Attachment
Attachment
SKENARIO 2
PENURUNAN KESADARAN
Skenario 2
An. R . 10 tahun, masuk IGD Rs. Dr. wahidin sudirohusodo Makassar dengan keluhan
kejang di sertai gangguan kesadaran dan kekakuan otot skelet terdapat kejang rangsang
maupun kejang spontan yang sifatnya tonik dan umum. Kekakuan otot skelet dapat berupa
trismus risus sardonikus , kaku kuduk,obstotonus, perut papan,dokter menganjurkan untuk
rawat inap.
B. Analisa Data
Trismus : gangguan motorik nerfus trigeminus,terutama spasme
otot mengunyah, disertai kesulitan membuka mulut ( rahang
terkunci ). (Lockjaw )
Trismus: merupakan gejalah awal tetanus yang khas.
Trismus sardonikur : ekspresi menyeringai akibat spasme otot-otot
wajah.
Opistotonus : bentuk hiperekstensi tubuh yang ekstrem berupa
kepala dan tumit yang tertekuk kebelakang dan badan memnusur
ke depan
Risus : ekspresi menyeringai akibat spasme otot – otot
Kejang : merupakan perubahan fungsi otak secara mendadak dan
sementara sebagai akibat dari aktifitas neuroral yang abnormal
dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.
Penurunan kesadaran : keaadan dimana penderita tidak sadar
dalam arti tidak terjaga / tidak terbangun secara utuh sehingga
tidak mampu memberikan respon yang normal terhadap stimulus.
C. Kata /Problem
kejang/ konvulsi
Jjjj Opistotonus
DEFENISI NEURON
Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
perpanjangan sitoplasma.
a) Badan sel atau perikarion,
suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. Bagian ini
tersusun dari komponen berikut :
Satu nucleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti
konpleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol
dan tidak dapat bereplikasi. Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma
kasar dan ribosom-ribosom bebas serta berperan dalam sintesis protein.
Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui
mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.
b) Dendrit
adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta
berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh.
c) Akson
adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari
dendrite. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke
sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal
akson.
KLASIFIKASI NEURON
a) Fungsi. Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi
impulsnya ;.
Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada
kulit, organ indera atau suatu organ internal ke SSP.
Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP ke efektor.
Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam
SSP. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau
menyampaikan informasi ke interneuron lain.
b) Struktur. Neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah
prosesusnya.
Neuron unipolar memiliki satu akson dan dua denderit atau lebih.
Sebagian besar neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla
spinalis, masuk dlam golongan ini.
Neuron bipolar memiliki satu akson dan satu dendrite. Neuron ini
ditemukan pada organ indera, seperti amta, telinga dan hidung.
Neuron unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal, tetapi
neuron ini sebenarnya bipolar.
c) Sel Neuroglial. Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang
tambahan pada SSP yang berfungsi sebagai jaringan ikat.
Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus
panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui
pedikel atau “kaki vascular”.
Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah
prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek.
Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya
memiliki peran fagositik.
Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga
serebral dan ronggal medulla spinalis.
d) kelompok Neuron
Nukleus adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di dalam SSP.
Ganglion adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di bagian luar
SSP dalam saraf perifer.
Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf (serabut) yang terletak di luar
SSP.
Saraf gabungan. Sebagian besar saraf perifer adalah saraf gabungan ; saraf
ini mengandung serabut arefen dan eferen yang termielinisasi dan yang
tidak termielinisasi.
Traktus adalah kumpulan serabut saraf dalam otak atau medulla spinalis
yang memiliki origo dan tujuan yang sama.
Komisura adalah pita serabut saraf yang menghubungkan sisi-sisi yang
berlawanan pada otak atau medulla spinalis.
OTAK
Merupakan alat tubuh yang sangat vital karena pusat pengatur untuk seluruh alat
tubuh,terletak di dalam rongga tengkorak (Kranium) yang dibungkus oleh selaput
otak yang kuat.Otak terdiri dari 3 bagian besar yaitu:
1. Perkembangan otak
Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh, mengkonsumsi
25% oksigen dan menerima 1,5% curah jantung.Bagian cranial pada tabung
saraf membentuk tiga pembesaran (vesikel) yang berdiferensiasi untuk
membentuk otak : otak depan, otak tengah dan otak belakang.
Otak depan (proensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi : telensefalon dan
diensefalon.Telensefalon merupakan awal hemisfer serebral atau serebrum
dan basal ganglia serta korpus striatum (substansi abu-abu) pada serebrum.
Diensefalon menjadi thalamus, hipotalamus dan epitalamus.
Otak tengah (mesensefalon) terus tumbuh dan pada orang dewasa disebut
otak tengah.
Otak belakang (rombensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi :
metensefalon dan mielensefalon. Metensefalon berubah menjadi batang
otak (pons) dan serebelum.
Mielensefalon menjadi medulla oblongata Rongga pada tabung saraf tidak
berubah dan berkembang menjadi ventrikel otak dan kanal sentral medulla
spinalis.
2. Lapisan pelindung otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan
jaringan ikat yang disebut meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter,
lapisan araknoid dan durameter.
Pia meter adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat
pada otak.
Lapisan araknoid terletak di bagian eksternal pia meter dan mengandung
sedikit pembuluh darah. Runga araknoid memisahkan lapisan araknoid
dari piameter dan mengandung cairan cerebrospinalis, pembuluh darah
serta jaringan penghubung serta selaput yang mempertahankan posisi
araknoid terhadap piameter di bawahnya.
Durameter, lapisan terluar adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari dua
lapisan. Lapisan ini biasanya terus bersambungan tetapi terputus pada
beberapa sisi spesifik. Lapisan periosteal luar pada durameter melekat di
permukaan dalam kranium dan berperan sebagai periosteum dalam pada
tulang tengkorak. Lapisan meningeal dalam pada durameter tertanam
sampai ke dalam fisura otak dan terlipat kembali di arahnya untuk
membentuk falks serebrum, falks serebelum, tentorium serebelum dan
sela diafragma. Ruang subdural memisahkan durameter dari araknoid
pada regia cranial dan medulla spinalis. Ruang epidural adalah ruang
potensial antara perioteal luar dan lapisan meningeal dalam pada
durameter di regia medulla spinalis.
3. Cairan Serebrospinalis
Cairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah
satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap
trauma atau gangguan dari luar.
Pada orang dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak
sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml)
dan darah sekitar 150 ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik
ekstra sel maupun intra sel.
Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau 500
ml/hari, sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 ml
dalam sewaktu. Ini merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan,
sirkulasi dan absorpsi. Untuk mempertahankan jumlah cairan serebrospinal
tetap dalam sewaktu, maka cairan serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari.
Perubahan dalam cairan serebrospinal dapat merupakan proses dasar patologi
suatu kelainan klinik. Pemeriksaan cairan serebrospinal sangat membantu
dalam mendiagnosa penyakit-penyakit neurologi. Selain itu juga untuk
evaluasi pengobatan dan perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa
penyakit. Pemeriksaan cairan serebrospinal adalah suatu tindakan yang aman,
tidak mahal dan cepat untuk menetapkan diagnosa, mengidentifikasi
organism penyebab serta dapat untuk melakukan test sensitivitas antibiotika.
ANATOMI DAN FISIOLOGI CAIRAN SEREBROSPINAL
Korteks Serebri
Otak Besar atau Korteks berdasarkan fungsinya para ahli membagi menjadi 4
(empat) bagian yang disebut Lobus (lobe) masing-masing adalah :
Lobus Frontal, pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi, seperti kemampuan
berpikir abstrak dan nalar, motorik bicara (areabroca di hemisfer kiri), pusat
penghirup. Pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area
motorik primer). Didalamnya terdapat area asosiasi motorik (area premotor)
Lobus Parietal, pusat kesadaran sensorik di gyrus postsentralis(area sensorik
primer) terdapat area asosiasi sensorik.
Lobus Oksipital, merupakan lobus terkecil sebagai pusat penglihatan dan
area asosiasi penglihatan. Berfungsi juga menginterpretasi dan memproses
rangsang penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini
dengan informasi saraf lain dan memori.
Lobus Temporal, Sebagai pusat pendengaran dan berperan dalam
pembentukan dan perkembangan emosi.
Selain dibagi dalam lobus dapat dibagi juga berdasarkan fungsu dan
banyaknya area.
Campbel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area. Secara umum korteks
serebri dibagi menjadi empat bagian ;
Korteks sensori. Pusat bagian sensasi umum primer suatu hemisfer serebri
yang mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat
atau bagian tubuh bergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Di
samping itu juga korteks sensori bagian fisura lateralis menangani bagian
tubuh bilateral lebih dominan.
Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupajan
kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berfikir,
rangsangan yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan
daya yang lain. Bagian anterior lous temporalis mempunyai hubungan dengan
fungsi luhur dan disebut psikokorteks.
korteks motoris menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya
adalah kontribusi pada traktur piramidalis yang mengatur bagian tubuh
kontralateral.
Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap
mental dan kepribadian.
Diensefalon
Terletak di antara serebrum dan otak tengah serta tersembunyi di balik
hemisfer serebral, kecuali pada sisi basal. Yang terdiri dari :
1. TALAMUS
Terdiri dari dua massa oval (lebar 1 ¼ cm dan panjang 3 ¾ cm) substansi abu-
abu yang sebagian tertutup substansi putih. Masing-masing massa menonjol ke
luar untuk membentuk sisi dinding ventrikel ketiga.
2. HIPOTALAMUS
Terletak di didi inferior thalamus dan membentuk dasar serta bagian bawah sisi
dinding ventrikel ketiga.
Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas SSO yang
melakukan fungsi vegetatif penting untuk kehidupan, seperti pengaturan
frekwensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera makan,
saluran pencernaan dan aktivitas seksual.
Hipotalamus juga berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan,
nyeri, kegembiraan dan kemarahan. Hipotalamus memproduksi hormon yang
mengatur pelepasan atau inhibisi hormon kelenjar hipofise sehingga
mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin
3. EPITALAMUS
Membentuk langit-langit tipis ventrikel ketiga. Suatu massa berukuran kecil,
badan pineal yang mungkin memiliki fungsi endokrin, menjulur dari ujung
posterior epitalamus.
a. Sistim Limbik
Terdiri dari sekelompok struktur dalam serebrum dan diensefalon yang
terlibat dalam aktivitas emosional dan terutama aktivitas perilaku tak
sadar.Girus singulum, girus hipokampus dan lobus pitiformis merupakan
bagian sistem limbic dalam korteks serebral.
b. Otak tengah
Merupakan bagian otak pendek dan terkontriksi yang menghubungkan
pons dan serebelum dengan serebrum dan berfungsi sebagai jalur
penghantar dan pusat refleks. Otak tengah, pons dan medulla oblongata
disebut sebagai batang otak.
c. Pons
Hampir semuanya terdiri dari substansi putih. Pons menghubungkan
medulla yang panjang dengan berbagai bagian otak melalui pedunkulus
serebral. Pusat respirasi terletak dalam pons dan mengatur frekwensi dan
kedalaman pernapasan. Nuclei saraf cranial V, VI dan VII terletak dalam
pons, yang juga menerima informasi dari saraf cranial VIII.
d. Serebelum
Terletak di sisi inferior pons dan merupakan bagian terbesar kedua otak.
Terdiri dari bagian sentral terkontriksi, vermis dan dua massa lateral,
hemisfer serebelar.
Serebelum bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan mengendalikan
ketepatan gerakan otot dengan baik. Bagian ini memastikan bahwa
gerakan yang dicetuskan di suatu tempat di SSP berlangsung dengan halus
bukannya mendadak dan tidak terkordinasi. Serebelum juga berfungsi
untuk mempertahankan postur.
e. Medulla Oblongata
Panjangnya sekitar 2,5 cm dan menjulur dari pons sampai medulla spinalis
dan terus memanjang. Bagian ini berakhir pada area foramen magnum
tengkoral.Pusat medulla adalah nuclei yang berperan dalam pengendalian
fungsi seperti frekwensi jantung, tekanan darah, pernapasan, batuk,
menelan dan muntah. Nuclei yang merupakan asal saraf cranial IX, X, XI
dan XII terletak di dalam medulla.
f. Formasi reticular
Formasi retukular atau sistem aktivasi reticular adalah jarring-jaring
serabut saraf dan badan sel yang tersebar di keseluruhan bagian medulla
oblongata,pons dan otak tengah. Sistem ini penting untuk memicu dan
mempertahankan kewaspadaan serta kesadaran.
MEDULLA SPINALIS
kejang
parsial umum
hipoksi
Resiko injury Reflek Metabolisme
menelan
Permeabilitas
Keb. O2 Suhu tubuh
aspirasi kapiler
makin
meningkat
Masalah keperawatan
Gangguan perfusi jaringan
Intervensi
Mengatasi kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam
keadaan kejang ditunggu selama 15 menit,bila masih terdapat
kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
secara intravena.
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah
- Semua pakaian ketat dinuka
- Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi
isi lambung
- Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin
kebutuhan oksigen
- Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan
diberikan oksigen
Disability :
1. Penilaian fungsi Neurologis
a. Kesadaran :pingsan /penurunan kesadaran
b. GCS :5
E : Sportan (5)
M : sesuai perintah (6)
V : orientasi baik (5)
c. Reaksi pupil :
A : Waspadah
V : Berespon terhadap suara
P : Berespon terhadap nyeri
U : Responsif
Perubahan tonus otot
Nyeri kepala
Dilatasi pupil
Eksposure
Kejang
TTV :
TD : hipertensi
N : takikardi
S : Hipertermi
RR : takipneu
Masalah keperawatan
Intervensi
b) Pengkajian sekunder
a. Anamneses :
Keluhan utama :
Kejang di sertai gangguan kesadaran
Kekakuan otot skelet
Terdapat kejang rangsang maupun kejang spontan yang sifatnya tonik
dan umum.
Kekakuan otot skelet dapat berupa trismus, risus sardonikus
Kaku kuduk,obstotonus, perut papan
b. Riwayat kesehatan :
1) Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum klien lemah,,kesadaran menurun , terdapat hipertermi
2) Pemeriksaan diagnostic
EEG (elektroensefalogram)/ semacam rekam otak untuk
mengetahui riwayat kejang
EEG : untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi
otak akibat lesi organik, melalui pengukuran eeg ini dilakukan 1
minggu atau kurang setelah kejang.
Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak
yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil
biasanya normal
Lumbal fungsi
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan
yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti
kecurigaan meningitis
Ct-Scan : untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma,
cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.
3) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah tepi secara rutin
Periksa darah / lab : hb,ht,leukosit ,trombosit untuk mengetahui
sejak dini apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.
pemeriksaan lain sesuai indikasi misalnya kadar gula darah
Pemeriksaan css ( cairan serebro spinalis) bila perlu
4). Darah
Darah lengkap, TT, widal
Glukosa darah : hipoglikemia merupakan predisposisi
kejang (N < 200 mq/dl)
Bun : peningkatan bun mempunyai potensi kejang
dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
Elektrolit : K, NA : ketidakseimbangan elektrolit
merupakan predisposisi kejang.
Kalium ( n 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( n 135 – 144 meq/dl )
5). Cairan cerebro spinal : mendeteksi tekanan abnormal dari ccs
tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang
B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2.
C. Intervensi
Takipnea 2. Vital signs NOC (Hal : 718) Vital signs monitoring NIC (Hal : 793)
Faktor berhubungan dengan : Selama perawatan pasien 1. Memonitor tekanan darah, denyut
Penyakit atau trauma 1. Suhu tubuh (3) 2. Memantau dan melaporkan tanda dan
2. Tekanan darah gejala hipotermia dan hipertermia
sistolik (3) 3. Memantau laju pernapasan dan irama
3. Tekanan darah (misalnya, kedalaman dan simetri)
diastolik (3) 4. Memantau warna kulit, suhu dan
4. Tingkat pernapasan kelembaban
(3)
5. Tekanan nadi (3)
3. Ansietas orang tua (Nanda NIC Pengendalian diri NOC hal 180 Mengurangi ansietas (NIC 138)
1. Menggunakan tenang, pendekatan
NOC hal 42) terhadap ansietas Selama perawatan orang
meyakinkan
Definisi: tua pasien dalam dapat :
2. Jelaskan harapan keadaan untuk
Perasaan tidak nyaman atau 1. Monitor intensitas
perilaku pasien
kekhawatiran yang samar disertai kecemasan kriteria 4
3. Mendengarkan dengan penuh
respon autonomy (sumber kali (ringan)
perhatian
tidak spesifik atau tidak diketahui 2. Rencana strategi
4. Mendorong keluarga untuk tinggal
oleh individu). Perasaan takut penanganan untuk
dengan pasien, yang sesuai
yang disebabkan oleh antisipasi situasi stres kriteria 4
terhadap bahaya. Perasaan ini (ringan)
Dukungan Emosi (NIC 314)
merupakan isyarat kewaspadaan
3. Menggunakan teknik 1. Mendiskusikan dengan pasien
yang memperingati bahaya yang
relaksasi untuk pengalaman emosional
akan terjadi dan memampukan
meredakan kecemasan 2. Mengeksplorasi dengan pasien apa
inividu melakukan tindakan untuk
kriteria 4 (ringan) yang telah memicu emosi
menghadapi ancaman
3. Mendukung penggunaan mekanisme
Batasan karakteristik:
pertahanan yang sesuai
Perasaan takut
4. Memberikan bantuan dalam
Khawatir
pengambilan keputusan
Ketidakpastian
Faktor berhubungan dengan:
Stress terhadap kejang pada anak
7.Triase Kegawat Daruratan Kejang pada anak
6. Tanda-Tanda Vital
1. Gangguan Pernapasan Berat
7.
1. Level Resusitasi 2. Syok
8. 3. Kesadaran Menurun (3-9)
9.
“ VS”
10.
Tanda-Tanda Vital
1. Gangguan pernafasan sedang
11. 2. Perubahan Status
12.
2. Level Gawat Hemodinamik
Tingkat Kesadaran
13. “VS”
1. Perubahan Tingkat
“BS” Kesadaran (GCS 10-13
2. Demam,Penurunan sistem
“TINGKAT KESADARAN” Imun
3. Tampak Sepsis
Skala Nyeri Sentral :
Nyeri sentral akut tingkat tinggi
(8-10)
Tanda-Tanda Vital
1. Gangguan Pernapasan
14. 3. Level Darurat
Rendah
15. “VS” 2. Denyut /tekanan nadi yang
abnormal(status
hemodinamik stabil)
Tingkat Kesadaran
3. Demam(Nampak
kurangsehat) : > 3 kriteria
SIRS
Skala nyeri sentral
Nyeri sentral akut tingkat sedang
(4-7)
4.
Tingkat Kesadaran
4. Perubahan Tingkat
Kesadaran (GCS 10-13
5. Demam,Penurunan sistem
16. Imun
Cronik, Perubahan
6. Tampak Sepsis tidak berasal
17. 4. Level Gawat Skala Nyeri
dariSentral :
kebiasaan
18. Nyeri sentral akut tingkat tinggi
(8-10)
RESPIRASI
TEMPERATUR/SEPSIS
2.
< 3 Bulan,T < 360 C OR 380C
8. trend dan issue kejang pada anak
a) Penanganan Awal
Kejang pada anak merupakan suatu kegawatan yang mengancam jiwa dengan
resiko terjadinya gejala sisa neurologis. Makin lama kejang berlangsung makin
sulit menghentikannya, oleh karena itu tatalaksana kejang umum yang lebih dari 5
menit adalah menghentikan kejang dan mencegah terjadinya status epileptikus.
b) Penghentian kejang:
0 - 5 menit:
Yakinkan bahwa aliran udara pernafasan baik.
Monitoring tanda vital, pertahankan perfusi oksigen ke jaringan, berikan
Oksigen.
Bila keadaan pasien stabil, lakukan anamnesis terarah, pemeriksaan umum
dan neurologi secara cepat.
Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokal dan tanda-tanda infeksi
5 – 10 menit :
Pemasangan akses intarvena
Pengambilan darah untuk pemeriksaan: darah rutin, glukosa, elektrolit
Pemberian diazepam 0,2 – 0,5 mg/kgbb secara intravena, atau diazepam
rektal 0,5 mg/kgbb (berat badan < 10 kg = 5 mg; berat badan > 10 kg = 10
mg).
Dosis diazepam intravena atau rektal dapat diulang satu – dua kali setelah 5
–10 menit
Jika didapatkan hipoglikemia, berikan glukosa 25% 2ml/kg bb
10 – 15 menit
Cenderung menjadi status konvulsivul
Berikan fenitoin 15 – 20 mg/kgbb intravena diencerkan dengan NaCl 0,9%
Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5 – 10 mg/kgbb sampai maksimum
dosis 30 mg/kg bb.
30 menit
Berikan fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat diberikan dosis tambahan 5-10
mg/kg dengan interval 10 – 15 menit.
Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan, seperti analisis gas darah ,
elektrolit, gula darah. Lakukan koreksi sesuai kelainan yang ada. Awasi
tanda - tanda depresi pernafasan
Bila kejang masih berlangsung siapkan intubasi dan kirim ke unit perawatan
intensif.
c) Penggunaan Terapi obat antiepileptic
Adalah dasar penatalaksanaan medis. Terapi obat tunggal adalah
Terapi yang paling disukai, dengan tujuan menyeimbang kontrol kejang. Obat
dasar didasarkan pada jenis kejang, sindromepileptik, dan variable pasien. 50 %
sampai 75 % anak kejang.
Obat antikonvulsan dapat mengurangi letupan neural, membantu aktifitas asam
amino penghambat, atau mengurangi letupan lambat dari neuron thalamus. Berikut
ini terdapat antikonvulsan yang umum dipakai.
Fenobarbital—indikasi kejang mioklonik. Kejang tonik-klonik, status
epileptikus; kadar terapeutik:15-40 mcg/ml
Fenitoin (Dilantin) →indikasi: kejang parsial, kejang tonik-klonik, status
epileptikus; kadar terapeutik 10-20mcg/ml
Karbamazepin (Tegretol) →indikasi: kejang parsial, kejang tonik-klonik; kadar
tapeuretik: 4-12 mcg/ml
Asam valproat (Depakane)—indikasi: kejang absens atipik, kejang mioklonik,
kejang tonik-klonik,
Kejang atonik, dan terutama bermanfaat untuk gangguan kejang campuran;
kadar terapeutik 40-10 mcg/ml.
Primodon (Mysoline)—indikasi: kadang-kadang dipakai untuk mengobati
kejang tonik- klonik kadar terapeutik 4-12 mcg/ml.
Etosuksimid (Zarontin)—indikasi: kejang absens.
Klonazepam (Klonopin)—indikasi: kejang absens, kejang tonik-klonik, spasme
infantile
PENDAHULUAN
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan
Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi.Kira-kira 20% kasus merupakan kejang
demam yang kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kehidupan (17-23
bulan). Kejang demam sedikit lebih sering terjadi pada anak lakilaki (Manjoer, dkk,
2000). Kejang akan berpengaruh terhadap kecerdasannya. Jika Anda terlambat
mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau bahkan
keterbalakangan mental. Keterbelakangan mental di kemudian hari, merupakan kondisi
yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya (Pdpersi,2004).Untuk itu
diperlukan adanya penanganan kejang
KEJANG DEMAM PADA ANAK
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38ºc) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Hasan & Alatas, dkk, 2002) Kejang demam merupakan kelainan
neurologist yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita
kejang demam (Ngastiyah, 1997 Hingga kini belum diketahui secara pasti,
Tetapi dikaitkan faktor resiko yang penting adalah demam. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan
infeksi saluran kemih. Faktor resiko lainnya adalah riwayat keluarga kejang demam,
problem pada masa neonatus, kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama,
kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% akan
mengalami 3X recurrent atau lebih. (Manjoer, , 2000) Sel dikelilingi oleh suatu
membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah
ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui dngan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel terdapat keadaan sebaliknya). Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi didalam dan diluar sel, maka disebut potensial
membrane. Untuk menjaga keseimbangan potensail membaran diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K-atpase yang terdapat pada permukaan sel. . Pada keadaan demam
kenaikan suhu 1ºc akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan
kebutuhan oksigen meningkat 20%. Kenaikan suhu tubuh tertentu dapat mempengaruhi
keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium dan natrium dari membrane.tadi, dengan akibat lepasnya muatan listrik
Lepasnya muatan listrik ini demikan besar
Sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membrane sel tetangganya dengan
bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak memiliki ambang kejang
yang berbeda, pada anak yang ambang kejangnya rendah, kejang telah terjadi pada suhu
38ºc, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu
40ºc atau lebih. Kejang demam yang berlansung singkat tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi
Kontraksi otot skelet yang akhirnya menyebabkan hipoksemia, hiperkapnea,
asidosis lactate, hipotensi. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah
kejang berlangsung lama yang dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga terjadi
serangan epilepsy spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
mnenyebabkan kelainan anatomis diotak sehinggga terjadi epilepsy (Hasan & Alatas,
dkk, 2002). Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik,
fokal atau akinetik.
Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan
terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Untuk ini Livingston
membuat kriteria kejang demam atas 2 golongan, yaitu:
Kejang demam sederhana (simple febrileconvulsion )
Epilepsi yang di provokasi oleh demam (Epilepsy triggered of by fever ) Menurut
Hasan & Alatas, dkk (2002) dengan penanggulangan yang tepat dan cepat,
rognosisnya baik atau tidak perlu menyebabkan kematian. Risiko yang dihadapi oleh
seoarng anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari
Faktor:
1. Riwayat kejang tanpa demam dalam keluarga
2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
demam
4. Kejang yang berlangung lama atau kejang fokal
PENANGANAN KEJANG DEMAM
Penanggulangan kejang demam terdapat 4 faktor yang perlu dikerjakan menurut
Ngastiyah (1997), yaitu:
1. Memberantas kejang secepat mungkin Bila pasien datang dalam keadaan status
convulsifus, obat pilihan utama adalah diazepam.
2. Pengobatan penunjang Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya
pengobatan penunjang;
Posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi isi lambung
Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur
Diberikan oksigen
Semua pakaian ketat dibuka
Awasi secara ketat kesadaran
Kompres hangat Menurut Greene, et all (2005) Anak yang mengalami panas tinggi
dan berisiko terjadi kejang demam, sebaiknya dilakukan:
Buka pakaian samapai hanya tinggal celana dalamnya saja. Pastikan ia
memperoleh banyak udara segar tanpa menjadi kedinginan
Singkirkan benda-benda disekelilingnya agar ia terlindung dari cedera. Basuh
tubuhnya dengan air hangat dimulai dari kepala dan turun kea rah tubuhnya.Jangan
biarkan tubuhnya menjadi terlalu dingin
Setelah tubuh mendingin, kejangnya akan berhenti, letakkan recovery position /
gulingkan tubuhnya hingga ia berbaring miring dan jaga agar kepalanya tetap
menengadah kebelakang. Selimuti tubuhnya dengan selimut atau seprei tipis dan
tenangkan dirinya. Jika suhu tubuhnya naik lagi, basuhlah kembali.
Mencari dan mengobati penyebab
Untuk menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi diotak diperlukan pungsi
lumbal. Pada pasien yang kejang lama pemeriksaan lebih inntensif seperti pungsi
lumbal, darah rutin, gula darah, faal hati, elektrolit, Bila perlu rontgen kepala,
EEG, ensefalografi
DAFTAR PUSTAKA