KELOMPOK 3
1. HANIK AMARIA 1706106015
2. ISMARLIANI 1706106085
3. NUR IGHWANA SARI 1706106280
4. RIMA FUTIHASARI 1706106412
TUGAS KELOMPOK NOMOR 4
SIMPUL 1
Sumber pencemaran udara di luar ruangan yaitu berasal dari sektor
transportasi. Penggunaan BBM pada transportasi akan mengemisikan debu
SPM (Suspended Particulate Metter) SO2, NO2, debu TSP, debu PM10, dan
Pb.Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 tahun 1999,
salah satu parameter pencemaran udara adalah sulfur dioksida (SO2). SO2
mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara. SO2
terbentuk saat terjadi pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur.
SIMPUL 2
Bahan toksik Pb, SO2 yang merupakan bahan campuran bahan bakar
bensin yang di “emisikan” dari knalpot kendaraan menjadi bahan pencemar
udara perkotaan dapat masuk ke dalam tubuh manusia selain langsung melalui
udara juga dapat melalui makanan yang tercemar oleh Pb, SO2 melalui air dan
atau media lain, seperti tanah yang kemudian kontak dengan manusia melalui
produk pertanian. Polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor antara lain
karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), Sulfur
dioksida (SO2), timah hitam (Pb) dan karbon dioksida (CO2). Polutan yang
dihasilkan dari pembakaran kendaraan bermotor sangat banyak, namun karbon
monoksida (CO) merupakan salah satu polutan yang paling banyak dihasilkan
oleh kendaraan bermotor (Sengkey dkk., 2011). Pollutan-pollutan tersebut
mencemari udara dan berdeposisi di atmosfer, Menimbulkan hujan asam
(penyebabnya SO2 dan NO2 yang bergabung dengan uap air di udara) sehingga
menyebabkan perubahan pada Ph air.
SIMPUL 3
Letak perkotaan dengan padat pemukiman akan berpengaruh terhadap
kehidupan penduduknya. Terutama kegiatan berumah tangga, karena sehari-hari
sumber utama airnya berasal dari sungai maupun sumur bawah tanah yang telah
terkontaminasi limbah dan senyawa kimia lainnya yang berbahaya. Mulai dari
mencuci, makan, minum, mandi dan buang tinja di lakukan di sungai. Akhirnya
timbul dampak yang merugikan kesehatan penduduk setempat. Selain itu
perilaku jajanan penduduk yang sembarangan di kaki lima. Penjaja makanan
kaki lima yang menjajakan makanannya di pinggir jalan akan rentan terkena
emisi polutan kendaraan motor dan mengakibatkan makanan terkontaminasi dan
beracun bahan berbahaya.
SIMPUL 4
Dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan penduduk yaitu Patogen yang
ditularkan melalui air, dalam bentuk bakteri penyebab penyakit dan virus dari
kotoran manusia dan hewan, adalah penyebab utama penyakit dari air minum
yang tercemar. Penyakit yang disebarkan oleh air yang tidak aman termasuk
kolera, giardia, dan tifoid.
Berbagai polutan kimia — dari logam berat seperti arsenik dan merkuri hingga
pestisida dan pupuk nitrat — masuk ke pasokan air kita. Setelah mereka tertelan,
racun ini dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, mulai dari kanker
hingga gangguan hormon hingga fungsi otak yang berubah. Anak-anak dan
wanita hamil sangat beresiko.
Penyakit akibat jajan sembarangan di kaki lima yang terkontaminasi zat-
zat berbahaya dari emisi polutan yaitu bisa terjadi diare dan gangguan saluran
cerna lainnya.
Pengendalian
pengendalian polusi udara juga berarti pengendalian emisi kendaraan
bermotor. Pengendalian tingkat ini adalah pengendalian terhadap simpul A
dalam teori simpul. Simpul A adalah yang diemisikan dari sumber, dalam hal ini
asap knalpot kendaraan. Pada uji ini, ada lima parameter yang diperiksa, yaitu
kandungan CO2, CO, HC, NOx, dan lambda dari asap knalpot. Lambda adalah
faktor keseimbangan antara bahan bakar dan gas-gas hasil pembakaran yang
dihitung dengan rumus tertentu. Khusus untuk mesin diesel, ada satu parameter
tambahan yaitu opasitas atau kandungan partikulat. Di samping itu ada pula
standar yang diberlakukan bagi kualitas bahan bakar, karena sebagian besar
polusi udara disebabkan oleh pembakaran. Kualitas hasil atau sisa pembakaran
tergantung antara lain dari kualitas bahan bakar yang digunakan. Di DKI Jakarta
telah diujicoba penggunaan bahan bakar yang berasal dari gas alam yang
sangat ramah lingkungan. Namun, kualitas pembakaran oleh kendaraan
bermotor tidak kalah pentingnya. Karena itu, perawatan kendaraan dan jika perlu
pembatasan usia kendaraan harus dilakukan. Hal ini memungkinkan dilakukan
jika secara berkala dilakukan uji emisi kendaraan. Kendaraan bermotor yang
beroperasi di kota harus telah lulus uji emisi.
Peran serta masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan dalam
mengurangi polusi udara misalnya dengan gerakan penghijauan, terutama
dimulai dari tempat tinggal masing-masing. Sangat dianjurkan menggunakan
pohon yang berdaun lebar atau yang berpotensi mengurangi polusi udara.
Demikian pula taman-taman kota perlu digalakkan oleh pemerintah untuk
mengimbangi polusi udara kota. Dan di lain pihak pemerintah harus mengatur
bahan bakar serta mesin kendaraan dan menerapkan persyaratan mutu bahan
bakar.
TUGAS KASUS 4
1. Dinamika Kinetika Agent
2. Dampak Penyakit
Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem
syaraf, yang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri. Metilmerkuri dan
uap merkuri logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri yang lain,
sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak mencapai
otak. Methyl mercury beracun 50 kali lebih kuat daripada merkuri
anorganik. Pemaparan kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam,
garam, maupun metilmerkuri dapat merusak secara permanen otak,
ginjal, maupun janin.
Pengaruhnya pada fungsi otak dapat mengakibatkan tremor,
pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya
ingat. Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi
dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan
tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata.
Badan lingkungan di Amerika (EPA) menentukan bahwa merkuri klorida
dan metilmerkuri adalah bahan karsiogenik. Toksisitas kronis dari merkuri
organik ini dapat menyebabkan kelainan berkelanjutan berupa tremor,
terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, albuminuria, eksantema
pada kulit, dekomposisi eritrosit serta menurunkan tekanan darah.
Keracunan metil merkuri pernah terjadi di Jepang, dikenal sebagai tragedi
Minamata yang mengakibatkan kematian pada 110 orang.
Merkuri di ibu yang mengandung dapat mengalir ke janin yang
sedang dikandungnya dan terakumulasi di sana. Juga dapat mengalir ke
anak lewat susu ibu. Wanita hamil yang terpapar alkil merkuri bisa
menyebabkan kerusakan pada otak janin sehingga mengakibatkan
kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Akibatnya, pada anak dapat berupa
kerusakan otak, retardasi mental, buta, dan bisu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa otak janin dan anak lebih rentan terhadap metil
merkuri dibandingkan dengan otak dewasa.
Keracunan logam berat seperti merkuri atau air raksa ini bukan
hanya pernah terjadi di Minamata Jepang namun pernah pula terjadi di
Indonesia pada tahun 2004 yaitu tragedi Teluk Buyat dimana penduduk di
daerah tersebut menderita banyak benjolan di tubuhnya yang disinyalir
sebagai akibat dari limbah merkuri dan logam berat lainnya. Benjolan ini
bukan hanya diderita masyarakat tapi juga ikan-ikan karang yang ada di
sekitar Teluk.
Arti proses kejadian penyakit adalah outcome hubungan interaktif antara penduduk
dengan lingkungan yang mempunyai potensi bahaya gangguan kesehatan. Proses Hubungan
Interaktif adalah agent penyakit, dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan, masuk
kedalam tubuh. Seseorang dikatakan sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan
dibandingkan rata-rata penduduk lainnya. Bisa kelainan bentuk atau kelainan fungsi, sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial.
8. Behavioural exposure
Konsep behavioural exposure ----> dosis pemajanan didistribusikan antar individu secara tidak
sama. Jumlah agen penyakit, misalnya senyawa kimia yang diterima oleh individu dalam sebuah
komunitas tidaklah sama, melainkan dipengaruhi oleh budaya, perilaku, kebiasaan, hobi,
pekerjaan, dan lain sebagainya. Konsep ini penting karena untuk mengetahui individu yang
lebih beresiko terkena dampak dari paparan agen penyakit akibat dari jumlah kontak yang terlalu
sering dengan agent penyakit.
Dalam kasus ini, terkait dengan pekerjaan masyarakat menambang emas. Para pekerja yang
menambang emas akan mendapatkan paparan merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan timbal (Pb)
jauh lebih besar dibandingkan dengan yang tidak bekerja. Selain itu, perilaku para pekerja yang
membuang sisa merkuri dan buangan pertambangan ke badan air mencemari aliran sungai yang
sehari- hari digunakan warga untuk MCK.
Menurut teori Blum, aspek sosio kultural mempengaruhi kesehatan. Aspek sosio kultural
berkaitan dengan tingkah laku manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Aspek
sosial yang mempengaruhi kesehatan, antara lain : umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial
ekonomi. Aspek budaya, antara lain : sistem religi, sistem dan organisasi masyarakat, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, teknologi dan peralatan.
Dalam kasus ini, dari segi aspek sosial yaitu pria yang bekerja menambang emas memiliki resiko
lebih besar untuk terkena paparan/ pemajanan dari agent penyakit sehingga lebih beresiko
terkena sakit. Selain itu, dari aspek budaya, berkaitan dengan mata pencaharian masyarakat
sebagai penambang emas dan sistem pengetahuan masyarakat yang masih rendah karena tidak
mengetahui akibat yang bisa ditimbulkan dari paparan logam berbahaya, seperti merkuri,
kadmium, dan timbal yang dihasilkan dari proses pertambangan emas. Selain itu, teknologi dan
peralatan yang digunakan untuk menambang emas masih tergolong sederhana sehingga
menimbulkan efek kesehatan bagi masyarakat.
- Menjamin tersedianya lingkungan yang sehat untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sesuai dengan kewenangannya
- Mengatur, membina, dan mengawasi penyelenggaraan kesehatan lingkungan
- Memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan
kesehatan lingkungan
Selain itu, di dalam pasal 4 & 5 juga disebutkan bahwa Pemerintah, Pemda provinsi, dan Pemda
Kabupaten/Kota berwenang untuk melakukan fasilitasi kesehatan lingkungan.
Dari kasus pertambangan emas tersebut, terlihat bahwa kurang adanya peran Pemerintah
Kabupaten setempat. Hal ini terlihat dari tidak difasilitasinya masyarakat untuk melakukan
penambangan emas. Selain itu, tidak ada juga pengawasan dari pemerintah terkait dampak yang
ditimbulkan akibat proses penambangan emas terhadap kesehatan baik untuk kesehatan
lingkungan maupun kesehatan masyarakat.
Pemerintah cenderung hanya memberikan izin kepada masyarakat untuk melakukan proses
penambangan emas. Akan tetapi masyarakat tidak dilakukan pembinaan dan pengawasan lebih
lanjut. Padahal dalam PP No. 66, sudah sangat dijelaskan terkait standar baku mutu kesehatan
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA