Tugas Khusus HC Ellen

Anda mungkin juga menyukai

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ellen

NIM : 03031181621121
Shift : Rabu (08.00-11.00 WIB)
Kelompok :1

TUBE PADA HEAT EXCHANGER

Heat exchanger adalah alat yang digunakan untuk proses perpindahan


panas fluida dengan fluida yang lain, tanpa terjadi perpindahan massa di dalamnya
Heat exchanger dapat digunakan sebagai pemanas maupun sebagai pendingin.
Tipe dari heat exchanger sering digunakan ialah tipe shell and tube dengan
segmental baffle (Veriyawan, 2014). Biasanya, medium pemanas yang akan
dipakai dapat berupa super heated steam dan air biasa sebagai cooling water.
Heat exchanger dirancang dengan sebaik mungkin agar peristiwa perpindahan
panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Shell and tube heat exchanger
merupakan alat penukar panas yang banyak digunakan pada suatu proses seperti
petroleum dan industri kimia. Alat penukar panas umumnya digunakan dalam
kondisi dengan tekanan yang relatif tinggi, terdiri dari shell yang di dalamnya
disusun tube dengan rangkaian tertentu (Hidayatullah dan Dwiyantoro, 2014).
Tipe dari alat heat exchanger yang banyak dipakai adalah shell and tube
heat exchanger. Shell and tube heat exchanger merupakan alat penukar panas
yang terdiri dari sebuah shell silindris pada bagian luar dan serta sejumlah tube
(tube bundle) pada bagian dalam. Temperatur fluida yang ada dalam tube bundle
berbeda dengan di luar tube (di dalam shell) sehingga terjadi perpindahan panas
antara aliran fluida didalam tube dan di luar tube. Daerah yang berhubungan
dengan bagian dalam tube dapat disebut dengan tube side dan yang di luar dari
tube disebut shell side. Pemilihan heat exchanger yang tepat untuk digunakan di
pada suatu industri akan memberikan dampak penghemat biaya operasional harian
dan juga perawatan alat. Alat penukar panas saat dalam keadaan baru dan belum
diipakai, permukaan logam dari pipa pemanasnya masih dalam keadaan bersih.
Alat penukar panas yang telah beroperasi beberapa lama akan memiliki
lapisan kotoran atau kerak pada permukaan pipanya. Tebal tipis lapisan kotoran
yang terdapat, tergantung dari fluidanya. Lapisan tersebut dapat menyebabkan
koefisien perpindahan panas berkurang. Harga dari suatu koefisien perpindahan
panas untuk sebuah alat penukar panas akan selalu mengalami perubahan selama
proses pemakaian. Batas alat dapat berfungsi sesuai dengan perencanaan adalah
saat harga koefisien perpindahan panas mencapai harga minimum (Satriau, 2016).
1. Tube Heat Exchanger
Tube merupakan suatu komponen alat yang akan dialiri fluida lainnya
yang dindingnya merupakan lintas pertukaran panas. Tube dirangkum oleh sebuah
tube sheet dan dapat tersusun dalam berbagai pola seperti pola triangular, pola
square dan diagonal square. Panjang dari tube akan menentukan panjang nominal
yang akan dimiliki oleh suatu heat exchanger. Panjang straight tube diambil
sebagai panjang total keseluruhan. Jenis U-tube ukuran panjang pada jenis ini
akan diambil dari ujung tubes sampai tangential bend. Pemilihan sebuah tube
harus mempertimbangkan suhu, tekanan, serta sifat korosi fluida yang mengalir.
Diameter tubes standard dari jenis copper, steel dan alloy yang dipergunakan akan
disesuaikan dengan turbular exhanger manufacturers assocition standard.

Gambar 1. Pola Pemasangan Tube


(Sumber: Byrne, 2007)

Susunan pemasangan tube pada tube sheet suatu heat exchanger biasanya
dijumpai dalam bentuk triangular atau square. Pemasangan yang dilakukan
dengan bentuk triangular maupun square memiliki keuntungan dan kelemahan
masing-masing dalam pemilihan serta pemakaiannya. Jumlah tube yang dipasang
dengan sistem triangular lebih banyak sehingga kemampuan heat transfernya
lebih besar, namun untuk proses membersihkan lebih sulit pelaksanaannya secara
mechanical. Pemasangan dengan square pattern akan mempermudah pelaksanaan
mechanical cleaning, namun jumlah tube yang dipasang akan lebih sedikit. Tube
pitch minimum adalah 1,25 dikali dengan outside diameter tube. Tube pitch
adalah jarak antara pusat tube yang satu ke pusat tube lain yang berdekatan.
Konstruksi dari pemasangan tube pada tube sheet yaitu rolling, seal weld,
dan screw. Rolling merupakan sistem sambungan yang paling banyak digunakan
walaupun pada pelaksanaannya akan diperlukan ketelitian. Cara ini mempunyai
dua tipe, yaitu plain joint dan groove joint. Plain joint biasanya digunakan pada
tekanan rendah antara 5-50 Psi, perbedaan tekanan tidak boleh lebih dari 200°F.
1.1. Fixed Tube Sheet atau Fixed Head
Fixed tube sheet heat exchanger lebih sering digunakan dibandingkan
dengan jenis lainnya. Tube sheet ini akan dilas atau digabungkan dengan shell.
Biasanya perluasan akan melewati shell dan bertindak sebagai flanges, tube side
header ini kemudian akan dibaut. Konstruksi ini menyebabkan shell and tube
sheet material menyatu satu sama lainnya. Konstruksi ini digunakan untuk steam
surface condenser, yang beroperasi di bawah vakum. Keuntungan dari tipe fixed
tube sheet antara lain harganya yang murah karena konstruksinya yang digunakan
sederhana sepanjang tidak membutuhkan expansion joint (sambungan tambahan).
Tube yang digunakan dapat dibersihkan secara mekanikal setelah melepas cover
channel. Kebocoran dari sisi shell bisa diminimalisir karena tidak ada flange joint.
Kerugian yang terdapat pada fixed tube sheet antara lain bundle tidak dapat
dilepas dari shell, jadi sisi luar tube tidak akan dapat dibersihkan secara mekanis.
Aplikasi hanya terbatas pada clean service pada bagian shell side. Apabila akan
digunakan fouling service pada shell side maka shell side harus dibersihkan
dengan menggunakan chemical cleaning. Perbedaan panas yang terlalu besar pada
tube dan shell akan memerlukan expansion joint, tetapi harganya jadi lebih mahal.

Gambar 2. Fixed Tube Sheet Heat Exchanger


(Sumber: Byrne, 2007)
1.2. U-Tube Heat Exchanger
Merupakan tipe heat exchanger dengan satu tube sheet yang terletak pada
bagian ujung channel. Keuntungan penggunaan U-tube heat exchanger terdapat
pada bundle yang dapat meregang atau menkerut jika terjadi perbedaan tegangan
(differential stress). Bagian luar dari tube ini dapat dibersihkan dan tube bundle
yang ada juga bisa dilepas. Kerugian dari U-tube heat exchanger terdapat pada
bagian dalam dari U-tube yang tidak dapat dibersihkan secara efektif sehingga
memerlukan drill shaft yang fleksibel agar dapat membersihkannya. U-tube heat
exchanger sebaiknya tidak digunakan untuk tube dengan fluida yang kotor.

Gambar 3. U-Tube Heat Exchanger


(Sumber: Byrne, 2007)

1.3. Floating Tube Sheet Exchanger


Jenis ini tube sheet-nya dipasang pada shell tidak secara fix (tube bundle
dapat dikeluarkan dari shell). Heat exchanger floating head adalah heat
exchanger yang paling serba guna dari tipe shell and tube heat exchanger dan
juga harga yang dimiliki relatif lebih rendah. Free expansion yang terjadi dari
tube bundle masih diperbolehkan selama adanya permbersihan di sisi dalam dan
luar tube. Heat exchanger dengan tipe floating head dapat digunakan pada shell
maupun di tube yang kotor, seperti pada industri penyulingan minyak mentah.
Keuntungan dari floating head heat exchanger adalah tube bundle yang dapat
dilepas dari shell tanpa melepas shell ataupun cover floating head, sehingga
mengurangi lama waktu maintenance. Kerugian dari pemakaian tipe ini terdapat
pada harganya yang jauh lebih mahal diantara tipe heat exchanger lainnya. Harga
yang jauh lebih mahal disebabkan karena ukuran shell-nya jauh lebih besar dari
tipe lain.
DAFTAR PUSTAKA

Byrne, R. 2007. Standards of Tubular Exchanger and Manufacturing Assosiation.


New York: TEMA,inc.
Hidayatullah, R. dan Dwiyantoro, B., A. 2014. Studi Numerik Pengaruh Baffle
Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe U – Tube terhadap Aliran Fluida dan
Perpindahan Panas. Jurnal Teknik POMITS. Vol. 3(2): 198-203.
Satriau, D. 2016. Alat Penukar Panas (Heat Exchanger). (Online).
https://www.academia.edu/31429479/alat_penukar_panas_Heat_Exchange
r. (Diakses pada 12 Oktober 2018)
Veriyawan, R., Biyanto, T. R., dan Nugroho, G. 2014. Optimasi Desain Heat
Exchanger Shell And Tube Menggunakan Metode Particle Swarm
Optimization. Jurnal Teknik POMITS. Vol. 3(2): 210-215.

Anda mungkin juga menyukai