Anda di halaman 1dari 6

Cara Menyajikan Temuan Audit

Temuan audit merupakan fakta (data dan informasi yang ditemukan auditor dalam pelaksanaan
auditnya. Penyajian temuan dalam audit manajemen dapat dilakukan dalam bentuk kolom-
kolom, di mana setiap kolom menyajikan temuan berupa kondisi, kriteria, penyebab, dan akibat,
atau dapat juga disajikan dalam bentuk narasi dengan sistematika urut ke bawah dimulai dari
kondisi, kriteria, penyebab, dan akibat.

Kondisi:

1. Mendeskripsikan kondisi yang ditemukan pada objek pemeriksaan.


2. Kondisi merupakan hasil aktual pelaksanaan program/aktivitas pada objek yang
diperiksa.
3. Kondisi bukan merupakan kesimpulan dari temuan.
4. Sajikan kondisi seperti apa adanya pada saat ditemukan.
Contoh: volume penjualan 500 unit/minggu.

Kriteria:

1. Merupakan panduan setiap individu/kelompok dalam melakukan aktivitasnya dan


digunakan untuk menilai aktivitas atau hasil aktivitas dari individu/kelompok pada objek
pemeriksaan.
2. Kriteria merupakan pedoman/standar yang terukur.
3. Sajikan kriteria apa adanya seperti yang dirumuskan pada manual objek pemeriksaan.
Contoh: volume penjualan 1.250/minggu, training sales 3 minggu, 2:1 (2 minggu
pelatihan di kelas [in house training]; 1 minggu pelatihan kerja di lapangan [on the job
training]).

Penyebab:

1. Merupakan tindakan atau aktivitas actual yang dilakukan oleh individu/kelompok pada
objek pemeriksaan.
2. Penyebab merupakan penerapan dari kriteria yang telah ditentukan.
3. Sajikan penyebab sebagai rekaman atas kejadian/cara kerja dalam melaksanakan
aktivitas.
Contoh: training sales 2 minggu in house.

Akibat:

1. Merupakan hasil pengukuran dan pembandingan antara aktivitas individu (kelompok)


dan krteria yang telah ditetapkan terhadap aktivitas tersebut.
2. Lakukan penilaian dan pengukuran terhadap pengaruh dari perbedaan antara pencapaian
aktivitas dengan kriterianya.
Contoh: akibat dari tidak tercapainya volume penjualan, laba yang dicapai belum mampu
memenuhi target.

Penelaahan terhadap Peraturan dan Kebijakan yang Berkaitan dengan Objek Audit

Setiap aktivitas dalam objek pemeriksaan diatur oleh seperangkat peraturan dan kebijakan.
Untuk mendapatkan praktik terbaik, aturan dan kebijakan yang menjadi pedomannya haruslah
juga yang terbaik (best practice) dan tidak menyimpang dari aturan yang lebih tinggi. Sebelum
menggunakannya sebagai kriteria untuk menilai, auditor harus menelaah terlebih dahulu aturan-
aturan dan kebijakan tersebut. Penelaahan ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan objek audit, baik bersifat umum maupun yang
berhubungan khusus dengan berbagai program/aktivitas yang diselenggarakan pada objek audit.
Dengan penelaahan ini auditor dapat memahami batas-batas wewenang objek audit dan berbagai
program yang dilaksanakan dalam mencapai tujuannya. Peraturan dan kebijakan yang ditetapkan
oleh objek audit dapat berupa adopsi terhadap peraturan yang ditetapkan pemerintah atau yang
secara penuh dikembangkan di dalam objek audit sebagai penjabaran strategi dalam
meningkatkan kemampuan bersaingnya.

Pengembangan Kriteria Awal dalam Audit

Kriteria dalah norma atau standar yang merupakan pedoman bagi setiap individu maupun
kelompok dalam melakukan aktivitasnya di dalam perusahaan. Kriteria ini akan digunakan untuk
menilai pelaksanaan dan pengendalian berbagai aktivitas yang dilakukan dalam perusahaan.
Oleh karena begitu pentingnya peranan kriteria dalam audit manajemen, auditor harus yakin
bahwa kriteria yang digunakan sudah tepat dalam menilai ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas
berbagai program/aktivitas di dalam perusahaan. Faktor yang mempengaruhi kriteria yang akan
digunakan dalam audit antara lain:

1. Tujuan dari kegiatan yang diaudit,


2. Pendekatan audit,
3. Aktivitas tujuan audit.

Beberapa permasalahan yang harus diperhatikan auditor berkaitan dengan kriteria bahwa
tidak semua objek pemeriksaan memiliki kriteria yang: 1) terdokumentasi, 2) up to date dan 3)
terukur. Terhadap permasalahan ini, auditor harus mampu mengembangkan kriteria awal yang
bisa digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan audit. Oleh karena audit juga berkaitan dengan
pemilik/pengelola objek yang di audit, maka kriteria awal yang dikembangkan oleh auditor harus
dipahami dan disepakati oleh pihak auditee.

Dalam pengembangannya kriteria awal ini, auditor dapat mengacu pada beberapa sumber,
antara lain:

1. Undang-undang (peraturan) yang berlaku,


2. Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan dalam objek audit,
3. Norma (standar) yang sudah mendapat pengakuan (diterima) secara umum,
4. Kriteria yang digunakan pada objek audit sejenis,
5. Pengalaman auditor dalam tugas-tugas audit sebelumnya pada objek audit sejenis.

Karakteristik kriteria yang baik antara lain:

1. Realistis,
2. Dapat dipercaya,
3. Dapat diukur,
4. Bebas dari pengaruh kelemahan manusia,
5. Mengarah pada temuan-temuan dan kesimpulan untuk memenuhi kebutuhan
informasi pemberi tugas audit,
6. Dirumuskan secara jelas dan tidak mengandung arti ganda yang dapat
menimbulkan interpeksi berbeda,
7. Dapat dibandingkan,
8. Diterima semua pihak,
9. Lengkap, dan
10. Memperhatikan adanya rentang waktu pada saat suatu kejadian/kegiatan
berlangsung.

Kesimpulan Hasil Audit Pendahuluan

Dari audit pendahuluan, auditor harus membuat kesimpulan atas hasil audit pendahuluan yang
telah dilakukan. Kesimpulan ini akan menjadi dasar dalam menentukan langkah-langkah yang
akan diambil dalam tahapan audit selanjutnya. Pada tahap ini pula auditor seharusnya sudah
menetapkan tujuan audit walaupun masih bersifat sementara (tentative audit objective).
Kesimpulan hasil audit pendahuluan memuat tentang hal-hal berikut:

1. Daftar bidang/kegiatan yang mengandung kelemahan, yang akan dijadikan tujuan audit
pada tahap audit selanjutnya.
2. Alasan mengapa bidang/kegiatan tersebut memerlukan audit lanjutan.
3. Temuan-temuan sementara yang diperoleh berkaitan dengan bidang/kegiatan yang
termasuk dalam daftar bidang/kegiatan yang masih mengandung kelemahan, berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan.
4. Rekomendasi sementara yang diajukan untuk memperbaiki kelemahan yang ada.
5. Tindakan-tindakan perbaikan yang sudah dilakukan objek audit berdasarkan rekomendasi
sementara yang diberikan auditor sebelumnya.
6. Bukti-bukti yang perlu diperoleh pada audit selanjutnya berkaitan dengan tujuan audit
sementara yang telah ditetapkan.
Review terhadap Pengendalian Manajemen

Dalam rangka mengoptimalkan penggunaan sumber daya, memotivasi karyawan untuk


melaksanakan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan, serta mencegah terjadinya berbagai
penyimpangan dalam pencapaian tujuan perusahaan, manajemen harus melaksanakan fungsi
pengendalian. Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem yang digunakan untuk
mengumpulkan, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan memanfaatkannya serta berbagai
tindakan yang dilakukan oleh manajemen dalam melakukan pengendalian. Suatu sistem
pengendalian manajemen harus dapat menjamin bahwa perusahaan telah melaksanakan
strateginya dengan efektif dan efisien. Karakteristik sistem pengendalian manajemen yang baik
mencakup hal-hal berikut:

1. Pernyataan tujuan perusahaan.


2. Rencana perusahaan yang digunakaan untuk mencapai tujuan.
3. Kualitas dan kuantitas SDM yang sesuai dengan tanggung jawab yang dipikul dan adanya
pemisahan fungsi yang memadai.
4. Sistem pembuatan kebijakan dan praktik yang sehat pada masing-masing unit organisasi.
5. Sistem penelaahan yang efektif pada setiap aktivitas untuk memperoleh keyakinan bahwa
kebijakan dan praktik yang sehat telah dilaksanakan dengan baik.

Pernyataan Tujuan

Tujuan suatu perusahaan harus dinyatakan dengan jelas dan disosialisasikan ke berbagai
tingkatan manajemen untuk dipahami. Tujuan dapat menunjukkan untuk apa perusahaan
didirikan dan apa yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, memahami tujuan perusahaan berarti
memahami pula mengapa suatu program/aktivitas dilaksanakan dan bagaimana seharusnya
program tersebut dilaksanakan untuk mencapai tujuannya.

Pernyataan tujuan dapat memberikan arah kepada semua komponen dalam perusahaan dalam
melaksanakan aktivitasnya karena dengan pernyataan tujuan ini, didukung dengan sosialisasi
yang memadai akan membantu setiap komponen di dalam perusanaan tidak saja mampu untuk
melaksanakan berbagai aktivitas, tetapi juga memahami untuk apa mereka melakukan aktivitas
tersebut, apa manfaatnya bagi perusahaan dan bagaimana seharusnya melaksanakan aktivitas
tersebut sehingga secara optimal dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dalam
melakukan penelaahan terhadap sistem pengendalian manajemen perusahaan, auditor harus
memahami dengan baik tujuan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai