4. Memberikan tambahan pengetahuan kepada ibu, tentang teknik pemberian
ASI, seperti posisi, frekuensi, dan cara melepaskan bayi dari puting
mammae.
5. Memberikan perhatian khusus kepada ibu yang saluran susunya terhalang,
yang dapat meningkatkan risiko terhadap mastitis.
74
hingga terjadi pengeluaran ASI(meningkatkan pengosongan yang komplet
dari kedua mammae), memperlihatkan pengeluaran susu paling sedikit
setiap 3 jam, dan memijat area mammae yang melekuk kearah puting susu
selama menyusui
3. Suhu tubuh ibu biasanya dipantau setiap 4 jam, hingga infeksi dapt diatasi
4. Anjurkan ibu mengunjungi tempat pelayanan kesehatan jika tidak ada
kemajuan dalam 12-14 jam atau jika demam berlangsung lama, sebaliknya
ia memberi tahu penyedia asuhan kesehatan. Jika ibu sedang mengkonsumsi
antibiotik dan bayi menjadi diare, sebaliknya ia menjelaskan hal ini kepada
dokter.
5. Berikan motivasi jika ibu membutuhkan penghentian pemberian ASI untuk
sementara, dan melatihnya mengeluarkan susu.
A. Pengkajian
Periksa mamae terhadap area kemerahan, nyeri tekan, dan
pembengkakan yang terlokalisir. Pada palpasi, daerah tersebut mungkin
sangat keras dan teraba panas, dan gumpalan mungkin terasa seperti
sebuah batu barus yang keras.
Inspeksi puting bila terdapat fisura dan keretakan karena ini merupakan
jalan tempat masuk terhadap infeksi. Waspada terhadap puting yang
meradang dan terasa sangat sakit, yang bisa berindikasi infeksi fungus
dan yeast. Abses pada mammae tampak berupa inflamasi lokal yang
nyeri, teraba keras di bawah permukaan kulit.
75
Kaji keadaan fisik umum ibu. Gejala yang sistematis termasuk gejala
menyerupai flu: sakit kepala, malaise, nyeri otot, frekuensi nadi yang
cepat, dan suhu sekitar 38.5C.
Kaji pola makan dan tidur serta tingkat stress ibu. Penurunan dalam
asupan makan, serta tidur atau stress, dan aktivitas yang berlebihan dan
menurunkan daya tahan ibu terhadap infeksi.
Inspeksi mulut bayi bila terdapat bercak putih yang dikelilingi oleh
kemerahan pada membran mulut, yang berindikasi infeksi akibat
Candida albicans, atau infeksi sariawan pad mulut.
76
C. Rencana Keperawatan
DO: 2. Konsumsi echinacea dan vitamin C. - Untuk meningkatkan sistem imun dan membantu
- Puting Mammae merah, melawan infeksi. Jika infeksi terjadi hingga berhari-
lecet dan retak-retak hari konsultasikan kepada dokter
- Saat bayi menghisap
puting susu ibu, ibu 3. Kompres air hangat pada daerah yang mengalami - Membantu mempercepat menghilangkan sumbatan
meringih kesakitan sumbatan duktus.
DS:
- Ibu mengatakan malas 4. Bantuan pancuran air hangat (shower hangat) - Membantu mempercepat menghilangkan sumbatan
menyusui bayi karena untuk mandi, akan sangat.
sakit
- Ibu mengatakan sekitar 5. Tetap berikan ASI kepada bayi, bila gagal coba - Membantu mempercepat menghilangkan sumbatan
payudara bengkak dan lagi, susui terutama payudara yang sakit sesering
merah dan selama mungkin sehingga sumbatan tersebut
lama-kelamaan akan menghilang. Bila gagal
Kriteria Hasil: gunakan pompa sedot.
- Ibu tidak mengeluh nyeri
- Bengkak teratasi 6. Lakukan pemijatan terus menerus saat menyusui - Membantu mempercepat menghilangkan sumbatan
- Anak mendapatkan ASI juga sangat membantu.
adekuat
77
Lampiran 1. WOC Perdarahan Postpartum
Ekstraksi Kontraksi Villi Korialis Anastesi Memijat & Janin Besar, Solusio Plasenta,
Uterus menembus
Villi korialis Lokal mendorong Uterus Janin Multipel retensi jar mati, emboli
Lemah desidua
menembus desidua kebawah waktu Hidramnion air ketuban
plasenta belum
Relaksasi Distensi Uterus
Plasenta lekat di lepas Hipofibri nagenemia
uterus Uterus besar
Plasenta lepas uterus
Permukaan vagina sebagian dan lembek
Kelainan Proses
Plasenta tidak Lepas Hipotoni / Atonia Uteri pembekuan darah
Perdarahan Ligamentum Latum sama sekali
terbuka
Kontraksi uterus ↓
Perdarahan (-)
Jahit
Cabang Arteri Kemampuan darah terbuka
uterine putus
PERDARAHAN
POSTPARTUM
Kematian
Kehilangan darah eksesif
MK: Defisit Vol Cairan
Tindakan
Darah dalam sirkulasi menurun
MK: Curah Jantung menurun
Tindakan Op Isolasi
MK: Nyeri, Cemas
Darah ke Jaringan menurun
MK: MK: Ggn Perfusi Jaringan
Resiko perubahan Resiko Cedera
Hubungan
orang tua-bayi
78
Lampiran 2. WOC Tromboflebitis
TROMBUS
(TROMBOSIS)
Area Betis
Obstruksi Refleks Spasme arteri Trombus lepas
Dilatasi Pembuluh darah Vena Balik Emboli
Kaki pucat/dingin
Inflamasi Udema Eritema Arteri paru/cabangnya MK: Perub.
Betis Nadi Perifer↓ Perfusi jaringan
Obstruksi Aliran darah
Ekstremitas Nyeri Kaku Malaise MK:
Merah Resiko
Lunak dan Kelebihan Obstruksi A.Pulmonalis Infark Paru Ketidakseimbangan
Panas MK: Nyeri vol cairan Utama ventilasi dan perfusi
Aliran darah Ventrikel Nyeri Pleuritik, Reflek Bronkospasme
kanan tersumbat Hemoptisis pleuritik,
Friction Rub. Hipoksemia
Kematian
MK: Nyeri, MK: Perub. Pola
79 Ansietas Nafas
Lampiran 3. WOC Infeksi Puerperal
Tertinggalnya sisa plasenta, Tindakan bedah vaginal Droplet Infection Infeksi Intrapartum,
selaput ketuban, Teknik Aseptik Koitus yg mengakibatkan pecahnya
dan bekuan darah. ketuban, infeksi nosokomial
Infeksi
Endometritis
Pneu, vulva, vagina, pelvik Infeksi sistemis melalui peredaran darah
Demam Nyeri
Demam
Nyeri
MK: Nyeri
80
Lampiran 4. WOC Infeksi Saluran Kemih
81
Lampiran 5. WOC Mastitis
Infeksi (mastitis)
82