Anda di halaman 1dari 9

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Kedokteran Forensik, juga dikenal dengan nama Legal Medicine,


adalah salah satucabang spesialistik dari Ilmu Kedokteran, yang mempelajari
pemanfaatan ilmu kedokteran untukkepentingan penegakan hukum serta
keadilan.
Dalam bentuknya yang masih sederhana, ilmu kedokteran forensik telah
dikenal sejak zaman Babilonia, yang mencatat ketentuan bahwa 'dokter' saat
itu mempunyai kewajiban untuk memberi kesembuhan bagi para pasiennya
dengan ketentuan ganti rugi bila hal tersebut tidak tercapai. Sejarah mencatat
Anthitius, seorang dokter di zaman Romawi kuno yang pada suatu Forum,
semacam institusi peradilan waktu itu, menyatakan bahwa dari 21 luka yang
ditemukan pada tubuh maharaja Julius Caesar, hanya satu luka saja, yang
menembus sela iga ke-2 sisi kiri depan yang merupakan luka yang mematikan.
Nama kedokteran Forensik dikatakan berasal dari kata forum ini.
Geologi forensik dapat didefinisikan sebagai sub-disiplin dari geosains
yang menyangkut penerapan informasi dan metodologi geologi dan
lingkungan untuk menyelidiki kasus-kasus hukum. Menurut Kenneth Pye
(2004) geologi forensik menyangkut segala aspek dari material bumi,
termasuk di dalamnya batu, sedimen, tanah, air dan udara, serta fenomena dan
proses alam yang lebih luas. Menurut IUGS Inisiative on Forensic Geology
(IUGS-IFG), geologi forensik melibatkan aplikasi geosains terhadap
kepolisian, investigasi hukum, yang dapat secara relevan berkaitan dengan
kasus hukum yang dihadapi.
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus
sebagai penopang akar.Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi
tempat yang baik bagi akar untuk bernapas dan tumbuh.Tanah juga menjadi

1
habitat hidup berbagai mikroorganisme.Bagi sebagian besar hewan darat,
tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah tanah bisa membuktikan dan memecahkkan kasus forensic.

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana cara pemeriksaan laboratorium analisis tanah
pada kasus forensic.

1.4 Manfaat
Untuk menambah wawasan buat mahasiswa dan pembaca tentang analisis
tanah pada kasus forensic.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi tanah


Tanah berasal dari batuan keras yang mengalami pelapukan serta bahan
yang lebih lunak dan lepas seperti abu vulkanik. Lapisan tanah terbentuk
karena dua hal, yaitu pengendapan berulang-ulang oleh genangan air dan
proses pembentukan tanah. Pada aliran air yang deras, bahan yang dapat
diendapkan hanya butir-butir kasar saja. Jika air yang menggenang sudah
tidak mengalir, yang diendapkan hanya butir-butir halus saja. Kemudian
mengenai proses pembentukan tanah, proses ini dimulai dari proses
pelapukan batuan induk, diikuti proses pencampuran pemindahan bahan
organik dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur
tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bawah, dan berbagai
proses lain yang dapat menghasilkan pembentukan horizon tanah.
Horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang kurang lebih seragam di
dalam profil. Batas antar horizon yang bertetangga tersebut sejajar atau hampir
sejajar terhadap permukaan tanah. Horizon tanah dapat dibedakan secara
visual yaitu dapat dilihat dengan indra pengelihatan dan batas perubahan dari
satu horizon ke horizon yang lainnya, terutama pada tanah-tanah diwilayah
tropika basah yang cenderung kabur atau tidak jelas.
Ada Lima faktor yang menentukan pembentukan dan perkembangan
tanah, yaitu: iklim, organisme, topografi, bahan induk dan waktu.
1. Iklim
Pada iklim, variasi tanah tergantung dari suhu dan kelembaban yang
menyebabkan perbedaan dalam pelapukan. Perubahan suhu semusim dan
harian mempengaruhi kelembaban, aktifitas biologi, laju reaksi kimia, dan tipe
vegetasi.Iklim yang secara langsung berpengaruh terhadap pembentukan tanah
melalui suhu dan curah hujan, dan secara tidak langsung melalui pengaruhnya
atas vegetasi (organisme) dan berinteraksi dengan bentuk lahan (relief) dalam
mempengaruhi hubungan air dan tanah.

3
2. Organisme
Pada organisme akan mempengaruhi proses pembentukan dan
perkembangan tanah dengan berbagai macam cara, yaitu penyebaran flora dan
fauna sebagian besar tergantung kepada iklim, dan topografi. Penimbunan
bahan organik, pencampuran profil, peredaran unsur hara dan kemantapan
struktur semuanya dimungkinkan oleh organisme dalam tanah. Jadi sangat
jelas bahwa sifat dan jumlah organisme yang hidup di dalam tanah dan di atas
tanah akan berperan pada macam tanah yang berkembang.
3. Topografi
Topografi berpengaruh atas pembentukan tanah yaitu pengaruh kelerengan
atas kecekungan tanah, modifikasi pengaruh iklim, dan kelembaban.Topografi
dapat mempercepat atau menghambat iklim. Jika di daerah yang datar
kecepatan gerak air yang berlebihan akan jauh lebih kecil daripada di daerah
yang bergelombang.
4. Bahan Induk
Dari bahan induk, tanah terbentuk dari bahan batuan yang mengalami
pelapukan. Kebanyakan telah mengalami erosi yang kemudian dibawa oleh
air, angin, es atau gravitasi ke tempat lain yang akan membentuk deposit.
Bahan deposit tersebut bersifat tidak padu. Dari bahan deposit yang tidak padu
inilah pada umumnya akan disebut sebagai bahan induk tanah.
5. Waktu
Waktu menentukan tahap-tahap pelapukan dan proses pembentukan tanah
yang berjalan sangat lama. Tahap awal terjadi pencampuran bahan organik,
perubahan kimia, dan mineralogi serta fisika tanah, sehingga akan membentuk
horizon yang jelas yaitu keadaan tanah yang tidak berubah dalam waktu yang
lama. Jika bahan mengalami penghancuran disertai dengan panjang waktu
yang sebenarnya mempunyai peranan sangat penting dalam pembentukan
tanah.

4
2.2 Pengumpulan Benda Bukti Tanah
Cara pengumpulan sampel tanah terdiri dari dua yaitu :
1. Sampel tanah yang terdapat pada korban/ pelaku dimana ditemukannya
tanah yang melekat pada sepatu , kendaraan yang di gunakaan pada saat
kejadian. Sampel tanah tersebut diambil menggunakan swab kemudian di
masukkan dalam kantong sampel / tempat sampel . kemudian sampel
tanah di serahakan kepada petugas penyidik untuk di lakukan
pemeriksaan analisis tanah.
2. Sampel tanah yang terdapat pada lokasi kejadian diambil dengan sebagai
berikut :
a. tanah yang diambil hanya permukaannya saja.
b. pengambilan sampel tanah paling sedikit dari 3 tempat atau lokasi.
c. sampel tanah yang diperlukan paling sedikit 25 gram.
d. sampel tanah di masukkan kedalam kantong sampel terpisah.
e. Masing – masing kantong sampel di beri tanda atau kode tempat
pengambilan sampel.
f. Tempatkan sampel tanah tersebut pada kardus / peti.
g. Kemudian dikirim di laboratorium forensik untuk dilakukan analisis
tanah.
h. untuk dilakukan analisis tanah.

2.3 Pemeriksaan dan Analisis Tanah Demi Kepentingan Forensik


1. Secara visual (menentukan tekstur tanah).
a. Diambil sampel tanah tersebut.
b. Diletakkan sampel tanah tersebut pada telapak tangan atau dengan
memijit – mijit tanah tersebut diantara jari telunjuk dan ibu jari
dengan bantuan sedikit air.
c. Diperhatikan adanya rasa kasar atau licin/ lengket.
d. Digulung- gulung sambil melihat daya tahan terhadap tekanan.
e. Dicatat hasil pengamatan.
2. Menentukan struktur tanah

5
a. Diambil sampel tanah.
b. Dipecahkan atau memisahkan dengan jari.
c. Diamati tipe tanah, ukuran, dan kemampuan agregat/derajat dengan
kaca pembesar.
d. Dicatat hasil pengamatan.
3. Menentukan konsisteni tanah :
a. Diambil sampel tanah.
b. dipijit tanah dalam berbagai keadaan kandungan air seperti basah,
lembab, kering.
c. Ditentukan konsistensinya berdasarkan kekuatan bongkahan.
d. Dicatat hasil pengamatan.
4. Menentukan warna tanah :
a. Diambil sampel tanah.
b. Disamakan warna tanah yg ditemukan ditempat kejadian dengan
tanah yg ditemukan pada korban atau pelaku.
c. Dicatat hasil pengamatan.
5. Penentuan pH ( derajat keasaman )
a. Dimasukkan tiap- tiap sampel tanah pada wadah yang berbeda dan
wadah tersebut diberi label/kode.
b. Ditambahkan air murni (pH netral).

Selain metode di atas, terdapat metode lain yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya jenazah yang dikuburkan pada suatu areal tanah, dengan
mendeteksi adanya gas menggunakan detektor gas. Pada proses pembusukannya,
tubuh jenazah akan mengeluarkan berbagai gas seperti H2S yang akan terdeteksi
oleh alat detector, menggunakan metode deteksi jenazah melalui pengambilan
sampel tanah untuk dianalisis kendungan dan komposisi tanahnya, menggunakan
metode stratigrafi, yaitu dengan cara memperhatikan segala bentuk gangguan
yang terjadi pada susunan alami horizon-horizon tanahnya.

6
2.4 Contoh Kasus
1. Di Jerman pada tahun 1904, seorang wanita bernama Eva Disch
ditemukan tewas di sebuah perkebunan. Di tempat kejadian ditemukan
satu saputangan.Pada saputangan ini ditemukan nasal mucus yang
setelah diteliti mengandung partikel batubara, tembakau, dan yang paling
menarik adalah pecahan mineral hornblenda. Pecahan mineral
horndblenda yang sama kemudian ditemukan juga di kuku seseorang
bernama Karl Laubach. Hal lain yang menarik adalah kesamaan jenis
tanah yang menempel pada celana Laubach dan tanah yang berada di
lokasi ditemukannya korban. Maka berdasarkan bukti-bukti ini
pengadilan menetapkan Karl Laubach sebagai pelaku pembunuhan Eva
Disch.
2. Kasus ini terjadi pada tahun 1925 di California, Amerika
Serikat.Seorang wanita bernama J.J. Loren dibunuh dan tubuhnya
dipotong-potong. Beberapa bagian tubuhnya berhasil ditemukan di
daerah El Cerrito, California.Termasuk yang ditemukan adalah potongan
telinga. Namun bagian tubuh lainnya belum dapat ditemukan.Edward
Heinrich meneliti dan menyimpulkan bahwa butiran pasir yang
ditemukan di telinga itu tidak berasal dari lumpur dimana potongan
telinga itu ditemukan. Ini artinya telinga dan potongan tubuh ini pernah
dikubur di suatu tempat lain. Setelah meneliti butiran pasir ini, Heinrich
menyimpulkan bahwa ada butiran pasir pantai yang menempel. Ia
berasumsi bahwa butiran ini berasal dari suatu sungai yang mulai
memasuki laut.Akhirnya, setelah mempelajari peta, ia mendapatkan
lokasi terdekat yaitu di Pulau Bay Farm, yang jaraknya 12 mil dari lokasi
penemuan awal. Akhirnya ditemukanlah keseluruhan potongan tubuh di
bawah jembatan antara Alameda dan Pulau Bay Farm.

7
BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Dapat disimpulakan bahwa tanah berasal dari batuan keras yang
mengalami pelapukan serta bahan yang lebih lunak dan lepas seperti abu
vulkanik. Lapisan tanah terbentuk karena dua hal, yaitu pengendapan
berulang-ulang oleh genangan air dan proses pembentukan tanah. dari
tanahlah kita dapat membuktikan suatu kasus forensic dengan mengambil
sampel tanah kemudian dilakukan pemeriksaan analisis forensic.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu kedokteran Forensik. Balai Penerbit FKUI. 1997. Jakarta

https://www.kompasiana.com/raniazahra/bagaimana-forensik-mengungkap-jejak-
kematian-mr-x_54f7958ca333112b6f8b47ae Di akses tanggal 10 Februari 2018,
Bandung

http://infotonothemycry.blogspot.co.id/2012/06/deskripsi-tanah-secara
umum.html Di akses tanggal 10 Februari 2018, Bandung

belajargeologi.com/geologi-forensik-ahli-geologi-sebagai-detektih/ Di akses
tanggal 10 Februari 2018, Bandung

Anda mungkin juga menyukai