Anda di halaman 1dari 3

Kurikulum yang diterapkan pada sekolah umum berbasis kurikulum nasional dibawa

kementerian

Pendidikan agama sebagai salah satu mata pelajaran dalam kurikulum sekolah umum justru
mendapatkan perhatian khusus yang tercantum dalam UU No 4 tahun 1950 pasal 20 UU
tersebut menetapkan bahwa ;pasal (1)dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama.
Orang tua menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut. Pasal (2)cara
menyelenggarakan pelajaran agama disekolah-sekolah negeri diatur dalam peraturan yang
ditetapkan oleh menteri pendidikan, pengajaran dan kebudayaan bersama-sama dengan
menteri agama.

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I Pasal I disebutkan bahwa ”Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegia tan belajar mengajar.

Lembaga pendidikan madrasah didirikan atas dasar hasrat, motivasi, niat (rencana yang
sungguh-sungguh) dan semangat untuk memanifestasikan atau mengejawantahkan nilai dan
aturan islam yang diwujudakkan dalam visi, misi, tujuan, maupun program pendidikannya.

Sebagaimana yang tertuang dalam kurikulum madrasah tahun 1994, bahwa madrasah adalah
sekolah umum yag berciri khas agama Islam. Ciri khas itu berbentuk mata pelajaran-mata
pelajaran keagamaan yang dijabarkan dari pendidikan agama Islam yaitu, Al-Qur’an-Hadits,
Aqidah-Akhlak, Fiqih, Sejarah kebudayaan Islam, Bahasa arab; dan suasana keagamaanya, yang
berupa kehidupan madrasah yang islami, adanya sarana ibadah, penggunaan metode
pendekatan yang islami dan penyajian bahan pelajaran bagi setiap mata pelajaran yang
memungkinkan; dan kualitas guru yang harus beragama islam dan berakhlak mulia, di samping
memenuhi kualifikasi sebagai tenaga pengajar berdasarkan ketentuan yang berlaku. Inti dari
kebijakan tersebut adalah bahwa pendidikan madrasah hendak dirancang dan diarahkan untuk
membantu, membimbing, melatih, serta mengajar, dan menciptakan suasana agar peserta didik
(lulusannya) menjadi manusia muslim serta berkualitas. Dalam arti mampu mengembangkan
hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup yang berspektif Islam dalam konteks ke
Indonesiaan.[10]

pengembangan kurikulum di madrasah mencakup penyusunan, pelaksanaan dan penilaian yang


intensif.

kurikulum madrasah ialah, suatu program pendidikan di madrasah yang berisikan berbagai
bahan ajar dan pengalamn belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara
sitematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijasikan pedoman dalam proses
pembelajaran bagi tenaga kependidkan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Untuk Kurikulum Madrasah ada perluasan bidang sejarah Islam dan tambahan bidang
pemahaman dan penguasaan bahasa arab, contoh tingkat SLTP, sebagai berikut : Dengan
landasan iman yang benar, taat beribadah, mampu berzikir dan berdo’a siswa :

1. Mampu membaca al Qur’an dan menulisnya dengan benar serta berusaha memahaminya
Mampu membaca al Qur’an dan menulisnya dengan benar serta berusaha memahaminya

2. Terbiasa berkepribadian muslim (berakhlak mulia) Terbiasa berkepribadian muslim (berakhlak


mulia)

3. Mampu memahami sejarah Islam dan perkembangan Agama Islam Mampu memahami
sejarah Islam dan perkembangan Agama Islam di masa Khulafaurrasyidin

4. Terbiasa menerapkan aturan-aturan dasar Islam dalam kehidupan keseharian Terbiasa


menerapkan aturan-aturan dasar Islam dalam kehidupan keseharian

5. Mampu memahami dan menguasai secara aktif dan pasif Bahasa Arab tingkat Madrasah
Tsanawiyah.

3. Fungsi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Untuk Madrasah setiap Sub Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam mempunyai Garis-garis
Besar Program Pengajaran (GBPP) sendiri-sendiri, yang tentunya kare na perbedaan alokasi
waktu, maka cakupan materinya lebih luas dari GBPP Pendidikan Agama Islam di SLTP umum.

Adapun langkah-langkah kurikulum madrasah sebagai berikut:

Merumuskan tujuan Pembelajaran, terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan


pembelajaran. Tahap pertama, yang diperhatikan dalam merumuskan tujuan pembelajaran ialah
memahami tiga sumber, yaitu: peserta didik, masyarakat, dan konten (materi pelajaran). Tahap
kedua adalah merumuskan Standar Kompetensi (SK). Adapun tahap ketiga adalah merumuskan
Kompetensi dasar (KD).

Merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar, Terdapat lima prinsip umum


dalam pemilihan pengalaman belajar. Kelima Prinsip tersebut adalah: pertama, pengalaman
yang diberikan berdasarkan pada tujuan yag akan dicapai. kedua, pengalaman belajar harus
memadai sehingga peserta didik dapat memperoleh kepuasan dari pengadaan berbagai macam
perilaku yang diimplikasikan oleh sasaran hasil. Ketiga, reaksi yang diinginkan dalam
pengalaman belajar yang memungkinkan bagi peserta didik untuk mengalaminya. keempat,
Pengalaman belajar yang berbeda dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang sama. kelima, Pengalaman belajar yang sama dan akan memberikan berbagai macam
keluaran.
Mengorganisasikan pengalaman belajar, dalam mengorganisasikan kurikulum terdapat tiga
kurikulum, pertama kurikulum berdasarkan mata pelajaran terpisah, kurikulum terpadu dan
kurikulum inti [18].

Muatan kurikulum yang dikembangkan dibeberapa madrasah tersebut secara otonom dan
bercirikan khas keagamaan sesuai dengan acuan organisasinya, baik yang berasal dari pengaruh
organisasi social keagamaan semacam Nahdlatul Ulama (NU), maupun Muhammadiyah, Persis,
Nahdlatul Wathan dan sebagainya. Hal ini berbeda dengan madrasah yang dikelola pemerintah,
dalam hal ini Kementerian Agama RI, yang cenderung bersifat netral tidak mempunyai karakter
spesifik sesuai dengan keyakinan dan cirri khas keagamaan yang khusus sesuai dengan
keyakinan dan ajaran masing-masing organisasi tersebut, misalnya pelajaran Aswaja
(Ahlusunnah Wal Jama’ah) dikalangan NU atau kemuhammadiyahan dikalangan
Muhammadiyah. Dengan demikian, terlihat bahwa dalam muatan kurikulum pendidikan
agamanya yang mempunyai perbedaan spesifik, misalnya madrasah yang didirikan oleh NU,
jelas berbeda kurikulum pendidikan agamanya dengan MTs Muhammadiyah, ketika menyangkut
aspek-aspek pendidikan agama (ke-NU-an dan ke-Muhammadiyah-an) yang merupakan cirri
khas masing-masing lembaga keagamaan tersebut. Namun sejak diterapkannya Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian disempurnakan dengan kurikulum baru yang disebut
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan disempurnakan lagi dengan Kurikulum 2013 (K-
13) sebenarnya kurikulum tersebut berorientasi pada upaya penyiapan peserta didik yang siap
pakai atau menjadi lulusan yang siap pakai di masyarakat. Untuk siap dipakai diperlukan special
skill (kecakapan khusus) sesuai dengan konsentrasi studi yang programnya dikembangkan
melibatkan para users, kelompok atau organisasi profesi atau stakeholder lainnya[19]. Dengan
demikian, sebenarnya senua madrasah tersebut, mau tidak mau harus merespon kebijakan baru
tersebut dan menyiapkan segala fasilitas untuk mendukung pengembangan pembelajaran
agama islam yang lebih efektif dan berdaya guna. Disamping itu dalam masa-mas yang akan
datang perlu dipikirkan untuk “memberdayakan” madrasah agar tetap eksis dengan segala
karakteristiknya, sebagai lembaga pendidikan islam unggulan dan prospektif dimasa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai