Anda di halaman 1dari 35

Laboratorium / SMF Obstetri dan Ginekologi Laporan Kasus Case Report

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman


RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

MIOMA UTERI

Disusun oleh:
Muhammad Izzan Hurruzia
1710029057

Pembimbing:
dr. Hj. Alfiani Rachmiputeri, Sp.OG (KFER)

Laboratorium / SMF Obstetri dan Ginekologi


RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2018
Laporan Kasus

MIOMA UTERI

Sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik di


Laboratorium Obstetri dan Ginekologi

Disusun oleh:
Muhammad Izzan Hurruzia

Menyetujui,

dr. Hj. Alfiani Rachmiputeri, Sp.OG (KFER)

Laboratorium / SMF Obstetri dan Ginekologi


RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2018

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kasus tentang “Mioma Uteri”. Laporan Kasus ini
disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Samarinda.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada:
1. dr. Ika Fikriah, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp. THT-KL, selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. Dr. dr. Novia Fransiska Ngo, M. Kes., Sp. OG selaku Kepala Laboratorium Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
4. dr. I. G. A. A. Sri M. Montessori, Sp. OG selaku Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
5. dr. Hj. Alfiani Rachmiputeri, Sp.OG (KFER) selaku dosen pembimbing selama penulis
menjalani co-assistance.
6. Rekan sejawat dokter muda stase Obstetri dan Ginekologi angkatan 2018 yang telah
bersedia memberikan saran dan mengajarkan ilmunya pada penulis.
Penulis menyadari terdapat ketidaksempurnaan dalam penulisan, sehingga
penyusun mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnan laporan kasus ini.
Akhir kata, semoga laporan kasus ini berguna bagi penyusun sendiri dan para
pembaca.

Samarinda, Agustus 2018

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mioma uteri, juga dikenal dengan leiomioma, fibromioma, atau fibroid, adalah
tumor jinak yang terdapat otot polos uterus dan jaringan ikat di sekitarnya. Tumor ini
paling sering ditemukan pada wanita umur 35 - 45 tahun (kurang lebih 25%), namun
jarang ditemukan pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang
sering melahirkan, sedikit kemungkinannya untuk perkembangan mioma ini
dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya satu kali hamil.
Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah
hamil atau hanya hamil satu kali. Namun insiden tumor ini pada kehamilan mungkin
sekitar sekitar 2 persen. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga,
ras, kegemukan dan nullipara. Mioma belum pernah ditemukan sebelum terjadinya
menarkhe, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
tumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh wanita
(Cunningham, 2012).
Gejala akibat mioma uteri terutama bergantung pada lokasinya. Tumor ini dapat
terletak tepat di bawah lapisan endometrium atau desidua di rongga uterus
(submukosa), tepat di bawah serosa uterus (subserosa), atau mungkin terbatas di
dalam miometrium (intramural). Sewaktu tumbuh, mioma intramural dapat
menghasilkan komponen subserosa dan submukosa, atau keduanya, yang signifikan.
Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang efektif
belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu
sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun morbiditas yang
ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma uteri dapat
menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal, serta diperkirakan dapat
menyebabkan kesuburan rendah (Cunningham, 2012).

4
Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik umumnya adalah tindakan operasi
yaitu histerektomi atau pada wanita yang ingin mempertahankan uterusnya,
miomektomi dapat menjadi pilihan. Namun pembedahan jarang dilakukan selama
kehamilan, tetapi insiden seksio sesarea pada kasus kehamilan dengan mioma uteri
sangat meningkat.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang mioma uteri dan perbandingan antara teori dengan kasus
nyata mioma uteri.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui teori tentang mioma uteri yang mencakup:
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Klasifikasi
e. Tanda dan Gejala
f. Diagnosis
g. Penatalaksanaan
h. Komplikasi
i. Prognosis
2. Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus nyata mioma uteri yang
terjadi di Ruang Mawar Nifas RSUD Abdul Wahab Syahranie.

5
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran terutama
bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang mioma uteri.

1.3.2.Manfaat bagi Pembaca


Makalah ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca mengenai
mioma uteri.

6
BAB II
LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Jumat, tanggal 5 Agustus 2018
pukul 9.50 WITA di ruang MAWAR (Nifas) RSUD AW.Sjahranie Samarinda.

2.1 Anamnesis

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SH
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Pangeran Antasari Samarinda
Masuk Rumah Sakit (MRS) : Jumat, 5 Agustus 2018 pukul 09.30 WITA

2. KELUHAN UTAMA
Pasien datang bersama suami dari poliklinik kebidanan di RS Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda dengan keluhan perdarahan dari vagina sejak ±1 tahun terakhir
yang memberat dalam 2 minggu terakhir.

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke RS Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dengan keluhan
terdapat perdarahan yang keluar dari vagina sejak 1 tahun terakhir, memberat dalam
2 minggu terakhir. Dalam sehari pasien ganti pembalut hingga 8-9 kali dan 2-3 kali
ganti pampers. Darah yang keluar adalah darah segar dan gumpalan darah. Pasien
juga merasakan bahwa jadwal menstruasi tidak teratur dan sering mengeluhkan
adanya nyeri pinggang ketika duduk terlalu lama. Selain itu pasien mengeluhkan
nyeri perut kanan bagian bawah sejak beberapa bulan terakhir dan juga pusing yang

7
hilang timbul . Nyeri perut yang dirasakan seperti keram yang awalnya hilang
timbul, namun kemudian muncul terus menerus hingga saat ini. Pasien menyangkal
adanya keluhan gangguan penglihatan, nyeri kepala. Riwayat merokok dan minum
alkohol disangkal oleh pasien. Riwayat perdarahan dan nyeri saat berhubungan
seksual disangkal oleh pasien. Riwayat keputihan juga tidak ada.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus yang terkontrol. Tidak
memiliki riwayat penyakit hipertensi, asma, riwayat infertilitas, dan penyakit
keganasan.

5. RIWAYAT KELUARGA
 Tidak ada riwayat penyakit DM, hipertensi, dan asma dalam keluarga.
 Tidak ada riwayat infertilitas dalam keluarga.
 Tidak ada riwayat penyakit keganasan dalam keluarga.

6. RIWAYAT PENGOBATAN
Metformin 500 mg 3 x 1 tab.

7. RIWAYAT OBSTETRIK
P1001A100
Jenis Keadaan
Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Kelamin / Anak
Penyulit
Partus Partus Kehamilan Persalinan Persalinan BB (gram) Sekarang

1986 - Preterm - - - - Mati

Perempuan Hidup
1987 Bidan Aterm Spontan Bidan -
2.500 gram Sehat

8. RIWAYAT KONTRASEPSI

8
Pasien tidak pernah memakai alat kontrasepsi.

9. RIWAYAT MENSTRUASI
Pasien menarche pada usia 11 tahun, dengan durasi menstruasi selama 7-8
hari dan siklus yang tidak teratur. Dalam sehari dapat mengganti 3-4 kali
pembalut.

10. RIWAYAT PERNIKAHAN


Pasien sudah menikah dua kali, pertama kali pada usia 16 tahun dengan lama
pernikahan dengan suami pertama 2 tahun. Lalu dengan suami kedua 22 tahun
sampai sekarang.

11. PEMERIKSAAN FISIK


STATUS UMUM
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis, GCS : E4V5M6
3. Berat badan : 69 kg, tinggi badan : 150 cm
4. Tanda vital:
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Frekuensi nadi : 83x/menit
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu : 36,5°C
5. Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
THT : Tidak ditemukan kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-), struma dan kelainan lain (-)
6. Thorax :
 Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Paru : Simetris(+), vesikuler(+/+), rhonki(-/-), wheezing (-/-)
7. Ekstremitas :

9
 Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT<2”
 Bawah : Akral hangat (+/+), edema tungkai (-/-), varices (-/-),
CRT<2”

STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan dalam vagina (VT) : Tidak dilakukan

12. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Lab
a) Hematologi (28/07/2018)
Hasil Nilai rujukan
Leukosit 5.610 4.800-10.800
Eritrosit 5.690.000 4.200.000 – 5.400.000
Hematokrit 42,3% 37,0%-54,0%
Trombosit 251.000 150.000-450.000
Hemoglobin 14.2 12.0-16.0

a) Kimia Klinik (28/07/2018)


Hasil Nilai rujukan
Kreatinin 0.6 0,5-1,1 mg/dL
Ureum 20.6 19.3-49.2 mg/dL
GDP 112 70-100 mg/dL
GD2JPP 151 70-150 mg/dL
SGOT 15 <32 U/L
SGPT 15 <33 U/L
Albumin 4.7 3.5-5.5 g/dL
Cholestrol 199 <200 mg/dL
Trigliserida 158 <150 mg/dL
HDL Cholestrol 46 >45 mg/dL

10
LDL Cholestrol 117 <130 mg/dL

b) Urinalisis (01/08/2018)
Hasil Nilai rujukan
Sel epitel ++ Sedikit
Eritrosit 20-30 0-1
Hemoglobin +++ Negatif (-)

c) Imuno-Serologi (01/08/2018)
Hasil Nilai rujukan
Ab HIV NR -
HbsAg NR <0.90

11
2. USG

Hasil: Uterus ukuran membesar , tampak multiple lesi hipoechoic batas tegas dengan
ukuran 7 x 6 x 8cm
Kesan : Multipel mioma uteri

12
13. DIAGNOSIS KERJA
Mioma Uteri + Diabetes Mellitus

14. PENATALAKSANAAN
 R/ Laparotomi eksplorasi
R/ Histerektomi SOB
Metformin 3 x 500 mg
Profilaksis Inj. Ceftriaxone 1 gr/IV
Persiapan pre-op PRC 2 kolf

15. FOLLOW UP

Tanggal Follow up

05/08/2018 S : perdarahan yang keluar dari vagina sejak 1 tahun terakhir,


memberat dalam 2 minggu terakhir serta adanya nyeri
9.50 pinggang dan nyeri perut bagian kanan bawah.

IGD O : KU sedang, Kesadaran composmentis.

TD: 140/80 mmHg, N: 83x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,5◦C

Pemeriksaan Fisik :

Inspeksi : Bentuk, besar normal.

Palpasi: Teraba benjolan berkonsistensi keras di abdomen


kanan bawah, nyeri tekan abdomen kanan bawah (+).

VT : Teraba massa pada uterus melalui bimanual.

A : Mioma Uteri + Diabetes Mellitus Terkontrol


P : Co. Sp.OG
Metformin 3 x 500mg
Inj. Ceftriaxone
Observasi di VK
Persiapan PRC 2 Kolf Pre-Operasi
R/ Laparatomi Eksplorasi 7/8/2018
Co. Sp.PD

13
Acc OP jika GDS <150
Cek GDS / hari

05/08/2018 S : Perdarahan berkurang, nyeri pinggang dan perut


berkurang.
15.00
O : KU sedang, Kesadaran composmentis.
VK
TD: 130/90 mmHg, N: 85x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,7◦C

A : Mioma Uteri + Diabetes Mellitus Terkontrol


P : Metformin 3 x 500mg
Lanjutkan persiapan operasi
R/ Laparatomi Eksplorasi 7/8/2018

06/08/2018 S:-

10.00 O : KU sedang, Kesadaran composmentis.

Nifas TD: 130/100 mmHg, N: 71x/menit, RR: 19x/menit, T: 36,6◦C


GDS : 129 mg/dL
A : Mioma Uteri + Diabetes Mellitus Terkontrol
P : Observasi KU
Metformin 3 x 500mg
Cek GDS / Hari
Lanjutkan persiapan operasi
R/ Laparatomi Eksplorasi 7/8/2018 Jam 08.00

06/08/2018 S:-

10.00 O : KU sedang, Kesadaran composmentis.

Nifas TD: 130/90 mmHg, N: 69x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,6◦C


GDS : 129 mg/dL
A : Mioma Uteri + Diabetes Mellitus Terkontrol
P : Observasi KU
Metformin 3 x 500mg
Cek GDS / Hari
Co. An untuk operasi diet dimulai jam 00.00
Lanjutkan persiapan operasi
R/ Laparatomi Eksplorasi 7/8/2018 Jam 08.00

14
07/08/2018 S:-

08.00 O : KU sedang, Kesadaran composmentis.

Nifas TD: 120/100 mmHg, N: 74x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,4◦C


GDS pagi : 120 mg/dL
A : Mioma Uteri + Diabetes Mellitus Terkontrol
P : Observasi KU
Metformin 3 x 500mg
Profilaksis Inj. Ceftriaxone 1gr / IV
Pukul 08.00 pasien di pindahkan ke OK IBS

07/08/2018 S:-

10.00 O : KU sedang, Kesadaran composmentis.

Nifas TD: 120/100 mmHg, N: 74x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,4◦C


GDS pagi : 120 mg/dL
A : Diabetes Mellitus Terkontrol + Post Histerektomi SOB
P : Observasi KU dan Luka
Metformin 3 x 500mg
Inj. Antrain 1 gr / 8 jam

08/08/2018 S : Nyeri bekas operasi (+)

07.15 O : KU baik, kesadaran composmentis

Mawar Nifas TD 130/80 mmHg; N 80x/menit; R 20x/menit; T 36.8◦C

A Diabetes Mellitus Terkontrol + Post Histerektomi SOB hari


1

P :Terapi lanjut

Mobilisasi aktif

09/08/2018 S : Nyeri bekas operasi (+)

15
07.30 O : KU baik, kesadaran composmentis

TD 130/90 mmHg; N 88x/menit; R 18x/menit; T 36.4◦C

A : Diabetes Mellitus Terkontrol + Post Histerektomi SOB


hari 2

P : ACC rawat jalan

Persiapan Sebelum Operasi:


1. Informed concent
2. Menjelaskan pada pasien tentang penyakit yang diderita
3. Menerangkan kepada pasien tentang tindakan operasi yang dilakukan :
garis besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan
4. Pasien dipuasakan
5. Cek darah, dan darah harus tersedia dan sudah dilakukan crossmatching.

Laporan Operasi Tanggal 25 April 2018

Bangsal : Mawar Nomor : 98.05.09


LAPORAN OPERASI
Nama : Ny. SH Umur : 45 tahun
Pembedahan Besar
Nama Ahli Bedah : dr., Sp. OG (Elektif)
Nama Anestesi : dr., Sp. AN Jenis Anestesi :
General Anestesi

16
Nama Operasi Diagnosa Pre Operatif Diagnosa Post Operatif
Laparotomi Mioma Uteri Mioma Uteri
Tanggal : 25 /09/2013 Jam Mulai : 08.50 Mioma uteri dikrim untuk
Jam Selesai : 10.00 pemeriksaan PA
1. Siapkan informed concent
2. Pasien disiapkan diatas meja operasi dalam posisi supine , lalu dilakukan
tidakan general anestesi
3. Dilakukan desinfeksi pada dinding abdomen , selanjutnya lapangan operasi
dipersempit dengan menggunakan duk steril.
4. Dibuat insisi mediana pada abdomen dimulai dari atas simfisis sampai ke
bawah umbilikus, lapis demi lapis dinding abdomen
5. Peritoneum dibuka dan tampak massa kistik multiple dengan ukuran 7 cm x 7
cm pada ovarium sinistra. Kemudian kista diangkat.
6. Dilakukan eksplorasi pada daerah sekitar kista
7. Dilakukan suction
8. Dilakukan penjepitan serta pemotongan dari arteri hingga ligament dari uterus ,
kemudian uterus beserta tuba dan ovarium diangkat
9. Dilakukan kontrol perdarahan
10. Menjahit lapisan abdomen lapis demi lapis
- Peritoneum menggunakan cat gutplain No 2.0
- Fasia tranversalis dijahit menggunakan vicryl No 1.0
- Lemak menggunakan cat gutplain No. 2.0
- Subkutis menggunakan cat gutplain No. 3.5
11.Permukaaan abdomen dibersihkan dengan Nacl 0,9 %
12. Menutup luka dengan kassa steril dan diplester menggunakan leukomed
13. Operasi selesai

Terapi Post Operatif


1. IVFD RL 20 tpm
2. Ceftriaxone 1 gr / 8 jam/iv

17
3. Antrain 1 amp/8 jam/ iv
Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi: Belum Keluar

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Mioma Uteri


Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid, atau leiomioma
merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan jaringan ikat yang
menumpanginya (Cunningham, 2012). Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul,
dan berasal dari otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat
berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot
rahimnya yang dominan (Stewart, 2001).

2.2. Epidemiologi Mioma Uteri

18
Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 - 45 tahun (kurang
lebih 25%), namun jarang ditemukan pada wanita 20 tahun dan wanita post
menopause. Wanita yang sering melahirkan, sedikit kemungkinannya untuk
perkembangan mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau
hanya satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada
wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali. Namun insiden tumor ini
pada kehamilan mungkin sekitar sekitar 2 persen.Prevalensi meningkat apabila
ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara (Cunningham, 2012).
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan
setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia
mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologik yang dirawat.
Selain itu dilaporkan juga ditemukan pada kurang lebih 20-25% wanita usia
reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih dari 35 tahun (Cunningham, 2012).

2.3. Etiologi Mioma Uteri

Hal yang mendasari tentang penyebab mioma uteri belum diketahui secara
pasti, diduga merupakan penyakit multifaktorial. Namun terdapat beberapa hormon
yang mempengaruhi pertumbuhan dari tumor ini, yaitu: (Djuwantono, 2004).
1. Estrogen
Dengan adanya stimulasi estrogen, menyebabkan terjadinya proliferasi di
uterus, sehingga menyebabkan perkembangan yang berlebihan dari garis
endometrium, sehingga terjadilah pertumbuhan mioma. Mioma uteri dijumpai
setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama
kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat
menopause dan pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan
bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Selama fase

19
sekretorik, siklus menstruasi dan kehamilan, jumlah reseptor estrogen di
miometrium normal berkurang. Pada mioma, reseptor estrogen dapat ditemukan
sepanjang siklus menstruasi, tetapi ekskresi reseptor tersebut tertekan selama
kehamilan.
2. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari
estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan mioma dengan dua cara yaitu,
mengaktifkan 17-Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada mioma.
3. Hormon Pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, terlihat pada periode ini
memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari mioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara hormon pertumbuhan dan
estrogen.

Faktor risiko terjadinya mioma uteri adalah sebagai berikut :


a. Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun yaitu
mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun.
Sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah ditemukan.Pada usia
sebelum menarke, kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi,
serta akan turun pada usia menopause. Pada wanita menopause mioma uteri
ditemukan sebesar 10% (Ganong, 2008).
b. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan
dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri (Parker, 2007).
c. Obesitas

20
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim
aromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen
tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan
prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri (Parker, 2007).
d. Paritas
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk
terjadinya perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah
hamil atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang
pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali (Stewart et al,
2002)
e. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Kedua
keadaan ini ada kemungkinan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri.
Kehamilan dapat juga mengurangi resiko mioma karena pada kehamilan
hormon progesteron lebih dominan (Manuaba, 2003).
2.4. Klasifikasi
Mioma uteri berasal dari miometrium. Berdasarkan lokasinya di uterus dan
menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi menjadi 3 jenis, antara lain:
(Ganong, 2008).
1. Mioma Submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis ini
sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa
umumnya dapat diketahui dengan tindakan kuretase, dengan adanya benjolan
waktu kuret, dikenal sebagai currete bump. Mioma submukosa dapat tumbuh
bertangkai menjadi polip atau mioma submukosa pedinkulata. Dengan
pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor ini dapat
keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau

21
mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami torsi dan nekrosis sehingga
risiko infeksi sangat tinggi.
2. Mioma Intramural
Mioma yang berkembang di antara serabut miometrium. Bila di dalam
dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk
yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak
pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan gangguan
miksi.
3. Mioma Subserosa
Mioma yang tumbuh di bawah lapisan serosa sehingga tumbuh ke arah
luar uterus. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum
latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma jenis ini juga dapat menjadi
parasit omentum atau usus untuk vaskularisasi tambahan bagi pertumbuhannya.

2.5. Tanda dan Gejala Klinis


Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah
pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma serta komplikasi yang terjadi. Hanya
dijumpai pada 20-50% saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya
tidak mengeluh apapun. Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala
klasik dari mioma uteri. Gejala perdarahan yang paling sering adalah jenis mioma
submukosa, selain itu, penderita mioma mengeluh dismenore, nyeri perut bagian
bawah, serta nyeri pinggang (Ganong, 2008).
Massa di Perut Bawah. Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau
benjolan di perut bagian bawah (Ganong, 2008).
a. Perdarahan Abnormal Uterus (Ganong, 2008).
Teori yang menjelaskan perdarahan yang disebabkan mioma uteri
menyatakan terjadi perubahan struktur vena pada endometrium dan miometrium

22
yang menyebabkan terjadinya venule ectasia. Endometrium tidak dapat
berkontraksi optimal karena adanya mioma diantara serabut miometrium,
sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik
(Ganong, 2008).
Miometrium merupakan wadah bagi faktor endokrin dan parakrin dalam
mengatur fungsi endometrium. Aposisi kedua jaringan ini dan aliran darah
langsung dari miometrium ke endometrium memfasilitasi interaksi ini. Growth
factor yang merangsang stimulasi angiogenesis atau relaksasi tonus vaskuler
dan yang memiliki reseptor pada mioma uteri dapat menyebabkan perdarahan
uterus abnormal dan menjadi target terapi potensial. Sebagai pilihan,
berkurangnya angiogenik inhibitory factor atau vasoconstricting factor dan
reseptornya pada mioma uteri dapat juga menyebabkan perdarahan uterus yang
abnormal (Ganong, 2008).

b. Nyeri Perut.
Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini
timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai
dengan nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa
yang akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis
servikalis dapat menyebabkan dismenorrhoe. Dapat juga rasa nyeri disebabkan
karena torsi mioma uteri yang bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai
dengan mual dan muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat
disebabkan karena tekanan pada pleksus uterovaginalis, menjalar ke pinggang
dan tungkai bawah (Ganong, 2008).
c. Pressure Effects ( Efek Tekanan )
Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan pada organ-
organ di sekitar uterus. Gejala ini merupakan gejala yang tak biasa dan sulit

23
untuk dihubungkan langsung dengan mioma. Penekanan pada kandung kencing,
polakisuria dan disuria. Bila uretra tertekan bisa menimbulkan retensio urin.
Bila berlarut-larut dapat menyebabkan hydroureteronephrosis. Tekanan pada
rectum tidak begitu besar, kadang-kadang menyebabkan konstipasi atau nyeri
saat defekasi (Ganong, 2008).
d. Infertilitas dan Abortus
Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosa dapat
memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga uterus. Perubahan
bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi
reproduksi. Gangguan implasntasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma
akibat perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi
massa tumor.Apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan dan mioma
merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk
dilakukan miomektomi (Cunningham, 2012).

2.6. Diagnosis
a. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor risiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Biasanya ada keluhan
teraba massa menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah panjang
serta adanya riwayat perdarahan pervaginam terutama pada wanita usia 40-an.
Kadang juga dikeluhkan perdarahan kontak (Parker, 2007).
b. Pemeriksaan Fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus.
Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh
satu atau lebih massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa
massa seperti ini adalah bagian dari uterus (Parker, 2007).
c. Pemeriksaan penunjang

24
1) Temuan Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini
disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi.
Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa
kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia
dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter
yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian
menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal (Parker, 2007).
2) Imaging
a) Pemeriksaan dengan USG (Ultrasonografi) transabdominal dan
transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri.
Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang
kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui
ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan
gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur
maupun pembesran uterus (Cunningham, 2012).
b) Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri
submukosa, jika mioma kecil serta bertangkai. Mioma tersebut
sekaligus dapat diangkat (Cunningham, 2012).
c) MRI (Magnetic Resonance Imaging) sangat akurat dalam
menggambarkan jumlah, ukuran, dan likasi mioma tetapi jarang
diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas
tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat
mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas,
termasuk mioma (Cunningham, 2012).
Diagnosis banding mioma uteri adalah kehamilan, neoplasma ovarium, dan
adenomiosis (Cunningham, 2012).

2.7. Penatalaksanaan
a. Konservatif

25
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih
besar dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi
pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi (FK Unhas, 2000).
b. Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan
mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi
medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti
sementara dari operatif. Preparat yang selalu digunakan untuk terapi
medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin Realising Hormon
Agonis), progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin,
antiprostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan amantadine (FK Unhas,
2000).

c. Operatif
Indikasi terapi operatif untuk mioma uteri menurut American College of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG) adalah: (Parker, 2007).
1) Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
2) Dugaan adanya keganasan
3) Pertumbuhan mioma pada masa menopause
4) Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba
5) Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu
6) Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
7) Anemia akibat perdarahan
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi
arteri uterus (Parker, 2007).

26
1) Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma mioma
submukosa pada mioma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
2) Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan
terpilih. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah
akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi dilakukan apabila
didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada
traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu.
Tindakan histerektomi dapat dilakukan secara abdominal (laparotomi),
vaginal dan pada beberapa kasus dilakukan laparoskopi. Histerektomi
perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal
hysterectomy (TAH) dan subtotal abdominal hysterectomy (STAH).
Masing-masing prosedur ini memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH
dilakukan untuk menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti
perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan
rektum. Namun dengan melakukan STAH kita meninggalkan serviks,
dimana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Pada
TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat menjadi sumber
timbulnya sekret vagina dan perdarahan paska operasi di mana keadaan ini
tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH. Histerektomi juga dapat
dilakukan pervaginanm, dimana tindakan operasi tidak melalui insisi pada
abdomen. Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya
merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang
dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus
dapat diminimalisasi. Maka histerektomi pervaginam tidak terlihat parut
bekas operasi sehingga memuaskan pasien dari segi kosmetik. Selain itu
kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi lebih minimal dan
masa penyembuhan lebih cepat dibandng histerektomi abdominal.
3) Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah
injeksi arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter

27
yang nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan
nekrosis. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan
mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya
yang cepat.

2.8. Komplikasi
Komplikasi mioma uteri yang dapat terjadi adalah degenerasi ganas dan torsi.
Degenerasi ganas mioma uteri dapat menjadi leiomiosarkoma. Keganasan umumnya
baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan
akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause. Selanjutnya, torsi (putaran tangkai)
dapat menjadi komplikasi pula. Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami,
timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian
terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut
tidak terjadi (Prawirohardjo, 2012).

2.9. Prognosis
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Miomektomi
yang ekstensif dan secara signifikan melibatkan miometrium atau menembus
endometrium. Mioma yang kambuh kembali (rekurens) setelah miomektomi terjadi
pada 15-40% pasien dan 2/3nya memerlukan tindakan lebih lanjut (Cunningham,
2012).

28
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Anamnesis
Teori Kasus
Dalam anamnesis dicari keluhan 1. Pasien berusia 45 tahun.
utama serta gejala klinis mioma 2. Keluhan pasien adalah
lainnya, faktor risiko serta perdarahan yang keluar dari vagina sejak
kemungkinan komplikasi yang terjadi. 1 tahun terakhir, memberat dalam 2
Biasanya ada keluhan teraba massa minggu terakhir. Dalam sehari pasien
menonjol keluar dari jalan lahir yang ganti pembalut hingga 8-9 kali dan 2-3
dirasakan bertambah panjang serta kali ganti pampers. Darah yang keluar

29
adanya riwayat perdarahan adalah darah segar dan gumpalan darah.
pervaginam terutama pada wanita usia Pasien juga merasakan bahwa jadwal
40-an. Kadang juga dikeluhkan menstruasi tidak teratur. Lama haid pasien
perdarahan kontak (Parker, 2007). sekitar 7 hari dan siklus haid pasien tidak
teratur. Nyeri saat haid yang dirasakan
seperti nyeri melilit yang hilang-timbul.
Pasien juga merasakan adanya benjolan
pada perut bagian bawah. Riwayat
perdarahan dan nyeri saat berhubungan
seksual disangkal oleh pasien. Riwayat
keputihan juga tidak ada.

4.2 Pemeriksaan Fisik


Teori Kasus
Mioma uteri mudah - KU: Tampak sakit sedang
ditemukan melalui pemeriksaan
- Kesadaran : Composmentis, GCS
bimanual rutin uterus. Diagnosis
E4V5M6
mioma uteri menjadi jelas bila
dijumpai gangguan kontur uterus - Tanda vital: Tekanan darah :
oleh satu atau lebih massa yang 140/80 mmHg; Frekuensi nadi : 83
licin, tetapi sering sulit untuk x/menit, kuat angkat, reguler;
memastikan bahwa massa seperti ini Frekuensi napas: 20x/menit,
adalah bagian dari uterus (Parker, reguler; Suhu: 36,5°C

30
2007). - Status generalis: Conjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
akral teraba hangat, CRT <2detik.

- Abdomen: soefl, bising usus (+)


kesan normal, nyeri tekan abdomen
pada kuadran bawah (+) palpasi:
teraba benjolan pada kuadran
bawah. hepar: pembesaran (-)
limpa: pembesaran (-)

- Pemeriksaan ginekologi:

Pemeriksaan Inspekulo: Tidak


Dilakukan
Pemeriksaan Bimanual: Teraba
benjolan di sekitar daerah uterus

4.3 Pemeriksaan Penunjang


Teori Kasus
1. Temuan laboratorium : Anemia Pemeriksaan Darah Lengkap
merupakan akibat paling sering dari mioma. (28/07/2018)
Hal ini disebabkan perdarahan uterus yang
Hb :14,2 gr/dl
banyak dan habisnya cadangan zat besi.
Hct :42,3 %
Kadang-kadang mioma menghasilkan
3
eritropoetin yang pada beberapa kasus Leukosit: 5.61 /mm
menyebabkan polisitemia. Adanya PLT :251.000 / mm3
hubungan antara polisitemia dengan
penyakit ginjal diduga akibat penekanan

31
mioma terhadap ureter yang menyebabkan
peninggian tekanan balik ureter dan
kemudian menginduksi pembentukan
eritropoietin ginjal
2. Pemeriksaan USG transabdominal dan
transvaginal bermanfaat dalam menetapkan
adanya mioma uteri. Ultrasonografi
transvaginal terutama bermanfaat pada
uterus yang kecil

4.4 Penatalaksanaan
Teori Kasus
Penatalaksanaan:  R/ Laparotomi eksplorasi
1.Konservatif : Pada mioma kecil dan  R/ Histerektomi SOB
tanpa gejala tidak memerlukan  Metformin 3 x 500 mg
pengobatan, tetapi harus diawasi  Profilaksis Inj. Ceftriaxone gr/IV
perkembangan tumornya. Jika mioma  Persiapan pre-op PRC 2 kolf
lebih besar dari kehamilan 10-12 minggu,
tumor yang berkembang cepat, terjadi
torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan
operasi.
2.Medikamentosa: Terapi yang dapat
memperkecil volume atau menghentikan
pertumbuhan mioma uteri secara menetap
belum tersedia pada saat ini. Terapi
medikamentosa masih merupakan terapi
tambahan atau terapi pengganti sementara
dari operatif. Preparat yang selalu
digunakan untuk terapi medikamentosa

32
adalah analog GnRHa (Gonadotropin
Realising Hormon Agonis), progesteron,
danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin,
antiprostaglandin, agen-agen lain seperti
gossypol dan amantadine.
3.Operasi: Indikasi terapi operatif untuk
mioma uteri menurut American College
of Obstetricians and Gynecologist
(ACOG) adalah: (Parker, 2007).
1) Perdarahan uterus yang tidak
respon terhadap terapi
konservatif
2) Dugaan adanya keganasan
3) Pertumbuhan mioma pada
masa menopause
4) Infertilitas karena gangguan
pada cavum uteri maupun
karena oklusi tuba
5) Nyeri dan penekanan yang
sangat mengganggu
6) Gangguan berkemih maupun
obstruksi traktus urinarius
7) Anemia akibat perdarahan
Pengobatan operatif meliputi
miomektomi, histerektomi dan embolisasi
arteri uterus.

33
BAB V
KESIMPULAN

1. Mioma uteri, juga dikenal sebagai leiomioma uterus adalah tumor jinak pada
daerah rahim, yaitu otot rahim dan jaringan ikat di sekitarnya, terutama
merupakan tumor pada otot polos uterus.
2. Gejala akibat mioma uteri terutama bergantung pada lokasinya. Tumor ini dapat
terletak tepat di bawah lapisan endometrium atau desidua di rongga uterus
(submukosa), tepat di bawah serosa uterus (subserosa), atau mungkin terbatas di
dalam miometrium (intramural). Sewaktu tumbuh, mioma intramural dapat
menghasilkan komponen subserosa dan submukosa, atau keduanya, yang
signifikan.
3. Gejala mioma uteri berupa perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri saat
menstruasi, dyspareunia, nyeri pinggang, efek penekanan ke ureter, vesical
urinaria, dan rectum, dan infertilitas.
4. Terapi mioma simptomatik berupa analgesia dan observasi, dimana umumnya
gejala dan tanda akan mereda dalam beberapa hari. Peradangan yang terjadi
dapat memicu persalinan pada pasien hamil dengan mioma uteri. Pengobatan
mioma uteri dengan gejala klinik umumnya adalah tindakan operasi yaitu
histerektomi (pengangkatan rahim) atau pada wanita yan ingin mempertahankan
kesuburannya, miomektomi (pengangkatan mioma) dapat menjadi pilihan.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham. 2012. Obstetri William Jilid 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.
2. Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH agonis sebelum histerektomi. Mioma:
Farmacia 3:38-41
3. FK Unhas. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUP dr. Wahidin
Soedirohusodo. Ujung Pandang: Bursa Buku Kedokteran Aesculapius.
4. Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 2. Jakarta: EGC.
5. Manuaba B.G. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi
Edisi Kedua. Jakarta: EGC, pp: 309-312.
6. Parker WH. 2007. Etiology, syptomatology and diagnosis of uterin Miomas. 87:
725-733.
7. Prawirohardjo S. 2012. Ilmu Kebidanan, edisi IV. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sawono Prawirohardjo.
8. Stewart AA, Faur AV, Wise LA. 2002. Predictors of subsequent surgery for
uterin leiomiomata after abdominal myomectomi. 99: 426-432
9. Stewart E. 2001. Fibroid Rahim. 357: 293-298

35

Anda mungkin juga menyukai