Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Pembatasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Manfaat Penulisan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengantar
Manusia merupakan makhluk individu, sosial, susila dan religius. Sebagai makhluk
individu, mereka telah dikaruniani potensi yang berbeda dengan individu lain. Artinya setiap
individu memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Setiap individu mempunyai dorongan untuk mandiri, meskipun disisi lain pada diri individu
terdapat rasa tidak berdaya sehingga memerlukan bimbingan dari orang lain. Untuk dapat
menolong diri sendiri, individu perlu mendapatkan bimbingan dari orang lain. Untuk dapat
menolong dirinya sendiri, individu perlu mendapatkan pengalaman dimana pegembangan
konsep, prinsip, inisiatif, kreativitas, tanggung jawab, dan keterampilannya.
Sebagai makhluk sosial, sejak lahir manusia sudah dikaruniai potensi sosialitas,
artinya setiap individu mempunyai kemungkinan untuk dapat bergaul, yang didalamnya ada
kesediaan untuk memberi dan menerima. Manusia tidak dapat mencapai apa yang
diinginkannya seorang diri. Kehadiran manusia lain dihadapannya bukan daja untuk
mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan sarana untuk pertumbuhan dan
perkembangan kepribadiannya. Sebagai makhluk susila diharapkan manusia dapat
menghayati norma-nirma dan nilai-nilai dalam kehidupan.
Manusia apat menetapkan tingkah laku mana yang baik dan bersifat susila serta
bertingkah laku mana yang tidak baik dan tidak bersifat susila. Setiap masyarakat
mempunyai norma dan nilai. Penghayatan dan perwujudan norma, nilai, dan kaidah-kaidah
sosial adalah sangat penting dalam rangka menciptakan ketertiban dan stabilitas kehidupan
masyarakat. Penghayatan atas norma dan nilaitersebut hanya mungkin dilakukan oleh
individu dalam hubungannya dengan kehadirannya bersama orang lain. Sebagai makhluk
religius merupakan kebutuhan manusia. Manusia memerlukan agama demi untuk
keselamatan hidupnya. Untuk itu ia dituntut untuk dapat menhayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya dengan sebaik-baiknya.
Manusia hidup salah satunya untuk membentuk perdaban sehingga membuat dunia
menjadi lebih baik. Seharusnya hidup tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi
mengkontribusikan segenap potensi yang dimilikinya untuk menjadikan alam beserta isinya
debagai objek yang menjadi ladang aktivitas dan membangun perdaban. Antara kebudayaan
dan perdaban mempunyai hubungan yang sangat erat. Peradaban menunjuk pada hasil
kebudayaan yang bernilai tinggi dan maju.
Perdaban merupakan tahapan dari evolusi budaya yang telah berjalan bertahap dan
berkesinambungan, memperlihatkan karakter yang khas pada tahap tersebut, yang dicirikan
oleh kualitas tertentu dari unsur budaya yang menonjol, meliputi tingkat ilmu pengetahuan,
seni, teknologi, dan spiritualitas yang tinggi. Manusia merupakan makhluk yang beradab
sehingga mampu menghasilkan peradaban. Disamping itu, manusia sebagai makhluk sosial
juga mampu menciptakan masyarakat yang beradab.

2.2. Pengertian Dasar Peradaban


Peradaban berasal dari kata adab yang mengandung pengertian tata krama, perilaku
atau sopan santun. Dengan demikian peradaban adalah segenap perilaku sopan santun dan
tata krama yang diwujudkan oleh manusia dari waktu ke waktu baik dalam realitas politik,
ekonomi dan sosial lainnya. Perdaban dalam istilah inggris disebut civilitation yang berarti
nilai hidup satu kelompok atau bangsa dalam merespons tantangan masa yang dihadapinya
dalam era tertentu (Oxford Dictionary English).
Dalam definisi peradaban juga mengandung adanya perkembangan pengetahuan dan
kecakapan, sehingga memungkinkan orang memiliki tabiat beradab. Perdaban adalah
sebuah entitas terluas dari budaya, yang teridentifikasi melalui unsur-unsur objektif umum,
seperti bahsa, sejarah, agama, kebiasaan, institusi, maupun memalui identifikasi diri yang
subjektif.
Perdaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok masyarakat yang
dibedakan secara nyata dari makhluk lainnya. Perdaban mencerminkan kualitas kehidupan
manusia dalam masyarakat. Kualitas peradaban diukur dari ketentraman (human security),
kedamaian (peacefull), keadilan (justice) dan kesejahteraan (welfare) yang merata. Ada tiga
inti perdaban, yakni nilai, kelompok tertentu dan tantangan zaman. Dengan demikian,
penegakan satu perdaban tergantung pada kelompok dengan nilai yang dianutnya, serta
tantangan zamannya.
Koentjaraningrat membedakan anatara kebudayaan dan perdaban. Kebudayaan adalah
segala daya dan usaha manusia untuk mengubah alam atau keseluruhan gagasan dan karya
manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi dan kerjanya
itu.
Menurut Adinegoro perdaban adalah aspek teknis sebuah masyarakat yang dapat
dipinjam (misal pengetahuan dan teknologi); sedangkan kebudayaan adalah jiwa sebuah
bangsa yang berwujud dalam karakter dan tabiat yang tidak dapat ditukar.
Tingkat atau derajat tinggi masyarakaat itu berakar pada civis (kota). Sedangkan
istilah kultur pada awalnya berarti jumlah segala kemjuan; kemajuan bendawi ataupun
kemajuan oikiran yang dicapai oleh manusia. Dari elaborasi pengertian ini perbedaan
anatara peradaban dan kebudayaan berasal dari perbedaan yang dilakukan dalam tradisi
pemikiran Jerman. Sedangkan pada tradisi eropa lainnya (Prancis dan Inggri) dpakai terma
civilizatation saja.
M. Amir menegaskan bahwa setiap masyarakat mempunyai perdabannya sendiri
(entah mencapai tingkat yang tinggi atau rendah). Perdaban itu juga ada yang berpindah atau
dipinjam karena faktor percampuran, hubungan atau kemajuan. Disni terdapat dua pendapat,
yang menafsirkan kemajuan perdaban karena perbedaan genetik dan yang menafsirkan
kemajuan peradaban karena faktor lingkungan. Nature vs Nurture. Bagi M. Amir persoalan
peradaban ini tidak semata-mata soal sosiologi tetapi juga psikologi. Berapa lama waktu
yang dibutuhkan barat untuk membentuk konstitusi kejiwaan manusia barat seperti sekarang
ini, ribuan tahun. Secara historis tidaklah mungkin kita memutus mata rantai kesejahteraan
manusiawi kita untuk membangun perdaban baru.
Lebih rinci dijelaskan bahwa kebudayaan pada hakikatnya adalah cipta, rasa dan karsa
manusia dalam memnuhi kebutuhan hidupnya. Kemampuan cipta (akal) manusia
menghasilkan ilmu pengetahuan. Kemampuan rasa manusia melalui alat-alat indranta
menghasilkan beragam barang seni dan bentuk-bentuk kesenian. Sedangkan karsa manusia
menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan, dan kebahagiaan sehingga menghasilkan
berbagai aktivitas hidup manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Hasil atau produk
kebudayaan manusia inilah yang menghasilkan perdaban.

Istilah perdaban sering juga dipakai untuk menyebutkan suatu kebudayaan yang
mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni rupa dan sistem kenegaraan serta
masyarakat kota yang maju dan kompleks. Bila istilah kebudayaan berasal dari kata culture,
istilah peradaban dalam Bahasa Inggris disebut civilization. Istilah peradaban yang sering
dipakai menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan
mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan,
luhur dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah
memiliki peradaban yang tinggi.

Peradaban sering dipakai untuk hasil kebudayaan seperti kesenian, ilmu pengetahuan
dan teknologi, adat sopan santun serta pergaulan. Selain itu, kepandaian menulis, kesenian
dan susastra, organisasi bernegara serta masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Peradaban menunjuk pada hasil kebudayaan yang bernilai tinggi dan maju. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa setiap masyrakat atau bangsa dimana pun selalu berkebudayaan,
tetapi tidak semuanya telah memiliki peradaban. Peradaban merupakan tahap tertentu dari
kebudayaan masyrakat tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan
oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang telah maju.

Peradaban tidak lain adalah perkembangan kebudayaan yang telah mendapat tingkat
tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya. Taraf kebudayaan yang telah mencapai
tingkat tertentu tercermin pada pendukungnya yang dikatakan sebagai beradab atau
mencapai peradaban yang tinggi. Jadi, evolusi kebudayaan bisa mencapai sampai pada taraf
tinggi, yaitu: peradaban.

Peradaban merupakan tahapan dari evolusi budaya yang telah berjalan bertahap dan
berkesinambungan, memperlihatkan karakter yang khas pada tahap tersebut yang dicirikan
oleh kualitas tertentu dari unsur budaya yang menonjol, meliputi tingkat ilmu pengetahuan,
seni, teknologi dan spiritualitas yang tinggi. Sebagai contoh, peradaban Mesir Kuno
tercermin dari hasil budaya yang tinggi dalam sosok bangunannya (pyramid, obelisk, spinx)
yang terkait dengan ilmu bangunan, tulisan serta gambar yang memperlihatkan budaya.
Contoh lainnya, tentang peradaban Cina Kuno yang juga menampakkan tingkat ilmu
pengetahuan dan teknologi tinggi dalam tulisan yang menjadi ciri budaya setempat.
Peradaban kuno di Indonesia menghasilkan berbagai bangunan seni yang bernilai tinggi,
seperti Candi Borobudur, Prambanan dan lain-lain.

Peradaban bangsa di Indonesia dimulai sejak masa kemahiran teknik atau zaman
perundagian. Zaman perundagian terdiri dari dua masa, yaitu tradisi seni tulis perunggu dan
tradisi tuang besi. Meskipun saat itu masih zaman prasejarah (masa sebelum mengenal
tulisan), namun telah mengenal teknologi terbatas dan sederhana yaitu pada upaya
pemenuhan peralatan yang dibutuhkan masyarakat Indonesia dalam kehidupannya yang
sudah mulai menetap, Di Indonesia, penggunaan logam sudah mulai dikenal beberapa abad
sebelum masehi. Mereka menggunakan peralatan dari logam, seperti peralatan berburu,
bercocok tanam, peralatan rumah tangga dan lain-lain, tetapi tidak semua masyrakat dapat
membuat peralatan itu.

Membuat peralatan dari logam membutuhkan keahlian. Orang yang ahli membuat
peralatan logam disebut undagi, tempat pembuatannya disebut perundagian. Beberapa
contoh alat dari perunggu adalah kayak corong, neraka, bejana perunggu. Alat-alat ini
ditemukan diberbagai daerah di Indonesia. Peradaban bangsa Indonesia semakin maju dan
berkembang setelah datangnya pengaruh Hindu dan Budha ke Indonesia. Pengaruh tulisan
dari budaya Hindu Budha membawa dampak besar bagi peradaban Indonesia yaitu
memasuki masa sejarah (masa mengenal bahasa tulis).

Salah satu hasil budaya tulis di Indonesia adalah prasasti. Huruf yang dipakai dalam
prasasti yang ditemukan sejak tahun 400M adalah Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Kemampuan baca tulis masyarakat Indonesia lama-kelamaan berpengaruh dalam bidang
kesussastraan, yaitu munculnya banyak kitab-kitab kuno ini dapat ditelusuri peradaban
bangsa Indonesia terutama dalam masa kerajaan. Peradaban bangsa semakin berkembang
dengan masuknya pengaruh Islam dan masuknya peradaban bangsa Barat Eropa, termasuk
pengaruh agama Krristen Katolik. Dewasa ini, pengaruh peradaban global semakin kuat
akibat kemajuan bidang komunikasi dan informasi.

2.3. Wujud Peradaban


Wujud dari peradaban dapat berupa:
a. Moral : Nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan.
b. Norma : aturan, ukuran atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu
benar atau salah, baik atau buruk.
c. Etika : nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi
pegangan dalam mengatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etiket
atau sopan santun.
d. Estetika : berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan,
mencakup kesatuan (unity), keselarasan (balance) dan kebalikan (contrast).

2.4. Manusia Sebagai Makhluk Yang Beradab


Manusia memiliki beberapa sifat hakekat kodrati, yaitu sebagai makhluk berfikir
sosial (bermasyarakat), susila, indah dan agamis, sebagai bagian dari unsur-unsur adab. Oleh
karena itu manusia boleh dikatakan sebagai manusia beradab (memiliki adab). Manusia
sebagai makhluk beradab, maka manusa tidak akan lepas dari unsur-unusr yang baik, yang
berupa budi pekerti luhur, sebagai ciri-ciri makhluk beradab. Kualitas keberadaban maisng-
masing bangsa memiliki keanekaragaman yang berbeda tergantung pada situasi dan kondisi,
serta kemajuan berfikir masing-masing bangsa itu sendiri. Manusia merupakan makhluk
yang beradab sehingga mampu menghasilkan peradaban. Disamping itu, manusia sebagai
makhluk sosial juga mampu menciptakan masyarakat yang beradab.
Masyarakat yang beradab adalah masyrakat yang berpendidikan tinggi, sopan dan
berbudi pekerti luhur, berakhlak dan berkesopanan serta memiliki rasa toleransi, tepo seliro
yang tinggi. Kita semua menganggap masyarakat kita beradab, namun kita juga harus
menerima kenyataan bahwa masyarakat kita masih banyak yang arogan dan anarkis.
Masyarakat adab (civil society) suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan
kepentingan umum yang memperjuangkan penguatan posisi masyrakat terhadap Negara.
Peradaban berkaitan dengan perubahan sosial. Didalam peradaban melekat konsep-
konsep perubahan kearah yang lebih baik. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala
berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial
budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyrakat.
Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin
mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya
merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Diantaranya komunikasi; cara
dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemua
baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan
perubahan iklim, peperangan dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang
infonya hubungan komunikasi dengan masyrakat lain; perkembangan IPTEK yang lambat;
sifat masyrakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tetanam kuat
dalam masyarakat; prasangka negative terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi
kegoyahan pada masyrakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat
atau kebiasaan.
Pengelompokkan teori perubahan sosial telah dilakukan oleh Strasser dan Randall.
Perubahan sosial dapat dilihat dari empat teori, yaitu teori kemunculan dictator dan
demokrasi, teori perilaku kolektif, teori inkonsistensi status dan analisis organisasi sebagai
subsistem sosial.

Tabel Tipologi Pemikiran Tentang Perubahan Sosial


Perspektif Penjelasan Tentang Perubahan
Barrington Moore, Teori kemunculan Teori ini di dasarkan pada pengamatan
diktator dan demokrasi panjang tentang sejarah pada beberapa
negara yang telah mengalami transformasi
dari basis ekonomi agaria menuju basis
ekonomi industri.
Teori Perilaku Kolektif Teori dilandasi pemikiran Moore namun
lebih menekankan pada proses perubahan
daripada sumber perubahan sosial.
Teori Inkonsistensi Status Teori ini merupakan representasi dari teori
psikologi sosial. Pada teori ini, individu
dipandang sebagai suatu bentuk ketidak
konsistenan antara status individu dan grup
dengan aktivitas atau sikap yang didasarkan
pada perubahan.
Analisis Organisasi sebagai Subsistem Alasan kemunculan teori ini adalah
Sosial anggapan bahwa organisasi terutama
birokrasi dan organisasi tingkat lanjut yang
kompleks dipandang sebagai hasil
transformasi sosial yang muncul pada
masyarakat modern. Pada sisi lain,
organisasi meningkatkan hambatan antara
sistem sosial dan sistem interaksi.

 Teori Barrington Moore


Teori yang disampaikan oleh Barrrington Moore berusaha untuk menjelaskan
pentingnya faktor struktural dibalik sejarah perubahan yang terjadi pada negara-negara
maju. Negara maju yang di analisis oleh Barrington Moore adalah negara yang telah
berhasil melakukan transformasi dari negara berbasis pertanian menuju negara industri
modern.
Secara garis besar proses transformasi pada negara-negara maju ini melalui tiga pola,
yaitu
1. Demokrasi
2. Fasisme
3. Komunisme
Demokrasi merupakan suatu bentuk tatanan politik yang dihasilkan revolusi oleh
kaum borjuis. Pembangunan ekonomi pada negara dengan tatanan politik demokrasi hanya
dilakukan oleh kaum borjuis yang terdiri dari kelas atas dan kaum tuan tanah. Masyarakat
petani atau kelas bawah hanya dipandang sebagai kelompok pendukung saja, bahkan
seringkali kelompok bawah ini menjadi korban dari pembangunan ekonomi yang dilakukan
oleh negara tersebut. Negara yang mengambil jalan demokrasi dalam proses
transformasinya adalah Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat.
Berbeda halnya demokrasi, fasisme dapat berjalan melalui revolusi konserfatif yang
dilakukan oleh elit konservatif dan kelas menengah. Koalisi antara kedua kelas ini yang
memimpin masyarakat kelas bawah baik di perkotaan maupun perdesaan. Negara yang
memilih jalan fasisme menganggap demokrasi atau revolusi oleh kelompok borjuis sebagai
gerakan yang rapuh dan mudah dikalahkan. Contoh dari negara yang mengambil jalan
fasisme adalah Jepang dan Jerman.
Komunisme lahir melalui revolusi kaum protelar sebagai akibat ketidakpuasan atas
usaha eksploitatif yang dilakukan oleh kaum fedal dan borjuis. Perjuangan yang
digambarkan oleh Marx merupakan suatu bentuk perkembangan yang akan berakhir pada
kemenangan kelas protelar yang selanjutnya akan mewujudkan masyarakat tanpa kelas.
Perkembangan masyarakat oleh Marx digambarkan sebagai bentuk linear yang
mengacu kepada hubungan moda produksi. Berawal dari bentuk masyarakat primitif
(primitivie communism) kemudia berakhir pada masyarakat modern tanpa kelas (sciebtific
communism). Tahap yang harus dilewati antara lain, tahap masyarakat feodal dan tahap
masyarakat borjuis. Marx menggambarkan bahwa dunia masih pada tahap masyarakat
borjuis sehingga untuk mencapau tahap kesempurnaan perkembangan perlu dilakukan
revolusi oleh kaum proletar.
Revolusi ini akan mampu merebut semua faktor produksi dan pada akhirnya mampu
menumbangkan kaum borjuis sehingga akan terwujud masyarakat tanpa kelas. Negara yang
menggunakan komunisme dalam proses transformasinya adalah Cina dan Rusia.
 Teori Perilaku Kolektif
Teori perilaku kolektif mencoba menjelaskan tentang kemunculan aksi sosial. Aksi
sosial merupakan sebuah gejala aksi bersama yang ditunjukkan untuk merubah norma dan
nilai dalam jangka waktu yang panjang. Pada sistem sosial seringkali dijumpai ketegangan
baik dari dalam sistem atau luar sistem. Ketegangan ini dapat berwujud konflik status
sebagai hasil dari diferensiasi struktur sosial yang ada. Teori ini melihat ketegangan sebagai
variabel antara yang menghubungkan hubungan antar individu, seperti peran dan struktur
organisasi dengan perubahan sosial.
Perubahan pola hubungan antar individu menyebabkan adanya ketegangan sosial yang
dapat berupa kompetisi atau konflik bahkan konflik terbuka atau kekerasan. Kompetisi atau
konflik inilah yang mengakibatkan adanya perubahan melalui aksi sosial bersama untuk
merubah norma dan nilai.
 Teori Inkonsistensi Status
Statifikasi sosial pada masyarajat pra-industrial belum terlalu terlihat dengan jelas
dibandingkan pada masyarakat modern. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya derajat
perbedaan yang timbul oleh adanya pembagian kerja dan kompleksitas organisasi. Status
sosial masih terbatas pada bentuk ascribed status, yaitu suatu bentuk status yang diperoleh
sejak dia lahir, mobilitas sosial sangat terbatas dan cenderung tidak ada. Krisis status mulai
muncul seiring perubahan moda produksi agraris menuju moda produksi kapitalis yang
ditandai denga pembagian kerja dan kemunculan organisasi kompleks.
Perubahan moda produksi menimbulkan masalah yang pelik berupa kemunculan
status-status sosial yang baru dengan segala keterbukaan dalam statifikasinya.
Pembangunan ekonomi seirung perkembangan kapitalis membuat adanya pembagian status
berdasarkan pendidikan, pendapatan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Hal inilah yang
menimbulkan inkonsistensi status pada individu.
Berikut ini merupakan uraian tentang studi-studi perubahan social dari berbagai
penelitian:

Tabel Studi-Studi Perubahan Sosial


Penulis Bahan kajian Proses Perubahan Konsep Penyebab Perubahan
Sosrodiharjo Masyarakat Kemunculan kelas Starifikasi Moda produksi
Jawa pemasaran yang sosial (status (kapitalisme) melalui
menimbulkan perubahan sosial), pada kolonialisme yang ditandai
pada struktur sosial konsumsi adanya komersialisasi
masyarakat pertanian.
Saman Komunitas Perubahan pola konsumsi Starifikasi Moda produksi
petani plasma pada masyarakat serta sosial (status (materialis), peningkatan
PIR Karet fenomena sosial), pendapat, permasalahan
pembangkangan oleh hubungan ekonomi perusahaan ini.
Danau Salak petani. Selain itu muncul kerja, gaya
Kalsel kelas sosial yang baru hidup pola
yaitu pedagang tengkulak konsumsi
wertheim Kawasan asia Masuknya kapitalisme di Starifikasi Moda produksi
selatan dan asia menyebabkan sosial (status (kapitalisme) melalui
tenggara polarisasi pada struktur sosial), kolonialisme yang ditandai
sosial masyarakat. gerakan sosial. adanya komersialisasi
Kemunculan kelas pertanian.
borjuis membawa
dampak pada semakin
sengitnya kompetisi dan
konfilk dengan borjuis
asing
Kuntowijoyo Masyarakat Terjadinya segmentasi Starifikasi Moda produksi
agraris pada masyarakat Madura sosial (status (kapitalisme) melalui
Madura yang dapat dipandang sosial), kolonialisme.
sebagai perubahan pola gerakan sosial.
stratifikasi sosial yang
ada di masyarakat.
Kemunculan kelompok
stratifikasi sebagai
bentuk usaha untuk
mempertahankan status
sosial yang ada

 Perubahan Sosial dan Struktur Sosial


Menurut Douglas,mikrososiologi mempelajari situasi sedangkan makrososiologi
mempelajari structure.George C. Homans yang mempelajari mikrososiologi mengaitkan
struktur dengan perilaku social elementer dalam hubungan social sehari-hari,sedangkan
Gerhard Lenski lebih menekankan pada struktur masyarakat yang diarahkan oleh
kecendrungan jangka panjang yang menandai sejarah.Talcitt Parsons yang bekerja pada
ranah makrososiologi menilai struktur sebagai pola hubungan antar manusia dan antar
kelompok manusia atau masyarakat.Kornblum (1988) menyatakan struktur merupakan pola
perilaku berulang yang menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok dalam
masyarakat.
Mengacu pada pengertian struktur social menurut Kornblum yang menekankan pada
pola perilaku yang berulang,maka konsep dasar dalam pembahsan struktur adalah adanya
perilaku individu atau kelompok.Perilaku sendiri merupakan hasil interaksi individu dengan
lingkungannya yang didalamnya terdapat proses komunikasi ide dan negosiasi.
Pembahasan mengenai structure soaial oleh Ralph Linton dikenal adanya dua konsep
yaitu status dan peran.Status merupakan suatu kumpulan hak dan kewajiban,sedangkan
peran adalah aspek dinamis dari sebuah status.Menurut Linton seseorang menjalankan peran
ketika ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya.Tipologi lain yang
dikenalkan oleh Linton adalah pembagian status menjadi status yang diperoleh (ascribed
status) dan status menjadi status yang diraih (archived status).
Status yang diperoleh adalah status yang diberikan kepada individu tanpa memandang
kemampuan atau perbedaan antar individu yang dibawa sejak lahir.Sedanggkan status yang
diraih didefinisikan sebagai status yang memerlukan kualitas tertentu.Status seperti ini tidak
diberikan pada pada individu sejak ia lahir,melainkan harus diraih melalui persaingan atau
usaha pribadi.
Social inequality merupakan konsep dasar yang menyusun pembagian suatu struktur
sosial menjadi beberapa bagian atau lapiasan yang saling berkait.Konsep ini memberikan
gambaran bahwa dalam suatu struktur social ada ketidaksamaan posisi social antar individu
didalamnya.Terdapat tiga dimensi,dimana suatu masyarakat terbagi dalam suatu susunan
atau stratifikasi,yaitu kelas,status dan kekuasaan.Konsep kelas,status dan kekuasaan
merupakan pandangan yang disampaikan oleh Max Weher (Betille,1970).
Kelas dalam pandangan Weber merupakan sekelompok orang yang menempati
kedudukan yang sama dalam proses produksi,distribusi maupun perdagangan pandangan
Weber melengkapi pandangan Mars yang menyatakan kelas hanya didasarkan pada
penguasaan modal,namun juga meliputi kesempatan dalam meraih keuntungan dalam pasar
komoditas dan tenaga kerja.Keduanya menyatakan kelas sebagai keddukan seseorang dalam
hirarki ekonomi.Sedangkanstatus oleh Weber lebih ditekankan pada gaya hidup atau pola
konsumsi.Namun demikian status juga dipengaruhi oleh banyak factor,seperti
ras,usia,agama (Beteille,1970).
Berbagai kasus yang disajikan oleh beberapa penulis didepan dapat kita pahami
sebagai bentuk adanya peluang mobilitas social dalam masyarakat.Kemunculan kelas-kelas
social baru dapat terjadi dengan adanya dukungan perubahhan moda produksi sehingga
menimbulkan pembagian dan spesialisasi kerja serta hadirnya organisasi tradisional agraris
bercirikan feudal menuju masyarakat industri modern memungkinkan timbulnya kelas-kelas
baru.Kelas merupakan perwujudan sekelompok individu dengan persamaan status.Status
sosial pada masyarakat tradisional seringkali hanya berupa ascribed status seperti gelar
kebangsawanan atau penguasaan tanah secara turun temurun.Seiring dengan lahirnya
industry modern,pembagian kerja dan organisasi modern turut menyumbangakan adanya
archieved status,seperti pekerjaan pendapatan hingga pendidikan.
Teori inkonsistensi status telah mencoba menelaah tentang adanya inkonsistensi
dalam individu sebagai akibat berbagai akibat berbagai status yang diperolehnya.Konsep ini
memberikan gambaran bagaimana tentang proses kemunculan kelaas-kelas baru dalam
masyarakat sehingga menimbulkan perubahan stratifikasi sosial yang tentu saja
mempengaruhi struktur sosial yang telah ada.
Apabila dilihat lebih jauh,kemunculan kelas baru ini akan menyebabkan semakin
ketatnya kompetensi antar individu dalam masyarakat,baik dalam perebutan kekuasaan atau
upaya melanggengkan status yang telah diraih.Fenomena kompetisi dan konflik yang
muncul dapat dipahami sebagai sebuah mekanisme interaksional yang memunculkan
perubahan social dalam masyarakat.
 Peradaban dan Modernisasi
Di dalam peradaban terdapat nilai yang tinggi dan nilai yang tinggi itu tercermin dari
penggunaan akal budi.Dalam penggunaan akal budi tersebut bersinggungan dengan
modernisasi.Modernisasi menyangkut penggunaan akal budi yang tinggi dan bukan perilaku
kebarat-baratan.Modernisasi siartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang
bergerak dari keadaan yang traditional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada
suatu masyarakat yang modern.Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah
sebagai berikut.
a) Widjojo Nitisastro,modernisasi adalah sutau transformasi total dari kehidupan
besama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi
sosial,ke arah pola-pola ekonomis dan politis.
b) Soerjono Soekanto,modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan social yang
terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan sosial
planning.

Dengan dasar pengertian diatas maka secara garis besar istilah modern mencakup
pengertian sebagai berikut.
a) Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya
tarat penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
b) Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup
dalam masyarakat.

Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-


syarat tertentu,yaitu sebagai berikut.

a) Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun
masyarakat.
b) Sistem administrasi negar yang baik,yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
c) Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu
lembaga atau badan tertentu.
d) Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan
cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
e) Tingkat organisasi yang tinggi yang disatu pihak berarti disiplin,sedangkan di lain
pihak berate pengurangan kemerdekaan.
 Modernisasi dan pembangunan
Pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terencana melalui
berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat.Berbagai teori tentang pembangunan telah banyak dikeluarkan oleh ahli sosial
barat,salah satunya yang juga dianut oleh bangsa Indonesia dalam program
pembangunannya adalah teori modernisasi.Modernisasi merupakan tanggapan ilmuan social
barat terhadap tantangan yang dihadapi oleh negara dunia kedua setelah berakhirnya perang
dunia II.
Modernisasi menjadi sebuah model pembangunan yang berkembang dengan pesat
seiring keberhasilan negara dunia kedua.Negara dunia ketiga juga tidak luput oleh sentuhan
modernisasi ala barat tersebut.berbagai program bantuan dari Negara maju untuk Negara
dunia berkembang dengan mengatasnamakan social dan kemanusiaan semakin meningkat
jumlahnya.Namun demikian kegagalan pembangunan ala modernisasi dinegara dunia
ketiga menjadi sebuah pertanyaan serius untuk dijawab.Beberapa ilmuan social dengan
gencar menyerang modernisasi atas kegaagalannya ini,modernisasi dianggap tidak ubahnya
sebagai bentuk kolonialisme gaya baru,bahkan Dube (1988) menyebutnya seolah musang
berbulu domba.
Dube berpendapat bahwa terdapat tiga asumsi dasar konsepmodernisasi yaitu
ketiadaan semnagat pembangunan harus dilakukan melalui pemecahan masalah
kemanusiaan dan pemenuhan standart kehidupan yang layak, modernisasi membutuhkan
usaha keras dari individu dan kerjasama dalam kelompok, kemampuan kerjasama dalam
kelompok sangat dibutuhkan untuk menjalankan organisasi modern yang sangat kompleks
dan rganisasi kompleks membutuhkan perubahan kepribadian (sikap mental) serta
perubahan pada stuktur sosial dan tata nilai. Tujuan akhir dari modernisasi menurut Schoorl
dan Dube adalah terwujudnya masyarakat modern yang dicirikaan oleh komplesitas
organisai serta perubahan fungsi dan struktur masyarakat. Secara lebih jelas Schoorl
menyajikan proses pertumbuhan stuktur sosial yang dimulai dari proses perbesaran skala
melalui integrasi. Proses ini kemudia dilanjutkan dengan diferensiasi hingga pembentukan
stratifikasi dan hirarki.
Sifat terpenting dari modernisasi adalah rasionalitas. Kemampuan berpikir secara
rasional sangat dituntut dalam proses modernisasi. Kemampuan berpikir secara rasional
menjadi sangat penting dalam menjelaskan berbagai gejala sosial yang ada. Rasional
menjadi dasar karakter pada hubungan antar individu dan pandangan msyarakat terhadap
masa depan yang mereka idam-idamkan. Masyarakat plural merupakan masyarakat yang
telah mengalami perubahan struktur dan stratifikasi sosial.
Lerner dalam Dube (1988) menyatakan bahwa kepribadian modern dicirikan oleh:
1. Empati : kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
2. Mobilitas : kemampuan untuk melakukan genk sosial atau dengan kata lain
kemampuan beradaptasi. Pada masyarakat modern sangat memungkinkan terdapat
perubahan status dan peran atau peran ganda. Sistem stratifikasi yang terbuka sangat
memungkinkan individu untuk berpindah status.
3. Partisipasi : masyarakat modern sangat berbeda dengan masyarakat tradisional yang
kurang memperhatikan partisipasi individunya. Pada masyarakat tradisional individu
cenderung pasif pada keseluruhan proses sosial, sebaliknya pada masyarakat modern
keaktifan individu sangat diperlukan sehingga dapat memunculkan gagasan baru
dalam pengambilan keputusan.
Schoorl dan Dube keduanya sama-sama mengulas masalah modernisasi menunjukan
ada perbedaan pandangan. Schoorl cenderung optimis melihat modernisasi sebagai bentuk
teori pembangunan bagi negara dunia ketiga, sebaliknya Schoorl bahkan menawarkan
modernisasi disegala bidang sebagai sebuah kewajiban negara berkembang apabila ingin
menjadi negara maju, tidak terkecuali modernisasi pedesaan.
Modernisasi yang lahir di Barat akan cenderung ke arah Westernisasi, memiliki
tekanan yang kuat meskipun unsur-unsur tertentu dalam kebudayaan arat dalam
kebudayaannya (Schoorl. 1988). Schoorl membela modernisasi karena dengan gamblang
menyatakan modernisasi lebih baik dari sekedar westernisasi. Dube memberikan peryataan
yang tegas bahkan cenderung memojokan modernisasi dengan mengungkapkan berbagai
kelemahan modernisasi, antara lain keterlibatan negara berkembang diabaikan, konsep
persamaan hak dan keasilan sosial tidak menjadi sesuatu yang penting untuk dibicarakan.
Lebih lanjut Dube menjelaskan kelemahan modernisasi antara lain:
1. Modernisasi yang mendasarkan pada penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
pada organisasi moder tidak dapat diikuti oleh semua negara.
2. Tidak adanya indikator sosial pada modernisasi.
3. Keterlibatan negara berkembang diabaikan, konsep persamaan hak dan keadilan sosial
anata negara maju dan berkembang tidak menjadi sesuatu yang penting untuk
dibicarakan.
4. Modernisasi yang mendasarkan pada penggunaan iptek organisasi modern tidak dapat
diikuti oleh semua negara.
5. Tidak adanya indikator sosial pada modernisasi.
6. Keberhasilan negara barat dalam melakukan modernisasi disebabkan oleh kekuasaan
kolonial yang mereka miliki sehingga mampu mengeruh SDA dengan mudah dari
negara berkembang dengan murah dan mudah.
Keberhasilan negara barat dalam melakukan modernisasi disebabkan oleh kekuasaan
kolonial yang mereka miliki sehingga mampu mengeruk sumberdaya alam dari negara
berkembang dengan murah dan mudah. Modernisasi tidak ubahnya seperti dari kolonialisme
gaya baru dengan negara maju modernisasi juga memberikan berbagai masukan untuk
memperaiki modernisasi. Pendekatan-pendekatan yang digunakan lebih memanusiakan
manusia.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Perdaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok masyarakat yang
dibedakan secara nyata dari makhluk lainnya. Perdaban mencerminkan kualitas kehidupan
manusia dalam masyarakat. Peradaban mencerminkan kualitas kehidupan manusia dalam
msyarakat. Peradaban berbeda dengan kebudayaan, kebudayaan pada hakikatnya adalah
cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupya. Kemampuan cipta (akal)
manusia menghasilkan ilmu pengetahuan. Hasil atau produk kebudayaan manusia ini yang
menghasilkan peradaban. Peradaban menunjukan pada hasil kebudayaan yang bernilai
tinggi dan maju. Perdaban merupakan tahapan dari evolusi budaya yang telah berjalan
bertahap dan berkesinambungan, memperlihatkan karakter yang khas pada tahap tersebut,
yang dicirikan oleh kualitas tertentu dari unsur budaya yang menonjol, meliputi tingkat ilmu
pengetahuan, seni, teknologi, dan spiritualitas yang tinggi. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa setiap masyarakat atau bangsa dimana pun selalu berkebudayaan, tetapi tidak
semuanya telah memiliki peradaban. Perdaban merupakan tahap tertentu yang dicirikan oleh
tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan spiritualitas yang telah maju.
Peradaban berkaitan dengan perubahan sosial dan modernisasi. Didalam perdaban
melekat konsep-konsep perubahan ke arah yang lebih baik. Didalam perdaban pula terdapat
nilai yang tinggi dan nilai yang tinggi tercermin dari penggunaan akal budi. Dalam
penggunaan akal budi tersebut bersinanggung dengan modernisasi. Modernisasi
menyangkut penggunaan akal budi yang tinggi dan bukan perilaku kebarat-baratan.
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan
yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang
modern.
DAFTAR PUSTAKA

Siswanto, Achmad. 2015. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Unit Pelaksaan Teknis UPT MUK
Universitas Negeri Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai