Anda di halaman 1dari 9

1.

Tantangan dalam mendesain produk, memformulasi, dan membuat tablet


Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak tantangannya
didalam mendesain dan membuatnya. Walaupun obat tersebut baik sifat kempanya,
melarutnya, dan tidak mempunyai masalah bioavailabilitas, mendesain dan
memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab masih banyak tujuan bersaing dari
bentuk sediaan ini. (Lachman, 1994).

2. Farmasetika sediaan tablet


a. Sifat-sifat
Disamping sifat kimia fisika dari obat yang akan diformulasi, desain fisik yang
sebenarnya, Proses pabrikasi, serta uji kimia lengkap atas tablet dapat memberikan
efek yang berarti pada kemanjuran dari obat yang akan diberikan.
 Tablet harus merupakan produk menarik yang mempunya identitasnya sendiri
serta bebas dari serpihan, keretakan, pemucatan, kontaminasi, dan lain-lain.
 Sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi dan pengepakan
 Mempunyai kestabilan kimia dan fisika sepanjang waktu.

Dari segi lain, tablet harus dapat melepaskan zat berkhasiat ke dalam tubuh dengan cara
yang dapat diramalkan serta tetap atau dapat diulang. Stabil secara kimia sepanjang
waktu sehingga tidak memungkinkan terjadi pemalsuan atau penurunan mutu zat
berkhasiat (Lachman, 1994).

b. Evaluasi (Lachman, 1994 hal.647-660)


 Penampilan umum
Mengontrol penampilan umum tablet, bentuk, warna, ada-tidaknya bau, rasa,
bentuk permukaan, konsistensi, dan cacat fisik, serta tanda pengenal.
 Ukuran dan bentuk
Ukuran dan bentuk tablet dapat dituliskan, dipantau dan dikontrol. Pada beban
kempa yang konstan, kertebalan tablet bervariasi dengan berubahnya
pengisian die yang konstan, ketebalan variasi dengan berubahnya beban
kompresi. Ketebalan tablet akan tetap dari batch ke batch, atau dlam satu
batch hanya bila granulasi tablet atau pencampuran cukup konsisten ukuran
partikel serta ukuran distribusinya, bila punch mempunyai panjang yang
konsisten, dan bila penekan tablet bersih dan bekerja dalam keaadan baik.
Cara untuk mengontrol produksi yaitu dengan meletakkan 5 atau 10 tablet
dalam baki, kemudian ketebalan luar tablet dapat diukur dengan memakai
jangka sorong yang melengkung. Tetapi apabila peralatan punch dan die telah
distandar dengan baik serta mesin tablet berfungsi dengan baik, metode ini
cukup memuaskan untuk memproduksi. Ketebalan tablet harus terkontrol
sampai perbedaan kurang lebih 5% dari nilai standar. Tiap perbedaan
ketebalan tablet pada lot terentu atau antar lot tidak boleh sampai terlihat
dengan mata telanjang agar dapat diterima oleh konsumen. Selain itu, juga
memudahkan dalam pengemasannya.
 Sifat organoleptis
 Warna
Warna dari suatu produk harus seragam dan merata dalam satu tablet.
Ketidakseragaan disebut burik. Ketidakmerataan warna tidak saja
menyebabkan kehilangan nilai estetik, tetapi juga dapat membuat
konsumen mengira sebagai ketidakseragaman isi tablet dan rendahnya
mutu produk.
 Bau
Adanya bau dari suatu batch tablet dapat menunjukan adanya masalah
kestabilan, tetapi bau juga dapat merupakan cirri khas dari pada
produk tertentu (vitamin umumnya berbau khas) pada bahan
penambah lain (zat perasa mempunyai bau yang enak) atau pada
bentuk sediaan tertentu (tablet berselaput biasanya berbau khas).
 Rasa
Rasa sangat penting bagi penerimaan konsumen atas tablet kunyah.
Karena sifat subjektif dalam memilih rasa, maka pengontrolan rasa
dalam pembuatan tablet kunyah hanya berdasarkan atas ada-tidaknya
rasa yang dimaksud.
 Tampilan
Derajat kecacatan tablet seperti serpihan, keretakan, kontaminasi oleh
benda asing, tekstur permukaan (halus atau kasar) serta penampilan
(mengkilap atau kusam) dapat mempunyai spesifikasi tanpa kerusakan
(zero-defect).
 Kekerasan dan kerenyahan
Tablet harus mempunyai kekuatan tertentu agar dapat bertahan terhadap
berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan
pengapalan. Kekerasan tablet yang cukup serta tahan penyerbukan dan
kerenyahan merupakan persyaratan penting bagi penerimaan konsumen.
Sebuah tablet antara dua landasan, kemudian ditekan, dan kekuatan yang
menghancurkan tablet dicatat. Kekerasan kemudian diartikan sebagai
kekuatan menghancurkan tablet. Pelincir dapat mempengaruhi kekerasan
tablet bila terlalu pekat atau pencampurannya terlalu lama.
Kekerasan tablet bukanlah indikator yang absolut dari kekuatan tablet, karena
bebrapa formulasi, bila dikempa menjadi tablet yang dangat keras cenderung
akan menjadi cap pada pergesekan sehingga menghilangkan bagian atas.
Karena itu cara lain untuk mengukur kekuatan tablet yaitu friabilitas
(kerenyahan) sering juga ditentukan. Alat penguji friabilitas untuk
laboratorium dikenal dengan Friabilator Roche. Care kerjanya dengan
memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan dan
guncangan dengan memakai sejenis kotak plastic yang berputar pada
kecepatan 25 rpm,menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada setiap putaran.
Biasanya tablet yang telah ditimbang diletakkan dalam alat, kemudian
dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet kemudian dibersihkan, dan
ditimbang ulang. Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5%-1% masih dapat
dibenarkan. Beberapa contoh alat pengukur kekuatan tablet yang dipakai
adalah alat penguji Monsanto, Strong-Cobb, Pfizer, Erweka, dan Schleuniger.
 Variasi berat
Pada tablet yang disdain mengandung sejumlah obat yang dalam sejumlah
formula, berat tablet yang dibuat harus secara rutin diukur untuk memastikan
setiap tablet mengandung sejumlah obat yang tepat. Di dalam tablet yang
berat rata-ratanya memenuhi syarat mungkin terdapat tablet yang beratnya
melebihi atau kurang dari persyaratan. Untuk mengatasi masalah ini USP
(United States Pharmacopeia)/NF (National Formulary) memberikan batas
penyimpangan berat yang masih diijinkan dari tiap tablet, yang dinyatakan
sebagai persen rata-rata sampel. Uji penyimpangan berat dilakukan dengan
menimbang 20 tablet satu per satu, menghitung berat rata-rata, kemudian
membandingkan berat tiap tablet dengan berat rata-rata. Tablet memenuhi
syarat USP bila tidak lebih dari 2 tablet yang beratnya di luar presentase, serta
tidak satupun tablet yang beratnya lebih dari 2 kali batasan presentase yang
diijinkan .
Berat rata-rata tablet (mg) Perbedaan presentase maksimum yang
diperkenankan
130 atau kurang 10
130-324 7,5
Lebih dari 324 5
Tabel 1. Toleransi penyimpangan berat untuk tablet yang tidak disalut

Uji penyimpangan berat ini dapat menjadi metode yang memuaskan untuk
mementukan keseragaman kandungan obat dlam tablet bila semuanya atau
hamper semuanya terdiri dari zat aktif (90%-95%), atau apabila keseragaman
distribusi obat/zat aktif dalam granul atau bubuk benar-benar sempurna. Uji
ini tentu saja tidak untuk memastikan kadar dari tablet yang kadar zat aktifnya
sedang atau rendah dimana bahan pengisi merupakan bagian terbesar dari
berat tablet. Untuk memastikan keseragaman potensi dari tablet berdosis
rendah, dilakukan uji keseragaman kandungan.
 Disintegrasi
Sediaan tablet, langkah penting pertama sebelum melarut adalah pecahnya
tablet menjadi partikel-partikel kecil atau granul. Langkah ini disebut
disintegrasi. Untuk menguji disintegrasi (waktu hancur) dilakukan dengan alat
uji waktu hancur. Caranya tiap tabung diisi dengan 1 tablet, kemudian
keranjang diletakkan di dalam beaker berisi air 1 liter yang berperan sebagai
cairan lambung buatan atau cairan usus buatan pada suhu 37oC ± 2o C.
Keranjang itu bergerak turun-naik, dan tablet harus tetap berada 2,5 cm dari
permukaan atas cairan dan 2,5 cm dari dasar beaker. Gerakan turun-naik
keranjang diatur oleh sebuah motor yang bergerak 5-6 cm pada frekuensi 28-
32 kali per menit. Sebuah lempeng plastic yang dilubangi dapat digunakan
dalam uji ini. Lempeng tersebut diletakkan diatas tablet, dan menimbulkan
gerakan abrasi pada tablet. Lempeng ini berguna untuk tablet yang
mengapung. Tablet harus hancur dan semua partikel harus dapat menembus
saringan mesh-10 dikeranjang dalam waktu yang telah ditentukan. Bila ada
yang tertinggal, maka sisa itu harus mempunyai masa yang lunak dan tidak
boleh ada inti tablet yang tumpah. Tablet menurut USP yang tidak bersalut
mempunyai standar waktu hancur paling rendah 5 menit (tablet aspirin), tapi
kebanyakan tablet memiliki waktu hancur 30 menit.
Tablet salut enterik tidak boleh hancur setelah 1 jam di dalam cairan lambung.
Tablet salut enterik ini kemudian diuji dalam cairan usus buatan, dan tablet
harus pecah dalam 2 jam ditambah waktu yang dinyatakan pada
monografinya.
 Disolusi
Laju absorbs dari obat-obat bersifat asam yang diabsorbsi dengan mudah
dalam saluran pencernaan sering ditetapkan dengan laju larut obat dari tablet.
Bila yang menjadi tujuan adalah untuk memperoleh kadar yang tinggi dalam
darah, maka cepatnya obat dan tablet yang melarut biasanya menjadi
menentukan. Karena itu laju larut dapat berhubungan langsung dengan
kemajuran dari tablet dan perbedaan biovailabilitas dari berbagai formula.
Penaksiran penglepasan paling langsung obat dari formula tablet diperoleh
dengan mengukur bioavailabilitas in vivo. Namun karena beberapa alasan,
penggunaan in vivo menjadi terbatas, yaitu:
 Lamanya waktu yang diperlukan untuk merencanakan, melakukan,
dan menginterpretasi
 Tingginya ketrampilan yang diperlukan bagi pengkaji pada manusia
 Ketepatan yang rendah serta besarnya penyimpangan pengukuran
 Besarnya biaya yang diperlukan
 Pemakaian subjek manusia bagi penelitian yang “nonesensial”
 Keharusan mengganggap adanya hubungan yang sempurna antara
manusia sehat dan tidak sehat yang digunakan dalam uji.

Selain uji disolusi in vivo, juga dilakukan uji disolusi in vitro. Dua sasaran dalam
mengembangkan uji in vitro:

 Penglepasan obat dari tablet kalau dapat mendekati 100%


 Laju penglepasan obat seragam pada setiap batch dan harus sama dengan
laju penglepasan dari batch yang telah dibuktikan berbioavailabilitas dan
efektif secara klinis.

Cara untuk melakukan uji disolusi:

 Alat 1
Sebuah tablet diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yang
diikatkan pada bagian bawah suatu tongkat yang dihubungkan pada
sebuah motor yang kecepatannya dapat diatur. Keranjang dicelupkan
kedalam medium disolusi (seperti yang dinyatakan dalam monografi) yang
terdapat dlam 100 ml labu. Labu berbentuk silindris dengan dasar
berbentuk hemisferik. Suhu labu dipertahankan 37o C ± 0,5o C, dengan
penangas bersuhu tetap. Motor diatur pada kecepatan yang ditentukan,
kemudian cairan sampel diambil pada selang waktu tertentu untuk
menetukan jumlah obat di dalam cairan.
 Alat 2
Sama dengan alat 1, tapi keranjangnya diganti dengan pedal yang dibentuk
dari pisau dan tongkat sebagai elemen pengaduk. Sediaan obat
ditenggelamkan ke dasar labu sebelum diaduk. Sediaan dapat diberi
“sekeping benda kecil non reaktif, misalnya tidak lebih dari beberapa
putaran kawat helix” untuk mencegah pengapungan. Pada monografi
USP/NF juga dinyatakan medium serta volume yang dipakai, alat mana
yang digunakan, kecepatan (rpm) uji, batas waktu, serta prosedur
penentuan kadar. Toleransi uji dinyatakan sebagai persen jumlah atau
kadar di etiket dari obat yang larut selama batas waktu.
3. permasalahan selama proses
a. Capping dan laminasi
Capping adalah istilah yang digunakan untyuk menguraikan sebagian atau secara
lengkap pemisahan bagian atas atau bawah dari mahkota tablet dari bagian utamanya.
laminasi adalah pemisahan tablet menjadi 2 atau lebih lapisan-lapisan yang berbeda
(Lachman, 1994). Biasanya permasalahan pada proses ini segera terlihat setelah
pencetakan, tapi capping dan laminasi dapat terjadi 1 jam atau setelah 1 hari. pada
penelitian yang telah dilakukan, capping dan laminasi terjadi karena sifat-sifat yang
berubah selama formulasi dan segera diikuti dengan pencetakan. capping dan laminasi
pada tablet sering kali dapat dihilangkan dengan melakukan pencetakan pendahuluan
(prekompresi), kecepatan pencetakan akhir, apabila waktu penurunan tekanan
ditingkatkan, jumlah tekanan yang diinginkan dapat dikurangi, tablet yang kompak dapat
dibentuk (Lachman, 1994). granul yang terlalu kering cenderung membentuk capping
dan laminasi karena mengurangi kohesi. untuk granul dengan kelembaban tertentu,
penambahan bahan higroskopis seperti sorbitol, metilselulose, dapat membantu
mempertahankan kadar kelembaban. penyebab capping yang lain adalah pengaturan
tekanan yang tidak tepat .
b. Pengelupasan dan Penempelan
Pengelupasan adalah istilah untuk menerangkan permukaan bahan dari suatu
tablet yang menempel pada dan dipisahkan dari permukaan tablet oleh punch.
penempelan juga berhubungan dengan melekatnya bahan tablet pada dinding die. apabila
terjadi penempelan, diperlukan penambahan tenaga untuk mengatasi gesekan antara
tablet dengan dinding die selama pengeluaran tablet. Penempelan saat pengeluaran dapat
mengakibatkan tablet menjadi gumpil dan menghasilkan sisi yang kasar (Lachman,
1994).
c. Mottling
Mottling adalah keadaan distribusi warna tablet tidak merata dengan terdapatnya
bagian-bagian terang dan gelap pada permukaan yang seragam. penyebab mottling
adalah berbedanya warna obat dengan warna penambah atau bila hasil urai obatnya
berwarna (Lachman, 1994).
d. Ukuran granul dan ukuran distribusi sebelum pencetakan
Variasi dari rasio granul kecil sampai granul besar, besarnya perbedaan ukuran
granul mempengaruhi bagaimana ruang antara pertikel-partikel diisi. karena walau
volume di dalam die sama banyak, perbedaan proporsi partikel dapat mempengaruhi
berat dari isi masing-masing die (Lachman, 1994)
e. Aliran Yang kurang baik
Pengisian die didasarkan atas aliran granul yang kontinu dan seragam dari hopper
melalui rangka pengisi. Bila aliran kurang baik, granul cenderung bergerak kembang
kempis melalui alat pengisi, sehingga beberapa die tidak terisi sempurna (Lachman,
1994)
f. Pencampuran yang kurang baik
Bahan pelicin dan pelincir yang tidak terbagi dengan rata akibatnya aliran partikel
terganggu sehingga granul tidak mengalir secara efisien ke dalam ruang cetak (Lachman,
1994)
g. Variasi kekerasan
Penyebabnya sama dengan penyebab variasi berat. kekerasan tergantung pada
berat dari materi serta ruangan antara punch atas dan bawah pada waktu perncetakan.
Bila volume materi atau jarak kedua punch berbeda, maka kekerasan tidak akan
konsisten (Lachman, 1994)
h. Cetakan Ganda
Masalah ini hanya terjadi bila pada punch terdapat monogram atau profil (ukiran)
lainnya. pada pencetakan, permukaan tablet dicetak sesuai dengan monogram/profil yang
terdapat pada punch. masalah yang sama juga terjadi pada mesin tablet yang
menggunakan 2 langkah pencetakan. langkah pertama menggunakan tenaga penekanan
bawah, dilanjutkan langkan penekanan terakhir, dan monogram/profil tercetak pada
tablet. bila punch tidak terkontrol, punch dapat berputar selama gerakan singkat ke
langkah penekanan terakhir yang mengakibatkan terjadinya cetakan ganda (Lachman,
1994)

Anda mungkin juga menyukai