Anda di halaman 1dari 25

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam perencanaan struktur baja dikenal dua macam filosofi desain yang sering digunakan,
yaitu desain tegangan kerja (oleh AISC diacu sebagai Allowable Stress Design, ASD) dan desain
keadaan batas (oleh AISC diacu sebagai LRFD). LRFD merupakan suatu perbaikan terhadap
perencanaan sebelumnya, yang memperhitungkan secara jelas keadaan batas, aneka ragam faktor
beban dan faktor resistensi, atau dengan kata lain LRFD menggunankan konsep memfaktorkan,
baik beban maupun resistensi.
Desain ASD telah lama dikenal dan digunakan sebagai filosofi utama dalam perencanaan
struktur baja selama ± 100 tahun. Dalam desain tegangan kerja, fokus perencanaan terletak pada
kondisi-kondisi beban layanan (tegangan-tegangan unit yang mengasumsikan struktur elastis) yang
memenuhi persyaratan keamanan (kekauatan yang cukup) bagi struktur tersebut.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1986 di Amerika Serikat diperkenalkanlah
suatu filososfi desain yang baru, yaitu desain keadaan batas yang disebut LRFD. Metode ini
diperkenalkan oleh American Institute of Steel Construction (AISC), dengan diterbitkannya dua
buku “Load and Resistance Factor Design Spesification for Structural Steel Buildings” (yang
dikenal sebagai LRFD spesification) dan Load and Resistance Factor Design of Steel
Construction (LRFD manual) yang menjadi acuan utama perencanaan struktur baja dengan LRFD.

1.2. Metode Perencanaan LRFD


Pada metode ini diperhitungkan mengenai kekuatan nominal Mn penampang struktur yang
dikalikan oleh faktor pengurangan kapasitas (undercapacity) ϕ, yaitu bilangan yang lebih kecil dar
1,0 untuk memperhitungkan ketidakpastian dalam besarnya daya tahan (resistance uncertainties).
Selain itu diperhitungkan juga faktor gaya dalam ultimit Mu dengan kelebihan beban (overload) γ
(bilangan yang lebih besar dari 1,0) untuk menghitung ketidakpastian dalam analisa struktur dalam
menahan beban mati (dead load), beban hidup (live load), angin (wind), dan gempa (earthquake).
M ≤ Ø.Mn
u

Struktur dan batang struktural harus selalu direncanakan memikul beban yang lebih besar
daripada yang diperkirakan dalam pemakaian normal. Kapasitas cadangan ini disediakan terutama
untuk memperhitungkan kemungkinan beban yang berlebihan. Selain itu, kapasitas cadangan juga
ditujukan untuk memperhitungkan kemungkinan pengurangan kekuatan penampang struktur.
Penyimpangan pada dimensi penampang walaupun masih dalam batas toleransi bisa mengurangi
kekuatan. Terkadang penampang baja mempunyai kekuatan leleh sedikit di bawah harga minimum
yang ditetapkan, sehingga juga mengurangi kekuatan.
Kelebihan beban dapat diakibatkan oleh perubahan pemakaian dari yang direncanakan untuk
struktur, penaksiran pengaruh beban yang terlalu rendah dengan penyederhanaan perhitungan yang
berlebihan, dan variasi dalam prosedur pemasangan. Biasanya perubahan pemakaian yang drastis
tidak ditinjau secara eksplisit atau tidak dicakup oleh faktor keamanan, namun prosedur

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

pemasangan yang diketahui menimbulkan kondisi tegangan tertentu harus diperhitungkan secara
eksplisit.
Yang membedakan antara metode ASD dengan LRFD adalah faktornya. Pada ASD,
bebannya tidak dikalikan suatu faktor, tapi tahanan nominalnya yang diperkecil. Sementara pada
LRFD, bebannya diperbesar oleh suatu faktor, sementara tahanan nominal juga diperkecil tapi tidak
seperti ASD.

1.3. Pembebanan (Beban Terfaktor)


Menurut peraturan baja Indonesia, SNI 03-1729-2002 pasal 6.2.2 mengenai kombinasi
pembebanan, dinyatakan bahwa dalam perencanaan suatu struktur baja haruslah diperhatikan jenis-
jenis kombinasi pembebanan berikut ini:
a. 1,4 D
b. 1,2 D + 1,6 D + 0,5 (𝐿𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐻)
c. 1,2 D + 1,6 (𝐿𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐻) + (𝛾𝐿 𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑢 0,8 𝑊)
d. 1,2 D + 1,3 W + 𝛾𝐿 𝐿 + 0,5 (𝐿𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐻)
e. 1,2 D ± 1,0 E + 𝛾𝐿 𝐿
f. 0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E)
Dengan:
D = Beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk dinding,
lantai atap, plafon, partisi tetap, tangga dan peralatan layan tetap.
L = Beban hidup yang ditimbulkan oleh pengguna gedung, termasuk kejut, tetapi tidak
termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain.
𝐿𝑎 = Beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan,
dan material atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak.
H = Beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.
W = Beban angin.
E = Beban gempa yang ditentukan dari peraturan gempa 𝛾𝐿 = 0,5 bila L < 5 kPa, dan 𝛾𝐿
= 1 bila L ≥ 5 kPa. Faktor beban untuk L harus sama dengan 1,0 untuk garasi
parkir, daerah yang digunakan untuk pertemuan umum dan semua daerah yang
memikul beban hidup lebih besar dari 5 kPa

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

1.4. Tahanan/Kekuatan Rencana (Tahanan Tereduksi)


Faktor tahanan dalam perencanaan struktur berdasarkan metode LRFD, ditentukan dalam
tabel 6.4-2 SNI 03-1729-2002, sebagai berikut:

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

BAB 2
BEBAN KONSTRUKSI

Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Dan pada umumnya penentuan
besarnya beban hanya merupakan suatu estimasi saja. Meskipun beban yang bekerja pada suatu
lokasi dari struktur dapat diketahui secara pasti, namun distribusi beban dari elemen ke elemen,
dalam suatu struktur umumnya memerlukan asumsi dan pendekatan. Jika beban-beban yang bekerja
pada suatu struktur telah diestimasi, maka masalah berikutnya adalah menentukan kombinasi-
kombinasi beban yang paling dominan yang mungkin bekerja pada suatu struktur tersebut. Besar
beban yang bekerja pada suatu struktur diatur oleh peraturan pembebanan yang berlaku, sedangkan
masalah kombinasi dan beban-beban yang bekerja telah diatur dalam SNI 03-1792-2002 pasal
6.2.2. Beberapa jenis beban yang sering dijumpai antara lain:

2.1. Beban Mati


Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung/bangunan yang bersifat tetap
selama masa layan struktur, termasuk unsur-unsur tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan
tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari bagunan/gedung tersebut. Termasuk dalam beban
ini adalah beban struktur, pipa-pipa, saluran listrik, AC, lampu-lampu, penutup lantai, dan plafon.
Beberapa contoh berat dari beberapa komponen bangunan penting yang digunakan untuk
menentukan besarnya beban mati suatu gedung /bangunan dapat dilihat dari Peraturan
Pembebanan Indonesia untuk Gedung Tahun 1983
NO Material Berat Keterangan
1 Baja 7850 kg/m3
2 Batu alam 2600 kg/m3
Batu belah, Batu bulat, Batu
3 1500 kg/m3 Berat tumpuk
Gunung
4 Batu karang 700 kg/m3 Berat tumpuk
5 Batu pecah 1450 kg/m3
6 Besi tuang 7250 kg/m3
7 Beton 2200 kg/m3
8 Beton Bertulang 2400 kg/m3
9 Kayu 1000 kg/m3 Kelas I
Kering udara sampai lembab, tanpa
10 Kerikil, koral 1650 kg/m3
diayak
11 Pasangan bata merah 1700 kg/m3
Pasangan batu belah, batu
12 2200 kg/m3
bulat, batu gunung
13 Pasangan batu cetak 2200 kg/m3
14 Pasangan batu karang 1450 kg/m3
15 Pasir 1600 kg/m3 Kering udara sampai lembab
16 Pasir 1800 kg/m3 Jenuh air
17 Pasir kerikil, koral 1850 kg/m3 Kering udara sampai lembab
18 Tanah, lempung dan lanau 1700 kg/m3 Kering udara sampai lembab

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

2.2. Beban Hidup


Beban hidup adalah beban gravitasi yang bekerja pada struktur dalam masa layannya, dan
timbul akibat penggunaan suatu gedung. Termasuk beban ini adalah berat manusia, perabotan yang
dapat dipindah-pindah, kendaraan, dan barang-barang lain. Karena besar dan lokasi beban yang
senantiasa berubah-ubah, maka penentuan beban hidup secara pasti adalah merupakan suatu hal
yang cukup sulit. Beberapa contoh beban hidup menurut kegunaan suatu bangunan, dapat dilihat
dari Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung Tahun 1983
NO Material Berat Keterangan
1 Lantai dan tangga rumah tinggal 200 kg/m2 Kecuali yang disebut nomor 2
- Lantai dan tangga rumah tinggal
sederhana
2
- Gudang-gudang selain untuk toko, 125 kg/m2
pabrik, bengkel
- Sekolah
- Kantor
- Toko, toserba
3
- Restoran
250 kg/m2
- Hotel, asrama
- Rumah Sakit
4 Ruang olahraga 400 kg/m2
5 Ruang dansa 500 kg/m2
Lantai dan balkon dalam dari ruang Masjid, gereja, ruang pagelaran/rapat,
6 400 kg/m2
pertemuan bioskop dengan tempat duduk tetap
Tempat duduk tidap tetap/penonton
7 Panggung penonton 500 kg/m2
yang berdiri
8 Tangga, bordes tangga dan gang 300 kg/m2 No. 3
9 Tangga, bordes tangga dan gang 500 kg/m2 No. 4, 5, 6, 7
10 Ruang pelengkap 250 kg/m2 No. 4, 5, 6, 7
- Pabrik, bengkel, gudang
11 - Perpustakaan, toko buku Minimum
400 kg/m2
- Ruang alat dan mesin
Gedung patkir bertingkat
12 - Lantai bawah 800 kg/m2
- Lantai atas 400 kg/m2
13 Balkon menjorok bebas keluar 300 kg/m2 Minimum

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

2.3. Beban Angin


Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya karena adanya
selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban angin ini ditentukan dengan menganggap
adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan angin), yang bekerja tegak lurus pada bidang-
bidang bangunan yang ditinjau.
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, besarnya tekanan tiup angin
ini harus diambil minimum 25 kg/m2 luas bidang bangunan yang ditinjau. Sedangkan untuk di laut
sampai sejauh 5 km dari tepi pantai tekanan tiup angin ini diambil minimum 40 kg/m2, serta untuk
daerah-daerah di dekat laut dan daerah-daerah lain dimana kemungkinan terdapat kecepatan angin
yang mungkin dapat menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar dari yang ditentukan di atas, maka
tekanan tiup angin tersebut harus dihitung dengan rumus:
p = V2/16 (kg/m2)
Dimana : p = tekanan tiup angin (kg/m2).
V = kecepatan angin (m/detik).

2.4. Beban Gempa


Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada struktur akibat adanya
pergerakan tanah oleh gempa bumi, baik pergerakan arah vertikal maupun horizontal. Namun pada
umumnya percepatan tanah arah horizontal lebih besar daripada arah vertikalnya, sehingga
pengaruh gempa horizontal jauh lebih menentukan daripada gempa vertikal. Besarnya gaya geser
dasar (statik ekivalen) ditentukan berdasarkan persamaan
CI
V  Wt
R
Dengan C adalah faktor respon gempa yang ditentukan berdasarkan lokasi bangunan dan
jenis tanahnya, I adalah faktor keutamaan gedung, R adalah faktor reduksi gempa yang tergantung
pada jenis struktur yang bersangkutan, sedangkan Wt adalah berat total bangunan termasuk beban
hidup yang bersesuaian.

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

BAB 3
PERSYARATAN PERENCANAAN (STANDARISASI
KONSTRUKSI)
SNI BAJA 03-1792-2002 pasal 6 mengatur tentang persyaratan perencanaan

3. Persyaratan Umum Perencanaan


3.1. Ketentuan Umum
Tujuan perencanaan struktur adalah untuk menghasilkan suatu struktur yang stabil, cukup
kuat, mampu-layan, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya seperti ekonomi dan kemudahan
pelaksanaan. Suatu struktur disebut stabil bila ia tidak mudah terguling, miring, atau tergeser,
selama umur bangunan yang direncanakan.

3.2. Beban-Beban dan Aksi Lainnya


3.2.1 Beban-beban
Perencanaan suatu struktur untuk keadaan-keadaan stabil batas, kekuatan batas, dan
kemampuan-layan batas harus memperhitungkan pengaruh-pengaruh dari aksi sebagai akibat dari
beban-beban berikut ini:
1) Beban hidup dan mati seperti disyaratkan pada SNI 03-1727-1989 atau penggantinya;
2) Untuk perencanaan keran (alat pengangkat), semua beban yang relevan yang disyaratkan pada
SNI 03-1727-1989, ataupenggantinya;
3) Untuk perencanaan pelataran tetap, lorong pejalan kaki, tangga, semua beban yang relevan yang
disyaratkan pada SNI 03-1727- 1989, atau penggantinya;
4) Untuk perencanaan lift, semua beban yang relevan yang disyaratkan pada SNI 03-1727-1989,
atau penggantinya;
5) Pembebanan gempa sesuai dengan SNI 03-1726-1989, atau penggantinya;
6) Beban-beban khusus lainnya, sesuai dengan kebutuhan.
3.2.2 Kombinasi pembebanan
Telah di jelaskan pada bab 1
3.2.3 Aksi-aksi lainnya
Setiap aksi yang dapat mempengaruhi kestabilan, kekuatan, dan kemampuan-layan struktur,
termasuk yang disebutkan di bawah ini, harus diperhitungkan:
1) Gerakan-gerakan pondasi;
2) Perubahan temperatur;
3) Deformasi aksial akibat ketaksesuaian ukuran;
4) Pengaruh-pengaruh dinamis;
5) Pembebanan pelaksanaan.
3.2.4. Gaya-gaya horisontal minimum yang perlu diperhitungkan
Pada struktur bangunan berlantai banyak harus dianggap bekerja gaya-gaya horisontal fiktif
masing-masing sebesar 0,002 kali beban vertikal yang bekerja pada setiap lantai. Gaya-gaya
horisontal fiktif ini harus dianggap bekerja bersama-sama hanya dengan beban mati dan beban

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

hidup rencana dari SNI 03-1727-1989, atau penggantinya dan dibandingkan dengan persamaan
(6.2-5) dan (6.2-6) untuk menghasilkan kombinasi pembebanan yang lebih berbahaya untuk
keadaan-keadaan kekuatan batas dan kemampuan-layan batas. Gaya-gaya horisontal fiktif ini tidak
boleh dimasukkan untuk keadaan kestabilan batas.

3.3. Keadaan Kekuatan Batas


Komponen struktur beserta sambungannya harus direncanakan untuk keadaan kekuatan
batas sebagai berikut:
1) Beban-beban dan aksi-aksi harus ditentukan sesuai dengan Butir 6.2.1 dan 6.2.3 dan beban-beban
keadaan kekuatan batas harus ditentukan sesuai dengan Butir 6.2.2;
2) Pengaruh-pengaruh aksi terfaktor (Ru) sebagai akibat dari bebanbeban keadaan batas harus
ditentukan dengan analisis sesuai Butir 7;
3) Kuat rencana (φRn) harus ditentukan dari kuat nominal (Rn) yang ditentukan berdasarkan Butir 8
sampai dengan Butir 12, dikalikan dengan faktor reduksi (φ) yang tercantum pada Tabel 6.4-2;
4) Semua komponen struktur dan sambugan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga kuat
rencana (φRn) tidak kurang dari pengaruh aksi terfaktor (Ru), yaitu: Ru < φRn.

3.4 Keadaan Kemampuan Layan Batas


3.4.1 Umum
Sistem struktur dan komponen struktur harus direncanakan untuk mempunyai kemampuan-
layan batas dengan mengendalikan atau membatasi lendutan dan getaran. Kemampuan layan batas
ini juga berlaku untuk setiap baut.
3.4.2 Metode
Sistem struktur dan komponen struktur harus direncanakan untuk keadaan kemampuan-
layan batas sebagai berikut:
1) Beban-beban dan aksi-aksi lainnya harus ditentukan sesuai dengan Butir 6.2.1 dan 6.2.3 dan
beban-beban keadaan kemampuan layan batas harus ditentukan berdasarkan Butir 6.2.2;
2) Lendutan akibat beban dalam keadaan kemampuan layan batas harus ditentukan berdasarkan
metode analisis elastis pada Butir 7.4 dengan semua faktor amplifikasi diambil sama dengan
satu. Lendutan harus memenuhi Butir 6.4.3;
3) Perilaku getaran harus dikaji sesuai dengan Butir 6.4.4;
4) Slip baut pada sambungan harus dibatasi bila diperlukan, sesuai dengan Butir 6.4.5;
5) Perlindungan terhadap korosi harus diberikan sesuai dengan Butir 6.4.6
3.4.3 Batas-batas lendutan
Batas-batas lendutan untuk keadaan kemampuan layan batas harus sesuai dengan struktur,
fungsi penggunaan, sifat pembebanan, serta elemen-elemen yang didukung oleh struktur tersebut.
Batas lendutan maksimum diberikan dalam Tabel 6.4-1

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

3.4.4 Getaran balok-balok


Balok-balok yang mendukung lantai atau mesin-mesin harus diperiksa untuk meyakinkan
bahwa getaran yang diakibatkan oleh mesin-mesin atau lalu-lintas kendaraan atau pejalan kaki tidak
berakibat buruk terhadap kemampuan layan struktur. Dalam hal ada kemungkinan bahwa suatu
bangunan harus menerima getaran yang diakibatkan misalnya oleh gaya-gaya angin atau mesin-
mesin, harus diambil tindakan untuk mencegah ketidaknyamanan atau perasaan tidak aman,
kerusakan terhadap struktur, atau gangguan terhadap fungsi asalnya.
3.4.5 Keadaan kemampuan-layan batas baut
Pada suatu sambungan yang harus menghindari terjadinya slip pada taraf beban rencana,
maka alat-alat sambung harus dipilih sesuai dengan Butir 13.1.6.
3.4.6 Perlindungan terhadap korosi
Dalam hal pekerjaan baja pada suatu bangunan harus menghadapi lingkungan yang korosif,
pekerjaan baja tersebut harus diberi perlindungan terhadap korosi. Tingkat perlindungan yang
digunakan harus ditentukan berdasarkan pertimbangan atas fungsi bangunan, pemeliharaan, dan
kondisi iklim/cuaca serta kondisi setempat lainnya

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

6.5 Keadaan Kekuatan dan Kemampuan Layan Batas dengan Percobaan Beban
Dengan tidak mengabaikan ketentuan-ketentuan pada Butir 3.2, 6.3, dan 6.4, suatu
bangunan atau suatu komponen struktur atau sambungan dapat direncanakan untuk keadaan
kekuatan batas atau kemampuan-layan batas atau kedua-duanya, dengan percobaan beban sesuai
dengan Butir 20. Bila prosedur alternatif ini yang diambil, persyaratan-persyaratan yang relevan
pada Butir 6.3. sampai 6.8, tetap berlaku.

6.6 Kebakaran
Bangunan, komponen-komponen struktur, dan sambungan-sambungannya harus
direncanakan sesuai dengan Butir 14.

6.7 Gempa
Dalam hal gempa menjadi suatu pertimbangan perencanaan , seperti yang ditentukan pada
SNI 03-1726-1989, atau penggantinya, bangunan dan komponen-komponen strukturnya harus
direncanakan sesuai dengan Butir 15.

6.8 Persyaratan perencanaan lainnya


Persyaratan-persyaratan selain yang dinyatakan pada Pasal 6.2.3, seperti perbedaan
penurunan, keruntuhan bertahap, dan semua persyaratan kinerja khusus, harus dipertimbangkan
bila relevan dan, bila dianggap perlu, harus diperhitungkan dalam perencanaan struktur sesuai
dengan prinsip-prinsip standar ini dan prinsip-prinsip rekayasa yang baku.

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

BAB 4
DATA STRUKTUR

4.1. Data Bangunan


Tipe bangunan : Tipe 3
Bentang (L) : 31 m
Tinggi (h) :9m
Sudut miring atap (α) : 15 o
Beban yang dipikul crane : 35 Kn
Jumlah portal :5
Jarak portal :8m
Bahan profil : A 572 (50)
Material baut : A490
Kawat las : E70xx
Mutu beton : 25 MPa
Kecepatan Angin : 28 m/s
Lokasi bangunan : Bandung

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

4.2. Data Spesifikasi Crane


Spesifikasi crane menggunakan data-data yang disediakan oleh perusahaan Kito Crane
termasuk spesifikasi penampang crane I girder, end carriage, gear motor, dan perlengkapan
lainnya. Crane yang digunakan adalah jenis Low-Head Cranes.

4.2.1. Crane Girder Melintang


Crane girder didapat dari tabel “Crane girder allowable span” Kito Crane. Ketersediaan
penampang I girder dibatasi oleh panjang span yang tersedia.
Beban yang dipikul crane = 35 kN ≈ 3,5 Ton
Panjang bentang (L) = 16 m > diambil allowable span = 11,1 m

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

Dari tabel di atas, didapat penampang Crane Girder melintang adalah (450x175x13x26) mm
dengan berat 115 kg/m.

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

4.2.2. End Carriage


End Carriage didapat dari tabel “End Carriage Spesifications” Kito Crane. Ketersediaan
End Carriage dibatasi oleh panjang span dan beban yang tersedia.
Beban yang dipikul crane = 35 kN ≈ 3 Ton
Panjang Crane I Girder = 11,1 m > diambil Max. Span = 12 m

Dari tabel di atas, didapat jarak antar roda D = 1400 mm ≈ 1,4 m, beban maksimum roda =
10,5 kN dan berat sendiri = 234 kg.

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

BAB 5
DESAIN BALOK MEMANJANG (RUN WAY)

5.1. Beban Roda


Diketahui dari bab sebelumnya,
Kapasitas Crane = 30 kN = 3 ton
Beban maksimum roda = 10,5 Kn = 1,05 Ton
Allowable Span Crane I Girder = 11,1 m
Berat Crane I Girder = 115 kg/m x 11,1 m = 1276,5 kg ≈ 1,277 Ton
Beban Trolley, Hoist dan End Carriage = 0,5 Ton
Jarak antar roda = 1400 mm = 1,4 m
Panjang bentang Runway Girder = 8 m= 8 m
Tipe pengontrolan Crane = Cab Operated
Pu = 1,2 Pcrane girder + 1,6 Ptrolley,hoist dan end Carriage
1,2765
 Pcrane girder = = 0,319 Ton
4
 Ptrolley,hoist dan end Carriage = Beban maksimum roda – Pcrane girder
= 1,05 Ton – 0,319 Ton
= 0,731 Ton
Pu = 1,2 (0,319) + 1,6 (0,731)
= 1,552 Ton/roda

5.2. Momen Ultimet

`
𝑋 (8−𝑋 ) 𝑋2
Y1 = =x-
8 8
𝑋 (8−1,4−𝑋 ) 𝑋2
Y2 = = 0,66x -
8 8
Mx = P.Y1 + P.Y2

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

𝑋2 𝑋2
= (1,552)(x - ) + (1,552)(0,66x - )
8 8
= 1,552x – 0,194x2 + 1,024x – 0,194x2
= 2,576x – 0,388x2
2,576x – 0,388x2 = 0
2,576 – 0,776x = 0
X = 3,32 m

Maka, Mmax (x = 3,32m) = 2,576 (3,32) – 0,388 (3,32)2


= 4,276 Tm

Momen ¼ Bentang, Ma = 2,576 (2) – 0,388 (2)2


= 3,6 Tm

Momen ½ Bentang, Mb = 2,576 (4) – 0,388 (4)2


= 4,096 Tm

Momen ¾ Bentang, Mc = 2,576 (6) – 0,388 (6)2


= 1,488 Tm

5.3. Gaya Geser

4.68
Y1 = = 0,585
8
3,28
Y2 = = 0,41
8
Dmax = (1,552)(0,585) + (1,552)(0,41)
= 1,544 Ton

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

5.4. Data Bahan


Bahan profil : S 275
Tegangan tarik putus (ultimate stress ), fu = 380 MPa
Tegangan leleh baja (yield stress ), fy = 275 MPa
Tegangan sisa (residual stress ), fr = 70 MPa
Modulus elastik baja (modulus of elasticity ), E= 200000 MPa
Angka Poisson (Poisson's ratio ), u= 0,3
Modulus penampang yang dibutuhkan, Zx = Mu/fy Zx perlu ≥ 244,3636364 cm3
Maka, diambil penampang profil IWF dari tabel Ir. Rudy Gunawan adalah (250x125x6x9)
mm dengan Zx = 324 cm3

5.5. Data Profil Baja IWF


IWF 250x125x6x9
tf 9 mm
tw 6 mm
B 125 mm
H 250 mm
Berat 29,6 kg/m
luas A 250 cm2
Ix 4050 cm4
Iy 294 cm4
rx 10,4 cm
ry 2,79 cm
Sx 324 cm3
Sy 47 cm3

5.6. Section Properties

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

G = E / [ 2 * (1 + u) ] = 76923,07692 MPa
Ht = H-tf 241,00 mm
3
J = 2 * 1/3 *B * tf + 1/3 * (H - 2 * tf) * tw3 = 77454,00 mm4
2
I w = I y * Ht / 4 = 42689535000 mm6
X1 = p / Sx * √ [ E * G * J * A / 2 ] = 3742,18 MPa
2
X2 = 4 * [ Sx / (G * J) ] * I w / I y = 0,00017 mm2/N2
Zx = [ 2(B*tf) * (1/2Ht) ] + [ 2*(H/2-tf) * tw * ( (1/2 (H/2-tf) ) ) ] 351861 mm3
Zy = 4 * (B/2*tf) * (1/2*B/2) ) + ( 2 * (tw/2 * (H-2 * tf) * (1/2 * tw/2))) 72401 mm3

G= modulus geser, Zx = modulus penampang plastis thd. sb. x,


J= Konstanta puntir torsi, Zy = modulus penampang plastis thd. sb. y,
Iw = konstanta putir lengkung, X1 = koefisien momen tekuk torsi lateral,
h= tinggi bersih badan, X2 = koefisien momen tekuk torsi lateral,

5.6. Kontrol Penampang


- Mux (x = 4,65m) = 6,72 Tm ≈ 67200000 Nmm

- Momen ¼ Bentang, Ma = 5,89 Tm ≈ 58900000 Nmm

- Momen ½ Bentang, Mb = 6,67 Tm ≈ 66700000 Nmm

- Momen ¾ Bentang, Mc = 4,19 Tm ≈ 41900000 Nmm

- Gaya Geser, Vux = 1,45 Ton ≈ 14500 N

5.6.1. Momen Nominal Pengaruh Local Buckling

Pengaruh tekuk lokal (local buckling) pada sayap :


Kelangsingan penampang sayap, l = B / 2 tf = 6,944 `
Batas kelangsingan maksimum untuk penampang compact ,
lp = 170 / √ f y = 10,251
Batas kelangsingan maksimum untuk penampang non-compact ,
lr = 370 / √ ( f y - f r ) = 25,842
Momen plastis terhadap sumbu x, Mpx = f y * Zx = 96761775 Nmm
Momen plastis terhadap sumbu y, Mpy = f y * Zy = 19910138 Nmm
Momen batas tekuk terhadap sumbu x, Mrx = Sx * ( f y - f r ) = 66420000 Nmm
Momen batas tekuk terhadap sumbu y, Mry = Sy * ( f y - f r ) = 9635000 Nmm
Momen nominal penampang untuk :
a. Penampang kompak, ll p
→ Mn = Mp
b. Penampang tak kompak, lp< ll r
→ Mn = Mp - (Mp - Mr) * ( l - l p) / ( lr - lp)
c. Penampang langsing , l>lr
→ Mn = Mr * ( lr / l)2
MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :
l < lp dan l < lr
Berdasarkan nilai kelangsingan sayap, maka termasuk penampang kompak
Momen nominal penampang terhadap sumbu x dihitung sebagai berikut :
Pengaruh tekuk lokal (local buckling) pada sayap :
Kelangsingan penampang sayap, l = B / 2 tf = 6,944 `
Batas kelangsingan DEPARTEMEN
maksimum untuk penampang
TEKNIK compact
SIPIL ,
FAKULTAS TEKNIK lp = 170 / √ f y = 10,251
Batas kelangsingan UNIVERSITAS
maksimum untuk penampang
SUMATERA non-compact
UTARA ,
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp.l(061)
r = 370 / √ ( fy - fr ) =
803371 25,842
Medan 20155
Momen plastis terhadap sumbu x, Mpx = f y * Zx = 96761775 Nmm
Momen plastis terhadap sumbu y, Mpy = f y * Zy = 19910138 Nmm
Momen batas tekukTUGAS
terhadap PERENCANAAN
sumbu x, REKAYASA
Mrx = Sx *SIPIL
( f y - f r )(BAJA)
= 66420000 Nmm
DOSEN
Momen batas tekuk PEMBIMBING
terhadap sumbu y, : M. Agung Putra
Mry = SyHandana,
* ( f y - f r ) = S.T.,9635000
M.T. Nmm
Momen nominal penampang untuk :
a. Penampang kompak, ll p
→ Mn = Mp
b. Penampang tak kompak, lp< ll r
→ Mn = Mp - (Mp - Mr) * ( l - l p) / ( lr - lp)
c. Penampang langsing , l>lr
→ Mn = Mr * ( lr / l)2

l < lp dan l < lr


Berdasarkan nilai kelangsingan sayap, maka termasuk penampang kompak
Momen nominal penampang terhadap sumbu x dihitung sebagai berikut :
compact : Mn = Mp = 96761775 Nmm
non-compact : Mn = Mp - (Mp - Mr) * ( l - lp) / ( lr - lp) = - Nmm
langsing : Mn = Mr * ( l r / l)2 = - Nmm
Momen nominal terhadap sumbu x penampangkompak
: Mnx = 96761775 Nmm
Momen nominal penampang terhadap sumbu y dihitung sebagai berikut :
compact : Mn = Mp = 9635000 Nmm
non-compact : Mn = Mp - (Mp - Mr) * ( l - lp) / ( lr - lp) = - Nmm
langsing : Mn = Mr * ( l r / l)2 = - Nmm
Momen nominal terhadap sumbu y penampang
kompak
: Mny = 9635000 Nmm

5.6.2. Momen Nominal Pengaruh Lateral Buckling

Momen nominal komponen struktur dengan pengaruh tekuk lateral, untuk :


Momen nominal
a. Bentang pendekkomponen
: struktur
L  Ldengan pengaruh tekuk lateral, untuk :
p
Mn = Mp = f y * LZx Lp
a. Bentang pendek :


b. Bentang sedang n: = Mp = f y * LZpx  L  Lr
M
Mn = Cb * [ Mr L+p(MLp - M
b. Bentang sedang : Lr ) * ( L - L ) / ( L - L ) ]
→ r r r p  Mp

c. Bentang panjang :M n = C b * [ M r + ( M
L > Lr p - M r ) * ( L r - L ) / ( L r - L p ) ]  Mp
c. Bentang panjang : L>L
→ Mn = Cb * p / L*√ [ Er * I y * G * J + ( p * E / L )2 * I y * I w ]  Mp
→ M = C * p / L*√ [ E * I * G *
Panjang bentang maksimum balok yang mampu menahan momen plastis,
n b y J + ( p * E / L )2
* I y * I w ]  Mp
Panjang bentang maksimum balok yang mampu menahan Lp = 1.76momen * ry *plastis,
√ ( E / fy ) = 1324 mm
Tegangan leleh dikurangi tegangan sisa, L p = 1.76 * ry * √f ( =E f/ f-y f) = = 1324
205 mm
MPa
L y r
Tegangan leleh dikurangi tegangan sisa,
Panjang bentang minimum balok yang tahanannya ditentukan oleh momen kritis tekuk torsi lateral, f L = f y - f r = 205 MPa
Panjang
Lr bentang minimum balok(J/(Sx*ho)+√(
= 1,95*rts*E/(0,7*fy)*(√ yang tahanannya ditentukan oleh momen
(J/Sx*ho)^2+6,76*(0,7 fy/E)^2)) kritis= tekuk torsi
4042lateral, mm
L
Koefisien = 1,95*rts*E/(0,7*fy)*(√
r momen tekuk torsi lateral, (J/(Sx*ho)+√( (J/Sx*ho)^2+6,76*(0,7 fy/E)^2)) = 4042 mm
Koefisien momen tekuk torsiClateral,
b = 12.5 * Mux / ( 2.5*Mux + 3*MA + 4*MB + 3*MC ) = 1,14
Momen plastis terhadap sumbu x, C b = 12.5 * M ux / ( 2.5*M ux + 3*M A + 4*M B + 3*M
Mpx = f y * Zx = C ) = 1,14
96761775 Nmm
Momen plastis terhadap sumbu
Momen plastis terhadap sumbu y, x, M px = f y
Mpy = f y * Zy =* Z x = 96761775
19910138 Nmm
Nmm
Momen
Momen plastis terhadap
batas tekuk sumbu
terhadap y, x,
sumbu Mrx = M Sxpy*=( ffyy -* fZr y) = = 19910138
66420000 Nmm
Nmm
Momen batas tekuk terhadap sumbu
Momen batas tekuk terhadap sumbu y, x, M rx = S x * ( f y
Mry = Sy * ( f y - f r ) = - f r ) = 66420000
9635000 Nmm
Nmm
Momen batas tekuk terhadap sumbu y,
Panjang bentang terhadap sumbu y (jarak dukungan lateral), M ry = S y * ( f y -
L = L2 =f r ) = 9635000
2000 Nmm
mm
Panjang bentangL terhadap > sumbu Lp y (jarak dukungan dan lateral), L L = < L 2 = Lr 2000 mm
L > Lp dan
 TermasukLkategori < : L bentang
r sedang
Momen nominal terhadap sumbu x dihitung sebagai berikut :  Termasuk kategori : bentang sedang
Momen nominal terhadap sumbu x dihitung sebagai berikut :M = M = f * Z = - Nmm
nx px y x
Mnx = Cb *(15 [ Mrx0404 + ( M124) M nx = M px = f y * Z x = - Nmm
MUHAMMAD RIZKI LADUNI px - Mrx ) * ( L r - L ) / ( L r - L p ) ] = 101659289HALNmm :
Mnx = Cb * [ Mrx + ( Mpx - Mrx ) * ( Lr - L ) / (2 Lr - Lp ) ] = 101659289 Nmm
Mnx = Cb * p / L*√ [ E * I y * G * J + ( p * E / L ) * I y * I w ] = - Nmm
Momen nominal thd. sb.Mxnxuntuk = Cb: * p / L*√ [ E * bentang I y * G * J +sedang ( p * E / L )2 * I y * M Iw ] = - Nmm
nx = 101659289 Nmm
Momen nominal thd. sb. x untuk : bentang sedang M M> nx = M 101659289 Nmm
Tegangan leleh dikurangi tegangan sisa, fL = fy - fr = 205 MPa
Panjang bentang minimum balok yang tahanannya ditentukan oleh momen kritis tekuk torsi lateral,
Lr = 1,95*rts*E/(0,7*fy)*(√ (J/(Sx*ho)+√( (J/Sx*ho)^2+6,76*(0,7 fy/E)^2)) = 4042 mm
Koefisien momen tekuk torsi lateral,
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Cb = 12.5 * Mux / ( 2.5*Mux + 3*MA + 4*MB + 3*MC ) = 1,14
FAKULTAS TEKNIK
Momen plastis terhadap sumbu x,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA px y x M = f * Z = 96761775 Nmm
Momen plastis terhadap sumbu y, no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Jalan Perpustakaan Mpy = f y * Zy = 19910138 Nmm
Medan 20155
Momen batas tekuk terhadap sumbu x, Mrx = Sx * ( f y - f r ) = 66420000 Nmm
Momen batas tekuk terhadap sumbu y, Mry = Sy * ( f y - f r ) = 9635000 Nmm
TUGASsumbu
Panjang bentang terhadap PERENCANAAN
y (jarak dukunganREKAYASA
lateral), SIPIL
L = L2(BAJA)
= 2000 mm
DOSEN
L >PEMBIMBING
Lp : M.dan
Agung Putra Handana, L < S.T.,
Lr M.T.
 Termasuk kategori : bentang sedang
Momen nominal terhadap sumbu x dihitung sebagai berikut :
Mnx = Mpx = f y * Zx = - Nmm
Mnx = Cb * [ Mrx + ( Mpx - Mrx ) * ( Lr - L ) / ( Lr - Lp ) ] = 101659289 Nmm
Mnx = Cb * p / L*√ [ E * I y * G * J + ( p * E / L )2 * I y * I w ] = - Nmm
Momen nominal thd. sb. x untuk : bentang sedang Mnx = 101659289 Nmm
Mnx > Mpx
Momen nominal terhadap sumbu x yang digunakan, Mnx = 96761775 Nmm
Momen nominal terhadap sumbu y dihitung sebagai berikut :
Mny = Mpy = f y * Zy = - Nmm
Mny = Cb * [ Mry + ( Mpy - Mry ) * ( Lr - L ) / ( Lr - Lp ) ] = 19775673 Nmm
Mny = Cb * p / L*√ [ E * I y * G * J + ( p * E / L )2 * I y * I w ] = - Nmm
Momen nominal thd. sb. y untuk : bentang sedang Mny = 19775673 Nmm
Mny < Mpy
Momen nominal terhadap sumbu y yang digunakan, Mny = 19775673 Nmm

5.6.3. Tahanan Momen Lentur

Momen nominal terhadap sumbu x :


Berdasarkan pengaruh local buckling , Mnx = 96761775 Nmm
Berdasarkan pengaruh lateral buckling , Mnx = 96761775 Nmm
Momen nominal terhadap sumbu x (terkecil) yg menentukan, Mnx = 96761775 Nmm
Tahanan momen lentur terhadap sumbu x,  f b * Mnx = 87085598 Nmm
Momen nominal terhadap sumbu y :
Berdasarkan pengaruh local buckling , Mny = 9635000 Nmm
Berdasarkan pengaruh lateral buckling , Mny = 19775673 Nmm
Momen nominal terhadap sumbu y (terkecil) yg menentukan, Mny = 9635000 Nmm
Tahanan momen lentur terhadap sumbu y,  f b * Mny = 8671500 Nmm
Momen akibat beban terfaktor terhadap sumbu x, Mux = 67200000 Nmm
Momen akibat beban terfaktor terhadap sumbu y, Muy = 0 Nmm
Mux / ( f b * Mnx ) = 0,7717
Muy / ( f b * Mny ) = 0,0000

Syarat yg harus dipenuhi : Mux / ( f b * Mnx ) + Muy / ( f b * Mny ) ≤ 1.0


Mux / ( f b * Mnx ) + Muy / ( f b * Mny ) = 0,7717 < 1.0 AMAN (OK)

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

`5.6.4. Tahanan Geser

Ketebalan plat badan tanpa pengaku harus memenuhi syarat,


H / tw  3,76 *  ( E / f y )
41,67 < 101,40  Plat badan memenuhi syarat (OK)

Gaya geser akibat beban terfaktor terhadap sumbu x, Vux = 14500 N


Luas penampang badan, Aw = tw * H = 1500 mm2
Tahanan gaya geser nominal thd.sb. x, Vnx = 0.60 * f y * Aw = 247500 N
Tahanan gaya geser terhadap sumbu x,  f f * Vnx = 222750 N
Gaya geser akibat beban terfaktor terhadap sumbu y, Vuy = 0 N
Luas penampang sayap, Af = 2 * B* tf = 2250 mm2
Tahanan gaya geser nominal thd.sb. y, Vny = 0.60 * f y * Af = 371250 N
Tahanan gaya geser terhadap sumbu x,  f f * Vny = 334125 N
Vux / ( f f * Vnx ) = 0,0651
Vuy / ( f f * Vny ) = 0,0000

Syarat yang harus dipenuhi :


Vux / ( f f * Vnx ) + Vuy / ( f f * Vny )  1,0
Vux / ( f f * Vnx ) + Vuy / ( f f * Vny ) = 0,0651 < 1.0 AMAN (OK)

5.6.5. Kontrol Interaksi Geser dan Lentur


Syarat yang harus dipenuhi untuk interakasi geser dan lentur :
Mu / ( f b * Mn ) + 0.625 * Vu / ( f f * Vn )  1,375

Mu / ( f b * Mn ) = Mux / ( f b * Mnx ) + Muy / ( f b * Mny ) = 0,7717


Vu / ( f f * Vn ) = Vux / ( f f * Vnx ) + Vuy / ( f f * Vny ) = 0,0651
Mu / ( f b * Mn ) + 0.625 * Vu / ( f f * Vn ) = 0,8123
0,8123 < 1,375  AMAN (OK)

5.6.6. Kontrol Batas Lendutan


Syarat Lendutan Maksimum (L/360) = 30,833333 mm
Lendutan yang terjadi = 39,917695 mm TIDAKAMAN

5.7. Kesimpulan Perencanaan


KONTROL TAHANAN TERHADAP MOMEN LENTUR 0,7717 < 1.0 AMAN (OK)
KONTROL BATAS LENDUTAN 39,9177 > 30,833 TIDAKAMAN
KONTROL TAHANAN TERHADAP GESER 0,0651 < 1.0 AMAN (OK)
KONTROL INTERAKSI GESER DAN LENTUR 0,8123 < 1,375 AMAN (OK)

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN REKAYASA SIPIL (BAJA)


DOSEN PEMBIMBING : M. Agung Putra Handana, S.T., M.T.

Karena kontrol lendutan tidak aman, ambil profil yang lebih besar. Lalu cek lendutannya
yang terjadi. Sehingga diambil profil IWF (250x175x7x11) mm dengan Ix = 61200000 mm4

MUHAMMAD RIZKI LADUNI (15 0404 124) HAL :

Anda mungkin juga menyukai