Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang disebabkan oleh penyakit

penyulit hipoksia janin dalam rahim antara lain dengan melakukan pemantauan kesejahteraan

janin dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan

yang berkaitan hipoksia janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya

menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.

Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar, persalinan

berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut tak pelak lagi

dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur.

Sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk

kesejahteraan janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk mendeteksi dini jika ada

komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya; mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan selama kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi

persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya, juga bila

kehamilannya dikategorikan dalam risiko tinggi, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan

persalinan yang aman kelak."

Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan mencegah

janin lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun mengalami kematian saat baru

lahir.
1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengertian cardiotokografi

2. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi cardiotokografi

3. Mengetahui persiapan dan pelaksanaan pemeriksaan cardiotokografi

4. Mengetahui cara menginterpretasi hasil pemeriksaan cardiotokografi

5. Mengetahui manfaat pemeriksaan cardiotokografi dalam kehamilan dan persalinan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Kardiotokografi menyajikan kesejahteraan janin

Kardio denyut jantung

Toko kontraksi uterus

Keduanya disajikan pada waktu yang bersamaan, denyut jantung terdapat dibagian atas

catatan dan kontraksi dibawahnya. Cardiotokografi adalah suatu metoda elektronik untuk

memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam persalinan.

Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi

menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu,

atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi. Cardiotokografi merupakan pemeriksaan denyut

jantung janin untuk menilai kesejahteraanya (fetal-wellbeing).

Dalam Cardiotokografi terdapat 3 hal yang di catat :

1. Denyut jantung janin

2. Kontraksi Rahim

3. Gerakan janin.

Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan

gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan

frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak

diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.

Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam

waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi
yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin

diperlukan.

2.2 Indikasi

Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi,

dan indikasinya terdiri dari :

1. IBU

a) Pre-eklampsia-eklampsia

b) Ketuban pecah

c) Diabetes mellitus

d) Kehamilan > 40 minggu

e) Vitium cordis

f) Asthma bronkhiale

g) Inkompatibilitas Rhesus atau ABO

h) Infeksi TORCH

i) Bekas SC

j) Induksi atau akselerasi persalinan

k) Persalinan preterm.

l) Hipotensi.

m) Perdarahan antepartum.

n) Ibu perokok.

o) Ibu berusia lanjut.

p) Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru,

penyakit jantung, dan penyakit tiroid.


2. JANIN

a) Pertumbuhan janin terhambat (PJT)

b) Gerakan janin berkurang

c) Suspek lilitan tali pusat

d) Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin

e) Hidrops fetalis

f) Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.

g) Mekoneum dalam cairan ketuban

h) Riwayat lahir mati

i) Kehamilan ganda

j) Dan lain-lain

2.3 Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi

1. Usia kehamilan > 28 minggu.

2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).

3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.

4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer

(pada Cardiotokografi terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.

2.4 Kontra Indikasi Cardiotokografi

Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan Cardiotokografi terhadap

ibu maupun janin

.
2.5 Persiapan Pasien

1. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan

kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter

penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).

2. Kosongkan kandung kencing.

3. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.

4. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu

tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.

5. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punctum maksimum

DJJ.

6. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi

berakhir..

7. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum

maksimum.

8. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang

telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman

cardiotokografi.

9. Hidupkan komputer dan Cardiotokograf.

10. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai).

11. Lakukan pencetakkan hasil rekaman Cardiotokografi.

12. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).

13. Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali alat pada

tempatnya.
14. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.

15. Berikan hasil rekaman cardiotokografi kepada dokter penanggung jawab atau paramedik

membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter.

2.6 Cara Melakukan

Pemeriksaan CTG

– Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.

– Waktu pemeriksaan selama 20 menit,

– Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.

– Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan

pertolongan yang sesuai.

– Konsultasi langsung dengan dokter kandungan

Mekanisme pengaturan DJJ : (normal 120-160dpm)

 SSSimpatis, yang bekerja pada miokardium, dmn dengan obat (beta adrenergik) akn merang/

meningkatkan kekuatan otot jantung, frek & curah jantung.

 SSParaS, sebagian besar dipeng o/ N.Vagus yang b’asal dr batang otak. Bekerja pd nodul SA

dan AV serta neuron. Rang/ Nvagus (ex asetilkolin) akan menurunkan kerja jantung, frek &
curah jantung, sedangkan hambatan pd Nvagus (ex atropin) akn meningkatkan kerja, frek &

curah jantung.

 Baroreseptor, letaknya diarkus aorta dan sinus karotid, dimana saat tekanan tinggi pd daerah

tersebut, maka reseptor-reseptornya akan merang/ nvagus untuk menurunkan kerja, frek dan

cjantung

 Kemoreseptor yang terletak di aorta dan badan karotid (bagian perifer) serta di batang otak

(sentral), dimana berf/ dalam pengaturan kadar CO2 dan O2 pd darah dan cairan otak. Pd saat

O2 turun dan CO2 naik, maka reseptor sentral akn mengakibatkan takhikardi sehingga aliran

darah bnyk dan O2 meningkat pd darah & cairan otak

 SSPusat, berfungsi mengatur variabilitas DJJ. Pd keadaan tidur dimana aktivitas otak tidak

ada, maka variabilitas menurun.

 St hormonal, pd keadaan stress (asfiksia) maka adrenal mengeluarkna epi&norepi untuk

meningkatkan kerja, frek dan cjantung.

Karakterisitik DJJ :

 Basa fetal hearth rate, yakni baseline dan variabilitas disaat tidak ada gerakan dan kontraksi

ut.

 Reactivity, merupakan perubahan pola DJJ saat ada gerakan dan kontraksi.
Persiapan tes tanpa kontraksi :

Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh

diberikan sedativa.

Prosedur pelaksanaan :

1. Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri

2. Tekanan darah diukur setiap 10 menit

3. Dipasang kardio dan tokodinamometer

4. Frekuensi jantung janin dicatat

5. Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi

6. Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit

7. Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif, pasien

diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian

(sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)

8. Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual

2.7 Cara Membaca

Pembacaan hasil :

1. Reaktif, bila :

a) Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit

b) Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit

c) Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20 menit

d) Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti janin

dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian


e) Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang lain

diulang setiap minggu

2. Tidak reaktif, bila :

a) Denyut jantung basal 120-160 kali per menit

b) Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit

c) Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit

d) Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar

Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif.

Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti : barbiturat,

demerol, penotiasid dan metildopa.

Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan CTG

diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan

kontraksi (OCT).

3. Sinusoidal, bila :

a) Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal

b) Tidak ada gerakan janin

c) Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin matur, janin

dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH.

Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam

waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi

yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut

mungkin diperlukan.
4. Hasil pemeriksaan CTG disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila

ditemukan :

a) Bradikardi

b) Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm, yang lamanya

60 detik atau lebih

Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viable

atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable.

Hasil CTG yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1

minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan 1

minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan

atau oligohidramnion hasil CTG yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan

masih tetap baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering

(1 minggu). Hasil CTG non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%,

sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan yang

mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG). Sebaiknya CTG tidak

dipakai sebagai parameter tunggal untuk menentukan intervensi atau terminasi kehamilan oleh

karena tingginya angka positif palsu tersebut (dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin

yang lainnya).

5. Saat persalinan….

a) Hasil tekanan positif menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin, hal ini mendorong untuk

melakukan seksio sesarea.


b) Gawat janin relatif cukup banyak (14,7%) dan terutama pada persalinan, sehingga

memerlukan pengawasan dengan kardiotokografi

c) Hal – hal yang diperhatikan untuk indikasi Seksio sesarea ,dilakukan bila terdapat :

Deselarasi lambat berulang

Variabilitas yang abnormal (< 5 dpm)

pewarnaan mekonium

Gerakan janin yang abnormal (<5/20 menit )

Kelainan obstetri (berat bayi >4000g, Kelainan posisi, partus > 18 jam)
BAB III

PENUTUP

NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur

kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan

denyut jantung dengan gerakan janin.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat kehamilan maupun persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

AbarwatiA, E R , Sunarsih,T, (2011), KDPK Kebidanan Teori & Aplikasi, Nuha Medika,

Yogyakarta,

Jee, Lofever, J, ( 1997 ), Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik, Edisi 6, EGC,

Jakarta.

http://citraabadi2010.blogspot.com/2012/02/cardiotokografi.html
MAKALAH ASKEB 1 TENTANG PENGKAJIAN FETAL DAN MENENTUKAN

DIAGNOSA PADA KEHAMILAN

BAB I

PENDAHULUAN

I.1Latar Belakang

Tujuan utama pemantauan kesehatan janin adalah guna mengenal sedini mungkin

kapan waktu yang tepat untuk terminasi kehamilan, sehingga bayi bisa bertahan hidup lebih

baik dibandingkan bila tetap berada dalam kandungan.

Teknik-teknik pengkajian kesejahteraan janin, diantaranya:

1. Teknologi canggih: biasanya di kota-kota besar atau RS yaitu, Ultrasonografi (USG),

Kardiotokografi (CTG), Amnioskopi, Amniosentesis, dll.

2. Teknik sederhana: pengamatan pertumbuhan uterus, auskultasi denyutjantung

janin(DJJ), dan pengamatan pergerakan janin.

3. Pada dasarnya tidak ada satupun jenis pemeriksaan yang lebih unggul. Tetapi, bila

beberapa hasil pemeriksaan digabungkan, ketetapan penilaian kesejahteraan janin

diharapkan mendekati keadaan yang sebenarnya.


Trimester I

1. Pemeriksaan dilakukan sampai usia kehamilan 13 minggu.

2. Informasi yang dikumpulkan meliputi riwayat kesehatan dan pengkajian fisik ibu.

a) Auskultasi DJJ

Dapat digunakan alat ultrasound stethoscope / Doppler. Djj biisa terdengar

dengan alat ini antara usia kehamilan 10-12 minggu. Normal frekuensi DJJ adalah 120-

160x/menit dan harus dibedakan dengan denyut nadi ibu.

b) Ultrasonografi (USG)

Adalah suatu pemeriksaan yang menggunakan gelombang ultrasonik untuk

mendapatkan gambaran dari janin, palsenta, dan uterus.

Secara umum USG digunakan untuk menilai:

1. Taksiran usia kehamilan

2. Lokasi plasenta

3. Pengawasan pertumbuhan dan pergerakan janin

4. Deteksi kehamilan ganda

5. Identifikasi kelainan bawaan

6. Menilai keadaan/ukuran panggul dalam

Selama trimester I, USG dapat digunakan untuk:

1. Mengkaji usia kehamilan

2. Mengevaluasi diagnosis pendarahan pervaginam

3. Memastikan dugaan kehamilan kembar

4. Mengevaluasi pertumbuhan janin


5. Mengevaluasi massa pelvic

Kandung kemih yang penuh akan meningkatkan kepekaan ultrasonik, terutama pada usia

kehamilan 20 minggu atau kurang. Kandung kemih yang penuh akan dapat mengangkat uterus

keluar dari rongga panggul, sehingga didapatkan gambar yang baik. Selama pemeriksaan pasien

telentang selama + 30 menit. Jeli akan dioleskan disekeliling permukaan kulit perut sebagai

media konduktif bagi ultrasound, disamping untuk mengurangi gesekan dari tranduser selama

digerak-gerakkan di permukaan kulit.

Trimester II

Pengukuran TFU dapat dilakukan dengan:

1. Menggunakan meteran, menurut Mc. Donalds.

Dianggap akurat bila dilakukan setelah usia kehamilan 20 minggu. TFU

dinyatakan dengan centimeter (cm). Bila usia kehamilan dibawah 20 minggu,

digunakan dengan cara palpasi Leopolmd I. Cara pengukuran TFU dengan cm bisa

pula membantu pengukuran perkiraan berat janin.

2. Bila TFU lebih besar dari usia kehamilan, bisa berarti:

Kehamilan ganda

Polihidramnion

Makrosomia janin

Mola hydatidosa
3. Bila TFU lebih kecil dari usia kehamilan, kemungkinan terdapat:

Gangguan pertumbuhan janin

Kelainan bawaan

Oligohydramnio

Selama kehamilan trimester II, pengkajian DJJ dilakukan dengan stethoscope monocular

/ stethoscope Leanec.

Teknik pemeriksaan:

1. Tentukan letak atau posisi janin menggunakan teknik palpasi menurut Leopold II dan

Leopold III

2. Tempelkan stethoscope pada lokasi dimana diperkirakan terletak punggung atau dada janin

3. Bedakan DJJ dan denyut nadi ibu dengan cara meraba nadi di pergelangan tangan ibu.

4. Hitung DJJ, kemudian jumlahkan dan dikalikan 4, didapatkan frekuensi DJJ per menit.

Pada primigravida, gerak janin dirasakan pertama kalioleh ibu pada usia kehamilan 18-20

minggu, sedangkan pada multigravida dapat dirasakan lebih awal, yaitu usia 16 minggu.

USG digunakan selama kehamilan trimester II untuk:

1. Mengkaji usia kehamilan

2. Mendiagnosis kehamilan ganda

3. Mengkaji pertumbuhan janin

4. Mengidentifikasi struktur abnormal janin

5. Mengkaji lokasi plasenta


Trimester III

1. Sebaiknya ibu hamil mengamati gerak janin setiap hari setelah usia kehamilan 28 minggu

dengan cara setiap hari ibu diminta untuk berbaring miring dan meraba perutnya untuk

merasakan gerakan janin. Hitung berapa gerakan yang terjadi.

2. Pada umumnya 10 gerakan terjadi dalam jangka waktu 20 menit hingga 2 jam. Bila

melebihi jangka waktu 3 jam, maka harus dicatat dan diadakan pengawasan lebih cermat

terhadap DJJ.

3. Informasi yang diberikan kepada ibu hamil:

a. Pergerakan janin akan bertambah setelah makan

b. Pergerakan ibu dapat membuat pergerakan janin lebih aktif

c. Janin yang normal akan tidur selama kurang lebih 20 menit

d. Selama 2-3 minggu sebelum lahir, aktivitas normal janin berkurang

Selama trimester III, USG digunakan untuk mengetahui posisi janin dan taksiran

ukuran atau berat janin. Lingkar perut dan panjang femur merupakan patokan dalam

menaksir berat janin dan interval pertumbuhan.

4. Mengidentifikasi kunjungan unuk kebutuhan dasar

 Kunjungan ini dimaksudkan guna memenuhi kebutuhan pasien untuk belajar

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehamilannya.

 Bidan harus aktif dalam mengajukan pertanyaan, yang akan menggiring pada

kesimpulan mengenai apa yang harus disampaikan kepada pasien, sehingga

penyuluhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan klien


1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana langkah-langkah pengkajian fetal pada kehamilan ?

2. Bagaimana cara menentukan diagnosa kehamilan ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui langkah-langkah pengkajian fetal pada kehamilan

2. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan diagnosa pada kehamilan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengkajian Fetal

1.Pengertian

Pola gerakan janin adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan janin, dimana gerakan

janin yang mengikuti pola teratur dari waktu ketika gerakan ini dirasakan. Data sedikitnya 10

gerakan per hari dianggap lazim.

Perhitungan gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan 34-36 minggu bagi

wanita yang beresiko rendah mengalami insufisiensi uteroplasenta. Sedangkan bagi wanita

yang faktor resikonya telah diidentifikasi, perhitungan gerakan janin dilakukan pada usia

kehamilan 28 minggu. Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada

kehamilan 18 minggu sedangkan pada multigravida pada kehamilan 18 minggu. Gerakan janin

kadang-kadang pada kehamilan 20 minggu dapat diraba secara objektif oleh pemeriksanya,

ballottement dalam uterus dapat diraba pada kehamilan yang lebih tua. Gerakan janin normal

yaitu sekelompok atau beberapa kelompok aktivitas tungkai dan tubuh janin yang

menunjukkan normalitas.

2. Hal Yang Mempengaruhi Gerakan Janin

Kapan gerakan muncul

Usia kandungan

Kadar glukosa

Stimulus suara

Penggunaan obat-obatan & kebiasaan merokok


Asidemia

Polihidramnion

Oligohidramnion

3. Cara Menghitung Gerakan Janin

Pengkajian riwayat merupakan langkah yang penting. Klien sering melaporkan

penurunan gerakan janin karena mereka lupa merasakan aktivitas janin selama periode waktu

tertentu dan juga tidak terlalu perhatian terhadap hal ini. Anjurkan klien untuk fokus pada

aktivitas janin selama periode waktu satu jam, terutama saat ia sedang beristirahat, dalam kondisi

gizi baik, dan asupan cairan cukup. Apabila klien mampu membaca dan memahami prosedur

grafik dasar, maka dapat menggunakan metode menghitung sampai 10 :

1) Jadwalkan satu sesi perhitungan per hari

2) Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari.

3) Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi dalam 1 jam

4) Apabila gerakan kurang dari 10 kali dalam 1 jam, jika dibutuhkan waktu lebih lama untuk

mencapai 10 kali gerakan, atau jika tidak terasa gerakan dalam 1 jam, maka hubungi bidan.

Kelebihan metode ini yaitu : mudah digunakan, singkat dan mudah diinterpretasi.

4. Peran Bidan

Hal terpenting dalam pemeriksaan ini adalah para ibu hamil mewaspadai bahwa

pola gerakan janin yang konsisten merupakan hal yang penting. Bidan berperan dalam

penyampaian informasi dan konseling terhadap klien. Informasi mengenai cara

memeriksa gerakan janin serta manfaatnya adalah hal yang penting untuk klien ketahui.

Oleh karena itu, klien harus melaporkan bila terjadi penurunan atau bahkan gerakan janin

berhenti. Informasi yang disampaikan harus jelas, yakni bahwa gerakan janin dan laporan
yang klien buat sangat penting. Hal ini dapat memberdayakan ibu hamiluntuk

bertanggung jawab terhadap pengawasan janin mereka sendiri.

Apabila klien merasakan penurunan atau gerakan janin berhenti, maka bidan

harus melakukan rujukan untuk diadakan tes lebih lanjut seperti tes nonstres (nst).

2. Denyut Jantung Janin

1. Pengertian

Denyut jantung janin normal adalah frekuensi denyut rata-rata saat wanita tidak

sedang bersalin, atau diukur di antara dua kontraksi. Bunyi denyut jantung janin seperti

bunyi detik jam dibawah bantal. Dengan alat fetal electro cardiograph denyut jantung

janin dapat dicatat pada kehamilan 12 minggu. Dapat di dengarkan oleh alat yang

bernama Leanec dan Doppler.

2. Cara Mendengarkan Denyut Jantung Janin

a. Dengan menggunakan stetoskop pinard

a. Tempat mendengarkan harus tenang, agar tidak mendapat gangguan dari suara lain.

b. Ibu hamil diminta berbaring terlentang, kakinya lurus, bagian yang tidak perlu

diperiksa ditutup untuk menjaga privasi klien,

c. Alat disediakan. Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari pemeriksaan palpasi.

d. Mencari daerah/tempat dimana kita akan mendengarkan denyut jantung janin. Setelah

daerah ditentukan, stetoskop pinard dipakai, bagian yang berlubang luas ditempatkan

ke atas tempat/daerah dimana kita akan mendengarkan. Sedangkan bagian yang

lubangnya sempit ditempatkan pada telinga kita, letaknya tegak lurus.

e. Kepala pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan pada denyut jantung janin. Bila

telah terdengar suatu detak, maka untuk memastikan apakah yang terdengar itu bunyi
jantung janin, detak ini harus disesuaikan dengan detak nadi ibu. Bila detakan itu

sama dengan nadi ibu, yang terdengar bukan jantung janin, tetapi detak aorta

abdominalis dari ibu.

f. Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul denyut jantung janin, maka

dihitung untuk mengetahui teraturnya dan frekuensi denyut jantung janin itu.

b.Dengan menggunakan doppler

a. Nyalakan doppler, untuk memeriksa apakah doppler dapat digunakan

b. Usapkan jelly pada abdomen ibu, tepat pada daerah yang telah ditentukan. Kegunaan

jelly adalah sebagai kontak kedap udara antara kulit abdomen dengan permukaan

sensor.

c. Tempatkan sensor pada daerah yang akan didengarkan, kemudian tekan tombol start

untuk mendengarkan denyut jantung janin.

d. Lakukan penyesuaian volume seperlunya dengan menggunakan tombol pengatur

volume.

e. Lihat denyut jantung janin pada angka yang ditunjukkan melalui monitor.

f. frekuensinya 120-160 kali per menit.

3. Cara Menghitung Denyut Jantung Janin

1. Menghitung denyut jantung janin yaitu selama satu menit penuh. Hal ini dikarenakan pada

setiap detik itu terdapat perbedaan denyut serta membandingkan dengan rentang normal

selama satu menit.


2. Menghitung denyut jantung janin (djj) dengan mendengarkan 3x5 detik dikalikan dengan 4.

Contohnya :

5 5 detik 5 detik Kesimpulan

detik

11 12 11 - 4 (11 + 12 +11) = 136/menit.

Teratur dan janin baik.

10 14 9 4 (10 + 14 + 9) = 132/m. Tak

teratur dan janin asphyxia

8 7 8 4 (8 + 7 + 8) = 92/m. Tak teratur

dan janin asphyxia.

4. Hal Yang Dapat Diketahui Dalam Pemeriksaan Denyut Jantung Janin

1. Dari adanya denyut jantung janin :

tanda pasti kehamilan

anak hidup

2. Dari tempat denyut jantung janin terdengar

presentasi janin

posisi janin (kedudukan punggung)

sikap janin

adanya janin kembar

3. Dari sifat denyut jantung janin

keadaan janin
5. Bunyi Yang Sering Terdengar Ketika Memeriksa Denyut Jantung Janin

a. Desir tali pusat

Disebabkan semburan darah melalui arteri umbilikalis. Suara ini terdengar seperti

siulan nyaring yang singkron dengan denyut jantung janin. Suara ini tidak konstan, kadang-

kadang terdengar jelas ketika diperiksa pada suatu waktu namun pada pemeriksaan di lain

tidak terdengar.

b. Desir uterus

Terdengar sebagai suara hembusan lembut yang singkron dengan denyut ibu. Bunyi

ini biasanya paling jelas terdengar saat auskultasi segmen bawah uterus. Suara ini

dihasilkan oleh pasase darah melalui pembuluh-pembuluh uterus yang berdilatasi dan

dijumpai tidak saja pada kehamilan tetapi juga pada setiap keadaan yang menyebabkan

alirah darah ke uterus meningkat, hingga pengaliran darah menjadi luas.

c. Suara akibat gerakan janin

Suara gerakan ini seperti suara pukulan, dikarenakan janin mendapat reaksi dari

luar.

d. Gerakan usus

Suara ini seperti berkumur-kumur, dihasilkan oleh berjalannya gas atau cairan

melalui usus ibu.

6. Frekuensi Denyut Jantung

a. Bradikardi

Frekuensi denyut jantung janin yang kurang dari 110 denyut/menit. Keadaan ini

dianggap sebagai tanda akhir hipoksia janin.


Penyebabnya :

 hipoksia janin tahap lanjut

 obat-obatan beta-adrenergetik (propanolol; anestetik untuk blok epidural, spinal, kaudal,

dan pudendal)

 hipotensi pada ibu

 kompresi tali pusat yang lama

 blok jantung kongenital pada janin

b. Tacikardi

Frekuensi denyut jantung janin yang lebih dari 160 denyut/menit. Keadaan ini dianggap

sebagai tanda awal hipoksia janin.

Penyebabnya :

hipoksia janin dini

demam pada ibu

obat-obatan parasimpatik (atropin, hidroksizin)

obat-obatan beta-simpatomimetik (ritodrin, isoksuprin)

hipertiroid pada ibu

anemia pada janin

gagal jantung pada janin

aritmia jantung pada janin

c. Variabilitas

Variabilitas denyut jantung janin digambarkan sebagai ketidakteraturan irama jantung

normal. Variabilitas denyut demi denyut normal dianggap antara 6 dan 25 denyut/menit.

Variabilitas jangka pendek yaitu ketidak samaan satu denyut dengan denyut berikutnya.
Variabilitas jangka panjang yaitu tampak sebagai siklus ritmik/ gelombang dasar dan biasanya

terdapat tiga sampai lima siklus permenit.

Penyebab variabilitas meningkat :

hipoksia ringan dini

stimulasi janin oleh palpasi rahim, kontraksi rahim, aktivitas janin, dan aktivitas ibu

Penyebab variabilitas menurun :

hipoksia/asidosis

depresi sistem saraf pusat oleh obat-obatan tertentu

prematuritas

siklus tidur janin

aritmia jantung janin

7. Frekuensi Denyut Periodik

a. Akselerasi

Adalah peningkatan sementara denyut jantung janin di atas nilai normal. Akselerasi

denyut jantung janin yang timbul saat gerakan janin terjadi merupakan indikasi janin sehat.

Penyebab :

gerakan janin spontan

pemeriksaan dalam

presentasi sungsang

tekanan fundus

kontraksi rahim

palpasi perut
b. Deselerasi

Adalah penurunan sementara denyut jantung janin di bawah nilai normal. Disebabkan

oleh respon parasimpatik, dapat dalam bentuk yang tidak menyenangkan.

Ada empat tipe deselerasi :

a. deselerasi dini yaitu penurunan sementara denyut jantung janin di bawah nilai normal

sejalan kontraksi rahim. Penyebab : kompresi kepala sebagai akibat kontraksi rahim,

pemeriksaan dalam, tekanan fundus, pemasangan alat pemantau internal.

b. deselerasi lambat yaitu penurunan sementara denyut jantung janin di bawah nilai

normal pada fase kontraksi. Penyebab : insufisiensi uteruplasenta disebabkan oleh

hiperaktivitas atau hipertonisitas rahim, hipontensi supin pada ibu, anastesi spinal

atau epidural, plasenta previa, solusio plasenta, gangguan hipertensi, iugr, diabetes

mellitus dan amnionitis.

c. deselerasi variasi yaitu penurunan sementara denyut jantung janin mendadak yang

bervariasi dalam durasi, intensitas, dan waktu awitan kontraksi. Penyebab : kompresi

tali pusat disebabkan oleh lilitan tali pusat, tali pusat pendek, tali pusat membelit, tali

pusat prolaps.

d. deselerasi memanjang didefinisikan sebagai deselerasi tersendiri yang berlangsung 2

menit atau lebih, tetapi kurang dari 10 menit dari awitan untuk kembali ke

normal.Penyebab : pemeriksaan panggul, pemasangan elektroda spiral, penurunan

janin yang cepat, penggunaan manuver valsava, prolaps tali pusat, kejang ibu

termasuk eklampsi dan epilepsi, hipotensi ibu pada posisi terlentang.


8. Peran Bidan

Sebelum melakukan pemantauan janin, bidan harus menjelaskan seluruh prosedur

pelaksanaan kepada klien serta menjelaskan manfaat/tujuannya. Penjelasan bidan yang

melakukan pemantauan janin dapat sangat mempengaruhi perasaan klien. Klien yang

memperoleh penjelasan lengkap dari bidan akan bersikap positif tentang pengalamannya

dalam pemantauan janin ini dibandingkan dengan klien yang merasa tidak memperoleh

penjelasan yang cukup. Klien biasanya khawatir bila bidan tidak dapat menemukan

denyut jantung janin. Pendengar yang tidak berpengalaman seringkali membutuhkan

waktu yang lama untuk menemukan denyut jantung dan menemukan titik di mana

intensitas denyut jantung janin maksimum.

Bidan harus dapat mengenali tanda-tanda ketidaknormalan denyut jantung janin.

Jika bidan menemukan ketidaknormalan denyut jantung janin, bidan harus segera

melakukan rujukan ke pemeriksaan lebih lanjut agar kesejahteraan janin tetap terpantau.

3. Non Stress Test

1. Pengertian

Non stress test (nst) adalah pemeriksaan kesehatan janin dengan menggunakan

kardiotokografi pada umur kehamilan > 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan untuk

menilai hubungan gambaran djj dan aktivitas janin. Cara pemeriksaan ini dikenal juga

dengan nama aktokardiografi, atau fetal activity acceleration determination (faad).

Penilaian dilakukan terhadap frekuensi dasar denyut jantung janin, variabilitas, dan

timbulnya akselerasi yang menyertai gerakan janin.


2. Tehnik Pemeriksaan Non Stress Test (NST)

a. Pasien berbaring dalam posisi semi-fowler, atau sedikit miring ke kiri. Hal ini

berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah ke janin dan mencegah terjadinya

hipotensi.

b. Sebelum pemeriksaan dimulai, dilakukan pengukuran tensi, suhu, nadi, dan frekuensi

pernafasan ibu. Kemudian selama pemeriksaan dilakukan, tensi diukur setiap 10-15

menit (hasilnya dicatat pada kertas ktg).

c. Aktivitas gerakan janin diperhatikan dengan cara:

d. Menanyakan kepada pasien.

e. Melakukan palpasi abdomen.

f. Melihat gerakan tajam pada rekaman tokogram (kertas ktg).

g. Bila dalam beberapa menit pemeriksaan tidak terdapat gerakan janin, dilakukan

perangsangan janin, misalnya dengan menggoyang kepala atau bagian janin lainnya,

atau dengan memberi rangsang vibro-akustik (dengan membunyikan bel, atau dengan

menggunakan alat khusus untuk keperluan tersebut).

h. Perhatikan frekuensi dasar djj (normal antara 120 – 160 dpm).

i. Setiap terjadi gerakan janin diberikan tanda pada kertas ktg. Perhatikan apakah terjadi

akselerasi djj (sediktinya 15 dpm).

j. Perhatikan variabilitas djj (normal antara 5 – 25 dpm).

k. Lama pemeriksaan sedikitnya 20 menit.


3. Interpretasi Non Stress Test (Nst)

1. Reaktif:

 Terdapat gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit, disertai dengan akselerasi

sedikitnya 15 dpm.

 Frekuensi dasar djj di luar gerakan janin antara 120 – 160 dpm.

 Variabilitas djj antara 5 – 25 dpm.

2. Non-reaktif:

 Tidak terdapat gerakan janin dalam 20 menit, atau tidak terdapat akselerasi pada gerakan

janin.

 Frekuensi dasar djj abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih dari 160 dpm).

 Variabilitas djj kurang dari 2 dpm.

3. Meragukan:

 Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat akselerasi yang kurang dari

15 dpm.

 Frekuensi dasar DJJ abnormal.

 Variabilitas DJJ antara 2 – 5 dpm.

Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti dengan keadaan janin yang baik sampai 1

minggu kemudian (spesifisitas 95% – 99%).hasil nst yang non-reaktif disertai dengan keadaan

janin yang jelek (kematian perinatal, nilai apgar rendah, adanya deselerasi lambat intrapartum),

dengan sensitivitas sebesar 20%.hasil nst yang meragukan harus diulang dalam waktu 24 jam.

Oleh karena rendahnya nilai sensitivitas nst, maka setiap hasil nst yang non-reaktif sebaiknya

dievaluasi lebih lanjut dengan contraction stress test (CST), selama tidak ada kontraindikasi.
4. Penyebab Umum Nonreaktivitas Pada Non Stress Test (NST)

Penyebab pada janin : Penyebab pada ibu :

- usia kandungan (28-32 minggu) - penyakit (mis, diabetes, hipertensi)

- tahap tidur yang dalam - obat-obatan (mis.beta bloker,

depresan ssp, tokolitik, steroid)

- hipoksia - penggunaan obat-obatan terlarang

- oligohidramnion - kebiasaan merokok

- sistem saraf pusat atau kelainan - korioamnionitis

jantung - dehidrasi

- irama sirkardian

5. Peran Bidan

Pemantauan janin melalui tes nonstres ini, bidan berkolaborasi atau bekerja dalam tim

ahli dalam pelaksanaannya. Pemeriksaan ini bukan merupakan kewenangan bidan. Namun bidan

perlu mengenal dan mengetahui tentang tes nonstres ini, sehingga dapat memberikan informasi

yang jelas dan lengkap kepada klien, terutama klien yang memerlukan pemeriksaan ini.

4. Amniosintesis

1. Pengertian

Amniosintesis adalah metode untuk mendapatkan cairan amnion dengan

visualisasiultrasound langsung, suatu jarum dimasukkan secara transabdominal ke dalam uterus.

Cairan amnion ini diambil dengan spuit dan dilakukan berbagai analisis. Cairan amnion yang

mengandung sel-sel janin, bahan-bahan kimia, dan mikroorganisme, mampu memberikan


informasi tentang susunan genetik, kondisi janin, serta tingkat kematangannya. Dengan

menganalisis air ketuban, sehingga dapat menentukan kadar bilirubin secara spectroskopik.

Menentukan kadar kreatinin, dan pemeriksaan sitologik air ketuban. Serta pemeriksaan

kadar enzim alkali fosfatase total dan alkali fosfatase tahan panas (hsap: heat stable alkaline

phospatase). Mulai kehamilan 26 minggu sampai kehamilan 42 minggu kadar alkaline fozfatase

total dan tahan panas akan menaik terus menerus setiap minggunya. Pada postmaturitas di

dapatkan kadar hsap yang lebih rendah dari kehamilan normal 40-42 minggu.

Kajian-kajian berikutnya akan dilakukan pada specimen cairan yang di aspirasi antara

umur kehamilan 14 sampai 18 minggu. Hasil analisis biasanya baru diperoleh setelah paling

cepat 3 minggu.dan uji dagnostik yang lebih baru telah dirancang untuk menghindari hasil yang

terlalu lama ini.

2. Pelaksanaan

Amniosintesis dapat dilakukan bila cairan amnion sudah cukup banyak dan ketika uterus

menjadi organ abdomen. Pada awal trimester (14-16 minggu), dilakukan untuk mendeteksi

kelainan genetik dan metabolik melalui pemeriksaan sitogenetik.

Pemeriksaan ini biasanya dianjurkan bila calon ibu berusia di atas 35 tahun. Karena hamil

di usia ini memiliki risiko cukup tinggi. Terutama untuk menentukan apakah janin menderita

sindroma down atau tidak. Umumnya memerlukan waktu sekitar 24 sampai 35 hari untuk

mengetahui dengan jelas dan tuntas hasil biakan tersebut.


3. Komplikasi

Komplikasi keseluruhan kurang dari 1%, baik pada ibu maupun pada janin, meliputi hal-

hal berikut :

 Maternal : hemoragi, hemoragi janin-maternal dengan kemungkinan isoimunisasi rh

maternal, infeksi, persalinan, abrupsio plasenta, kerusakan karena kurang hati-hati pada usus

atau kandung kemih, embolisme cairan amnion.

 Janin : kematian, hemoragi, infeksi (amnionitis), cedera langsung akibat tertusuk jarum,

aborsi atau persalinan prematur, kobocoran cairan amnion.

4. Peran Bidan

Bidan perlu mengenal dan mengetahui cara pemantauan janin melalui pemeriksaan

amniosintesis. Bidan perlu memberi penjelasan mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan

kepada klien, seperti informasi mengenai tujuan dan prosedur pelaksanaan dari pemeriksaan

amniosintesis, sehingga klien merasa tenang dengan adanya dukungan bidan. Selain itu bidan

tidak hanya bekerja secara mandiri, namun bekerja dalam tim, sehingga bidan akan menemui

pemeriksaan amniosintesis ini di lapangan.

B. Menentukan Diagnosa

1. Menetapkan Normalitas Kehamilan

Adalah kehamilan dimana ibu dalam keadaan sehat, tidak ada riwayat obstetrik

buruk, ukuran uterus sama/sesuai usia kehamilan serta hasil pemeriksaan fisik dan

laboratorium normal. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira

280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini

disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut
kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur.

Kehamilan yang terakhir ini akan mempengaruhi viabilitas (kelangsungan hidup) bayi yang

dilahirkan, karena bayi yang terlalu muda mempunyai prognosis buruk.

2. Membedakan Antara Ketidaknyamanan Dalam Kehamilan Dan Kemungkinan

Komplikasi

Tidak semua wanita mengalami ketidaknyamanan akibat kehamilan yang disebutkan

dibawah ini, akan tetapi tidak sedikit juga wanita yang mengalami ketidaknyamanan tersebut.

a) Rasa letih

Rasa letih sering terjadi selama trimester pertama tanpa diketahui penyebabnya.

Salah satu sangkaan yang diajukan ialah penurunan awal dalam laju metabolik dasar pada

awal-awal kehamilan, tetapi mengapa hal itu terjadi tidaklah jelas. Untunglah hal ini

hanya merupakan ketidaknyamanan yang terbatas, biasanya akan lenyap pada akhir

trimester pertama. Namun, hal tersebut bisa mempunyai efek meningkatkan intensitas

respon psikologis yang dialami wanita selama masa tersebut.

b) Punggung Atas Sakit (bukan karena penyakit)

Sakit punggung bagian atas bisa terjadi selama trimester pertama oleh karena

pertambahan ukuran dan akibat beratnya payudara, yang juga merupakan pertanda

presumtif kehamilan.

c) Kram Kaki

Alasan-alasan fisiologis dari kram di kaki ini tidaklah jelas diketahui. Selama

sekian tahun, kram di kaki dianggap disebabkan oleh kurangnya atau terganggunya
konsumsi kalsium atau ketidakseimbangan dalam perbandingan kalsium-fosfor didalam

tubuh, tetapi semua penyebab ini sekarang tidak lagi dinyatakan demikian dalam

literatur-literatur saat ini.

Satu aliran lain menganggap bahwa uterus yang membesar memberikan tekanan

pada pembuluh-pembuluh darah panggul, dan dengan demikian mempengaruhi sirkulasi,

atau pada syaraf saat mereka meresap melalui foramen obturator dalam perjalanannya ke

tungkai bagian bawah.

d) Edema Tungkai

Edema (penimbunan cairan atau bengkak) tungkai adalah akibat sirkulasi vena

yang terganggu serta tekanan vena yang meningkat didalam tungkai bagian bawah.

Gangguan-gangguan sirkulasi ini adalah disebabkan tekanan dari uterus yang membesar

pada pembuluh-pembuluh vena panggul pada saat wanita tersebut sedang duduk atau

berdiri serta pada vena cava inferior ketika wanita tersebut berbaring menggeletak.

e) Varikositas/varises

Edema (penimbunan cairan atau bengkak) tungkai adalah akibat sirkulasi vena yang

terganggu serta tekanan vena yang meningkat didalam tungkai bagian bawah. Gangguan-

gangguan sirkulasi ini adalah disebabkan tekanan dari uterus yang membesar pada

pembuluh-pembuluh vena panggul pada saat wanita tersebut sedang duduk atau berdiri serta

pada vena cava inferior ketika wanita tersebut berbaring menggeletak.


3. Mengidentifikasi Tanda Dan Gejala Penyimpangan Dari Keadaan Normal

Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan yang dilakukan

untuk menemukan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Berikut ini merupakan tanda dan

gejala bahaya yang menyimpang dari keadaan normal atau mengarah pada komplikasi, yaitu:

a) Perdarahan pervaginam

b) Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang

c) Perubahan visual secara tiba-tiba (mata berkunang-kunang)

d) Pembengkakan pada wajah dan tangan

e) Sakit abdomen atau nyeri pada ulu hati yang hebat

f) Pergerakan bayi berkurang tidak seperti biasanya atau bahkan tidak ada pergerakan

4. Mengidentifikasi Kemungkinan Kebutuhan Belajar

Pada setiap kunjungan antenatal bidan harus mengajarkan kepada ibu bagaimana

mengenali tanda-tanda bahaya ini, dan menganjurkan untuk datang ke klinik dengan segara jika

ia mengalami tanda-tanda bahaya tersebut. Dari beberapa pengalaman, akan lebih baik

memberikan pendidikan kepada ibu dan anggota keluarga khususnya pembuat keputusan utama,

sehingga si ibu akan didampingi untuk mendapatkan asuhan. Enam tanda-tanda bahaya selama

periode antenatal adalah:

a. Perdarahan vagina

b. Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang

c. Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)

d. Nyeri abdomen yang hebat

e. Bengkak pada muka atau tangan

f. Bayi kurang bergerak seperti biasa


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan utama pemantauan kesehatan janin adalah guna mengenal sedini mungkin

kapan waktu yang tepat untuk terminasi kehamilan, sehingga bayi bisa bertahan hidup lebih

baik dibandingkan bila tetap berada dalam kandungan.Dengan pengkajian fetal pada ibu

hamil kita akan memantau gerakan janin,DJJ,Non stress test (NST) dan amnio centesis, dan

menentukan diagnosa seperti: menentukan normalitas kehamilan,membedakan antara ketidak

nyamanan dalam kehamilan dan kemungkinan komplikasi, mengidentifikasikan tanda dan

gejala penyimpangan dari keadaan normalv serta mengidentifikasikan kemungkinan

kebutuhan belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Penerbit EGC, Jakarta.

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.1983. Obstetri

Fisiologi. Penerbit: Eleman, Bandung.

Mochtar, rustam. 2001. Sinopsis Obstetri. Penerbit : EGC, Jakarta.

Verrallas, Sylvia. 2003. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan edisi 3.Penerbit: EGC,

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai