Anda di halaman 1dari 1

1.1.

Latar Belakang
Berdasarkan National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) Clinical
Guideline on Feverish Illness in Children (2007), demam sangat sering terjadi pada anak,
biasanya gejala ini mengindikasikan adanya suatu bentuk infeksi yang terjadi di tubuh. Selain
itu, demam dapat juga disebabkan oleh penyakit autoimun, tumor, kelainan metabolik,
medikasi, peradangan kronik, dan lain-lain (Doley et al., 2007).
Dua puluh persen dari pasien anak yang datang berobat ke dokter adalah karena alasan
demam (El-Radhi et al., 2009). Berdasarkan penelitian kohort terhadap anak yang
mengunjungi dokter karena alasan demam, Hay et al. (2005) menemukan bahwa 20% anak
ketika berusia dibawah 6 bulan dibawa ke dokter dengan alasan demam dan 32% ketika anak
telah berusia antara 6 bulan hingga 5 tahun. Menurut Hasil Survei Kesehatan Nasional
(Suskernas) pada tahun 2004 diketahui bahwa dari 9.084 rumah tangga yang disurvei,
didapati 29% anak mengalami demam dalam kurun waktu 2 minggu sebelum survei. Selain
itu, didapati hasil bahwa demam di desa sangat tinggi dibandingkan dengan di kota (41%
banding 28%) dan di luar pulau Jawa-Bali prevalensi demam sedikit lebih tinggi
dibandingkan di pulau Jawa-Bali.
Data kunjungan pasien rawat jalan di Poli Balita Puskesmas Muara Bungo I pada tahun
2014menunjukkan bahwa diagnosis terbanyak adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA), yang memiliki gejala demam sebagai salah satu gejala klinisnya.
Sebagian besar (95,7%) ibu merasa khawatir bila anaknya demam (Purwoko dkk,
2002). Kekhawatiran ibu tersebut disebabkan oleh beberapa alasan antara lain anak menjadi
rewel (64%), anak tidak mau makan (20,5%), takut anak menjadi kejang (26,5%), dan
menurut survei tersebut sebagian besar (64%) khawatir karena cemas demam tersebut
merupakan akibat dari penyakit yang berat. Disamping itu, kecemasan pada ibu dapat
diakibatkan oleh kurangnya

Anda mungkin juga menyukai