Jus tomat merah yang dijual di pasaran merupakan bentuk dari sebuah rekayasa. Generasi
pengembangbiakan selektif yang tak terhitung jumlahnya seperti buah berry yang kecil dan asam
telah berubah menjadi buah yang sangan lezat sebagaimana yang kita ketahui sekarang ini. Pada
sepuluh tahun terakhir, hibridisasi konvensional (dengan penyerbukan silang) telah
menghasilkan tomat yang mudah tumbuh, cepat matang, dan anti penyakit. Usaha dalam
bioteknologi penelitian ini menciptakan tomat yang dapat bertahan dalam lemari es lebih lama
tanpa menghilangkan cita rasa. Kedepannya kemungkinan akan menjadi perubahan yang luar
biasa untuk tomat itu sendiri dan buah-buah lain, bisa jadi suatu saat sebuah suplemen atau dapat
juga menggantikan suntikan untuk vaksinasi terhadap hama penyakit yang menjangkit manusia.
Contohnya, para peneliti telah berhasil memvaksin pasien-pasien relawan terhadap virus
Norwalk pada percobaan klinis dengan meminta mereka untuk makan tomat transgenik yang
dapat menggantikan vaksin.
Pada bab ini, kita akan membahas peran bioteknologi dalam pertanian. Pertama, kita akan
meninjau industri untuk mengklarifikasi alasan mengadakan penelitian dan pengembangan
biotek. Kemudian kita akan melihat lebih dekat metode yang digunakan untuk mengganti gen
pada tumbuhan, termasuk rekayasa tumbuhan yang dapat melindungi tumbuhan dari hama
penyakit, mengurangi pemakaian pestisida, dan meningkatkan nutrisi pada makanan. Lalu, kita
akan menguji hasil pengembangan dari bioteknologi tumbuhan, dari obat-obatan digantikan
minyak bumi. Dan yang terakhir, kita akan membahas lingkungan dan kesehatan sekitar lahan
yang dijadikan bioteknologi.
Global biotech crop acres (millions) = ukuran luas tanah tanaman bioteknologi
secara umum per hektar (juta).
Cumulative total for 1996-2009 is 2,346,000,000 acres of biotech crops grown
worldwide = total perhitungan pertumbuhan tanaman bioteknologi dunia dari tahun
1996-2009 mencapai 2,346,000,000 hektar
Sel-sel tumbuhan sangatlah berbeda dari sel hewan, namun salah satu sifat sel tumbuhan
sangat penting dikembangkan untuk bioteknologi ialah banyak jenis tumbuhan dapat
dikembangbiakkan dari sel tunggal. Hasil tumbuhannya disebut rekayasa genetik atau kloning.
Hewan tentunya juga dapat dikloning, tetapi prosesnya cukup rumit. Kemampuan alami dari sel
tumbuhan menjadikannya mudah sebagai bahan penelitian genetik. Setelah bahan genetika
terbaru dikenalkan pada sel tumbuhan, maka sel dengan cepat menghasilkan tumbuhan yang tua,
dan peneliti dapat segera melihat hasil dari modifikasi genetik dalam jangka waktu pendek.
Selanjutnya, kita akan membahas beberapa metode yang digunakan untuk memasukkan
informasi genetik pada sel tumbuhan.
B. Penggabungan Protoplasma
Ketika tumbuhan terkelupas, kumpulan sel yang disebut callus akan tumbuh pada kulit
batang yang terkelupas. Sel callus memiliki kemampuan membedakan ulang antara tunas dan
akar, dan tumbuhan dapat berbunga dari kulit batang yang terkelupas. Anda mungkin saja akan
mendapatkan manfaatnya apabila pernah mengkloning tumbuhan dengan membuat akar dari
bekas kulit batang yang terkelupas.
Potensi alami dari sel tersebut dapat menghasilkan bakal manipulasi genetik yang unggul.
Seperti sel tumbuhan yang lain, walau bagaimanapun, sel callus dikelilingi dengan dinding
selulosa yang tebal, sehingga menghalangi terbentuknya DNA baru. Untungnya, dinding sel
dapat dihancurkan dengan enzim selulosa, yang menyisakan sel gundul yang disebut dengan
protoplasma. Protoplasma dapat digabung dengan protoplasma lainnya dari jenis yang berbeda,
sehingga menghasilkan sebuah sel yang mampu hidup dalam tumbuhan hibrida. Metode ini
disebut penggabungan protoplasma, seperti yang terlihat pada Gambar 2, telah digunakan untuk
menghasilkan bunga brokoli, penggabungan antara brokoli dan bunga kol, seperti temuan pada
tumbuhan-tumbuhan lainnya.
Pemindahan genetik terjadi secara alami pada tumbuhan yang di dalamnya terdapat
organisme yang terindikasi penyakit atau hama. Misalnya, kulit batang yang terkelupas dapat
terinfeksi bakteri tanah yang disebut Agrobacterium tumefaciens (baru-baru ini dikelompokkan
ke dalam Rhizobium radiobacter melalui analisis genom, tapi nama Agrobacter masih umum
digunakan; kita menggunakannya saat diskusi saja). Bakteri tersebut mengandung molekul DNA
yang memiliki benang ganda dan berbentuk bundar dan besar yang disebut plasmid, yang
memicu pertumbuhan sel yang tak terkontrol (tumor) pada tumbuhan. Dengan demikian,
keadaan tersebut dinamakan dengan plasmid Tumor-Inducing (TI). Akibat dari tumor tersebut
dikenal dengan crown gall (empedu mahkota). Jika anda pernah melihat tonjolan pada batang
pohon, itulah yang diakibatkan oleh Agrobacter. (lihat Gambar 3).
Gambar 3. Proses Pembentukan Empedu Mahkota
Plasmid Ti Agrobacter menyebabkan “empedu mahkota” pada tumbuhan yang rentan penyakit. Melalui rekayasa
genetik, dapat dipastikan dapat meredam gen yang menginduksi tumor dan memasukkan gen unggul ke dalam
plasmid, hal itu dapat menjadi vektor atau petunjuk untuk gen pemindah (Sumber: William & Michael, 2014:
192).
Plasmid bakteri memberikan andil kepada para peneliti bioteknologi tentang sebuah alat
unggul pemindah DNA. Untuk menggunakan alat tersebut, para peneliti sering menerapkan
teknik serpihan daun. Ketika serpihan tersebut mulai tumbuh kembali, mereka akan
dibudidayakan pada sebuah media yang berisi Agrobacter yang telah dimodifikasi secara
genetik, seperti yang terlihat pada Gambar 4. Selama proses ini, DNA dari plasmid TI menyatu
dengan DNA dari sel asal, kemudian kumpulan genetik ini dikirimkan. Helaian daun tersebut
kemudian diproses dengan hormon tumbuhan untuk merangsang pertumbuhan tunas dan akar
sebelum tumbuhan yang baru ditanam di tanah.
Batasan penting pada proses ini adalah Agrobacter tidak dapat menginfeksi tumbuhan
monokotil (tumbuhan berkeping satu) seperti jagung dan gandum. Tumbuhan dikotil (tumbuhan
berkeping dua) seperti tomat, kentang, apel, dan kedelai merupakan tumbuhan yang cocok
digunakan pada teknik ini.
Selain mengandalkan alat mikroba, para peneliti juga dapat menggunakan tembakan gen
untuk meledakkan tetesan logam kecil yang dilapisi DNA ke dalam sel tumbuhan berembrio,
seperti terlihat pada Gambar 5. Proses tersebut sedikit tidak mengenai sasaran dan berantakan,
namun beberapa sel tumbuhan akan mengadopsi DNA baru.
Tembakan gen biasanya digunakan untuk menembak DNA ke nucleus pada sel
tumbuhan, namun dapat juga ditembakkan pada kloroplasma, atau bagian dari sel yang
mengandung klorofil. Tumbuhan memiliki kloroplasma antara 10 sampai 100 per sel, dan
masing-masing kloroplasma berisi kumpulan DNA. Apakah tembakan tersebut mengenai
nukleus atau kloroplasma, para peneliti harus bisa mengidentifikasi sel-sel yang telah bercampur
dengan DNA baru. Pada pendekatan umum, mereka menggabungkan gen yang diinginkan
dengan gen antibiotik. Gen tersebut dikenal dengan gen penanda atau gen pelapor. Setelah
menembakkan gen, peneliti mengumpulkan sel-sel dan mencoba mengembangbiakkan pada
media yang mengandung antibiotik. Hanya sel yang telah berubah yang akan bertahan. Tabung
yang berisi gen antibiotik itu lalu dipindahkan sebelum sel-sel tersebut tumbuh besar, jika
peneliti ingin melakukannya.
E. Rekayasa Kloroplas
Kloroplas dapat menjadi target rekayasa tumbuhan. Tidak seperti DNA pada sel nukleus,
DNA pada kloroplas dapat menerima beberapa gen baru sekaligus. Juga, gen dengan persentase
tinggi yang dimasukkan pada kloroplas akan tetap aktif ketika tumbuhan sudah besar. Manfaat
lainnya adalah DNA pada kloroplas terpisah dari DNA yang dilepaskan dalam serbuk sari
tumbuhan. Ketika kloroplas secara genetik dimodifikasi, maka udara tidak akan lagi
membawanya pada tumbuhan yang jaraknya jauh untuk dapat mengubah gen. Proses tersebut
dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Metode Lama Versus Metode Baru Kloning Gen Ganda pada Tumbuhan
Dulu, terlihat lebih dari satu gen, dua tanaman –salah satunya dimasukkan gen- harus diproduksi. (a).
penyilangan standar dengan pemindahan serbuk sari diperlukan untuk menghasilkan tanaman hibrida. (b) sekarang
bisa memasukkan lebih dari satu gen dengan menyusunnya ke dalam DNA kloroplasma (Sumber: William &
Michael, 2014: 194).
Mengingat kembali tentang tomat. Tumbuhan tersebut berwarna merah, berair, enak, dan
juga mudah rusak. Ketika sudah matang, kebanyakan tomat akan busuk dalam beberapa hari.
Namun, tomat jenis Flavr Savr yang dikenalkan pada tahun 1994 setelah beberapa tahun
dilakukan eksperimen, tetap matang dan segar sampai berminggu-minggu. Tomat jenis Flavr
Savr adalah makanan pertama yang dimodifikasi secara genetik yang disetujui oleh
pemerintahan makanan dan obat-obat United States (FDA), walaupun dalam bidang ekonomi
tidak berhasil dan tidak bertahan lama, itu merupakan hal umum untuk menemukan makanan
jenis lain yang termodifikasi secara genetis, seperti di pasar saat ini. Makanan-makanan itu
dimodifikasi dengan teknologi antisense, dimana sebuah gen yang mencirikan sifat tertentu
dipindahkan dari sel tumbuhan itu, yang digunakan untuk menghasilkan tumbuhan tiruan, dan
kemudian dipindahkan kembali ke sel asal menggunakan Agrobacter sebagai organisme
penunjuk.
Tomat yang matang biasanya menghasilkan enzim polygalacturonase (PG), zat kimia
yang menyerap pektin pada dinding tumbuhan. Penyerapan ini menginduksi pembusukan normal
yang menjadi bagian dari siklus alami tumbuhan. Gen yang mengodekan PG diidentifikasi,
dipindahkan dari sel tumbuhan, lalu digunakan untuk menghasilkan tumbuhan tiruan. Dengan
menggunakan Agrobacter sebagai penanda, gen kemudian dipindahkan pada sel tomat. Sekali
dalam sel, gen akan mengodekan molekul mRNA (molekul antisense) yang menggabungkan
antisense RNA dan menonaktifkan (kumpulan sel pelengkap) molekul mRNA normal (molekul
perasa) untuk menghasilkan PG. Dengan menonaktifkan mRNA normal, maka PG tidak dapat
diproduksi, pektin juga tidak dapat diserap, dan pembusukan akan melambat. Proses ini terlihat
di Gambar 7.
Gambar 7. Salah Satu Hasil Tumbuhan Transgenik yang Unggul
Tomat yang busuk dengan perlahan disebabkan oleh pemisahan pertama pada gen yang memberi sinyal
kepada PG. Gen ini kemudian memberi sinyal kepada mrna normal (sense), yang diterjemahkan kepada PG. Setelah
menginduksinya untuk menghasilkan Cdna (DNA pelengkap) kembali, maka dapat memasukkan PG ke dalam
vektor atau perantara untuk memindahkannya pada tomat. Tanaman transgenik dengan selipan baru akan
menghasilkan PG Mrna dan antisense Mrna, sehingga dapat menunda produksi PG. Hal ini dapat menghambat
proses pembusukan dan menghasilkan tomat yang bertahan hingga 3 minggu setelah matang (Sumber: William
& Michael, 2014: 194).
Kita pasti berpikir peredaman gen akan semakin maju di masa yang akan datang. Para
peneliti telah meneliti kentang yang dibuat agar tidak berubah warna saat dikupas. Mereka
memindahkan gen yang dapat menghasilkan enzim untuk membantu perubahan warna pada
kentang yang dikupas. Hal ini hanya mengalami peningkatan yang tak terlalu signifikan, namun
berdasarkan analisis pasar menunjukkan bahwa pembeli lebih menyukai kentang yang tidak
berubah warna walaupun telah tersentuh. Para peneliti juga mencari solusi untuk meningkatkan
kandungan protein pada kentang menggunakan gen dari ayam. Kemajuan dalam bidang nutrisi
pada makanan tentunya dapat membantu orang-orang yang membutuhkan banyak protein saat
mereka melakukan diet.
Peneliti Universitas Purdue telah meneliti tomat yang dibentangkan pada rak dalam
waktu seminggu. Dia menemukan bahwa dengan menambahkan ragi, dia dapat meningkatkan
produksi dan menghambat pembusukan akibat mikroba pada tomat. Senyawa organik spermidin
yakni polyamine yang ditemukan pada semua sel hidup. Polyamine seperti spermidin dapat
meningkatkan nutrisi dan kualitas pada tomat. Tomat matang dari hasil penemuan itu dapat
bertahan 8 hari lebih lama dibandingkan dengan tomat non transgenik. Tomat yang hampir busuk
yang dihidupi oleh jamur dapat bertahan hingga 3 hari. Media rak menjadi masalah utama untuk
semua jenis hasil pertanian, terutama negara-negara seperti Asia Tenggara dan Afrika, yang tidak
mampu membeli media pengganti lahan.
3. Praktek Penerapan
Melindungi tumbuhan dari virus, hama, dan gulma sambil meningkatkan nutrisi dan sifat
tumbuhan merupakan tujuan para pelaku dagang, dan bioteknologi telah memperlihatkan
beberapa contoh yang menarik.
Vaksin genetik telah terbukti sendiri dalam berbagai macam tanaman. Perkembangan
tanaman kebal penyakit telah merevitalisasi industri pepaya yang pernah porak poranda di
Hawai. Selain itu, penyakit pada galur kentang yang tahan terhadap hama menawarkan banyak
keuntungan kepada petani dan konsumen.
B. Pestisida Genetik
Selama 50 tahun terakhir, banyak petani mengandalkan pestisida bakteri alami untuk
mencegah kerusakan serangga pada tanaman. Bacillus thuringiensis (Bt) menghasilkan protein
yang dikristalkan yang membunuh serangga berbahaya dan larvanya. Protein kristalin (dari gen
Cry) memecah substansi penyemenan yang menggabungkan sel-sel pelapis saluran pencernaan
pada serangga tertentu. Serangga yang menjadi sasaran protein ini mati dalam waktu singkat dari
“pencernaan diri”. Gen Cry yang menyebabkan peristiwa ini adalah subyek dari pasar yang
berkembang dari tanaman yang “tahan serangga” yang direkayasa secara genetik. Dengan
menyebarkan spora bakteri di ladang mereka, petani dapat melindungi tanaman mereka tanpa
menggunakan bahan kimia berbahaya.
Sekarang, alih-alih menyebarkan bakteri langsung di ladang mereka, petani dapat
menanam tanaman yang mengandung gen Bt. Tanaman yang mengandung gen untuk toksin Bt
memiliki pertahanan internal. Pestisida yang ditingkatkan secara bioteknologi ini telah berhasil
dimasukkan ke berbagai tanaman, termasuk tembakau, tomat, jagung, dan kapas. Faktanya,
sebagian besar benih kedelai yang ditanam saat ini mengandung gen untuk racun Bt, yang secara
efektif membunuh serangga pengganggu kapas. Bt dengan protein insektisida ditunjukkan pada
Gambar 9a.
Penggunaan secara luas dari gen Bt adalah salah satu kisah sukses yang paling luar
biasa dalam bioteknologi. Ini juga merupakan salah satu sumber kontroversi terbesar. Peneliti
Cornell melakukan percobaan di laboratorium pada tahun 1999 menunjukkan bahwa serbuk sari
yang dihasilkan oleh jagung biogas dapat mematikan kupu-kupu monarch. Hasilnya seperti yang
diharapkan. Para peneliti telah mengetahui selama bertahun-tahun bahwa dalam dosis besar,
racun yang dihasilkan oleh B. thuringiensis bisa berbahaya bagi kupu-kupu. Namun, laporan itu
memicu kontroversi. Itu adalah bukti nyata pertama bahwa makanan yang diubah secara genetik
dapat membahayakan lingkungan, dan kupu-kupu raja dengan cepat menjadi maskot tidak resmi
dari lawan rekayasa genetika.
Ketika peneliti mengambil eksperimen mereka dari laboratorium dan ke lapangan,
banyak kekhawatiran mereka memudar dengan cepat. Beberapa penelitian menemukan bahwa
beberapa kupu-kupu di dunia nyata akan terpapar serbuk sari yang cukup untuk menimbulkan
bahaya. Bahkan, kupu-kupu tidak mungkin menelan jumlah serbuk sari beracun bahkan jika
mereka memakan tanaman milkweed kurang dari 1 meter dari ladang jagung yang dimodifikasi
secara genetika. Namun, ilmuwan berspekulasi bahwa persentase kecil kupu-kupu akan tidak
mau ditaburi dengan serbuk sari yang mematikan. Beberapa kupu-kupu monarch yang bertahan
hidup dari pemaparan mungkin tidak layak untuk migrasi panjang mereka. Secara keseluruhan,
bagaimanapun, kekhawatiran bahwa jagung yang diubah secara genetik dapat menghancurkan
kupu-kupu monarch tampaknya telah terbukti tidak benar: setelah 2 tahun studi, Agricultural
Research Service (sebuah divisi dari USDA) mengumumkan pada tahun 2002 bahwa Bt toxin
memiliki sedikit risiko terhadap kupu-kupu monarch dalam situasi dunia nyata.
Gambar 9. Bt dengan Kristal Protein Insektisidal
Gambar 9 (A) Menunjukkan kristal protein sebagai kristal dalam Bacillus bakteri thuringiensis. Tanaman
rekayasa genetika mengekspresikan Gen Cry yakni "serangga resisten" karena produksi dari sejumlah kecil protein
bakteri ini. Larva serangga (B) yang biasanya mengkonsumsi jaringan tanaman akan mati jika mereka
mengkonsumsi kristal protein (produk gen Cry) (Sumber: William & Michael, 2014: 196).
C. Resistensi Herbisida
Dari semua manfaat potensial dari bioteknologi, tidak ada yang lebih penting daripada
kesempatan untuk menyelamatkan jutaan orang dari efek malnutrisi yang melumpuhkan. Salah
satu senjata potensial melawan malnutrisi adalah Beras Emas — beras yang telah dimodifikasi
secara genetis untuk menghasilkan sejumlah besar beta karoten, sebuah provitamin yang diubah
tubuh menjadi vitamin A. Menurut perkiraan baru-baru ini, 500.000 anak di banyak bagian dunia
pada akhirnya akan menjadi buta karena kekurangan vitamin A. Saat ini petugas kesehatan
membawa dosis vitamin A dari desa ke desa dalam upaya mencegah kebutaan. Cukup
tambahkan nutrisi ini ke persediaan makanan akan jauh lebih efisien dan dalam teori jauh lebih
efektif.
Bioteknologi mungkin tidak menjadi peluru ajaib yang mengakhiri malnutrisi.
Meskipun menjanjikan, makanan rekayasa genetika memiliki keterbatasan tersendiri. Misalnya,
provitamin dalam Golden Rice harus larut dalam lemak sebelum dapat digunakan oleh tubuh.
Anak-anak yang tidak mendapatkan cukup lemak dalam makanan mereka mungkin tidak dapat
menuai manfaat penuh dari beras yang diperkaya ini. Beberapa kelompok ingin melihat lebih
banyak teknik pemuliaan konvensional yang digunakan untuk memerangi kelaparan dunia.
Sebagai contoh, meskipun Beras Emas siap untuk muncul dalam 2 tahun perkembangannya,
tidak ada petani yang belum menanam padi pada tahun 2011, terutama karena kekhawatiran yang
disuarakan oleh organisasi lingkungan. Kelompok-kelompok ini mendukung program seperti
Harvest Plus di tempat pengenalan tanaman transgenik di negara berkembang. Harvest Plus
adalah kumpulan dari 12 tanaman yang bertujuan untuk meningkatkan kadar vitamin A, zat besi,
dan seng, dan itu bergantung pada pemuliaan konvensional. Namun, kelompok lain mendukung
tanaman transgenik di lokasi yang sama ini: The Bill dan Melinda Gates Foundation, misalnya,
membelanjakan $36 juta untuk mendukung Golden Rice, GM singkong, sorbum, dan pisang.
E. Bioteknologi Tanaman di Masa yang Akan Datang dalam Farmakologi
Ingatlah bahwa tanaman bisa menjadi pabrik protein yang ideal. Medan penuh tanaman
transgenik dapat menghasilkan sejumlah besar protein yang berharga secara komersial. Pada saat
ini, jagung transgenik memiliki hasil protein tertinggi per dolar yang diinvestasikan dari setiap
organisme bioreaktor. Kemungkinan praktis tidak ada habisnya. Di masa depan yang tidak
terlalu jauh, para petani akan menanam obat manusia bersama dengan tanaman mereka. Sudah
memungkinkan untuk memanen hormon pertumbuhan manusia dari tanaman tembakau
transgenik. Tanaman juga dapat memproduksi vaksin untuk manusia, seperti yang telah kita
lihat. Vaksin yang dapat dimakan dapat diproduksi dengan memperkenalkan gen untuk subunit
virus atau bakteri. Pabrik mengungkapkan subunit protein ini, dan itu dimakan dengan tanaman.
Ketika antigen subunit memasuki aliran darah, sistem kekebalan menghasilkan antibodi
terhadapnya, memberikan kekebalan. Kebutuhan akan vaksin murah yang tidak memerlukan
pendinginan pertama kali disuarakan oleh World Health Organization (WHO) pada awal 1990-
an dan telah menghasilkan studi vaksin pada pisang, kentang, tomat, selada, beras, gandum,
kedelai, dan jagung. Para peneliti di Universitas Cornell baru-baru ini menciptakan tomat dan
pisang yang menghasilkan vaksin manusia guna melawan infeksi virus hepatitis B. Para peneliti
secara aktif mempelajari tomat sebagai sumber obat-obatan lain. Melalui rekayasa kloroplas
(berlimpah tomat hijau), para ilmuwan berharap dapat menciptakan sumber vaksin dan antibodi
yang dapat dimakan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tanaman mengekspresikan berbagai senyawa kimia yang disebut fitokimia, dan
bioteknologi mengubah tanaman menjadi pabrik berskala kecil untuk menghasilkan bahan kimia
yang berguna bagi kesehatan manusia. Bioteknologi dapat mengubah produksi protein terapeutik
teknis yang kompleks melalui jalur tanaman, dengan contoh-contoh termasuk antibodi, produksi
darah, sitokin, faktor pertumbuhan, hormon, dan enzim rekombinan. "Pertanian molekuler" ini
kemungkinan akan membawa beberapa produk ke pasar dalam waktu dekat dengan aplikasi
untuk pengobatan penyakit dan kondisi seperti cystic fibrosis, limfoma non-Hodgkin, hepatitis,
virus Norwalk, rabies, dan berbagai penyakit gastrointestinal lainnya.
Daripada menumbuhkan sel manusia atau hewan di media kaya nutrisi yang mahal,
biopharmers memasukkan gen ke dalam sel tanaman dan tanaman melakukan pekerjaan
mentranskrip dan melipat protein. Karena tanaman dapat tumbuh dalam jumlah yang lebih besar
dibandingkan kultur sel, mereka dapat menawarkan volume produk yang jauh lebih besar
daripada pabrik manufaktur. Namun, sejak enzim yang mirip “enzim manusia” pertama kali
diproduksi pertama kali pada tanaman tembakau transgenik pada tahun 1992 di Virginia Poly-
technic Institute, industri biofarma telah mengalami gelombang uji coba tanpa persetujuan.
Namun demikian, produk farmasi nabati pertama mungkin ada di pasaran sebelum lama.
Bahan bakar nabati (bahan bakar yang dihasilkan dari produk biologi, seperti tanaman)
dapat diproduksi hampir di mana saja di dunia dari bahan mentah buatan sendiri dan mungkin
merupakan penggunaan penting dari bioteknologi tanaman di masa depan. Karena kebutuhan
akan alternatif untuk bahan bakar fosil meningkat, pemerintah AS melihat ke arah bioteknologi
untuk menawarkan solusi. Inisiatif Biofuels pada tahun 2007 meningkatkan pendanaan federal
60% dari anggaran tahun 2006 dengan maksud mengganti 30% bahan bakar AS saat ini dengan
bioetanol pada tahun 2030 (lihat Gambar 12).
Bioethanol telah bermunculan di seluruh Midwest (sebagian besar dihasilkan dari
subsidi dan insentif) dan dapat digunakan untuk mengubah gula dari sumber selulosa. Namun
dibutuhkan 7 galon bensin untuk menghasilkan 10 galon etanol jagung kernel, yang merupakan
keuntungan bersih yang relatif sederhana. Untuk alasan inilah bioteknologi diperlukan untuk
mengubah sumber selulosa yang tersedia menjadi biofuel mungkin dengan mengembangkan
organisme penghasil biofuel dan dengan demikian membuat prosedur ini lebih ekonomis.
Gambar 12. Aksi Kebijakan Energi pada Tahun 2005
(Sumber: William & Michael, 2014: 200)
Apa saja penentang bioteknologi tanaman, dan apa beberapa sudut pandang lainnya?
Apa pro dan kontra produksi tanaman transgenik?
Alat Perdagangan
Pengesahan Gen Reporter
Peneliti tahu bahwa gen telah dipindahkan ke sel tumbuhan karena gen yang tahan
antibiotik (misalnya, resistensi antibiotik kanamisin) biasanya digunakan sebagai"Reporter"
untuk rekayasa pabrik komersial. Merekahanya memungkinkan sel-sel tumbuhan yang
ditransformasi yang dapat hidup pada media antibiotik untuk dipilih. Kehadiran gen antibiotik
(dan sejumlah kecil antibiotik) pada tanaman telah menyebabkan beberapa perhatian publik.
Namun, kami tahu bahwa adalah mungkin untuk menghapus gen tertentu setelah
transformasi dan seleksi karena empat ilmuwan di Universitas Rockefeller telah
mengembangkan proses ini. Hal ini melibatkan penggunaan promotor yang dapat diaktifkan
untuk merangsang eksisi melalui mekanisme alami yang ada di embrio tanaman atau jaringan
organ tanaman setelahpemilihan antibiotik untuk sel yang diubah telah terjadi.
Setiap tanaman mengandung DNA. Setiap kali Anda mengunyah wortel atau menggigit
sepotong roti, Anda makan lebih dari beberapa gen. Lawan rekayasa genetika tidak memiliki
apa-apa terhadap gen per se. Sebaliknya, mereka takut akan efek gen asing, potongan DNA yang
secara alami tidak akan ditemukan pada tanaman. Sebuah laporan tahun 1996 di New England
Journal of Medicine tampaknya mengkonfirmasi setidaknya sebagian dari ketakutan itu. Studi ini
menemukan bahwa kacang kedelai yang mengandung gen dari kacang Brasil dapat memicu
reaksi alergi pada orang yang sensitif terhadap kacang Brasil. Karena penemuan ini, kedelai
transgenik jenis ini tidak pernah sampai ke pasar. Kita dapat melihat insiden ini dengan dua cara
berbeda. Para penentang mengatakan bahwa kasus kedelai ini dengan jelas menunjukkan
perangkap bioteknologi. Mereka iri banyak skenario di mana protein baru memicu reaksi
berbahaya pada pelanggan yang tidak curiga. Pendukung melihatnya sebagai kisah sukses:
sistem mendeteksi ancaman yang tidak biasa sebelum mencapai publik.
Pada saat ini, sebagian besar ahli setuju bahwa makanan yang dimodifikasi secara
genetik tidak mungkin menyebabkan reaksi alergi yang meluas. Menurut laporan terbaru dari
American Medical Association, sangat sedikit protein yang berpotensi memicu reaksi alergi, dan
sebagian besar dari mereka sudah diketahui oleh para ilmuwan. Kemungkinan alergen yang tidak
diketahui "menyelinap" ke dalam makanan yang dimodifikasi secara genetik di rak belanja
sangat kecil. Bahkan, bioteknologi suatu hari nanti dapat membantu mencegah kematian terkait
alergi. Para peneliti sekarang bekerja untuk menghasilkan kacang yang tidak memiliki protein
yang dapat memicu reaksi alergi yang hebat.
Alergi bukan satu-satunya masalah. Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa gen-gen
resisten antibiotik yang digunakan sebagai penanda di beberapa tanaman transgenik dapat
menyebar ke bakteri penyebab penyakit pada manusia. Secara teori, bakteri ini kemudian
menjadi lebih sulit untuk diobati. Untungnya bakteri tidak secara teratur mengais gen dari
makanan kita. Menurut laporan baru-baru ini di jurnal Science, hanya ada peluang "sangat kecil"
bahwa gen yang tahan antibiotik dapat berpindah dari tanaman ke bakteri. Lebih jauh, banyak
bakteri telah mengembangkan gen-gen tahan antibiotik. Jika Anda memindai literatur antibiotik,
Anda akan melihat lebih banyak tuduhan. Berita utama seperti "Frankenfoods dapat
menyebabkan kanker" adalah umum. Sampai saat ini, bagaimanapun, ilmu pengetahuan belum
mendukung satu pun dari kekhawatiran ini. National Academy of Sciences baru-baru ini
melaporkan bahwa tanaman pangan transgenik di pasaran saat ini sangat aman untuk dikonsumsi
manusia.
Ingatlah dari bagian tentang pestisida genetik yang diteliti baru-baru ini untuk
mengistirahatkan kekhawatiran bahwa jagung bioteknologi dapat membunuh kupu-kupu
monarch dalam jumlah besar. Namun, kekhawatiran tentang lingkungan belum hilang. Untuk
satu hal, peningkatan genetik tanaman bisa mengarah pada keturunan baru yang disebut gulma
super. Sama seperti gen untuk resistensi antibiotik dapat secara teoritis menyebar dari tanaman
ke bakteri, gen untuk hama atau resistensi herbisida berpotensi menyebar ke gulma. Karena
banyak tanaman (termasuk labu, kanola, dan bunga matahari) adalah kerabat dekat dengan
gulma, persilangan kadang-kadang terjadi, memungkinkan gen dari satu tanaman untuk
bercampur dengan gen yang lain. Namun, pada saat ini, beberapa ahli memperkirakan jenis
ledakan gulma yang ditingkatkan secara genetik. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengukur sepenuhnya ancaman ini dan mengembangkan cara untuk meminimalkan risiko.
Bahaya ekologi yang potensial dari tanaman yang ditingkatkan secara bioteknologi harus
ditimbang dengan manfaat yang jelas. Pertama dan terpenting, bio-teknologi dapat secara
dramatis mengurangi penggunaan pestisida kimia, seperti yang terlihat pada Gambar 14. Salah
satu manfaat lingkungan utama dari tanaman biotek adalah pengurangan aplikasi insektisida dan
herbisida pada tanaman. Di negara-negara di mana tanaman biotek ditanam, penggunaan
pestisida pada empat tanaman biotek — kedelai, jagung, kapas, dan kanola — turun 791 juta pon
per tahun. (8,8%). Ini menghasilkan pengurangan 17,2% dalam dampak lingkungan terkait.
Hutan pohon yang diubah secara genetik dapat menarik jutaan ton karbon dari atmosfer
setiap tahun dan mengurangi pemanasan global, menurut para peneliti di Laboratorium Nasional
Lawrence Berkeley dan Laboratorium Nasional Oak Ridge. Mereka mengklaim bahwa adalah
mungkin untuk mengubah pohon secara genetik sehingga mereka akan mengirim lebih banyak
karbon ke dalam akar mereka, menjaganya agar tetap tidak beredar selama berabad-abad. Inovasi
ini dapat secara substansial meningkatkan jumlah karbon yang tumbuh secara alami dari udara.
Perubahan ini akan membutuhkan modifikasi dari iklim pengaturan saat ini untuk memproduksi
pohon rekayasa genetika di Amerika Serikat dan membutuhkan perubahan dalam persepsi
masyarakat tentang isu-isu seputar penggunaan organisme yang diubah secara genetik. Ada
potensi, tetapi implementasinya tergantung pada penerimaan organisme yang dimodifikasi secara
genetik di lingkungan kita. Secara keseluruhan, bioteknologi tampaknya tidak membawa kita ke
jurang bencana ekologis dan mungkin sebenarnya menawarkan beberapa solusi untuk masalah
lingkungan. Memang, National Academy of Sciences baru-baru ini melaporkan bahwa tanaman
bioteknologi yang ditingkatkan tidak menimbulkan ancaman lingkungan yang lebih besar
daripada tanaman tradisional
C. Regulasi
Bioteknologi bukanlah perbatasan tanpa hukum. Seperti yang telah kita lihat, beberapa
agen yang berbeda mengatur produksi dan pemasaran makanan yang dimodifikasi secara
genetik. FDA mengatur makanan di pasar, USDA mengawasi praktik yang sedang berkembang,
dan EPA mengontrol penggunaan protein Bt dan apa yang disebut pestisida. Pendekatan
lembaga-lembaga ini telah berubah selama bertahun-tahun, terutama dalam kasus FDA, tetapi
mereka secara aktif terlibat dalam menyetujui tanaman tanaman.
Pada awal tahun 1992, pada awal revolusi bioteknologi - FDA mengumumkan bahwa
produk makanan yang diubah secara genetik akan diatur oleh standar keras yang sama yang
diterapkan pada makanan biasa - tidak lebih, tidak kurang. Meskipun mereka tidak terikat oleh
hukum, perusahaan makanan secara sukarela berkonsultasi dengan FDA sebelum memasarkan
produk apa pun. Pada tahun 2001, agensi mengadopsi pendekatan yang lebih ketat dan lebih
formal. Berdasarkan aturan ini, perusahaan harus memberi tahu FDA setidaknya 120 hari
sebelum makanan yang diubah secara genetik mencapai pasar. Pabrikan juga harus memberikan
bukti bahwa produk baru tidak lebih berbahaya daripada makanan yang digantikannya. Faktor
yang menentukan untuk makanan atau produk nabati adalah sikap konsumen. Pusat Keamanan
Pangan dan Asosiasi Pabrikan Produsen dan Asosiasi Produk Pangan telah menginformasikan
USDA tentang "pertentangan kuat mereka terhadap penggunaan tanaman pangan untuk
memproduksi obat-obatan pabrik yang diproduksi tanpa adanya kontrol dan prosedur yang
menjamin pada dasarnya 100% dari pasokan makanan. ”Ada banyak tanaman yang bukan bahan
pangan dan sistem tanaman yang tumbuh yang akan memuaskan kekhawatiran ini, dan tidak ada
pabrikan yang telah melanggar aturan ini hingga saat ini.
MEMBUAT PERUBAHAN