Anda di halaman 1dari 14

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

NOMOR 24 TAHUN 2006

TENTANG

KERJASAMA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SEMARANG,

Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor


32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa, maka Peraturan Daerah Kabupaten Semarang
Nomor 13 Tahun 2000 tentang Kerjasama Antar Desa
yang diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Semarang Tahun 2000 Nomor 27 perlu ditinjau kembali ;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka


dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten
Semarang tentang Kerjasama Antar Desa ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 67 Tahun 1958 tentang
Perubahan Batas-batas Wilayah Kotapraja Salatiga Dan
Daerah Swatantra Tingkat II Semarang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1652);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389);

1
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4548);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang
Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3079);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Salatiga Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3500);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4587);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 1
Tahun 2005 tentang Pembentukan Susunan Organisasi
Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor 1 Seri D
Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Semarang Nomor 1);
10. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 26
Tahun 2005 tentang Pembentukan Susunan Organisasi
Dan Tata Kerja Kecamatan (Lembaran Daerah Kabupaten
Semarang Tahun 2006 Nomor 26 Seri D Nomor 26,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang
Nomor 26);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4
Tahun 2006 tentang Kerjasama Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor 4 Seri E
Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Semarang Nomor 4);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 8
Tahun 2006 tentang Dana Alokasi Desa (Lembaran
Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor 8 Seri A
Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Semarang Nomor 7);

2
13. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 9
Tahun 2006 tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan,
Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala
Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun
2006 Nomor 9 Seri D Nomor 2, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Semarang Nomor 8);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 10
Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan Dan / Atau Pemberhentian
Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang
Tahun 2006 Nomor 10 Seri D Nomor 3, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 9);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan Badan
Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten
Semarang Tahun 2006 Nomor 11 Seri D Nomor 4,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang
Nomor 10);

Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEMARANG
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG


TENTANG KERJASAMA DESA .
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Semarang.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
4. Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati adalah Kepala Daerah
Kabupaten Semarang.
5. Kecamatan adalah Wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah yang ada
di Kabupaten .
6. Camat adalah unsur Perangkat Daerah sebagai Kepala Kecamatan di
Kabupaten.
7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara kesatuan Republik Indonesia
dan berada di Kabupaten Semarang .
8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3
9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
10. Kepala Desa adalah unsur penyelenggara Pemerintahan Desa di Daerah.
11. Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya.
12. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah
lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa .
13. Kerjasama adalah usaha bersama yang saling menguntungkan antara pihak
satu dengan pihak yang lain.
14. Kerjasama Desa adalah kerjasama antara satu Desa dengan Desa yang lain
dan / atau antara suatu Desa dengan pihak ketiga dalam satu wilayah
Kabupaten.
15. Badan Kerjasama adalah Badan atau Lembaga yang dibentuk untuk
melaksanakan kerjasama .
16. Perjanjian Bersama adalah persetujuan tertulis yang dibuat oleh kedua belah
pihak atau lebih, masing-masing berjanji akan mentaati apa yang tersebut
dalam persetujuan itu.
17. Peraturan Bersama adalah suatu naskah yang berisi kesepakatan yang
mengikat para pihak.

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT KERJASAMA

Pasal 2

(1) Tujuan pelaksanaan kerjasama Desa adalah upaya atau usaha menggali,
mengembangkan ketersediaan potensi Desa guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

(2) Manfaat kerjasama Desa adalah upaya pelaksanaan efisiensi dan efektifitas
penggunaan dana-dana pembangunan dan penggalian potensi Desa guna
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa

BAB III

RUANG LINGKUP KERJASAMA

Pasal 3

(1) Desa dapat mengadakan kerjasama yang sesuai dengan kewenangannya.

(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan :

a. antar desa di Kecamatan yang sama dalam Wilayah Daerah ;


b. antar desa di Kecamatan yang berbeda dalam Wilayah Daerah ;
c. antar desa dengan pihak ketiga dalam Wilayah Daerah .

BAB IV

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 4

(1) Dalam melaksanakan kerjasama, Pemerintah Desa mempunyai tugas


sebagai berikut :

4
a. menyusun perencanaan ;
b. mengadakan sosialisasi ;
c. melaksanakan pembahasan ;
d. melaksanakan kerjasama sesuai dengan Peraturan Bersama atau
Perjanjian Bersama ;
e. mempertanggungjawabkan pelaksanaan kerjasama ;
f. mengadakan pengawasan dan evaluasi .

(2) Pemerintah Desa bertanggung jawab atas pelaksanaan kerjasama baik


secara teknis, administratif dan yuridis .

BAB V

BENTUK KERJASAMA

Pasal 5

Bentuk kerjasama dapat diwujudkan dalam :


a. Peraturan Bersama ;
b. Perjanjian Bersama .

BAB VI

PELAKSANAAN

Bagian Kesatu
Perencanaan

Pasal 6

(1) Rencana kerjasama terlebih dahulu dibahas dan disusun yang meliputi
antara lain :
a. bidang kegiatan yang dikerjasamakan ;
b. hak dan kewajiban ;
c. tanggung jawab ;
d. jangka waktu ;
e. pembagian keuntungan secara proporsional ;
f. perlu atau tidaknya Badan Kerjasama ; dan
g. pembiayaan .

(2) Rencana kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam
sebuah proposal .

Pasal 7

(1) Bidang kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a
meliputi kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan .

(2) Bidang kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) :


a. peningkatan perekonomian masyarakat desa ;
b. peningkatan pelayanan pendidikan ;
c. kesehatan;
d. sosial budaya;
e. ketentraman dan ketertiban ; dan / atau
f. pemanfaatan sumber sumber daya alam dan teknologi tepat guna dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan .

5
Pasal 8

Kerjasama dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :


a. saling membutuhkan ;
b. meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembangunan, pengelolaan dan
pengolahan potensi desa ;
c. meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kepada masyarakat ;
d. tidak merusak dan / atau menurunkan kualitas pembangunan dan
lingkungan ;
e. tidak menyebabkan timbulnya dampak sosial yang dapat meresahkan
masyarakat ;
f. tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku .

Pasal 9

Syarat kerjasama adalah sebagai berikut :


a. kesesuaian dengan bidang kewenangan Pemerintah Desa sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan ;
b. sesuai dengan bidang kebijakan dan rencana kerja Pemerintah Daerah yang
sejalan dengan Program Pembangunan Nasional ;
c. tidak mengganggu stabilitas politik dan keamanan ;
d. tidak mengganggu stabilitas perekonomian desa ;
e. memperhatikan prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan ;
f. dirancang dalam bentuk program berdasarkan kebutuhan nyata yang
berskala prioritas ; dan
g. mempunyai rencana yang jelas bagi pemeliharaan dan kelanjutan usaha
kerjasama .

Bagian Kedua
Sosialisasi
Pasal 10
(1) Proposal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) disampaikan kepada
BPD untuk mendapatkan tanggapan .

(2) Pemerintah Desa bersama BPD melaksanakan sosialisasi kepada


masyarakat untuk mendapatkan aspirasi atau dukungan berkaitan dengan
rencana kerjasama .

Bagian Ketiga
Pembahasan

Pasal 11

(1) Proposal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dibahas bersama
BPD dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat untuk mendapatkan
persetujuan .

(2) Apabila BPD menolak maksud dan tujuan Kepala Desa mengadakan
kerjasama, maka maksud dan tujuan tersebut dianggap tidak pernah ada .

(3) Apabila BPD menyetujui maksud dan tujuan Kepala Desa mengadakan
kerjasama, maka BPD menerbitkan Surat Persetujuan .

(4) Dengan persetujuan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibahas
dengan pihak ketiga atau pemerintah desa yang lain .

(5) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dituangkan dalam
bentuk Peraturan Bersama atau Perjanjian Bersama .

6
Bagian Keempat
Pelaksanaan Kerjasama

Pasal 12

(1) Peraturan Bersama atau Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 11 ayat (5) menjadi dasar pelaksanaan kerjasama dan mengikat
penduduk desa dan para pihak yang melakukan kerjasama .

(2) Pemerintah Desa wajib melaksanakan Peraturan Bersama atau Perjanjian


Bersama dengan penuh tanggung jawab .

Pasal 13

(1) Dalam melaksanakan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12


ayat (1) dapat dibentuk Badan Kerjasama .

(2) Badan Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur
pemerintah desa, lembaga kemasyarakatan desa dan tokoh masyarakat dari
desa yang mengadakan kerjasama .

(3) Badan Kerjasama bertugas menyusun rencana kegiatan dan pelaksanaannya


.
Bagian Kelima
Pertanggungjawaban

Pasal 14

Pemerintah Desa wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan kerjasama pada


setiap akhir tahun bersamaan dengan penyampaian laporan
pertanggungjawaban Kepala Desa .

Bagian Keenam
Pengawasan Dan Evaluasi

Pasal 15

(1) BPD mengawasi pelaksanaan kerjasama yang ada diwilayahnya .

(2) Evaluasi dilaksanakan setiap tahun atau sesuai kebutuhan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengambil kebijakan lebih lanjut .

BAB VII

PERUBAHAN, PENUNDAAN DAN PEMBATALAN NASKAH KERJASAMA

Pasal 16

(1) Kerjasama dapat dilakukan perubahan, penundaan dan pembatalan atas


persetujuan para pihak .

(2) Perubahan, penundaan dan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dalam satu wilayah Kecamatan dilaporkan kepada Camat.

(3) Perubahan, penundaan dan pembatalan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) antar desa antar Kecamatan dalam satu Kabupaten dilaporkan
kepada Bupati melalui Camat.

7
BAB VIII

BIAYA PELAKSANAAN KERJASAMA

Pasal 17

(1) Segala biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan kerjasama dibebankan
pada para pihak sesuai dengan Peraturan Bersama atau Perjanjian
Bersama .

(2) Biaya pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dipertanggungjawabkan oleh Kepala Desa dalam laporan keuangan desa .

(3) Dalam hal dibentuk Badan Kerjasama, maka pengelolaan keuangan


dipertanggungjawabkan oleh Badan Kerjasama kepada Kepala Desa masing-
masing dan pihak ketiga .

BAB IX

JANGKA WAKTU

Pasal 18

(1) Jangka waktu kerjasama tidak boleh melebihi akhir masa jabatan Kepala
Desa .

(2) Kerjasama dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan kesepakatan para


pihak .

BAB X

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Pasal 19

(1) Perselisihan kerjasama antar desa dalam satu kecamatan, difasilitasi dan
diselesaikan oleh Camat.

(2) Perselisihan kerjasama antar desa dalam kecamatan yang berbeda dalam
satu kabupaten, difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati.

(3) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan secara adil dan tidak memihak.

(4) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
bersifat final.
Pasal 20

(1) Perselisihan kerjasama antar desa dengan pihak ketiga dalam satu
kecamatan, difasilitasi dan diselesaikan oleh camat .

(2) Perselisihan kerjasama dengan pihak ketiga pada kecamatan yang berbeda
dalam satu kabupaten difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati.

(3) Apabila para pihak tidak menerima penyelesaian perselisihan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat mengajukan penyelesaian ke
pengadilan.

8
BAB XI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 21

(1) Peraturan Bersama atau Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 11 ayat (5) dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal ditetapkan,
diberitahukan kepada Bupati melalui Camat dengan tembusan Ketua Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Semarang sebagai laporan .

(2) Penyelenggaraan kerjasama antar desa berada di bawah pembinaan dan


pengawasan Camat.

(3) Hasil pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaporkan oleh Camat kepada Bupati .

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 22

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka kerjasama yang telah ada tetap
dapat dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku .

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten
Semarang Nomor 13 Tahun 2000 tentang Kerjasama Antar Desa (Lembaran
Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2000 Nomor 27) dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.

Pasal 24

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Semarang .

Ditetapkan di U n g a r a n
pada tanggal 18-10-2006

BUPATI SEMARANG,

CAP TTD

BAMBANG GURITNO

9
Diundangkan di Ungaran
pada tanggal 19-10-2006

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SEMARANG

CAP TTD

SOEPARTONO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 24


SERI E NOMOR 6

Diperbanyak
Sesuai Dengan Aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM

CAP TTD

BUDI KRISTIONO

10
PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

NOMOR 24 TAHUN 2006

TENTANG

KERJASAMA DESA

I. UMUM

Bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun


2005 tentang Desa, khususnya Pasal 85 ayat (1) yang menentukan ketentuan
lebih lanjut mengenai Pelaksanaan Kerjasama Antar Desa dan Kerjasama
Desa dengan Pihak Ketiga diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten
dengan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 13
Tahun 2000 tentang Kerjasama Antar Desa yang telah diundangkan dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2000 Nomor 27, perlu ditinjau
kembali.

I. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Yang dimaksud dengan “pihak ketiga” adalah Lembaga,


Badan Hukum dan / atau perorangan di luar Pemerintah
Desa dalam satu wilayah Kabupaten .

Pasal 4

Cukup jelas

11
Pasal 5

Cukup jelas

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “mendapatkan persetujuan” adalah


persetujuan tertulis dari BPD setelah diadakan rapat khusus untuk
itu .

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Ayat (1)

Pembentukan Badan Kerjasama disesuaikan dengan kebutuhan


dan memperhatikan cakupan obyek kerjasama, pembiayaan
atau kompleksitas jenis kegiatan .

Ayat (2)

Cukup jelas

12
Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Yang dimaksud dengan ”tidak boleh melebihi masa jabatan kepala desa”
adalah :
1. akhir masa jabatan adalah sisa masa jabatan Kepala Desa yang
bersangkutan ;
2. apabila perjanjian bersama dilakukan oleh Kepala Desa dengan
masa jabatan yang berbeda diberlakukan masa jabatan Kepala Desa
yang terpendek.

Pasal 19

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan ”bersifat final” adalah tidak ada upaya


banding .

Pasal 20

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

13
Ayat (3)

Dalam hal berperkara di pengadilan, pemerintah desa dapat


diwakili oleh pihak yang ditunjuk oleh Kepala Desa .

Yang dimaksud dengan ”Pihak yang ditunjuk” adalah pengacara


yang berlisensi.

Pasal 21

Cukup jelas

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

BUPATI SEMARANG,

CAP TTD

BAMBANG GURITNO

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 19

14

Anda mungkin juga menyukai