adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu,
misalnya mencuci tangan untuk kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi
kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan
makanan secara keseluruhan.. Pengertian Higiene dan sanitasi merupakan suatu tindakan atau
upaya untuk meningkatkan kebersihan dan kesehatan melalui pemeliharaan dini setiap
individu dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya, agar individu terhindar dari ancaman
kuman penyebab penyakit
c. Pengolahan makanan.
d. Penyimpanan makanan.
f. Penyajian makanan.
Contoh:
1. Hindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber yang tidak jelas.
2. Gunakan catatan tempat pembelian bahan makanan.
3. Mintalah informasi atau keterangan asal-usul bahan yang dibeli.
4. Belilah bahan di tempat penjualan resmi dan bermutu seperti : rumah potong pemerintah
atau tempat potong resmi yang diawasi pemerintah, tempat pelelangan ikan resmi dan
pasar bahan dengan sistem pendingin.
5. Tidak membeli bahan makanan yang sudah kadaluwarsa atau membeli daging/unggas yang
sudah terlalu lama disimpan, khususnya organ dalam (jeroan) yang potensial mengandung
bakteri.
6. Membeli daging dan unggas yang tidak terkontaminasi dengan racun/toksin bakteri pada
makanan.
1. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan memenuhi
syarat
2. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga mudah untuk
mengambilnya, tidak menjadi tempat bersarang/bersembunyi serangga dan tikus,
tidak mudah membusuk dan rusak, dan untuk bahan-bahan yang mudah membusuk
harus disediakan tempat penyimpanan dingin
3. Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk riwayat
keluar masuk barang dengan system FIFO (First In First Out).
Penjamah Makanan
Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang menjamah makanan mulai dari
mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam penyajian
makanan. Pengetahuan, sikap dan perilaku seorang penjamah mempengaruhi kualitas
makanan yang dihasilkan.
Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis
dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari
tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian,
air seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan buangan
pertanian. Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi teknis
(contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan), teknologi sederhana (contohnya
kakus, tangki septik), atau praktik kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan
sabun).
Definisi lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya
kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sementara beberapa definisi lainnya menitik
beratkan pada pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya dan pengendalian
lingkungan.
1. Kesehatan. Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan dengan
pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar. Memperbaiki yang satu
tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif.[4]
2. Penggunaan air. Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan
hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah
penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang
menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk
rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang
unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan
pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya
tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus
dibuang dengan benar.[4]
3. Biaya dan pemulihan biaya.[4]
a. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu
konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan
biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya
tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan
menggunakan praktik-praktik konvesional, untuk membuang air dibutuhkan biaya lima
sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150 hingga
190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A.
S. menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari 1,3
berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding 1 untuk konsumsi 190
liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter.[4]
b. Penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah merupakan
sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi disetujui atau tidak. Karena
itu peningkatan penyediaan air cenderung mengakibatkan peningkataan penggunaan air
limbah, diolah atau tidak dengan memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya
penggunaan ulang ini tidak merusak kesehatan masyarakat.[4]
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah satu Program Nasional di bidang sanitasi
yang bersifat lintas sektoral. Program ini telah dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh
Menteri Kesehatan RI. STBM merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan
sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Strategi Nasional STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit
diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.
Sedangkan indikator output-nya adalah sebagai berikut [5]:
1. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga
dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).
2. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di
rumah tangga.
3. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah,
kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun,
sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
4. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
5. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.[5]
Latar belakang
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi
masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP)
tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai,
sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.[5]
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku
masyarakat dalam mencuci tangan adalah
Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga
menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air
tersebut masih mengandung Eschericia coli.