Anda di halaman 1dari 3

PROSEDUR RJP

Basic life support (Bantuan Hidup Dasar)


a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi melalui pengenalan dan
intervensi segera.
b. Memberikan bantuan ekternal terhadap sirkulasi dan ventilasi pada pasien henti jantung
atau henti nafas melalui RJP/CPR.
Tujuan utama RJP: memberikan oksigen ke otak, jantung, organ vital lainnya sampai datang
pengobatan medik yang defi-nitive dan tepat (BHL/Advanced Life Support) untuk
mengembalikan fungsi jantung dan ventilasi yang normal.
Waktu dan ketepatan memberikan BHD/BHL sangat menentukan perbaikan neurologis dan
angka keselamatan, waktu untuk RJP: 4 menit sejak kejadiannya henti jantung, dan waktu
untuk BHL: 8 menit.
Indikasi BHD:
a. Henti nafas. Henti nafas dapat disebabkan karena tenggelam, stroke, ostruksi jalan
nafas oleh benda asing, inhalasi asap, kelebihan dosis obat, terkena aliran listrik,
trauma, suffocation, MCI, koma.
b. Henti jantung. Henti jantung dapat mengakibatkan: fibrilasi ventriel, akhikardi
ventrikel, asistol.
Penilaian dan ABC (Airway Breathing Circulation) daei RJP
Fase penilaian secara berturut-turut: memastikan tidak sadar, memastikan tidak bernafas,
memastikan tidak berdenyut, dan proses observasi dan interaksi yang konstan dengan pasien.
1) Airway/jalan nafas.
a. Penilaian pastikan tidak sadar, dengan menyentuh, menggoyang dan memanggil
nama, bu/pak.
b. Panggilan untuk pertolongan. Untuk mengaktifkan sistem pelayanan medis
darurat.
c. Posisi korban. Posisi terlentang, berada pada permukaan yang rata dan keras,
kedua lengan pasien disamping tubuhnya.
d. Posisi penolong. Berlutut sejajar dengan bahu pasien, penolong dapat
melakukan nafas bantuan dan kompresi tanpa penggerakan lutut.
e. Buka jalan nafas, jari tengah, jari manis dan kelingking bisa digunakan untuk
menopang dagu sedangkan jari telunjuk untuk mengeluarkan benda asing atau
makanan yang ada di mulut/ gigi palsu.
2) Breathing/pernafasan
Penilaian: tentukan tidak bernafas, dengan mendekatkan telingan diatas mulut/hidung
pasien sambil mempertahankan pembukaan jalan nafas, perhatikan dada pasien,
melihat gerakan naik turunnya dada pasien, mendengar udara keluar waktu ekspirasi,
merasakan adanya aliran udara.
Melakukan pertolongan perafasan:
a. Mulut ke mulut. Penolong memijat hidung pasien dengan ibu jari dan jari
telunjuk, penolong memberikan 2 nafas penuh, indikator ventilasi yang adekuat:
observasi naik turunnya dada, medengar dan merasakan udara keluar pada
waktu ekshalasi.
b. Mulut ke hidung. Pada pasien yang tidak mungkin dilakukan ventilasi melalui
mulut ke mulut, penolong menarik nafas dalam, menutup hidung pasien dengan
bibir penolong dan menghembuskan kedalam hidung.
c. Mulut ke stoma. Pada pasien yang dipasang tracheostomi.
Rekomendasi untuk pertolongan pernafasan.
Ventilasi awal 2 kali.
Pada RJP dengan 2 penolong ratio kompresi : ventilasi 5:1

3) Circulation/sirkulasi
a. Penilaian : tentukan denyut nadi tidak ada, pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri
carotis selama 5 – 10 detik, bila denyut nadi ada, tetapi pernafasan tidak ada maka
pertolongan pernafasan dilakukan 2x nafas awal (1,5 – 2 detik setiap nafas)
kemudian 12 x / menit pertolongan pernafasan, bila denyut nadi tidak teraba maka
dilakukan kompresi dada luar.
b. Aktifkan sistem pelayanan medic darurat, menghubungi sistem pelayanan darurat
dengan memberikan informasi tentang : hal – hal yang terjadi, serangan jantung/
kecelakaan, jumlah orang yang membutuhkan pertolongan, kondisi pasien, bantuan
yang sudah diberikan, informasi lainnya yang dibutuhkan.
c. Kompresi dada luar. Kompresi dada luar akan menyebabkan sirkulasi ke paru- paru
dan diikuti dengan ventilasi.
d. Posisi tangan yang tepat waktu kompresi.
 Dengan jari telunjuk dan jari tengah menentukan batas bawah iga pasien.
 Jari –jari menelusuri titik dimana iga bertemu dengan sternum bagian tengah
bawah.
 Jari telunjuk diletakkan diatas tangan yang berada pada sternum sehingga
kedua tangan berada pada posisi sejajar.
 Jari – jari dapat diluruskan atau menyilang tetapi tidak boleh menyentuh
dada.
 Karena terdapat berbagai bentuk dan ukuran tangan, maka posisi tangan
ialah menggunakan pergelangan tangan yang berada pada dada dengan
tangan yang berada dibagian bawah sternum.
e. Teknik kompresi yang tepat :
 Siku dipertahankan pada posisi lengan diluruskan dan bahu penolong berada
pada posisi langsung diatas tangan sehingga setiap penekanan kompresi
dada luar dilakukan lurus kebawah sternum.
 Tekanan kompresi dilepaskan agar dapat mengalir kedalam jantung,
tekanan harus dilepaskan dan dada di biarkan kembali keposisi normal,
waktu yang digunakan untuk pelepasan harus sama dengan waktu yang
digunakan untuk kompresi.
 Tangan tidak boleh diangkat dari dada atau diubah posisinya.
RJP dengan 1 penolong :
a. Jalan nafas : Penilaian, meminta pertolongan, posisi pasien, buka jalan nafas.
b. Pernafasan : Pantau pernafasan, pertahankan pembukaan jalan nafas, aktifkan
sistem pelayanan medis darurat, bila pasien tidak bernafas lakukan ventilasi 2 kali dan
lakukan ventilasi selanjutnya.
c. Sirkulasi : Penilaian, jika denyut nadi ada lakukan pertolongan pernafasan 12 x /
menit, jika denyut nadi tidak ada, aktifkan pelayanan medis darurat, mulai kompresi
dada luar. Posisi tangan yang tepat, kompresi 15x/ menit, buka jalan nafas dan berikan
2x ventilasi, posisi tangan yang tepat dan kompresi 15x/ menit, lakukan 4 siklus,
kompresi : ventilasi 15 :2.
d. Penilaian Ulang.
RJP dengan 2 penolong :
a. Ratio kompresi : Ventilasi = 5 : 1
b. Penolong pertama : Menentukan kesadaran, memperbaiki posisi pasien, membuka
jalan nafas, memeriksa pernafasan, jika tidak bernafas, berikan ventilasi 2 x, periksa
denyut nadi, jika tidak ada denyut nadi maka penolong kedua mencari lokasi untuk
kompresi dada luar, menentukan posisi tangan yang tepat, memulai kompresi dada luar
sesudah penolong pertama mengatakan denyut nadi tidak ada.
Bantuan Hidup Lanjut (BHL/ Adanced Life Support)
1. A, B , C
2. Drugh Therapy.
3. Electrical Therapy.

Anda mungkin juga menyukai