Anda di halaman 1dari 17

ISSN 1411 0393

PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN


DALAM MATA UANG ASING
( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.11 )

Akhmad Riduwan*)

ABSTRAK
Mata uang pelaporan (reporting currency) bagi perusahaan yang beroperasi di
Indonesia adalah Rupiah. Oleh karena itu, bila perusahaan melakukan transaksi yang
didenominasi dengan suatu mata uang asing, maka transaksi tersebut harus dijabarkan
terlebih dahulu dan dicatat dengan menggunakan satuan mata uang Rupiah. Penjabar-
an transaksi dalam mata uang asing ini, serta pengakuan laba/rugi yang timbul akibat
perubahan kurs, diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.10.
Sejalan dengan perkembangan usaha, suatu perusahaan mungkin tidak hanya seke-
dar melakukan transaksi dalam mata uang asing, tetapi juga memiliki dan menjalankan
kegiatan usaha di luar negeri (foreign operation). Laporan keuangan kegiatan usaha
luar negeri ini tentu disajikan dengan denominator satuan mata uang negara di mana ia
beroperasi. Apabila laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri akan disatukan (diga-
bung atau dikonsolidasikan) dengan laporan keuangan perusahaan pelapor1, maka
laporan keuangan tersebut harus dijabarkan terlebih dahulu ke dalam Rupiah. Penja-
baran laporan keuangan dalam mata uang asing ini diatur dalam PSAK No.11.
Tulisan ini mencoba menjelaskan secara singkat tentang metode-metode penjabaran
laporan keuangan dalam mata uang asing, terutama yang berkaitan dengan kurs yang
digunakan serta pengakuan selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan. Tulisan
ini tidak menjelaskan tentang perubahan mata uang pelaporan -- dari Rupiah ke suatu
mata uang asing (mata uang fungsional) -- sebagaimana diatur dalam PSAK No.52.

Kata-kata kunci : PSAK No.10, PSAK No.11, Laporan Keuangan, Mata Uang Asing,
Metode Penjabaran

*) Drs. Akhmad Riduwan, Ak., adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.
1
Istilah “perusahaan pelapor” digunakan untuk menyatakan perusahaan di dalam negeri
(Indonesia). Perusahaan pelapor dapat berupa perusahaan induk, kantor pusat, atau investor.


Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan) 147
1. KEGIATAN USAHA LUAR NEGERI

Kegiatan usaha luar negeri (foreign operation) adalah suatu anak perusahaan
(subsidiary), perusa-haan asosiasi (associates), usaha patungan (joint venture), atau
cabang (branch) dari perusahaan pelapor yang aktivitasnya dilaksanakan di luar negeri.

Ditinjau dari segi cara pendanaan dan operasinya, kegiatan usaha luar negeri dapat
diklasifikasikan sebagai : (1) kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian integral
dari operasi perusahaan pelapor; dan (2) kegiatan usaha luar negeri yang merupakan
entitas asing -- bukan bagian integral dari perusahaan pelapor.

Kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian integral dari perusahaan pelapor
menjalankan usahanya seolah-olah suatu perluasan dari operasi perusahaan pelapor.
Sebagai contoh, anak perusa-haan yang didirikan di luar negeri untuk keperluan
pemasaran produk yang dihasilkan oleh perusaha-an induk. Kegiatan anak perusahaan ini
adalah membeli (mengimpor) dari perusahaan induk dan mengirim kembali hasil
penjualannya kepada perusahaan induk. Operasi anak perusahaan semacam ini biasanya
banyak dikendalikan oleh perusahaan induk, termasuk pembiayaan dan pengelolaan kas-
nya.

Kegiatan usaha luar negeri dinyatakan sebagai entitas asing -- bukan bagian integral dari
operasi perusahaan pelapor -- apabila terdapat indikasi berikut : (a) kegiatan usaha luar
negeri mempunyai tingkat otonomi yang memadai meskipun perusahaan pelapor
mengen-dalikannya; (b) transaksi yang dilakukan dengan perusahaan pelapor bukan
suatu proporsi besar bagi kegiatan usaha luar negeri; (c) aktivitas operasi luar negeri
sebagian besar dibiayai dari operasinya sendiri atau pinjaman lokal -- bukan dari
perusahaan pelapor; (d) biaya operasi dari kegiatan usaha luar negeri terutama dibayar
atau diselesaikan dalam mata uang setempat; (e) harga jual atau hasil penjualan kegiatan
usaha luar negeri terutama didenominasi oleh mata uang yang bukan mata uang
pelaporan (rupiah); dan (f) pengelolaan kas dilakukan secara mandiri. 2

2
Penggolongan yang tepat apakah suatu kegiatan usaha luar negeri termasuk dalam kategori
bagian integral dari operasi perusahaan pelapor atau termasuk dalam kategori entitas asing, pada
prinsipnya ditentutan berdasarkan informasi yang berkaitan dengan indikator-indikator tersebut.
Dalam praktiknya, sering dijumpai kesulitan untuk menentukan klasifikasi kegiatan usaha luar
negeri ini. Kesulitan ini dapat timbul karena beberapa indikator di atas terpenuhi, sedangkan
indikator lain tidak terpenuhi, sehingga perbedaan antara kegiatan luar negeri yang merupakan
bagian integral dari operasi perusahaan dengan entitas asing menjadi tidak jelas. Dalam hal
demikian, penggolong-an kegiatan usaha luar negeri tersebut memerlukan pertimbangan.

148 Ekuitas Vol.3 No.3 September 1999 : 147-162
2. PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN
KEGIATAN USAHA LUAR NEGERI

Untuk tujuan penggabungan atau konsolidasi laporan keuangan kegiatan usaha luar
negeri (yang didenominasi dalam mata uang asing) dengan laporan keuangan perusahaan
pelapor, maka laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri tersebut harus dijabarkan
terlebih dahulu ke dalam Rupiah. Dalam hal ini, PSAK No.11 mengatur penjabaran
laporan keuangan untuk masing-masing klasifikasi kegiatan usaha luar negeri dengan
metode yang berbeda.

Kegiatan Usaha Luar Negeri Yang Merupakan Bagian Integral


Dari Operasi Perusahaan Pelapor

Bila kegiatan usaha luar negeri merupakan bagian integral dari perusahaan pelapor,
maka transaksi-transaksi yang dilakukannya harus dipandang sebagai transaksi yang
dilakukan sendiri oleh perusa-haan pelapor. Dengan kata lain, transaksi yang dilakukan
oleh kegiatan usaha luar negeri adalah sama dengan transaksi dalam mata uang asing
yang dilakukan oleh perusahaan pelapor. Oleh karena itu, laporan keuangan kegiatan
usaha luar negeri harus dijabarkan seolah-olah menjabarkan pos-pos laporan keuangan
perusahaan pelapor yang dinyatakan dalam mata uang asing. Dengan demikian, prosedur
penjabarannya harus mengacu pada PSAK No.10 tentang Transaksi Dalam Mata Uang
Asing, yaitu sebagai berikut :

Penjabaran pos-pos laporan laba/rugi dan neraca:

(a) pos pendapatan dan beban dijabarkan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs
pada tanggal terjadinya transaksi (historical rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs
yang mendekati kurs tanggal transaksi dapat digunakan. Sebagai contoh, kurs rata-
rata (average rate) selama seminggu atau sebulan dapat digunakan sebagai dasar
penjabaran seluruh pos pendapatan dan beban yang diperoleh atau timbul dalam
periode itu. Tetapi perlu dipertimbangkan, jika kurs berfluktuasi secara signifikan,
penggunaan average rate untuk suatu periode tidak dapat diandalkan.

(b) pos aktiva dan kewajiban moneter3 dijabarkan ke dalam rupiah dengan menggunakan
kurs tanggal neraca (closing rate). Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan

3
Pos moneter adalah kas dan setara kas, serta aktiva dan kewajiban yang akan diterima atau
dibayar dalam jumlah yang sudah pasti atau dapat ditentukan. (PSAK No.10 Paragrap 5)
Aktiva moneter adalah klaim terhadap satuan uang yang tetap jumlahnya meskipun daya belinya
berubah, misalnya : kas, piutang dagang, piutang wesel, dan investasi yang membayarkan


Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan) 149
closing rate, dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang
obyektif.

(c) pos aktiva dan kewajiban non-moneter, termasuk pos modal, harus dijabarkan
dengan menggu-nakan kurs tanggal transaksi (historical rate). Untuk alasan praktis,
suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi atau kurs rata-rata (average rate)
dalam suatu periode dapat digunakan.

(d) pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar harus dijabarkan dengan menggu-
nakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan. Sebagai contoh :
 Biaya perolehan (cost) aktiva tetap berwujud dan beban penyusutannya dijabarkan
dengan menggunakan kurs tanggal transaksi (historical rate). Tetapi jika aktiva
tersebut dinilai kembali berdasarkan nilai wajar, maka penjabarannya harus
menggunakan kurs pada tanggal dilaku-kannya penilaian kembali.
 Persediaan dijabarkan dengan menggunakan historical rate. Tetapi jika persediaan
dinyatakan sebesar nilai realisasi neto (net realisable value), maka penjabarannya
harus menggunakan kurs pada tanggal ditentukannya nilai realisasi neto tersebut.
Penilaian persediaan ini biasanya dilakukan pada tanggal neraca. Oleh karena itu,
kurs penjabaran yang digunakan biasanya adalah kurs tanggal neraca (closing
rate).

Metode penjabaran laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian
integral dari operasi perusahaan pelapor sebagaimana diuraikan di atas adalah Metode
Temporal. Metode ini menjabarkan pos-pos laporan keuangan dengan memperhatikan
karakteristik suatu pos (apakah pos moneter atau non-moneter) serta memperhatikan pula
dasar penilaian yang diterapkan untuk pos tersebut (apakah dinilai berdasarkan
historical cost atau current cost/fair value).

Metode Temporal didasari oleh suatu prinsip bahwa : “penjabaran adalah merubah unit
pengukuran, dan bukan merubah prinsip akuntansi”. Prinsip ini berarti bahwa penja-
baran harus dipandang sebagai suatu teknik perhitungan yang dirancang untuk mengkon-
versi unit-unit pengukuran yang berbeda ke unit pengukuran yang sama, oleh karena itu,

sejumlah bunga atau dividen yang tetap dan investasi itu akan diterima kembali di kemudian hari
dalam jumlah yang tetap. Sedangkan kewajiban moneter adalah kewajiban untuk membayar
kembali sejumlah uang di kemudian hari dalam jumlah yang tetap meskipun daya belinya
berubah, misalnya: utang dagang, utang wesel, serta utang jangka panjang dan kewajiban lainnya
yang akan dilunasi dalam jumlah yang tetap. Pendapatan diterima di muka seperti sewa dan
royalti merupakan kewajiban non-moneter karena pelunasannya akan berbentuk barang dan jasa
yang harganya bisa berfluktuasi. Pembedaan antara monetary dan nonmonetary items sebenarnya
bersifat arbitrer dan memerlukan pertimbangan. (Tuanakotta, 1984, halaman 191-192).

150 Ekuitas Vol.3 No.3 September 1999 : 147-162
karakteristik dan dasar penilaian dari pos yang dijabarkan tidak boleh berubah atau
terpengaruh oleh proses penjabaran itu.

Dalam metode temporal, proses penjabaran pos-pos laporan keuangan dalam mata uang
asing didasarkan pada argumen bahwa tanggal pengukuran suatu pos akan menentukan
tanggal kurs yang akan digunakan sebagai dasar penjabaran. Ini berarti bahwa pos yang
diukur (dinilai) dengan harga sekarang harus dijabarkan dengan current rate, dan
sebaliknya, pos yang diukur dengan harga masa lalu (harga perolehan) harus dijabarkan
dengan historical rate.

Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan

Penjabaran laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian integral
dari operasi perusahaan pelapor, mengakibatkan suatu selisih jumlah yang terjadi karena
adanya perbedaan kurs yang dipakai sebagai dasar penjabaran masing-masing pos
laporan keuangan. Sebagai contoh, pos pendapatan, beban, aktiva dan kewajiban non-
moneter dijabarkan dengan kurs pada tanggal transaksi (historical rate), sedangkan pos
aktiva dan kewajiban moneter dijabarkan dengan kurs tanggal neraca (closing rate).

Selisih yang timbul karena adanya perbedaan kurs penjabaran tersebut diakui sebagai
“selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan” dan dilaporkan sebagai “pendapat-
an” atau “beban” dalam laporan laba-rugi periode berjalan.

Illustrasi 1 : Penjabaran laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri -- bagian


integral dari operasi perusahaan pelapor

Sebagai contoh, anggaplah bahwa PT Sukasari (di Indonesia) mempunyai kegiatan usaha
di USA, Florida Corporation, sejak tanggal 1 Januari 1998. Data yang diperoleh dari
Florida Corp. adalah sebagai berikut :
Florida Corporation
BALANCE SHEET
January, 1, 1998

Cash USD 1,000 Account payable USD 2,500
Account receivable 2,000 Bank loan - long term 3,500
Inventory (2 units; FIFO-- 3,000 Capital stock 4,000
Cost)
Fixed assets (10 years) 4,000
 
Total Assets USD 10,000 Total liabilities & equities USD 10,000
 
Kurs pada tanggal 1 Januari 1998 adalah Rp 6.300 / USD.


Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan) 151
Transaksi yang dilakukan oleh Florida Corp adalah sebagai berikut :
Selama tahun 1998 : (a) Menjual barang dagangan secara tunai (2 unit) dengan harga
USD 5,000; (b) Membeli barang dagangan secara tunia (1 unit) dengan harga USD
1,700; (c) Membayar macam-macam biaya usaha sebesar USD 600; dan (d) Mengakui
utang garansi USD 1004.
Pada tanggal 31 Desember 1998 : (a) Memperhitungkan depresiasi aktiva tetap sebesar
USD 400; dan (b) Menutup buku, kemudian menyusun laporan keuangan.

Kurs rata-rata (average rate) selama tahun 1998 adalah Rp 6.600 / USD; sedangkan kurs
pada tanggal 31 Desember 1998 (closing rate) adalah Rp 6.900 / USD.

Setelah transaksi-transaksi tersebut dicatat, laporan keuangan yang disusun oleh Florida
Corp pada tanggal 31 Desember 1998 akan tampak sebagai berikut :

Florida Corp Florida Corp


INCOME STATEMENT BALANCE SHEET
For The Year Ended December, 31, 1998 December, 31, 1998
 
Sales (A) USD 5,000 Cash USD 5,400
 Account receivable 2,000
Cost of Sales : Inventory 1,700
Inventory, begining USD 3,000 Fixed assets 4,000
Purchase 1,700 Accumulated depreciation ( 400)
 
Inventory available for sale USD 4,700 Total assets USD 12,700
Inventory, ending 1,700 

Cost of sale (B) USD 3,000 Account payable USD 4,200
 Guarantee liabilities 100
Gross profit (C) = (A-B) USD 2,000 Bank loan -- long term 3,500
 Capital stock 4,000
Operating expenses: Retained earning 900
Other operating expenses USD 600 
Guarantee expenses 100 Total liabilities & equities USD 12,700
Depreciation 400 

Total operating expenses (D) USD 1,100

Net Income (C - D) USD 900

4
Utang garansi menunjukkan jasa pelayanan purna jual yang diperkirakan akan diberikan dalam
tahun 1999. Utang garansi ini merupakan utang lancar, tetapi bukan merupakan kewajiban
membayar (dalam valuta asing) dengan jumlah yang tetap atau pasti. Utang garansi ini merupakan
kewajiban non-moneter, karena penyelesaiannya di kemudian hari dapat berbentuk barang atau
jasa yang harganya mungkin berfluktuasi.

152 Ekuitas Vol.3 No.3 September 1999 : 147-162


Apabila laporan keuangan -- neraca dan laporan laba/rugi -- Florida Corp tersebut di atas
akan digabungkan dengan laporan keuangan PT Sukasari, maka laporan keuangan
tersebut harus dijabar-kan terlebih dahulu ke dalam Rupiah. Apabila Florida Corp
merupakan bagian integral dari operasi PT Sukasari, maka prosedur penjabaran laporan
keuangannya mengacu pada PSAK No.10.

Untuk mempermudah penjabaran laporan keuangan Florida Corp. tersebut di atas, maka
laporan keuangan Florida Corp yang telah tersusun (dalam mata uang asing) itu
sebaiknya disajikan kembali menjadi “neraca saldo sebelum penutupan buku”.
Selanjutnya, pos-pos yang tampak dalam neraca saldo tersebut dijabarkan ke dalam
rupiah. Dengan demikian, penjabaran pos-pos laporan keuangan Florida Corp dilakukan
sebagai berikut :

Pos Neraca USD Kurs RUPIAH


dan Laba/Rugi Debit Kredit Penjabaran (Rp) Debit Kredit

Kas 5,400 -- 6,900 37.260.000 --


Piutang dagang 2,000 -- 6,900 13.800.000 --
Persediaan, 1-1-1998 3,000 -- 6,300 18.900.000 --
Aktiva tetap 4,000 -- 6,300 25.200.000 --
Akumulasi depresiasi -- 400 6,300 -- 2.520.000
Utang dagang -- 4,200 6,900 -- 28.980.000
Utang garansi -- 100 6,600 -- 660.000
Utang jangka panjang -- 3,500 6,900 -- 24.150.000
Modal saham -- 4,000 6,300 -- 25.200.000
Pembelian 1,700 -- 6,600 11.220.000 --
Penjualan -- 5,000 6,600 -- 33.000.000
Biaya usaha 600 -- 6,600 3.960.000 --
Biaya garansi 100 -- 6,600 660.000 --
Biaya depresiasi 400 -- 6,300 2.520.000 --
   
 
17,200 17,200 113.520.000 114.510.000
 
 

Selisih karena penjabaran laporan keuangan (rugi)5 990.000 --


 
114.510.000 114.510.000

5
Selisih penjabaran ini merupakan selisih antara jumlah pos debit dan jumlah pos kredit yang telah
dijabarkan ke dalam rupiah. Dengan kata lain, selisih penjabaran merupakan jumlah yang
membawa neraca agar berada dalam keseimbangan.


Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan) 153
Setelah proses penjabaran selesai dilakukan, laporan laba-rugi dan neraca dari
Florida Corp (dalam rupiah) dapat disusun berdasarkan neraca saldo yang telah
dijabarkan tersebut, sehingga akan tampak seperti pada halaman berikut.
Florida Corporation
LAPORAN LABA-RUGI
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 1998

USD Kurs (Rp) RUPIAH
  
A. Penjualan 5,000 6.600 33.000.000
 
Harga pokok penjualan :
Persediaan, 1 Januari 1998 3,000 6.300 18.900.000
Pembelian 1,700 6.600 11.220.000
 
Persediaan yang tersedia untuk dijual 4,700 30.120.000
Persediaan, 31 Desember 1998 (FIFO) 1,700 6.600 11.220.000
 
B. Harga pokok penjualan 3,000 18.900.000
 
C. Laba kotor (A - B) 2,000 14.100.000
 
Beban usaha dan beban lainnya :
Macam-macam biaya usaha 600 6.600 3.960.000
Biaya garansi 100 6.600 660.000
Depresiasi 400 6.300 2.520.000
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan6 990.000
 
D. Jumlah beban usaha & beban lainnya 1,100 8.130.000
 
E. Laba bersih (C - D) 900 5.970.000
 

6
Rugi selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan sebesar Rp 990.000 diperoleh dari hasil
proses penjabaran yang telah dilakukan sebelumnya. Karena Florida Corp merupakan bagian
integral dari PT Sukasari, maka rugi selisih kurs ini disajikan sebagai “beban lain-lain” pada
laporan laba-rugi tahun berjalan.

154 Ekuitas Vol.3 No.3 September 1999 : 147-162
Florida Corporation
NERACA
31 Desember 1998

USD Kurs (Rp) RUPIAH
  
Kas 5,400 6.900 37.260.000
Piutang usaha 2,000 6.900 13.800.000
Persediaan 1,700 6.600 11.220.000
Aktiva tetap 4,000 6.300 25.200.000
Akumulasi penyusutan ( 400) 6.300 (2.520.000)
 
Jumlah aktiva 12,700 84.960.000
 
Utang dagang 4,200 6.900 28.980.000
Utang garansi 100 6.600 660.000
Utang bank -- jangka panjang 3,500 6.900 24.150.000
Modal saham 4,000 6.300 25.200.000
Laba ditahan7 900 5.970.000
 
Jumlah utang dan ekuitas 12,700 84.960.000
 

Kegiatan Usaha Luar Negeri Yang Merupakan Entitas Asing

Bila kegiatan usaha luar negeri merupakan “entitas asing” -- bukan bagian integral dari
perusahaan pelapor -- maka laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri tersebut harus
dijabarkan ke dalam rupiah dengan mengacu pada PSAK No.11, yaitu sebagai berikut :

Penjabaran pos-pos laporan laba/rugi dan neraca:

7
Dalam contoh ini, saldo laba ditahan sebesar USD 900 atau Rp 5.970.000 adalah sama dengan
jumlah Laba Bersih yang tampak dalam laporan laba-rugi, karena saldo laba ditahan awal tahun
adalah Rp 0. Untuk periode-periode berikutnya, pos laba ditahan (dalam mata uang asing) tidak
perlu dijabarkan dengan kurs tertentu karena saldo pos laba ditahan (dalam Rupiah) merupakan
“residu dari proses penjabaran”. Dengan kata lain, saldo laba ditahan merupakan saldo yang
membawa neraca berada dalam keseimbangan (balance). Meskipun demikian, saldo laba ditahan
ini dapat dipertanggungjawabkan kewajarannya apabila proses penjabaran pos-pos laporan
keuangan lain-nya telah dilakukan dengan ketentuan yang berlaku.


Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan) 155
(a) pos pendapatan dan beban -- termasuk pos modal -- dijabarkan ke dalam rupiah
dengan meng-gunakan kurs pada tanggal terjadinya transaksi (historical rate). Untuk
alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi dapat digunakan.
Sebagai contoh, kurs rata-rata (average rate) selama seminggu atau sebulan dapat
digunakan sebagai dasar penjabaran seluruh pos pendapatan dan beban yang
diperoleh atau timbul dalam periode itu. Tetapi perlu dipertim-bangkan, jika kurs
berfluktuasi secara signifikan, penggunaan average rate untuk suatu periode tidak
dapat diandalkan.

(b) pos aktiva dan kewajiban (baik moneter maupun non-moneter) dijabarkan ke dalam
rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca (closing rate). Apabila terdapat
kesulitan dalam menentukan closing rate, dapat digunakan kurs tengah Bank
Indonesia sebagai indikator yang obyektif.

Metode penjabaran laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri yang merupakan
“entitas asing” sebagaimana diuraikan di atas adalah Metode Current Rate. Metode ini
menjabarkan seluruh pos aktiva dan kewajiban dengan menggunakan kurs tanggal neraca
(closing rate atau current rate) tanpa memperhatikan karakteristik pos yang
bersangkutan (apakah pos moneter atau non-moneter) serta tanpa memperhatikan dasar
penilaian yang diterapkan untuk pos tersebut (apakah dinilai berdasarkan historical cost
atau current cost/fair value).

Konsekuensi dari Metode Current Rate adalah : (a) Biaya masa lalu, seperti
depresiasi/amortisasi, dijabarkan dengan menggunakan average rate apabila depresiasi/
amortisasi tersebut diperhitungkan secara merata sepanjang tahun -- misalnya setiap
akhir bulan; (b) Depresiasi/amortisasi dijabarkan dengan menggunakan current rate
apabila depresiasi/amortisasi tersebut dihitung pada tanggal neraca atau akhir periode.
Penggunaan current rate untuk menjabarkan depresiasi/amortisasi ini dapat dibenarkan
hanya karena satu alasan, yaitu bahwa aktiva dan/atau utang yang berkaitan dengan
beban tersebut juga dijabarkan dengan menggunakan current rate.

Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan

Penjabaran laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri yang merupakan entitas asing,
mengakibatkan suatu selisih jumlah yang terjadi karena adanya perbedaan kurs yang
dipakai sebagai dasar penjabaran masing-masing pos laporan keuangan. Sebagai contoh,
pos pendapatan dan beban dijabarkan dengan kurs pada tanggal transaksi (historical
rate) atau kurs rata-rata (average rate), sedangkan pos aktiva dan kewajiban dijabarkan
dengan kurs tanggal neraca (closing rate atau current rate).


156 Ekuitas Vol.3 No.3 September 1999 : 147-162
Selisih yang timbul karena adanya perbedaan kurs penjabaran tersebut diakui sebagai
“selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan” dan dilaporkan sebagai “bagian
dari ekuitas” -- bukan sebagai “pendapatan” atau “beban” periode berjalan. Pertim-
bangannya adalah bahwa dampak/pe-ngaruh perubahan kurs terhadap arus kas dari ope-
rasi bagi kegiatan usaha luar negeri maupun bagi perusahaan pelapor, baik sekarang
maupun yang akan datang, adalah sangat kecil dan bahkan tidak berdampak/berpengaruh
sama sekali.

Illustrasi 2 : Penjabaran laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri yang meru-
pakan “entitas asing”

Berdasarkan data yang diberikan pada illustrasi 1 di muka, anggaplah bahwa bagi PT
Sukasari, Florida Corp adalah entitas asing. Apabila laporan keuangan Florida Corp akan
dikonsolidasikan dengan laporan keuangan PT Sukasari, maka laporan keuangan tersebut
harus dijabarkan ke dalam rupiah terlebih dahulu.

Penjabaran laporan keuangan entitas asing ini juga dilakukan dengan cara yang sama,
bahwa laporan keuangan Florida Corp yang telah tersusun (dalam mata uang asing),
disajikan kembali menjadi “neraca saldo sebelum penutupan buku”. Selanjutnya, pos-
pos yang tampak dalam neraca saldo tersebut dijabarkan ke dalam rupiah dengan
menggunakan kurs yang relevan. Berdasarkan ketentuan PSAK No.11, penjabaran pos-
pos laporan keuangan Florida Corp sebagai entitas asing dilakukan sebagai berikut :

Pos Neraca USD Kurs RUPIAH


dan Laba/Rugi Debit Kredit Penjabaran (Rp) Debit Kredit

Kas 5,400 -- 6,900 37.260.000 --


Piutang dagang 2,000 -- 6,900 13.800.000 --
Persediaan, 1-1-1998 3,000 -- 6,300 18.900.000 --
Aktiva tetap 4,000 -- 6,900 27.600.000 --
Akumulasi depresiasi -- 400 6,900 -- 2.760.000
Utang dagang -- 4,200 6,900 -- 28.980.000
Utang garansi -- 100 6,900 -- 690.000
Utang jangka panjang -- 3,500 6,900 -- 24.150.000
Modal saham -- 4,000 6,300 -- 25.200.000
Pembelian 1,700 -- 6,600 11.220.000 --
Penjualan -- 5,000 6,600 -- 33.000.000
Biaya usaha 600 -- 6,600 3.960.000 --
Biaya garansi 100 -- 6,600 660.000 --
Biaya depresiasi 400 -- 6,900 2.760.000 --
   
17,200 17,200 116.160.000 114.780.000
 


Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan) 157
Selisih karena penjabaran laporan keuangan (laba) -- 1.380.000
 
116.160.000 116.160.000
 

Setelah proses penjabaran selesai dilakukan, laporan laba-rugi dan neraca dari Florida
Corp (dalam rupiah) dapat disusun berdasarkan neraca saldo yang telah dijabarkan
tersebut, sehingga akan tampak sebagai berikut :

Florida Corporation
LAPORAN LABA-RUGI
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 1998

USD Kurs (Rp) RUPIAH
  
A. Penjualan 5,000 6.600 33.000.000
 
Harga pokok penjualan :
Persediaan, 1 Januari 1998 3,000 6.300 18.900.000
Pembelian 1,700 6.600 11.220.000
 
Persediaan yang tersedia untuk dijual 4,700 30.120.000
Persediaan, 31 Desember 1998 (FIFO) 1,700 6.900 11.730.000
 
B. Harga pokok penjualan 3,000 18.390.000
 
C. Laba kotor (A - B) 2,000 14.610.000
 
Beban usaha:
Macam-macam biaya usaha 600 6.600 3.960.000
Biaya garansi 100 6.600 660.000
Depresiasi 400 6.900 2.760.000
 
D. Jumlah beban usaha 1,100 7.380.000
 
E. Laba bersih (C - D) 900 7.230.000
 


158 Ekuitas Vol.3 No.3 September 1999 : 147-162
Florida Corporation
NERACA
31 Desember 1998

USD Kurs (Rp) RUPIAH
  
Kas 5,400 6.900 37.260.000
Piutang usaha 2,000 6.900 13.800.000
Persediaan 1,700 6.900 11.730.000
Aktiva tetap 4,000 6.900 27.600.000
Akumulasi penyusutan ( 400) 6.900 (2.760.000)
 
Jumlah aktiva 12,700 87.630.000
 

Utang dagang 4,200 6.900 28.980.000


Utang garansi 100 6.900 690.000
Utang bank -- jangka panjang 3,500 6.900 24.150.000
Modal saham 4,000 6.300 25.200.000
Laba ditahan8 900 7.230.000
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan9 1.380.000
 
Jumlah utang dan ekuitas 12,700 87.630.000
 

3. PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN


HASIL PENJABARAN

8
Dalam contoh ini, saldo laba ditahan sebesar USD 900 atau Rp 7.230.000 adalah sama dengan
jumlah Laba Bersih yang tampak dalam laporan laba-rugi, karena saldo laba ditahan awal tahun
adalah Rp 0. Untuk periode-periode berikutnya, pos laba ditahan (dalam mata uang asing) tidak
perlu dijabarkan dengan kurs tertentu karena saldo pos laba ditahan (dalam Rupiah) merupakan
“residu dari proses penjabaran”. Dengan kata lain, saldo laba ditahan merupakan saldo yang
membawa neraca berada dalam keseimbangan (balance). Meskipun demikian, saldo laba ditahan
ini dapat dipertanggungjawabkan kewajarannya apabila proses penjabaran pos-pos laporan
keuangan lain-nya telah dilakukan dengan ketentuan yang berlaku.
9
Selisih penjabaran (laba) sebesar Rp 1.380.000 merupakan hasil dari proses penjabaran yang
telah dilakukan sebelumnya. Karena Florida Corporation merupakan entitas asing, maka selisih
penjabaran tersebut disajikan sebagai “bagian dari ekuitas”.


Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan) 159
Apabila laporan keuangan Florida Corporation yang telah dijabarkan ke dalam rupiah
tersebut di atas diperbandingkan, maka perbandingan hasil penjabaran di mana (a)
Florida Corporation sebagai bagian integral dari PT Sukasari, dan (b) Florida
Corporation merupakan entitas asing, adalah sebagai berikut :

1. Laporan laba-rugi :
Florida Corporation

Bagian Integral Entitas Asing
 
A. Penjualan 33.000.000 33.000.000
 
Harga pokok penjualan :
Persediaan, 1 Januari 1998 18.900.000 18.900.000
Pembelian 11.220.000 11.220.000
 
Persediaan yang tersedia untuk dijual 30.120.000 30.120.000
Persediaan, 31 Desember 1998 (FIFO) 11.220.000 11.730.000
 
B. Harga pokok penjualan 18.900.000 18.390.000
 
C. Laba kotor (A - B) 14.100.000 14.610.000
 
Beban usaha dan beban lainnya :
Macam-macam biaya usaha 3.960.000 3.960.000
Biaya garansi 660.000 660.000
Depresiasi 2.520.000 2.760.000
Selisih kurs karena penjabaran laporan 990.000 --
keuangan
 
D. Jumlah beban usaha & beban 8.130.000 7.380.000
lainnya
 
E. Laba bersih (C - D) 5.970.000 7.230.000
 


160 Ekuitas Vol.3 No.3 September 1999 : 147-162
2. Neraca :
Florida Corporation

Bagian Integral Entitas Asing
 
Kas 37.260.000 37.260.000
Piutang usaha 13.800.000 13.800.000
Persediaan 11.220.000 11.730.000
Aktiva tetap 25.200.000 27.600.000
Akumulasi penyusutan (2.520.000) (2.760.000)
 
Jumlah aktiva 84.960.000 87.630.000
 

Utang dagang 28.980.000 28.980.000


Utang garansi 660.000 690.000
Utang bank -- jangka panjang 24.150.000 24.150.000
Modal saham 25.200.000 25.200.000
Laba ditahan 5.970.000 7.230.000
Selisih kurs karena
penjabaran laporan keuangan -- 1.380.000
 
Jumlah utang dan ekuitas 84.960.000 87.630.000
 

4. SIMPULAN

Laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri, yang akan digabungkan atau dikonsolidasi
dengan laporan keuangan perusahaan pelapor (di Indonesia), harus dijabarkan terlebih
dahulu ke dalam rupiah. Metode yang harus diterapkan dalam penjabaran laporan
keuangan kegiatan usaha luar negeri tersebut berbeda, tergantung pada : apakah (a)
kegiatan usaha luar negeri merupakan bagian integral dari perusahaan pelapor, atau (b)
kegiatan usaha luar negeri merupakan entitas asing. Perbedaan metode penjabaran
tersebut adalah sebagai berikut :


Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan) 161
Kegiatan Usaha Luar Negeri

Bagian Integral Entitas Asing
 
 Metode penjabaran Temporal -- mengacu Current Rate -- mengacu
pada PSAK No.10 pada PSAK No.11

 Dasar Penjabaran
Pos Laba-Rugi:
- Pendapatan H/A H/A
- Biaya masa kini H/A H/A
- Biaya masa lalu H/A H/A

Pos Neraca:
- Kas dan Piutang C C
- Aktiva moneter lainnya C C
- Persediaan (cost) H C
- Persediaan (fair value) C C
- Investasi (cost) H C
- Investasi (fair value) C C
- Aktiva tetap H C
- Aktiva nonmoneter lainnya H C
- Utang moneter C C
- Utang nonmoneter H C
- Modal saham H H
- Saldo laba / laba ditahan residu dari proses penjabaran

 Selisih penjabaran Disajikan sebagai Disajikan sebagai bagian


penda-patan atau dari ekuitas.
beban pada periode
berjalan.
Ket. : H = Historical rate; A= Average rate ; C = Current rate.

6. DAFTAR PUSTAKA


162 Ekuitas Vol.3 No.3 September 1999 : 147-162
Beams, Floyd A., Advanced Accounting, Sixth Edition, Prentice Hall Inc., Upper Saddle
River, New Jersey, 1996.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.11 “Penjabaran Laporan


Keuangan Dalam Mata Uang Asing”, Ikatan Akuntan Indonesia, 1994. 


Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan) 163

Anda mungkin juga menyukai