PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara
tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan, 2011).
Kurang lebih sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil setiap
tahunnya. Pada umumnya kehamilan ini berlangsung dengan aman. Tetapi,
sekitar 1554 menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan
komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan
kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun. Kematian ibu atau kematian
maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari
setelah sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau
usia kehamilan. Indikator yang umum digunakan dalam kematian ibu adalah
Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu
dalam 1.000.000 kelahiran hidup. Angka ini mencerminka risiko obstetri yang
dihadapi oleh seorang ibu sewaktu ia hamil. Jika ibu tersebut hamil beberapa
kali, risikonya meningkat dan digambarkan sebagai risiko kematian ibu
sepanjang hidupnya, yaitu pribabilitas menjadi hamil dan probabilitas
kematian karena kehamilan sepanjang masa reproduksi.
B. Rumusan masalah
a. Bagaimana mengetahui konsep gawat darurat dan langkah penilaian ?
b. Bagaimana mengetahui konsep triage ?
C. Tujuan
a. agar mengerti dan memahami konsep gawat darurat dan langkah penilaian
b. agar mengerti dan memahami konsep triage
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. Tujuan
Tujuan dari pelayanan gawat darurat ini adalah untuk memberikan
pertolongan pertama bagi pasien yang datang dan menghindari berbagai
resiko, seperti: kematian, menanggulangi korban kecelakaan, atau bencana
lainnya yang langsung membutuhkan tindakan
Beberapa tujuan lain dari pelayanan gawat darurat adalah :
3
Dalamnya pernafasan memberi petunjuk terhadap banyaknya udara
pada saat menghirup. Untuk mengukur kedalaman bernafas yaitu dengan
cara meletakan tangan di atas dada penderita dan merasakannya, juga
dapat dengan merasakan gerakan perut.
d. Menilai perdarahan dalam kemaluan
2. Periksa Raba
a. Kulit
Warna kulit dapat berubah karena kelainan jantung , paru, ataupun
permasalahan lainnya , contoh : Pucat, mungkin disebabkan oleh syok/
serangan jantung. Mungkin juga disebabkan karena ketakutan, pingsan
atau kelainan emosi. Kemerah-merahan, mungkin disebabkan karena
tekanan darah yang tinggi, penyalahgunaan alkohol (mabuk ) , tersengat
matahari, serangan demam ,atau pada penyakit infeksi. Kebiru-biruan
adalah selalu masalah serius, tampak pertama kali pada ujung jari dan
sekitar mulut. Umumnya, disebabkan karena kadar CO2 seperti pada
syok, serangan jantung atau keracunan. Kekuning-kuningan mungkin
disebabkan karena penyakit hati . Kehitaman atau warna biru tua yang
setempat ( lokal) adalah hasil dari darah merembes atau meresap di
bawah kulit. Biasanya disebabkan oleh cedera atau infeksi.
Jika penderita berkulit gelap, kita dapat memeriksa perubahan
warna kulit pada bibir, kuku, telapak tangan , cuping telinga, daerah putih
pada mata, permukaan sebelah dalam pada kelopak mata, gusi atau lidah
Kulit biasanya kering, apabila kulit lembab atau basah itu mungkin
menunjukkan syok, kegawatdaruratan panas atau kegawatdaruratan pada
diabetes.
b. Nadi : lemah/kuat, cepat/normal.
Berikut ini merupakan jumlah denyut nadi normal per menit:
Bayi sampai usia 1 tahun: 100-160 kali per menit.
Anak usia 11-17 tahun: 60-100 kali per menit
Dewasa: 60-100 kali per menit.
c. Kaki/tungkai bawah : bengkak
3. Tanda vital
4
· Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan.
Hasil penilaian awal ini,
berfokus pada apakah pasien
mengalami syok hipovolemik, syok
septic, syok jenis lain, koma, kejang-
kejang atau koma disertai kejang-
kejang, menjadi dasar pemikiran
apakah kasus mengalami perdarahan,
infeksi, hipertensi/preeklamsia/
eklamsia atau penyulit lain. Dasar
pemikiran
ini harus dilengkapi dan diperkuat dengan melakukan pemeriksaan klinik
lengkap, tertapi sebelum pemeriksaan klinik lengkap selesai dilakukan, langkah-
langkah untuk melakukan pertolongan pertama sudah dikerjakan sesuai hasil
penilaian awal, misalnya ditemukan kondisi syok, pertolongan pertama untuk
melakukan syok sudah harus dilakukan.
5
f. Riwayat penyakit yang pernah diderita dan riwayat penyakit dalam
keluarga Riwayat pembedahan
g. Riwayat alergi terhadap obat
3. Pemeriksaan Obstetri :
a. Pemeriksaan vulva dan perineum
b. Pemeriksaan vagina
c. Pemeriksaan serviks
d. Pemeriksaan rahim (besarnya, kelainan bentuk, tumor dan sebagainya)
e. Pemeriksaan adneksa
f. Pemeriksaan his (frekuensi, lama, kekuatan relaksasi, simetri, dan
dominasi fundus)
g. Pemeriksaan janin:
1) Didalam atau diluar rahim
2) jumlah janin
3) presentasi janin dan turunnya presentasi seberapa jauh
4) posisi janin, moulase, dan kaput suksedaneum
5) Bagian kecil janin disamping presentasi (tangan, tali pusat, dan lain-
lain)
6) Anomali kongenital pada janin
7) Taksiran berat janin
h. Janin mati atu hidup, gawat janin atau tidak
6
4. Pemeriksaan Panggul :
a. Penilaian pintu atas panggul :
1) Promontorium teraba atau tidak
2) Ukuran konjugata diagonalis dan konjugata vera
3) penilaian linea inominata teraba berapa bagian atau teraba seluruhnya
b. Penialaian ruang tengah panggul :
1) Penilaian tulang sacrum (cekung atau datar)
2) Penilaian dinding samping (lurus atau konvergen)
3) Penilaian spina ischiadika (runcing atau tumpul)
4) Ukuran jarak antaspina iskiadika distansia interspinarum)
c. Penilaian pintu bawah panggul :
1) Arkus pubis (lebih besara atau kurang dari 90°)
2) Penilaian tulang koksigis (ke depan atau tidak)
3) Penilaian adanya tumor jalan lahir yang menghalangi persalinan
pervaginam
4) Penilaian panggul (panggul luas, sempit atau panggul patologik)
d. Penilaian imbang feto-pelvik : (imbang feto-pelvik baik atau disproporsi
sefalo-pelvik)
5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dan menentukan baik
dalam penanganan kasus perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan
preeklamsia/eklamsia, maupun kasus kegawatdaruratan yang lain.
6. Pemeriksaan Darah
Darah diambil untuk pemeriksaan berikut (disesuaikan dengan
indikasi klinik).
a) Golongan darah dan cross match
b) Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit.
7
Kadar hemoglobin dan hematokrit penting dalam kasus
perdarahan. dalam perdarahan akut kadar Hb dapat lebih tinggi, tetapi
dalam kenyataannya jauh lebih rendah. Dalam kasus sepsis kadar Hb
penting dalam kapasitasnya untuk mengangkut oksigen guna
mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, sehingga harus
diupayakan kadar Hb > 10 gr% dan Ht >30%.
Jumlah dan hitung jenis leukosit berguna untuk memprediksi
infeksi, walaupun kenaikan jumlah leukosit tidak spesifik untuk infeksi.
Pada kasus demam tanpa tanda-tanda, lokasi infeksi, bila jumlah leukosit
>15.000/mm3 berkaitan dengan infeksi bakteri sebesar 50%. Selain itu,
jumlah leukosit juga menjadi suatu komponen criteria dalam SIRS
(Systemik Inflammatory Response Syndrome) suatu istilah untuk
menggambarkan kondisi klinik tertentu yaitu pengaktifan inflammatory
cascade dan dianggap ada apabila terdapat 2 kelainan dari 4 yaitu : 1)
suhu tubuh, 2) Frekuensi jantung, 3) frekuensi napas, 4) jumlah leukosit.
Jumlah trombosit meningkat pada peradangan dan menurun pada DIC
(disseminated intravascular coagulation).
c) Pemeriksaan ureum dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal dan
dehidrasi berat
d) pemeriksaan glukosa darah
e) Pemeriksaan pH darah dan elektrolit (HCO3, Na, K, dan Cl)
f) Pemeriksaan koagulasi
g) Pemeriksaan fungsi hati, bilirubin, dalam evaluasi gagal organ ganda
h) Kultur darah untuk mengetahui jenis kuman
8
E. Pengertian triage
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan
suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan
serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan
prioritas penanganan
korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma
atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber
daya yang ada.
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien
berdasarkan berat ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan
tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu
(respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya
yaitu ≤ 10 menit.
Triage berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan
diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses
khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera ataupenyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kiniistilah tersebut lazim
digunakan untuk menggambarkan suatu konseppengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yangmemungkinkan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan sertafasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang
yang memerlukanperawatan di UGD setiap tahunnya. (Pusponegoro, 2010)
F. Tujuan Triage
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi yang mengancam
nyawa. Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke
akutannya, untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang
memerlukan pertolongan kedaruratan. Dengan triage tenaga kesehatan akan
mampu:
9
Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada
pasien
Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan
lanjutan
Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat.
G. Fungsi Triage
Menilai tanda-tanda dan kondisi vital dari korban.
menetukan kebutuhan media
menilai kemungkinan keselamatan terhadap korban.
menentukan prioritas penanganan korban.
memberikan pasien label warna sesuai dengan skala prioritas.
H. PrinsipTriage
Di rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien
berdasarkan gejala. Perawat triage menggunakan ABCD keperawatan seperti
jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu,
nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam,
deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan
kepada pasien di ruang gawat darurat. Perawat memberikan prioritas pertama
untuk pasien gangguan jalan nafas, bernafas atau sirkulasi terganggu. Pasien-
pasien ini mungkin memiliki kesulitan bernapas atau nyeri dada karena
masalah jantung dan mereka menerima pengobatan pertama. Pasien yang
memiliki masalah yang sangat mengancam kehidupan diberikan pengobatan
langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan
banyak sumber daya medis. (Bagus, 2007).
Menurut Brooker, 2008. Dalam prinsip triage diberlakukan system
prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus
didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa
yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan :
10
Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
Dapat mati dalam hitungan jam.
Trauma ringan.
Sudah meninggal.
11
c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan
oleh gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan,
Circulation / sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal
/ cacat (Wijaya, 2010)
KLASIFIKASI KETERANGAN
Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya gangguan ABC dan perlu
tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran, trauma
mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak darurat Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
(P2) Setelah dilakukan diresusitasi maka ditindaklanjuti oleh dokter
spesialis. Misalnya ; pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan
lainnya
Darurat tidak gawat Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan
(P3) darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik,
misalnya laserasi, fraktur minor / tertutup, sistitis, otitis media dan
lainnya
Tidak gawat tidak Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan
darurat (P4) gawat. Gejala dan tanda klinis ringan / asimptomatis. Misalnya
penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya
a. Sistem Klasifikasi
Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun
klasifikasinya sebagai berikut :
12
Prioritas 1 atau Emergensi
b. Sistem Triage
Non Disaster : Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap
individu pasien
Disaster: Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien
dalam jumlah banyak
13
Beberapa petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat triage yang
mengindikasikan kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi. Petunjuk
tersebut meliputi :
1) Nyeri hebat
2) Perdarahan aktif
3) Stupor / mengantuk
4) Disorientasi
5) Gangguan emosi
6) Dispnea saat istirahat
7) Diaforesis yang ekstrem
8) Sianosis
9) Tanda vital di luar batas normal
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage
harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan
melakukan pengkajian, misalnya melihat sekilas kearah pasien yang berada di
brankar sebelum mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.
14
berada di area pengobatan minor ke tempat tidur bermonitor ketika pasien
tampak mual atau mengalami sesak nafas, sinkop, atau diaforesis. (Iyer, 2004).
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif
bahwa ia mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka
pasien ditangani terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data
objektif dan data subjektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan
pasien membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subjektif
yang berasal langsung dari pasien (data primer).
15
d. Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera mematikan dan akan
meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar
derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
e. Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan
warna : merah, kuning, hijau, hitam.
f. Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan
pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan
tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan
ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
g. Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan
tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi
dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah
selesai ditangani.
h. Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat
jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka
penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
i. Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke
kamar jenazah. (Rowles, 2007).
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi gawat darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan
cedera yang mengancam nyawa pasien dan membutuhkan pertolongan segera.
Contoh : pasien tang tersedak makanan, penderita dengan serangan jantung.
Dalam menentukan kondisi kasus obstetri yang dihadapi apakah dalam
keadaan gawat darurat atau tidak harus dilakukan pemeriksaan secara
sistematis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan
obstetrik.
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan
suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan
serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan
prioritas penanganan
B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kegawatdarurat
dan langkah penilaian .
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini ,
oleh karena itu penulis engharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
makalah ini , diharapkan dengan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
17
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr. Heller Luz. 1997. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri, cetakan
kelima, Edisi pertama, Jakarta : Buku Kedokteran.
Prof. Dr. Basri Saifuddin, SpOG, Mph.2002. Buku panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatus, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirahardjo.
18