Sejarah Perkembangan Dan Kegunaan Pre-Fa PDF
Sejarah Perkembangan Dan Kegunaan Pre-Fa PDF
1. Pendahuluan
Variasi metode perbaikan tanah sudah sangat berkembang belakangan ini. Setiap
metode perbaikan tersebut tentunya harus bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dari
tanah, mengurangi pemampatan yang mungkin terjadi dan mengurangi tingkat
permeabilitas dari tanah. Pemilihan metode perbaikan tanah tersebut sangat tergantung
dari kondisi geologis dari tanah, karakteristik dari tanah, biaya yang dikeluarkan untuk
perbaikan, pengadaan bahan perbaikan tanah serta pengalaman dalam hal pelaksanaan di
lapangan. Bergado dkk (1996) membagi pemilihan metode perbaikan tanah menjadi 2
kategori. Kategori pertama adalah termasuk metode untuk menggunakan material
baru/material tambahan dilapangan dan pengadaan material perkuatannya. Metode ini
temasuk penggunaan perkuatan tanah dengan stone column, creep piles maupun dengan
stabilisasi tanah menggunakan bahan kimia. Kategori yang kedua adalah dengan proses
dewatering pada tanah dengan menggunakan metode preloading yang dikombinasi dengan
vertical drains. Pada bab ini pembahasan hanya dikhususkan kepada perkembangan dan
penggunaan PVD dan sedikit akan dibahas pre-loading sebagai metode perbaikan tanah
lunak.
Prefabricated vertical drain (PVD) merupakan metode perbaikan tanah lunak yang
sudah selama kurang lebih 20 tahun menggantikan cara konvensional sand drain. Apabila
suatu bangunan dibangun diatas tanah lunak yang mampu-mampat, maka secara otomatis
akan terjadi settlement pada tanah yang akan mengganggu kestabilan dari struktur diatasnya.
Waktu terjadinya pemampatan atau Time rate of settlement yang terjadi bisa jadi akan
berlangsung dalam waktu yang tidak singkat dan cenderung sangat lama. Penggunaan
vertical drains inilah yang akan mengurangi Time rate of settlement yang awalnya
berlangsung lama menjadi jauh lebih singkat.
Aplikasi penggunaan vertical sand drains pertama kali berkembang di California pada
tahun 1930an. Pada dekade yang sama, Kjellman dari Sweden memperkenalkan prototype
dari prefabricated vertical drains yang terbuat dari semacam papan pipih (Jamiolkowski dkk,
1983). Setelah dikembangkan bentuk prototype tersebut, kemudian berkembang beberapa tipe
prefabricated vertical drains yang terbuat dari lapisan selaput plastic dengan material yang
tembus air yang berfungsi sebagai filter.
Sebelum tahun 1980an, sebagian besar perbaikan tanah lunak untuk mengatasi
pemampatan yang terjadi dilakukan dengan menggunakan sand drains dan horizontal sand
blankets drains untuk pengaliran air arah lateral seperti dapat dilihat pada Gambar 1. Cara ini
memang sebenarnya sangat efektif namun proses pelaksanaannya sangat lama dan juga
lebih mahal. Selain itu kendala lain yang terjadi adalah, terjadinya clogging (tertutupnya
pori-pori pasir) oleh butiran lanau atau butiran dengan diameter yang lebih kecil dari pasir.
Sehingga hal tersebut dapat menghalangi pengaliran air keluar dari masa tanah.
Sand drains yang aplikasi pemasangannya yaitu dengan memenuhi boreholes dalam
tanah dengan pasir juga memiliki beberapa kelemahan. Ketika proses instalasi sand drains,
peralatan untuk melobangi suatu tanah dimasukkan kedalam tanah sehingga dapat
menyebabkan terjadinya displacement baik pada sisi vertical maupun horizontal. Beberapa
kesulitan dan kerugian dari penggunaan sand drains dirangkum oleh Yeung (1997) adalah
sebagai berikut:
o Pasir yang digunakan sebagai material sand drains adalah pasir yang sesuai dengan
ketentuan yang mungkin saja akan susah diperoleh di lapangan atau sekitar
pelaksanaan proyek.
o Pengaliran air bisa menjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan karena proses
instalasi yang kurang baik.
o Selama memasukkan material pasir kedalam tanah kemungkinan terjadinya colaps
pada lubang adalah sangat besar.
o Diameter sand drain yang tidak sesuai dengan perhitungan awal karena tanah yang
sangat lunak menyebabkan pasir merembet melebihi diameter yang ditentukan akan
menyebabkan pembengkakan biaya.
o Kondisi tanah disekitar sand drain akan terganggu dan mungkin dapat menyebabkan
berkurangnya nilai permeability dalam tanah sehingga air tidak dapat mengalir
dengan baik.
o Efek perkuatan dengan menggunakan sand drains dapat mengurangi keefektifan dari
preloading.
Gambar 1. Sand drains dan Horisontal blanket drain
Pada awal tahun 1980, prefabricated plastic vertical drains mulai berkembang dan
digunakan sebagai pengganti penggunaan sand drain. Pelaksanaan pemasangan plastic drains
ini berlangsung jauh lebih singkat dibanding dengan sand drain dan tentunya relatif lebih
murah. Horisontal blanket drains masih digunakan untuk mengalirkan air arah lateral. Pada
akhir tahun 1980 kemudian prefabricated drain yang pada saat itu lebih dikenal dengan nama
strip drains mulai berkembang dan banyak digunakan (Gambar 2). Jenis drain ini sama
dengan vertical drains tetapi memiliki kemampuan pengaliran yang lebih tinggi dan memiliki
compressive strengths yang lebih tinggi. Pada tahun 1987, strips drains digunakan bersamaan
dengan penggunaan horizontal blanket drains di lapangan yaitu tepatnya di Jacksonville,
Florida. Lalu kemudian penggunaan metode ini berkembang di Massachusetts dan beberapa
negara lainnya (Gambar 3.).
Gambar 2. Pemasangan Strips drains dengan Horisontal sand drains (kiri) ; tampak atas
pemasangan horizontal sand drains (kanan)
Gambar 3. Proses pemasangan strip drains dan horizontal sand drains di Massachusetts
Strip drains memiliki 3 kelebihan jika dibandingkan dengan penggunaan sand drains.
Kelebihan-kelebihannya yaitu :
o Strip drains lebih murah jika dibandingkan dengan sand drains.
Perbandingannya adalah, bisa 1 truk mampu mengangkut strip drain tipe 12” (300
mm) sebanyak 18000 feet panjang drain (5500 meter) untuk dipasang di lapangan
maka jumlah tersebut sebanding dengan 800 truk pasir jika menggunakan sand
drain.
o Pemasangan strips drain jauh lebih cepat dan tanpa menggunakan banyak pekerja
maupun peralatan.
Pemasangan strip drains dapat dilaksanakan hanya dengan 3 orang pekerja dan
perlengkapan pemasangannya. Proses pemasangannyapun bisa berlangsung dengan
sangat cepat sehingga dapat mengurangi waktu pelaksanaan dan consolidasi dapat
berlangsung lebih awal.
o Pengaliran air yang terjadi jauh lebih baik dan lebih terkontrol dibandingkan dengan
sand dains. Selain itu, kemungkinan terjadinya clogging lebih bisa diantisipasi.
Strip drains dapat melakukan 10 kali kapasitas pengaliran pada 36” (1 meter) dari
sand blanket. Peningkatan muka air tanah hanya terjadi sebesar 1” (25 mm) pada
aliran yang besar jika menggunakan strip drains sedangkan akan terjadi sebesar 36”
(1 meter) jika menggunakan sand blanket. Nilai compressive strength yang tinggi pada
strip drains dapat menghindari berkurangnya aliran air yang terjadi. Selain itu
adanya geotextile filter fabric sebagai selaput dari strip drain dapat menghindari
terjadinya clogging akibat adanya partikel-partikel halus pada tanang di sekitar strip
drain.
b. Penggunaan PVD dilapangan
PVD berupa suatu plastic bergerigi pipih (yang biasa disebut core atau drain core)
memanjang yang diselimuti membrane (yang biasa disebut drain jacket/filter jacket) yang
berfungsi sebagai filter yang biasanya dikirim ke lapangan berupa gulungan yang memiliki
lebar 100 mm dengan ketebalan yang bervariasi antara 2- 5 mm (Gambar 4 dan 5). Sebagian
besar PVD biasanya terdiri dari selaput synthetic drainage yang bersifat non-woven atau
geotextile yang berfungsi sebagai filter. PVD dipasang secara vertical pada lapisan tanah
dengan menggunakan sebuah mesin pemasang PVD dengan jarak yang bervariasi antara 1
– 5 meter. panjang dari PVD yang terpasang didalam tanah bervariasi tergantung pada
jenis tanahnya serta kedalaman tanah lunak.
PVD yang dipasang pada area dibawah beban surcharge berfungsi untuk merubah
nilai excess pore water pressure pada tanah. Keluarnya air dari dalam tanah akibat beban
surcharge diatasnya tersebut akan menyebabkan terjadinya proses konsolidasi pada lapisan
tanah tersebut dan akan menyebabkan terjadinya pemampatan. Beban surcharge yang
diletakkan diatas tanah dasar tersebut tergantung dari karakteristik dari tanah, jarak antara
PVD dan tipe PVD yang dipilih.
Gambar 5. Prefabricated vertical drain yang ada di pasaran dengan beragam bentuk dan
ukuran.
PVD memiliki lapisan core (yang terletak dibagian dalam) dan Filter jacket yang
memiliki fungsi masing-masing yaitu:
Fungsi dari drain jacket:
o Sebagai filter untuk membatasi masuknya butiran-butiran tanah halus yang akan
menghalangi jalannya pengaliran air.
o Sebagai permukaan exterior yang melindungi bagian drain core yang juga berfungsi
sebagai jalannya aliran.
o Mencegah terjadinya penutupan jalannya pengaliran air internal ketika terjadi
tekanan tanah arah horizontal.
Banyak sekali terdapat informasi tentang metode pemasangan dan jenis-jenis PVD
yang sudah pernah sukses dilakukan di seluruh dunia. Metode pendesainan untuk
mengetahui waktu terjadinya konsolidasi versus jarak pemasangan PVD termasuk
kemampuan PVD untuk mengalirkan air dapat dilihat pada beberapa literature dan hasil
penelitian yang sudah pernah dilakukan. Hansbo (1979) pernah mengembangkan hubungan
antara jarak pemasangan sebagai fungsi dari waktu konsolidasi yang akan dibahas pada bab
berikutnya. Holtz dkk (1991) juga pernah memplublikasikan tentang petunjuk perhitungan
flow rate capacity dari PVD dengan berbagai macam kondisi. Penelitian tentang perubahan
kekuatan PVD pada saat pemasangan, selama pemasangan dan setelah dipasang di lapangan
juga pernah di teliti oleh Viskamp dkk (1998). Dengan semakin berkembangnya
penggunaan PVD dilapangan tentunya semakin banyak penelitian-penelitian yang
dilakukan.
Untuk mendapatkan kualitas filter yang sesuai, criteria desain filter yang harus
dipenuhi adalah sesuai dengan beberapa kondisi berikut ini.
dimana :
2. Penggunaan PVD.
(4)
c. Smear effect
Proses pemasangan PVD dengan memasukkan mandrel kedalam tanah dapat
menyebabkan terganggunya struktur tanah. Oleh karena itu, zona smear (zona kerusakan
tanah akibat tekanan oleh mandrel) dapat mengakibatkan berkurangnya permeability pada
tanah dan meningkatnya kemampatan pada tanah. Pada beberapa kondisi tanah, lapisan
dengan butiran halus akan mengalami ketergangguan dan kerusakan pada area tertentu dan
akan melebar pada lapisan-lapisan berikutnya (Barron, 1948). Zona smear menciptakan
perkuatan tambahan yang harus diatasi oleh kelebihan air. Hal ini nantinya akan
menghambat laju konsolidasi.
Sifat permeability dan compressibility tanah pada area smear akan berbeda dengan sifat
tanah yang belum terganggu, oleh karena itu sifat dari tanah yang distabilisasi dengan
vertical drains tidak akan terprediksi dengan baik dan akurat apabila efek dari smear ini
tidak diperhatikan. Barron (1948) dan Hansbo (1981) melakukan pemodelan terhadap zona
smear dengan membagi sampel tanah silinder yang di dewatering dengan pengaliran
terpusat menjadi 2 zona. Zona pertama yaitu zona smear adalah zona pada area sekitar
pemasangan drain dan zona yang lain adalah area yang tidak mengalami dampak
pemasangan mandrel. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Efek smear (Hansbo, 1994)
(6)
Dimana dm adalah diameter lingkaran yang nilainya sama dengan panjang cross-
section pada mandrel atau nilai cross-section area pada ujung anchor yang mana nilai tersebut
akan lebih besar. Hasil pengetesan dari Akagi (1979) dan Hansbo (1987) menghasilkan
rumusan yang lebih sederhana untuk perhitungan zona smear. Rumusan tersebut adalah :
(7)
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Indraratna dan Redana (1998)
menunjukkan bahwa diameter dari zona smear adalah 3-4 kali lebih besar dari pada panjang
pengaliran dan ratio dari nilai ds/dm adalah antara 4-5. Ilustrasi ukuran dapat dilihat pada
Gambar 11.
Gambar 11. Zona terganggu di sekitar mandrel (Bergado dkk, 1996)
Efek dari overlapping zona smear juga pernah diteliti oleh Walker dan Indraratna
(2007). Berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa dua zona smear akan
berinteraksi satu sama lain apabila parameter spasi adalah lebih kecil dari pada parameter (s)
dari zona smear yang terjadi. Ilustrasi kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Skema overlapping dari zona smear (Walker dan Indraratna (2007))
o Struktur tanah
Pada tanah yang bersifat anisotropy, rasio nilai permiability horisontal terhadap
vertical (kh/kv) adalah sangat tinggi. Ratio tersebut akan terjadi pada area yang terganggu.
Ratio antara permeabilitas horisontal terhadap vertical juga pernah diteliti oleh Indraratna
dan Redana (1998), Sathananthan dan Indraratna (2006), dan Walker dan Indraratna
(2006). Hasil yang diperoleh dari hasil penelitian Indraratna dan Redana adalah, nilai
koefisien permeabilitas horisontal akan menjadi lebih kecil tergantung pengalirannya tetapi
nilai koefisien permeabilitas vertical tetap hampir tidak berubah.
Rasio nilai kh/kv pada area diluar zona smear adalah mendekati nilai 2 sedangkan
yang berada pada zona smear nilai rata-ratanya adalah 1.15. Hasil penelitian Indraratna dan
Redana dapat dilihat pada Gambar 13. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan
Sathananthan dan Indraratna (2006) menyatakan bahwa lateral permeability pada zona smear
adalah 61% - 92% dari lateral permeability diluar zona smear. Hasil tersebut sama dengan
hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh Hansbo (1987) dan Bergado dkk (1991).
Hasil penelitian Sathananthan dan Indraratna (2006) dapat dilihat pada Gambar 14.
Secara garis besar, area tanah yang terganggu akan semakin meningkat dengan
semakin besarnya ukuran mandrel yang digunakan. Sehingga untuk mengurangi area yang
terganggu, ukuran mandrel yang digunakan haruslah secukupnya dari kebutuhan. Bergado
dkk (1996) melaporkan berdasarkan kasus yang pernah terjadi dilapangan, penggunaan
ukuran mandrel dilakukan secara bervariasi. Separuh area yang dipasang PVD
menggunakan ukuran mandrel yang lebih kecil dibandingkan dengan area yang lainnya.
Hasil yang diperoleh mengindikasikan nilai rate settlement yang lebih cepat dan nilai
compression yang lebih tinggi pada area yang dipasang mandrel dengan ukuran lebih kecil.
Gambar 13. Permeabilitas horisontal (kiri (a)); Permeabilitas vertical (kiri (b)) ; rasio
kh/kv sepanjang jarak radial dari pusat aliran. (Indraratna dan Redana (1998))
Gambar 14. Zona smear pada kondisi (a) ratio permeability dan (b) kadar air (
Sathananthan dan Indraratna (2006))
d. Drained boundary condition
Boundary condition sangat mempengaruhi performance dari PVD karena berpengaruh
terhadap kondisi pemampatan dari tanah dasar tersebut. Kondisi pemampatan tanah
tersebut tergantung kepada lapisan tanah di bagian dalam, pengaliran air kearah vertical
maupun horisontal, seberapa banyak lapisan pasir yang bersifat mengalirkan air. Pemodelan
untuk kondisi pengaliran air tanah dilakukan oleh Chai dan Miura (1999) yang
menyesuaikan beberapa penelitian yang sudah ada seperti penelitian tentang sifat-sifat
lapisan lempung oleh Roscoe dan Burland (1968), parameter dari lapisan tanah lempung
untuk pengetesan konsolidasi dan pengetesan triaxial pada sampel undisturb yang
dilakukan oleh Bergado dkk (1996). Drainae boundary condition tidak banyak dipaparkan
dalam bab ini dan akan dijelaskan aplikasinya dalam pemodelan desain pada bab berikutnya.
2.2 Area yang terpengaruh oleh vertical drain
Terdapat 2 macam pola pemasangan PVD yaitu pola segi empat dan pola segitiga
seperti Gambar 15. Zona yang terpengaruh oleh drain (R) nilainya bervariasi tergantung
kepada jarak pemasangan drain. Rumusan perhitungan nilai R adalah :
R = 0.546 S ( untuk PVD yang dipasang dengan pola persegi)
R = 0.525 S ( untuk PVD yang dipasang dengan pola segi-tiga)
Pola segi empat awalnya dianggap lebih sesuai untuk dilakukan dilapangan. Tetapi,
pola segitiga lebih sering dipilih dilapangan karena area pengaliran airnya lebih mencakup
hampir semua area yang dipasang PVD. Selain itu, menurut Holtz dkk (1991) pemasangan
PVD dengan pola segi tiga dianggap menghasilkan pemampatan yang seragam
dibandingkan dengan pola segiempat.
Gambar 15. Pola pemasangan PVD dan daerah yang terpengaruh oleh pemasangan PVD.
Diemater zona yang terpengaruh oleh drain atau biasa disebut diameter ekivalen
bisa juga dihitung berdasarkan rumusan sebagai berikut :
D = 1.13 S (untuk pola susunan bujur sangkar)
D = 1.05 S ( untuk pola susunan segitiga)
Rumusan perhitungan diameter inilah yang biasanya digunakan dalam pendesaian
perkuatan tanah dengan PVD.
2.3 Teknik Pre-loading
Preloading secara garis besar adalah proses pemampatan suatu tanah dibawah beban
vertical yang diberikan sebelum konstruksi akhir yang sebenarnya. Dua macam teknik
preloading biasanya dilakukan dengan cara konvensional yaitu dengan memberikan beban
timbunan diatasnya dan dengan metode vacuum preloading.
a. Pemberian beban timbunan.
Metode ini adalah dianggap metode pre-loading yang paling sederhana. Ketika beban
diletakkan diatas masa tanah, maka akan terjadi proses keluarnya air dari pori-pori tanah.
Apabila tanah tersebut bukan merupakan jenis tanah yang mudah memampat, tegangan air
pori akan berkurang secara perlahan karena air pori hanya dapat mengalir dengan
kecepatan yang sangat lambat dengan arah pengaliran vertical. Apabila kondisi dilapangan
seperti itu, maka preloading dilakukan secara bertahap. Prinsip dari preloading dapat dilihat
pada Gambar 16. Apabila beban sementara melebihi beban akhir, maka beban tersebut dapat
diasumsikan sebagai beban surcharge atau beban jalan.
Gambar 18. Deformasi lateral pada tanah dasar (Chai dkk, 2005)
b. Vacuum Pre-loading
Pada kondisi-kondisi tertentu, pembebanan berupa pemberian timbunan diatas tanah
lunak tidak dapat dilakukan. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi tanah dasar yang sangat
lunak sehingga tidak memungkinkan untuk diberikan beban timbunan walau dengan tinggi
yang tidak seberapa tinggi sekalipun. Untuk itu system pre-loading yang digunakan adalah
bukan system konvensional seperti yang dijelaskan diatas, melainkan menggunakan metode
vacuum pre-loading.
Prinsip penggunaan vacuum pre-loading pada tanah lempung lunak pertama kali
diperkenalkan oleh W.Kjellman dari Swedish Geotechnical Institute pada awal tahun
1950an (Kjellman,1952). Apabila proses vacuum dilakukan terhadap suatu massa tanah,
maka akan menghasilkan nilai negative excess pore water pressure. Ketika nilai tegangan total
pada tanah tetap tidak berubah, nilai negative pore pressure yang terjadi pada saat nilai
tegangan efektif meningkat tersebut akan menyebabkan terjadinya konsolidasi.
Walaupun prinsip penggunaan system vacuum preloading sudah dijelaskan dengan
sistematis (Holtz, 1975), metode itu tidak berkembang secara luas ketika itu hingga awal
tahun 1980an. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya biaya pelaksanaan vacuum preloading
pada jaman tersebut. Teknologi ini kemudian mulai berkembang pada komunitas geoteknik
di Asia pada awal 1980an (Qian dkk, 1992) karena berkembangnya penggunaan material
geosintetis dan maraknya pembangunan di tepi pantai (reklamasi) yang membutuhkan
system pre-loading. Penggunaan PVD yang dianggap lebih efektif dan lebih ekonomis serta
lebih mudah pelaksanaannya jika dibandingkan dengan sand drains ternyata tidak menyaingi
penggunaan metode vacuum pre-loading ini walaupun di negara-negara berkembang
sekalipun. Metode ini cocok diaplikasikan pada tanah lunak yang mampu mampat, tanah
lunak dengan talud yang curam dan area luas yang memiliki akses dengan power supply
untuk instalasi vacuum pre-loading.
Penggunaan vacuum pre-loading kemudian berkembang pesat dan semakin banyak
digunakan dilapangan. Beberapa contoh penggunaan metode ini dilapangan adalah
pembangunan Philadelphia International Airport, USA; Tianjin port, China; North South
Expressway, Malaysia; Reclamation world di Singapore dan Hong kong, China;
Suvarnabhuni second Bangkok International Airport, Thailand ; Balina Bypass New South
Wales and Port of Brisbane, Queendsland di Australia dan beberapa proyek pembangunan
lainya (Holtan,1965; Choa, 1990; Jacob dkk 1994; Bergado dkk, 2001; Chu dkk, 200 ; Yan
dan Chu, 2003).
Skema penggunaan vacuum preloading dapat dilihat pada Gambar 19. Lantai kerja
dari metode ini adalah berupa lapisan pasir sebagai horizontal drain yang tersambung
dengan vertical drain. Lapisan geomembran yang flexible digunakan untuk melapisi semua
area tanah yang akan di vacuum dan disambung hingga ke saluran di sisi area
pemvacuuman. Sistem pipa untuk proses vacuum ditempatkan diantara lapisan-lapisan
tersebut sebagai mengumpul air. Peralatan vacuum untuk tanah dan peralatan pompa air
dan udara disambungkan ke system pipa yang sudah terpasang dilapisan tanah. Tanah yang
akan di vacuum harus terlapisi sempurna oleh membrane dan terisolasi dari udara luar
untuk menghindari hilangnya kekuatan vacuum. Geomembran harus dicek secara teliti
untuk menghindari adanya lubang atau robek. Untuk memperoleh kekuatan vacuum yang
sesuai dengan yang diharapkan, membrane perlu dilapisi oleh air yang juga berfungsi untuk
menghindari kerusakan akibat usia pada membrane dan mengurangi kerusakan akibat
pekerjaan diatasnya yang mungkin terjadi. Apabila tekanan preloading yang diinginkan
ternyata lebih besar dari pada kapasitas pompa vacuum, maka perlu ditambahkan beban
timbunan untuk menambah beban vacuum tersebut sehingga sesuai dengan kebutuhan.
Timbunan tersebut harus bebas dari adanya batuan ataupun benda-benda tajam yang dapat
merusak membrane.
Metode vacuum harus sesuai dengan beberapa criteria yang ada (Shang dkk,1998)
yaitu : (1) Tekanan vacuum harus lebih besar dari 600 mm Hg (80 kPa) yang ekivalen
dengan beban timbunan dengan tinggi 4.5 m, (2) Deformasi lateral terjadi mengembang
kedalam tanah karena suction yang disebabkan oleh vacuum. Tekanan mengembang yang
terjadi pada tanah akan dilawan oleh beban surcharge yang diberikan. Retak yang
disebabkan oleh tarik dapat terjadi disekitar area tersebut.(3) Tidak perlu dilakukan control
terhadap nilai kekuatan rata-rata dari vacuum untuk mengatasi kegagalan akibat daya
dukung yang disebabkan oleh tekanan pada vacuum karena meningkatnya nilai tegangan
efektif pada tanah.
Selain metode vacuum pre-loading yang dijelaskan diatas, juga terdapat system
vacuum pre-loading yang sedikit divariasi dan diberi tambahan peralatan vacuum modern.
Sistem ini perkembang setelah dilakukan penelitian oleh Masse dkk (2001) seperti yang
terlihat pada Gambar 20. Metode ini pada dasarnya memiliki prinsip sama dengan system
yang berkembang sebelumnya, tetapi peralatan yang digunakan agak sedikit berbeda.
Peralatan ini terdiri dari system vertical drains dengan lapisan drainase diatasnya (lapisan
pasir). Lapisan pasir tersebut ditutupi oleh lapisan yang kedap air. Horisontal drains
dipasang pada lapisan drainase dan berhubungan langsung dengan pompa vacuum. Untuk
menjaga kelembaban udara, membrane kedap air itu ditempatkan pada dasar dari saluran
yang diisi penuh dengan Bentonite. Tegangan negative akan terjadi pada lapisan drainase
tersebut akibat proses pemompaan vacuum. Tegangan negative tersebut akan menghasilkan
negative pore water pressure, yang disebabkan oleh meningkatnya nilai tegangan efektif
pada tanah sehingga dapat mengebabkan terjadinya konsolidasi pada tanah.
Keuntungan penggunaan system vacuum pre-loading ini adalah tidak diperlukannya
material tambahan, waktu pelaksanaan juga relative lebih singkat selain itu peralatan yang
digunakan bukan merupakan beralatan berat dan besar. Selain itu juga, tidak digunakan
bahan kimia untuk stabilisasi sehingga relative aman untuk lingkungan (Chai,2005).
Gambar 20. Sistem Vacuum pre-loading (Masse dkk, 2001)
Keuntungan lain dari penggunaan metode ini adalah consolidasi secara isotropic
dapat mengurangi resiko terjadinya keruntuhan akibat beban konstruksi diatasnya. Selain
itu, resiko terjadinya keruntuhan pada talud juga bisa dihindari dengan melalukan control
terhadap pemampatan (Masse dkk, 2001). Ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan jika menggunakan metode ini (Masse, 2001), yaitu :
o Untuk menjaga keefektifan pengaliran di bawah membrane, perlu dilakukan
mengecekan dan pengaturan kadar air serta udara selama proses pemompaan.
o Menjaga kondisi jenuh air pada tanah dibawah lapisan membrane.
o Menjaga vacuum tetap pada level yang efektif.
o Menjaga agar tidak terjadi kebocoran sama sekali peralatan vacuum maupun pada
membrane pelapis.
o Memperkuat dan melapisi system pada saluran disisi area yang akan di vacuum
preloading.
o Mengurangi adanya pengaliran horizontal kearah area yang di vacuum.
c. Prinsip Pre-loading.
Ilustrasi skematis tegangan vertical yang terjadi akibat beban vacuum yang
dilakukan pada tanah (diasumsikan kekuatan vacuum adalah 100% efisien) dibandingkan
dengan kondisi initial dan pembebanan konvensional dapat dilihat pada Gambar 21.
Tekanan atmosfor sebenarnya bukan merupakan variasi penting yang digunakan
dalam perhitungan geoteknik. Ketika Perhitungan nilai tegangan tanah adalah tergantung
kepada nilai tegangan efektif, sehingga tekanan atmosfir dapat ditiadakan dalam
perhitungan. Sehingga rumusan perhitungan tegangan efektif adalah :
(8)
Dimana :
’ = Tegangan vertical efektif
= Tegangan total
u = Tegangan air pori tanah
Pa = Tekanan atmosfir
= Berat volum tanah
w = Berat volum air
h = Ketebalan lapisan tanah
Gambar 21. Profil tegangan vertical (a) Pada kondisi yang sebenarnya dilapangan , (b)
Convensional surcharge (c) Pembebanan vacuum (Elgamal dan Adalter (1996))
Gambar 25. Asumsi silinder tanah dalam kondisi ideal (Holtz dkk, 1991)
Pada kondisi ideal (tanpa adanya pengaruh smear dan tidak ada pengaruh well
resistance), nilai degree of consolidation radial/horisontal rata-rata adalah sebagai berikut:
( ) (9)
(10)
(11)
Dimana De adalah diameter ekivalen dari silinder tanah; dw adalah diameter ekivalen
pengaliran dan n (n=De/dw) adalah ratio dari jarak.
Apabila dilakukan penggabungan rumusan 9 dan 10 maka akan diperoleh rumusan
perhitungan waktu konsolidasi yaitu :
( ) ( ̅̅̅̅
) (12)
Gambar 26. Aliran vertical yang dipengaruhi oleh smear dan well resistance (Holtz
dkk,1991)
Nilai degree of consolidation rata-rata adalah dapat dihitung dengan perumusan
sebagai berikut:
( ) (13)
( ) ( ) (14)
Dimana F(n) adalah factor hambatan antara titik pusat PVD, Fs adalah factor akibat efek
smear, Fr adalah factor akibat well resistance atau gangguan yang terjadi pada PVD, kh
adalah nilai permeability horizontal, kw adalah nilai permeability pada zona smear dan s
adalah rs/rw.
Apabila hanya berpengaruh terhadap efek smear, maka rumusannya akan menjadi :
( ) ( ) (15)
( )* ( )+ (16)
atau
( )* ( )+ (16)
Pada umumnya n>20 sehingga dapat dianggap l/n=0 dan ( ) jadi, rumusan F(n)
( ) ( ̅̅̅̅
) (19)
Dari penyelidikan, diketahui bahwa factor yang paling penting adalah factor F(n).
Besar factor Fs dapat mendekati atau bahkan sedikit lebih besar dari F(n), tergantung
besarkan pengaruh smear diarea pemancangan PVD. Dari data lapangan, didapatkan harga
Fs/F(n) dapat berkisar antara 1 sampai 3. Untuk mempermudah perencanaan, maka dapat
diasumsikan bahwa F(n) = Fs. Pengaruh perlawanan aliran umumnya kecil dan tidak begitu
penting, maka harga Fr dapat dianggap 0. (Mochtar, 2008). Dengan memasukkan
anggapan-anggapan diatas, persamaan 19 dapat diubah menjadi :
( ) ( ̅̅̅̅
) (20)
Dengan memasukan harga t tertentu, dapat dicari harga Uh pada bagian lapisan
tanah yang dipasang PVD. Selain konsolidasi arah horizontal, juga terjadi konsolidasi arah
vertical Uv. Harga Uv dapat dicari dengan rumusan sebagai berikut :
(21)
Dimana:
Hdr = panjang PVD
Cv = harga Cv tanah pada lapisan setebal panjang PVD
t = waktu sembarang yang dipilih.
Harga Uv dicari dengan rumus :
Dimana : ̅ dan =
3.141592654…
h (23)
2
Cvrata rata 2
h h h hi
i 2 3 ...
Cv1 Cv2 Cv3 Cv
i
Menghitung panjang kedalaman pemasangan PVD sesuai dengan umur rencana
dengan melakukan perhitungan nilai rate of settlement. Nilai rate of settlement
yang diharapkan adalah 1.5 cm/tahun. Perhitungan nilai ini dilakukan dengan
menghitung nilai Tv, Uv dan settlement pada waktu yang kita inginkan. Contoh
perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut.
TEBAL LAPISAN TERKONSOLIDASI SETTLEMENT AKIBAT TIMBUNAN SETELAH 20 TAHUN RATE OF SETTLEMENT
Total Kedalaman Dibawah Total Sedalam Sisa Tv Uv(%) sett(m) ( cm/ tahun )
(m) PVD(m) PVD (m) (m) PVD (m) settlemen(m)
28 5 23 1.6329 0.29158929 1.341310714 0.127551 40.29926 0.540538 2.702691
28 6 22 1.6329 0.34990714 1.282992857 0.127551 40.29926 0.517037 2.585183
28 7 21 1.6329 0.408225 1.224675 0.127551 40.29926 0.493535 2.467675
28 8 20 1.6329 0.46654286 1.166357143 0.127551 40.29926 0.470033 2.350166
28 9 19 1.6329 0.52486071 1.108039286 0.127551 40.29926 0.446532 2.232658
28 10 18 1.6329 0.58317857 1.049721429 0.127551 40.29926 0.42303 2.11515
28 11 17 1.6329 0.64149643 0.991403571 0.127551 40.29926 0.399528 1.997641
28 12 16 1.6329 0.69981429 0.933085714 0.127551 40.29926 0.376027 1.880133
28 13 15 1.6329 0.75813214 0.874767857 0.127551 40.29926 0.352525 1.762625
28 14 14 1.6329 0.81645 0.81645 0.127551 40.29926 0.329023 1.645116
28 15 13 1.6329 0.87476786 0.758132143 0.127551 40.29926 0.305522 1.527608
28 16 12 1.6329 0.93308571 0.699814286 0.127551 40.29926 0.28202 1.4101
28 17 11 1.6329 0.99140357 0.641496429 0.127551 40.29926 0.258518 1.292591
28 18 10 1.6329 1.04972143 0.583178571 0.127551 40.29926 0.235017 1.175083
28 19 9 1.6329 1.10803929 0.524860714 0.127551 40.29926 0.211515 1.057575
28 20 8 1.6329 1.16635714 0.466542857 0.127551 40.29926 0.188013 0.940067
28 21 7 1.6329 1.224675 0.408225 0.127551 40.29926 0.164512 0.822558
28 22 6 1.6329 1.28299286 0.349907143 0.127551 40.29926 0.14101 0.70505
28 23 5 1.6329 1.34131071 0.291589286 0.127551 40.29926 0.117508 0.587542
Berdasarkan grafik diatas, nilai rate of settlement 1.5 cm/tahun diperoleh dengan
pemasangan PVD sedalam kira-kira 15-16 meter.
Menghitung jarak pemasangan PVD.
Tentukan dimensi dari PVD dan pola pemasangan kemudian hitung nilai De,
F(n) dan D dengan jarak yang bervariasi. Hitung nilai Urata-rata pada masing-
masing jarak pemasangan PVD. Rumus perhitungan nilai Uh dan contoh
perhitungan nilai Urata-rata dapat dilihat pada persamaan dibawah.
1
Uh 1 100%
t 8Ch
D2 2F n
e
Tabel nilai F(n) pada masing-masing jarak pemasangan.
Jarak PVD D a b Dw F (n)
S (m) (mm) (mm) (mm) (mm)
0.80 840 100 5 66.85 1.78
1.00 1050 100 5 66.85 2.00
1.25 1312.5 100 5 66.85 2.23
1.50 1575 100 5 66.85 2.41
2.00 2100 100 5 66.85 2.70
Tabel perhitungan nilai U rata-rata pada jarak antar PVD (S) = 0.8 meter
Untuk S = 0.8 m
t Tv Uv Uh U total
(minggu) (%)
1 0.0001329 0.0130065 0.5347148 54.07665443
2 0.0002657 0.018394 0.78350968 78.74918066
3 0.0003986 0.022528 0.89927026 90.15394952
4 0.0005315 0.0260131 0.95313194 95.43511236
5 0.0006643 0.0290835 0.97819299 97.88272101
6 0.0007972 0.0318594 0.98985352 99.01767796
7 0.0009301 0.034412 0.99527899 99.54414521
8 0.0010629 0.036788 0.99780339 99.78841943
9 0.0011958 0.0390196 0.99897795 99.90178277
10 0.0013287 0.0411303 0.99952445 99.95440135
11 0.0014615 0.0431378 0.99977874 99.97882804
12 0.0015944 0.0450559 0.99989705 99.99016875
13 0.0017273 0.0468957 0.9999521 99.99543448
14 0.0018601 0.048666 0.99997771 99.99787968
15 0.001993 0.0503741 0.99998963 99.99901522
16 0.0021259 0.0520261 0.99999517 99.99954259
17 0.0022587 0.0536273 0.99999775 99.99978753
18 0.0023916 0.055182 0.99999896 99.99990131
19 0.0025244 0.0566941 0.99999951 99.99995415
20 0.0026573 0.058167 0.99999977 99.9999787
21 0.0027902 0.0596034 0.99999989 99.99999011
22 0.002923 0.061006 0.99999995 99.9999954
23 0.0030559 0.0623771 0.99999998 99.99999786
24 0.0031888 0.0637187 0.99999999 99.99999901
25 0.0033216 0.0650326 1 99.99999954
26 0.0034545 0.0663205 1 99.99999979
27 0.0035874 0.0675839 1 99.9999999
28 0.0037202 0.0688241 1 99.99999995
29 0.0038531 0.0700423 1 99.99999998
30 0.003986 0.0712397 1 99.99999999
100
Derajat konsolidasi gabungan %
90
80
70 s=0.8
60 s=1
s=1.25
50
s=1.5
40
s=2
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30
T(minggu)
Berdasarkan grafik diatas, dapat ditentukan jarak pemasangan PVD yang dapat
menghasilkan nilai derajat konsolidasi gabungan mendekati nilai 100% atau paling tidak
diatas 90%. Keputusan pemilihan jarak pemasangan antar PVD tersebut tergantung
perencana dilihat dari factor biaya dan factor efektifitas pemasangan.
REFERENSI
Asaoka, A. 1978. Observational Procedure of Settlement Prediction. Soils and Foundations,
Vol. 18, No. 4, Dec. 1978. Japanese Society of Soil Mechanics and Foundation Engineering.
pp. 87- 101.
Bergado, D. T., Anderson, L. R., Miura, N., Balasubramaniam, A. S. 1996. Soft ground
improvement in lowland and other environments. New York: ASCE Press.
Chai, J.-C., Carter, J. P., Hayashi, S. 2005. Ground Deformation induced by Vacuum
Consolidation. Journal of geotechnical and geoenvironmental engineering, Vol. 131, No. 12, Dec.
2005, 1552-1561.
Chu, J., Bo, M. W., Choa, V. 2004. Practical considerations for using vertical drains in soil
improvement projects. Geotextiles and Geomembranes 22 (2004) 101-117.
Chu, J., Yan, S. W. 2005. Estimation of Degree of Consolidation for Vacuum Preloading
Projects. International Journal of Geomechanics, Vol. 5, June 1, 2005, 158-165.
Cramer, J. M. Undated. Vertical wick drains consolidate tail minings. Company report.
www.nilex.com.
Elgamal, A. W., Adalier, K. 1996. Soil Stabilization by Ambient Pore Pressure and
Geomembrane Containment. Geosynthetics International, Vol. 3, No. 4.
Hansbo, S. 1997. Practical aspects of vertical drain design. Proceedings, 14th International
Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering, Vol. 3, Hamburg.
Holtz, R. D., et al. 1991. Prefabricated Vertical Drains: Design and Performance, CIRIA ground
engineering report: ground improvement. Oxford: Butterworth – Heinemann Ltd.
Indraratna, B., Balasubramaniam, A. S., Sivaneswaran, N. 1997. Analysis of settlement and
lateral deformation of soft clay foundation beneath two full-scale embankments. Int. Journal
for
Numerical and Analytical Methods in Geomechanics, Vol. 21, 599-618.
Indraratna, B., Redana, I. W. 1998. Laboratory determination of smear zone due to vertical
drain installation. Journal of geotechnical and geoenvironmental engineering, Vol. 124, No.2,
Feb.
1998, 180-184.
Indraratna, B., Rujikiatkamjorn, C., Sathananthan, I., 2005. Radial consolidation of clay
using
compressibility indices and varying horizontal permeability. Canadian Geotechnical Journal,
Vol. 42, No. 5, Oct. 2005, 1330-1341
Karunaratne, G. P., Chew, S. H., Leong, K. W., Wong, W. K., Lim, L. H., Yeo, K. S., Hee, A.
M.
2003. Installation stress in prefabricated vertical drains. Journal of geotechnical and
geoenvironmental engineering, Vol. 129, No. 9, September 2003, 858-860.
Kremer, R. H. J., Oostveen, J. P., van Weele, A. F., De Jager, W. F: J., Meyvogel, I. J. 1983.
The quality of vertical drainage. Proceedings, Eighth European Conference on Soil Mechanics
and Foundation Engineering, Vol. 2. Helsinki.
Tan, S-A., Chew, S-H. 1996. Comparison of the Hyperbolic and Asaoka Observational
Method of Monitoring Consolidation with Vertical Drains. Soils and Foundations, Vol. 36,
No. 3, Sept.
1996. Japanese Geotechnical Society. pp. 31-42.
Yan, S. W., Chu, J. 2003. Soil improvement for a road using the vacuum preloading method.
Ground Improvement (2003) 7, No. 4, 165–172.
Yan, S. W., Chu, J. 2005. Soil improvement for a storage yard using the combined vacuum
and fill preloading method. Canadian Geotechnical Journal, Vol. 42, 2005, 1094-1104.
Yeung, A. T. 1997. Design curves for prefabricated vertical drains. Journal of geotechnical
and
geoenvironmental engineering, Vol. 123, No. 8, Aug. 1997, 755-759.