Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah, karena atas rahmat, taufik,
dan hidayah-Nylah sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Sejarah
Indonesia Mengenai “Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif”.

Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini,
diantaranya :

1. Ibu Ustri Rusmiyati, S.Pd selaku guru dalam mapel tersebut.


2. Kedua orangtua yang selalu memberi motivasi baik moril maupun materiil.
3. Teman-teman atas kerja samanya dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, tentu masih terdapat
beberapa kesalahan dan masih jauh dari yang diharapkan. Maka dari itu, kami
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar kedepannya dapat mencapai
kesempurnaan.

Akhir kata, semoga Makalah ini dapat digunakan dan dimanfaatkan bagi kita semua.
Amin.

Pati, 05 Februari 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Kata
Pengantar………………………………………………………………………………..……
…..i

Daftar
Isi………………………………………………………………………………….………..…
…ii

BAB I. Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang…………………………………………………………………………………….
iii

1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………………………………..iii

1.3 Tujuan……..……………………………………….……………………………………
…………..iii

BAB II. Pembahasan

2.1. Pengertian Politik Luar


Negeri…………………………………………………………………..1

2.2. Kebijakan Politik Luar


Negeri…………………………………………………………………….1

2.3. Tujuan dan Prinsip Politik Luar


Negeri………………………………………………………….2

2.4. Landasan Politik Luar


Negeri…………………………………………….……………….………3

2.5. Arah Kebijakan Politik Luar


Negeri…………………………………………………………..…3

2.6. Pelaksanaan Politik Luar Negeri Pada Masa Orde


Lama……………………………………4

2.7. Pelaksanaan Politik Luar Negeri Pada Masa Orde


Baru………..……………………..…….4

2.8. Politik Luar Negeri Bebas Aktif di Era


Globalisasi………………………….…………….….5

2.9. Perwujudan Politik Bebas


Aktif………………………………………………………………..5

2.10. Peran Perwakilan Diplomatik dalam Pelaksanaan Politik Luar


Negeri…………..…..8
BAB III. Penutup

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………
……………….9

3.2 Saran……………………………………………………………………………………
………………9

Daftar
Pustaka…………………………………………………………….……………….…………
……9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan politik luar negeri Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah
kelahirannya dan perkembangan nasional serta internasional. Kemerdekaan yang kita
peroleh harus dijaga, dipertahankan, dan diisi dengan pembangunan. Dalam menegakkan
kemerdekaan Indonesia masih menghadapi berbagai ancaman, baik dari dalam maupun dari
luar. Dari dalam negeri, adanya gerakan ekstremis, baik ekstrem kiri maupun ekstrem
kanan, serta adanya gerakan separatisme. Dari luar negeri, adanya kekuatan asing yang
ingin menguasai Indonesia, adanya bipolarisme dan multipolarisme politik internasional
yang dapat mengganggu stabilitas nasional, regional, dan internasional.

Menurut buku Rencana Strategi Pelaksanaan Politik Luar Negeri Republik


Indonesia (1984-1988), politik luar negeri diartikan sebagai “suatu kebijaksanaan yang
diambil oleh pemerintah dalam rangka hubungannya dengan dunia internasional dalam
usaha untuk mencapai tujuan nasional”. Melalui politik luar negeri, pemerintah
memproyeksikan kepentingan nasionalnya ke dalam masyarakat antar bangsa”.

2.1 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian politik luar neger Indonesia?
2. Apa saja kebijakam politik luar negeri Indonesia?
3. Apa tujuan dan prinsip politik liuar negeri Indonesia?
4. Apa saja landasan politik l,uar negeri Indonesia?
5. Bagaimana arah kebijakan politik luar negeri Indonesia?
6. Bagaimana pelaksanaan politik luar negeri Indonesia pada masa orde lama?
7. Bagaimana pelaksanaan politik luar negeriIndonesia pada masa orde baru?
8. Bagaimana politik luar negerii Indonesia pada era globalisasi?
9. Apa saja perwujudan politik luar negeri Indonesia bebas aktif?
10. Apa peran perwakilan diplomatik dalam pelaksanaan politik luar negeri?

3.1 Tujuan

Dengan disusunya makalah ini diharap peserta didik dapat memahami tentang
politik luar negeri republik Indonesia, sehingga dapat menunjang kemampuan
mendeskrifsikan dan memahami dalam proses pembelajaran. Dan juga dapat sebagai bahan
pengembangan tentang aspek-aspek Politik LuarNegeri Republik Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Politik Luar Negeri Indonesia

Secara sederhana Politik luar negeri diartikan sebagai skema atau pola dari cara
dan tujuan secara terbuka dan tersembunyi dalam aksi negera tertentu berhadapan dengan
Negara lain atau sekelompok Negara lain. Politik luar negeri merupakan perpaduan dari
tujuan atau kepentingan nasional dengan power dan kapabilitas (kemampuan). Dalam arti
luas, politik luar negeri adalah pola perilaku yang digunakan oleh suatu Negara dalam
hubungannya dengan Negara-negara lain. Politik luar negeri berhubungan dengan proses
pembuatan keputusan untuk mengikuti pilihan jalan tertentu.

Menurut buku Rencana Strategi Pelaksanaan Politik Luar Negeri Republik


Indonesia (1984-1988), politik luar negeri diartikan sebagai “suatu kebijaksanaan yang
diambil oleh pemerintah dalam rangka hubungannya dengan dunia internasional dalam
usaha untuk mencapai tujuan nasional”. Melalui politik luar negeri, pemerintah
memproyeksikan kepentingan nasionalnya ke dalam masyarakat antar bangsa”.

Hubungan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain, tentu saja
tidak bisa dilepaskan dari kebijakan politik luar negeri suatu negara termasuk Indonesia,
definisi atau pengertian dari politik luar negeri seperti di bawah ini:
1. Politik luar negeri adalah strategi dan taktik yang digunakan oleh suatu negara
dalam berhubungan dengan negara lain.
2. Politik luar negeri merupakan kumpulan kebijaksanaan atau setiap yang ditetapkan
oleh suatu negara untuk mengatur hubungan dengan negara lain untuk yang
ditujukan untuk kepentingan nasional.
3. Politik luar negeri merupakan penjabaran dari politik nasional, sedangkan politik
nasional merupakan penjabaran untuk dari kepentingan nasional atau tujuan negara
yang bersangkutan.

Jadi, pada dasarnya politik luar negeri merupakan strategi untuk


melaksanakan kepentingan nasional atau tujuan negara yang ada kaitannya dengan negara
lain.

Dalam sejarah bangsa Indonesia, sejak tanggal 2 September 1948,


PemerintahIndonesia mengambil haluan bebas aktif untuk politik luar negerinya. Dalam
siding Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), Pemerintah
Indonesiamenyampaikan sikap politik luar negeri Indonesia seperti berikut. Sikap
pemerintah tersebut dipertegas lagi oleh kebijakan politik luar negeri Indonesia yang antara
lain dikemukakan oleh Drs. Moh. Hatta. Ia mengatakan, bahwa tujuan politik luar negeri
Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara;


2. Memperoleh barang-barang dari luar untuk memperbesar kemakmuran rakyat,
apabila barang-barang itu tidak atau belum dapat dihasilkan sendiri;
3. Meningkatkan perdamaian internasional, karena hanya dalam keadaan damai
Indonesia dapat membangun dan syarat-syarat yang diperlukan untuk memperbesar
kemakmuran rakyat;
4. Meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai cita-cita yang tersimpul
dalam Pancasila, dasar dan falsafah negara Indonesia.

2.2. Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia

Pembukaan UUD 1945 merupakan dasar hukum yang sangat kuat bagi politik
luar negeri RI. Alinea I menyatakan bahwa “… kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
peri kemanusiaan dan peri keadilan …” Selanjutnya pada alinea IV dinyatakan bahwa “…
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial …” Jelaslah bahwa politik luar negeri RI mempunyai landasan atau dasar
hukum yang sangat kuat, karena diatur di dalam Pembukaan UUD 1945.Kebijakan Politik
luar negeri Indonesia dikenal dengan Politik Luar Negeri Bebas dan Aktif, beberapa
pendapat mengenai pengertian bebas dan aktif.
1. A.W Wijaya merumuskan:

Bebas, berarti tidak terikat oleh suatu ideologi atau oleh suatu politik negara
asing atau oleh blok negara-negara tertentu, atau negara-negara adikuasa (super
power). Aktif artinya dengan sumbangan realistis giat mengembangkan kebebasan
persahabatan dan kerjasama internasional dengan menghormati kedaulatan negara lain.

2. Mochtar Kusumaatmajamerumuskan bebas aktif sebagai berikut :

Bebas : dalam pengertian bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-


kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa sebagaimana
dicerminkan dalam Pancasila. Aktif : berarti bahwa di dalam menjalankan kebijaksanaan
luar negerinya, Indonesia tidak bersifat pasif-reaktif atas kejadiankejadian internasionalnya,
melainkan bersifat aktif .

3. B.A Urbanimenguraikan sebagai berikut :

Bebas, perkataan bebas dalam politik bebas aktif tersebut mengalir dari kalimat
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut : supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas. Jadi menurut pengertian ini, dapat diberi definisi sebagai
“berkebebasan politik untuk menentukan dan menyatakan pendapat sendiri, terhadap tiap-
tiap persoalan internasional sesuai dengan nilainya masing-masing tanpa apriori memihak
kepada suatu blok”.

2.3. Tujuan dan Prinsip Politik Luar Negeri Indonesia

1. Tujuan Politik Luar Negeri :

Tujuan politik luar negeri setiap negara adalah mengabdi kepada tujuan nasional
negara itu sendiri. Tujuan nasional bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 Alinea keempat yang menyatakan ”… melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian
abadi dan keadilan sosial…”

Menurut Drs. Moh. Hatta, tujuan politik luar negeri Indonesia, antara lain sebagai berikut:

1. mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara;


2. memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk memperbesar
kemakmuran rakyat;
3. meningkatkan perdamaian internasional;
4. meningkatkan persaudaraan dengan semua bangsa.

Tujuan politik luar negeri tidak terlepas dari hubungan luar negeri. Hubungan luar
negeri merupakan hubungan antarbangsa, baik regional maupun internasional, melalui kerja
sama bilateral ataupun multirateral yang ditujukan untuk kepentingan nasional.

Jika memperhatikan kenyataan tersebut maka upaya Indonesia untuk mencapai


berbagai kepentingan nasionalnya di tingkat internasional perlu ditopang
melalui pengerahan segenap potensi dan sumber daya yang ada untuk mendukung
sepenuhnya pelaksanaan diplomasi atau kerja sama antarnegara. Hal tersebut harus
diantisipasi oleh Indonesia melalui kebijakan dan strategi politik luar negeri yang tepat
sehingga Indonesia dapat menarik manfaat maksimal dalam hubungan internasional
tersebut.

1. Prinsip-Prinsip Politik Luar Negeri :

Dalam menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif, bangsa Indonseia menjalankan
prinsip-prinsip berikut:

1. Negara Indonesia menjalankan politik damai, dalam arti bangsa Indonesia bersama-
sama dengan masyarakat bangsa-bangsa lain di dunia ingin menegakkan
perdamaian dunia;
2. Negara Indonesia ingin bersahabat dengan negara-negara lain atas dasar saling
menghargai dan tidak akan mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Indonesia
menjalankan politik bertetangga baik dengan semua negara di dunia.
3. Negara Indonesia menjunjung tinggi sendi-sendi hukum internasional.
4. Indonesia membantu pelaksanaan keadilan sosial internasional dengan berpedoman
kepada Piagam PBB.

2.4. Landasan Politik Luar Negeri Indonesia

Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif memiliki landasan yang
kuat dan kokoh. Landasan tersebut tercantum pada alinea pertama dan keempat Pembukaan
UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 serta pasal 11 UUD 1945. Dalam
alinea pertama disebutkan, ” penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.” Sedangkan dalam alinea keempat dinyatakan, ” ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial ” Pasal 11 ayat 1 UUD 1945 berbunyi, “Presiden dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara
lain.”
Hal yang menjadi landasan bagi pelaksanaan politik luar negeri Indonesia adalah
sebagai berikut.

1. Pancasila sebagai Landasan Idil


Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila harus dijadikan sebagai pedoman dan pijakan dalam melaksanakan politik
luar negeri Indonesia.
2. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional politik luar negeri Indonesia tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 Alinea pertama dan Alinea keempat, serta pada batang tubuh UUD 1945
Pasal 11 dan Pasal 13.

1) Alinea Pertama Pembukaan UUD 1945


“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan”

2) Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945


”… dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial, …”

3) UUD 1945 Pasal 11


”Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.”

4) UUD 1945 Pasal 13


Ayat 1: ”Presiden mengangkat duta dan konsul.”
Ayat 2: ”Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.”
Ayat 3: ”Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.”

1. Landasan Operasional

Landasan operasional yaitu : Peraturan perundang-undangan, UU No. 37 Tahun1999


tentang Hubungan Luar Negeri.

 ketetapan MPR mengenai garis-garis besar haluan negara ( GBHN) terutama


dibidang hukum luar negeri.
 kebijakan yang dibuat oleh presiden.
 kebijakan atau peraturan yang dibuat oleh menteri luar negeri.

2.5. Arah Kebijakan Politik Luar negeri Indonesia


Dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN, Bab IV Arah Kebijakan, huruf C
angka 2 tentang Hubungan Luar Negeri, dirumuskan hal-hal sebagai berikut:

1. Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan berorientasi
pada kepentingan nasional, menitik beratkan pada solidaritas antar negara
berkembang, mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa, menolak
penjajahan dalam segala bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa dan
kerjasama internasional bagi kesejahteraan rakyat.
2. Dalam melakukan perjanjian dan kerjasama internasional yang menyangkut
kepentingan dan hajat hidup rakyat banyak harus dengan persetujuan lembaga
perwakilan rakyat.
3. Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu melakukan
diplomasi pro-aktif dalam segala bidang untuk membangun citra positif Indonesia
di dunia internasional, memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap warga
negara dan kepentingan Indonesia, serta memanfaatkan setiap peluang positif bagi
kepentingan nasional.
4. Meningkatkan kualitas diplomasi guna mempercepat pemulihan ekonomi dan
pembangunan nasional, melalui kerjasama ekonomi regional maupun internasional
dalam rangka stabilitas, kerjasama dan pembangunan kawasan.
5. Meningkatkan kesiapan Indonesia dalam segala bidang untuk menghadapi
perdagangan bebas, terutama dalam menyongsong pemberlakuan AFTA, APEC dan
WTO.
6. Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negaranegara sahabat serta memperlancar
prosedur diplomatik dalam upaya melaksanakan ekstradisi bagi penyelesaian
perkara pidana.
7. Meningkatkan kerjasama dalam segala bidang dengan negara tetangga yang
berbatasan langsung dan kerjasama kawasan ASEAN untuk memelihara stabilitas,
pembangunan dan kesejahteraan.

2.6. Pelaksanaan Politik Luar Negeri Pada Masa Orde Lama

Pada masa orde lama (Demokrasi Terpimpin), politik luar negeri Indonesia pernah
belok ke arah negara-negara Eropa Timur atau Uni Sovyet, dan memusuhi negara-negara
eropa. Hal ini disebabkan oleh dua faktor penting, yaitu:

1. Faktor dari dalam negeri (intern), yaitu karena dominannya (besarnya pengaruh)
Partai Komunis Indonesia (PKI) menguasai kehidupan politik Indonesia;
2. Faktor dari luar negeri (ekstern), yaitu kurang simpatiknya bangsa eropa dan
Amerika dalam menghadapi berbagai persoalan di negara Indonesia.
Dengan dua alasan itu, pemerintah Indonesia akhirnya membelokkan haluan politiknya
ke arah timur (Uni Sovyet). Indonesia mengambil haluan politik luar negeri dengan
membentuk Poros Jakarta _ Hanoi _ Phnom Penh _ Peking _ Pyongyang.

Dianutnya politik luar negeri yang cenderung condong ke Sovyet menyebabkan


perubahan kehidupan sosial politik bangsa Indonesia. Partai Komunis Indonesia (PKI)
berkembang dengan leluasa. Partai-partai politik lain dibubarkan satu per satu, sehingga
dalam negara hanya ada satu partai, yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI). Puncaknya
terjadilah peristiwa G30S/PKI pada tanggal 30 September 1965.

2.7. Pelaksanaan Politik Luar Negeri Pada Masa Orde Baru

Politik pada masa Orde Baru lebih memperhatikan masalah stabilitas regional akan
menjamin keberhasilan rencana pembangunan Indonesia.

Upaya yang dilakukan Indonesia yaitu dengan :

1. Mempertahankan persahabatan dengan pihak barat


2. Menjalankan politik pintu terbuka bagi infestor asing serta pinjaman luar negeri.
3. Bergabungnya kembali Indonesia sebagai anggota PBB pada 28 Desember 1966.
4. Memperbaiki hubungan dengan sejumlah negara yang sempat renggang karena
adanya politik konfrontasi masa Orde Lama.
5. Didirikan pula bentuk kerjasama regional ASEAN dalam rangka menjaga stabilitas
kawasan.
6. Pada 1992 Indonesia menjad ketua Gerakan Non Blok tetapi pada saat itu timbul
pertikaian dan perpecahan di negara Yugoslavia (Serbia menyerang Bosnia yang
mayoritas beragama Islam).
7. Indonesia menggunakan APEC untuk menentukan posisi kepemimpinan Indonesia.
Awalnya Indonesia tidak mau bergabung sebab takut tidak mampu menghadapi
liberalisasi perdagangan dan dipandang dapat mengurangi rasa kerjasama dianatara
negara-negara ASEAN tetapi setelah berakhirnya Perang Dingin Indonesia
bergabung dalam APEC. Dengan demikian Indonesia siap untuk mengikuti
perdagangan bebas bagi negara-negara berkembang pada tahun 2020.

2.8. Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif di Era Globalisasi

Kita semua memaklumi, bahwa saat ini kehidupan dunia sedang mengalami proses
yang dinamakan globalisasi. Globalisasi adalah proses kehidupan yang mulai mendunia.
Keadaan ini disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
teknologi komunikasi dan transportasi.

Dengan globalisasi, dunia seakan-akan terasa mengecil. Hal ini terasa sekali ketika kita
sedang menyaksikan suatu peristiwa di belahan dunia lain dalam waktu yang bersamaan.
Seolah-olah dunia tidak mengenal batas-batas geografis. Demikian pula bila kita
mengunjungi negara lain atau daerah lain dengan menggunakan alat transportasi moderen.
Untuk menempuh suatu tempat hanya diperlukan waktu yang cukup singkat. Inilah salah
satu tanda globalisasi.

Seiring dengan perkembangan globalisasi yang terus melesat, ketergantungan


antarnegara menjadi semakin tinggi, baik ketergantungan secara politis, ekonomi, maupun
ilmu pengetahuan dan teknologi. Menghadapi kenyataan ini, tentu saja kita harus membuka
diri terhadap seluruh bangsa-bangsa di dunia. Di abad globalisasi seperti sekarang ini, suatu
bangsa tidak bisa lagi hanya menjalin hubungan dengan negara-negara tertentu saja.
Kebutuhan negara akan barang-barang pemuas kebutuhan warga negara semakin beraneka
ragam. Dan itu tidak semua dapat diproduksi oleh negaranya. Oleh sebab itu, maka
menjalin hubungan dan kerja sama yang seluas-luasnya merupakan salah satu tantangan
global.

Bagi bangsa Indonesia, politik luar negeri yang bebas dan aktif merupakan kunci
dalam menjalin hubungan di abad global. Ini berarti, bagi bangsa Indonesia, globalisasi
tidak harus mengubah haluan politiknya. Sebab, politik luar negeri Indonesia telah sesuai
dengan tuntutan globalisasi. Politik luar negeri Indonesia memberi kesempatan dan peluang
untuk melakukan hubungan dengan Negara mana pun tanpa dibatasi oleh perbedaan
ideologi, politik, ekonomi, dan social budaya, serta agama.

2.9. Perwujudan Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif

Sebagai bangsa yang menganut politik luar negeri bebas aktif, Indonesia melakukan
berbagai kegiatan yang merupakan perwujudan dari politik luar negeri bebas aktif itu. Di
antara kegiatan yang dilakukan bangsa Indonesia dapat kamu baca seperti berikut ini.

1. Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung

Sebagai bangsa yang pernah merasakan betapa pahitnya hidup dalam penjajahan, bangsa
Indonesia memprakarsai diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika bersama dengan
negara India, Pakistan, Birma, dan Sri Lanka. Persiapan untuk menyelenggarakan
Konferensi Asia Afrika dilakukan di Colombo (Sri Lanka) pada tanggal 28 April – 2 Mei
1954 dan di Bogor (Indonesia) pada tanggal 29 Desember 1954. Dalam persiapan itu
disepakati bahwa Konferensi Asia Afrika (KAA) akan dilaksanakan di Bandung
(Indonesia) pada tanggal 18 _24 April 1955. Setelah disepakati, maka pada tanggal 18
sampai dengan 24 April 1955 di Kota Bandung (Jawa Barat) diseleng-garakan Konferensi
Asia Afrika, tepatnya di Jalan Asia Afrika.

Maksud dan tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung adalah untuk:

1. meningkatkan kemauan baik (goodwill) dan kerja sama antar bangsa-bangsa Asia
Afrika, serta untuk menjajagi dan melanjutkan baik kepentingan timbale balik
maupun kepentingan bersama.
2. mempertimbangkan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan budaya dalam
hubungannya dengan negara-negara peserta.
3. mempertimbangkan masalah-masalah mengenai kepentingan khusus yang
menyangkut rakyat Asia Afrika, dalam hal ini yang menyangkut kedaulatan
nasional, rasialisme, dan kolonialisme.
4. meninjau posisi Asia Afrika dan rakyatnya dalam dunia masa kini dan saham yang
diberikan untuk peningkatan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.

Konferensi yang diselenggarakan di Bandung itu menghasilkan 10 prinsip yang dikenal


dengan nama Dasa Sila Bandung.Konferensi Asia Afrika ini dihadiri oleh 29 negara Asia
dan Afrika

2. Mendirikan Gerakan Non Blok

Seusai Perang Dunia II, negara-negara di dunia terbagi ke dalam dua blok, yaitu Blok
Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Sovyet.
Adanya dua kekuatan tersebut menyebabkan terjadinya “Perang Dingin” (Cold War) di
antara kedua blok itu. Akibatnya, suhu politik dunia menjadi memanas dan penuh dengan
ketegangan-ketegangan. Guna mengatasi ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur
yang terus bersitegang, bangsa Indonesia memprakarsai didirikannya Gerakan Non-Blok
(Non Aligned). Negara-negara pemrakarsa Non-Blok ialah:

1. Afghanistan
2. India
3. Indonesia
4. Republik Arab Persatuan (Mesir)
5. Yugoslavia.

Gerakan Non Blok ini dibentuk atas dasar Dasa Sila Bandung (hasil Konferensi Asia
Afrika di Bandung). Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama Non Blok diadakan di
Beograd atau Belgrado (Yugoslavia) dari tanggal 1 – 6 September 1961 atas undangan dari
Presiden Yosef Broz Tito (Yugoslavia), Abdul Nasser (Mesir), dan Sukarno (Indonesia).
KTT ini dihadiri oleh 25 negara dari Asia-Afrika, Amerika Latin, dan Eropa.
Konferensi ini dimaksudkan untuk meredakan ketegangan dunia dan menunjukkan
kepada dunia bahwa masih ada pihak ketiga yang berada di luar kedua blok yang sedang
bertentangan itu. Setelah diadakan KTT Non Blok I, negaranegara yang tergabung dalam
Non-Blok oleh Negara – Negara barat disebut sebagai Dunia Ketiga (The Third World).
Sampai saat ini, Non-Blok telah mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) puluhan
kali. Temukan KTT kedua dan seterusnya, apa keputusan yang dihasilkan dalam setiap
KTT.

3. Mengirimkan Misi Garuda (MISIRIGA)

Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif menyatakan, bahwa bangsa Indonesia
akan senantiasa aktif dalam upaya menciptakan perdamaian dunia. Untuk mewujudkan misi
ini, maka Indonesia mengirimkan misi perdamaian dunia dengan nama Pasukan Garuda.
Pasukan ini diperbantukan untuk PBB dalam usaha turut mendamaikan daerah-daerah yang
sedang bersengketa.

Pada bulan Januari 1957 dikirimlah Pasukan Garuda I ke Timur Tengah di bawah
komando Kolonel Hartoyo, yang kemudian diganti oleh Letnan Kolonel Suadi. Pada tahun
1960, di Kongo terjadi perang saudara. Untuk mendamaikan situasi di Kongo ini, Indonesia
mengirimkan Pasukan Garuda II di bawah pimpinan Kolonel Prijatna, sedangkan sebagai
komandan batalion adalah Letkol Solichin Gautama Purwanegara. Selanjutnya Misi Garuda
III dikirim ke Kongo dipimpin oleh Brigjen Kemal Idris.

Dalam setiap sengketa internasional yang menerjunkan PBB, Indonesia selalu siap
sedia menjadi petugas misi perdamaian PBB melalui Pasukan Garuda. Keikutsertaan
Indonesia dalam Misi Perdamaian ini tergabung dalam Pasukan Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB). Dalam pengiriman misi perdamaian ini, tentara
dari Indonesia mendapat sambutan baik dari negara yang menerima. Hal ini karena tentara
kita mengembangkan sikap bersahabat dan cinta damai. Sampai saat ini, bangsa Indonesia
telah puluhan kali terlibat dalam misi perdamaian dunia di bawah bendera Perserikan
Bangsa-Bangsa (PBB).

4. Menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)natau United Nations


Organization (UNO)

Dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia, bangsa Indonesia ikut aktif menjadi
anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 28 September 1950 dengan
nomor anggota ke-60. Pada masa Orde Lama (Demokrasi Terpimpin), Indonesia pernah
menyatakan keluar dari keanggotaan PBB, yakni pada tanggal 7 Januari 1965. Pada saat itu,
politik luar negeri Indonesia sedang condong ke Sovyet.

Akan tetapi, setelah zaman orde baru, Indonesia kembali menjadi anggota PBB pada
tanggal 28 September 1966 dan tetap pada urutan ke-60, karena oleh PBB Indonesia masih
belum dicoret dari keanggotaan. Sebagai anggota PBB, bangsa Indonesia aktif terus dalam
usaha menciptakan perdamaian dan keamanan dunia internasional, salah satu di antaranya
ialah dengan aktifnya Indonesia dalam mengirimkan misi perdamaian yang tergabung
dalam Misi Republik Indonesia Garuda (MISIRIGA).

5. Mendirikan ASEAN

Sebagai perwujudan dari politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, pada tanggal
8 Agustus 1967, Indonesia dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya mendirikan
organisasi yang diberi nama ASEAN (Association of The South East Asian Nations),
Organisasi Negara-negara Asia Tenggara.

ASEAN ini didirikan berdasarkan Deklarasi Bangkok. Tujuan didirikannya ASEAN


adalah untuk:

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, serta mengembangkan


kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kebersamaan
dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa
Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;
2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati
keadilan dan ketertiban hukum dalam hubungan antarnegara di kawasan ini serta
mematuhi prinsip-prinsip Piagam PBB;
3. Meningkatkan kerja sama yang aktif dan saling membantu dalam masalah yang
menjadi kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan,
dan administrasi;
4. Saling memberi bantuan dalam bentuk sarana pelatihan dan penelitian dalam
bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik, dan administrasi;
5. Bekerja sama secara lebih efektif guna meningkatkan pemanfaatan pertanian dan
industri, perluasan perdagangan dan pengkajian masalah-masalah komoditi
internasional, perbaikan sarana-sarana, pengangkutan dan komunikasi serta taraf
hidup rakyatnya;
6. Memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan organisasi – organisasi
internasional dan regional dengan tujuan serupa yang ada dan untuk menjajaki
segala kemungkinan untuk saling bekerja sama secara erat di antara mereka
sendiri. Tujuan tersebut termaktub dalam Deklarasi Bangkok yang ditanda tangani
oleh lima menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara. Kelima menteri tersebut
ialah:
7. Adam Malik (Indonesia)
8. Tun Abdul Razak (Malaysia)
9. Thanat Khoman (Thailand)
10. Rajaratnam (Singapura),Narcisco Ramos (Filipina).
Dalam usaha memelihara stabilitas dan keamanan Asia Tenggara, Indonesia
memprakarsai untuk melakukan pendekatan agar Asia Tenggara menjadi daerah bebas
nuklir. Pada saat berkecamuk Perang Vietnam, Indonesia juga memprakarsai
diselenggarakannya Jakarta Informal Meeting (JIM) yang membahas mengenai upaya-
upaya mendamaikan Vietnam.

6. Menjalin Kerja Sama dengan Negara-negara di Dunia

Politik luar negeri yang bebas dan aktif memberikan kesempatan kepada bangsa
Indonesia untuk melakukan hubungan dengan negara-negara lain di dunia. Itulah sebabnya,
sehingga bangsa Indonesia juga menjalin hubungan kerja sama dengan negara-negara di
dunia, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan ilmu
pengetahuan, tanpa membatasi diri dengan negara-negara blok barat saja atau blok timur
saja. Sebagai perwujudannya, bangsa kita menjadi anggota oragnisasi internasional. Dalam
organisasi internasional, Indonesia juga bekerja sama dalam OPEC (Organization of
Petroleum Exporting Countries =Negara-negara pengekspor minyak), Organisasi
Konferensi Islam (OKI), dan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation = Kerjasama
Ekonomi Negara Asia Pasifik). Selain itu, Indonesia juga menjadi anggota organisasi
internasional lainnya.

2.10. Peran Perwakilan Diplomatik dalam Pelaksanaan Politik Luar Negeri

1. Pengertian Perwakilan Diplomatik

Perwakilan diplomatic adalah lembaga kenegaraan diluar negeri yang bertugas membina
hubungan politis dengna negara lain. Jenis perwakilan diplomatik adalah kedutaan besar
yang ditugaskan tetap di suatu negara tertentu dan perutusan tetap yang ditempatkan pada
suatu organisasi internasional (PBB). Ketua perwakilan diplomatatk oleh seorang duta
besar luar biasa dan berkuasa penuh serta bertanggung jawab kepada presiden melalui
mentri luar negeri atau Kementrian Luar Negeri.

2. Fungsi dan Peran Perwakilan Diplomatik

Secara umum fungsi perwakilan diplomatik adalah sebagai berikut.

1. Lambang prestise nasional di luar negeri


2. Mewakili kepala negera di negera penerima
3. Sebagai perwakilan yuridis yagn resmi dari pemerintahnya
4. Sebagai perwakilan politik, yaitu perantara hubungan negaranya dengan negara
yang ditempatinya.
5. Menjamin efisiensi perwakilan suatu negara di luar negeri
6. Memelihara dan melindungi kepentingan negara dan warga negara penerima.
7. Perangkat Perwakilan Diplomatik
Berdasarkjan Kongres Wina tahun 1815 dan Kongres Aux La Chapella 1818 (Kongres
Achen), perangkat diplomatic adalah sebagai berikut.

1. Duta besar berkuasa penuh (ambassador) adalah tingkat tertinggi dalam perwakilan
diplomatic yang mempunyai kekuasaan penuh dan luar biasa ambassador biasanya
mewakili pribadi kepala negara dan bangsa serta rakyatnya.
2. Duta (gerzant) adalah wakil diplomatik yang pengangkatannya lebih rendah dari
ambassador. Seorang duta dalam menyelesaikan kedua negera harus berkonsultasi
dengan pemerintahannya.
3. Mentri presiden, dianggap bukan wakil pribadi kepala negera. Ia hanya mengurus
urusan negara. Pada dasarnya ia tidak mengadakan pertemuan dengan kepala negara
di mana dibedakan atas:
4. Kuasa usaha tetap yang menjabat sebagai kepala dari suatu perwakilan.
5. Kuasa usaha sementara yang melaksanakan pekerjaan dari kepala perwakilan, yaitu
ketika pejabat kepala perwakilan belum atau tidak ada ditempat.
6. Atase-atase adalah pejabat pembant dari duta berkuasa penuh. Atase terdiri dari 2
bagian, yaitu:
7. Atase pertahanan, biasa dijabat oleh seorang perwira TNI yang diperbantukan
kepada Kemlu dengan pangkat perwira menegah dan ditempatkan di KBRI serta
diberikan kedudukan sebagai diplomat. Tugasnya adalah memberikan nasihat di
bidang militer dan pertahanan kepala duta besar berkuasa penuh.
8. Atase teknis, dijabat oleh PNS tertentu yang tidak berasal dari pejabat Kemlu dan
ditempatkan di KBRI untuk membantu tugas-tugas duta besar. Atase teknis
berkuasa penuh dalam melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan tugas pokok
dari kementriannya. Misalnya, atase perdagangan, atase pendidikan, dan
kebudayaan, serta atase perindustrian.

BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Politik luar negeri Indonesia merupakan bebas aktif. Bebas, artinya bahwa bangsa
kita bebas menjalin hubungan dengan negara-negara lain di dunia tanpa harus
terikat dengan blok barat atau blok timur. Aktif, artinya bahwa kita akan senantiasa
berusaha menciptakan dan mewujudkan kehidupan dunia yang aman dan damai.
2. Landasan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif tertuang dalam
alinea pertama dan keempat Pembukaan UUD 1945 serta dalam pasal 11 UUD 1945.
3. Sebagai wujud pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, Indonesia
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
4. menjadi anggota PBB pada tanggal 28 September 1950.
5. menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1 9 5 5
6. mengirimkan misi perdamaian dunia yang tergabung dalam Misi
Republik Indonesia Garuda (MISIRIGA)
7. membentuk gerakan non blok (non aligned) untuk meredakan ketegangan akibat
perang dingin antara blok barat yang dipimpin Amerika Serikat dan blok timur
yang dipimpin Uni Sovyet.
8. Membentuk organisasi ASEAN untuk menciptakan stabilitas Asia Tenggara yang
aman, tertib, dan damai pada tanggal 8 Agustus 1967.
9. Menjalin kerja sama ekonomi, politik, sosial budaya, dan iptek dengan negara-
negara di dunia.Aktif dalam organisasi internasional seperti OKI, APEC, OPEC,
dan sebagainya.

3.2 Saran

Sebagai bangsa yang baik, kita seharusnya mengetahui sejarah peristiwa yang
berkaitan dengan negara kita Republik Indonesia yang dapat kita jadikan pelajaran
untuk dapat turut serta membangun bangsa Indonesia semakin baik kedepannya. Salah
satunya kita perlu mempelajari polik luar negeri Indonesia Bebas Aktif. Pelaksanaan politik
luar negeri yang bebas dan aktif ditujukan untuk mencapai kepentingan dan tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

DAFTAR PUSTAKA

 http://hellhelen.blogspot.co.id/2013/04/makalah-politik-luar-negeri.html diakses 05
Februari 2016
 http://dhienasicewecute.blogspot.co.id/2012/01/makalah-politik-luar-negeri-
indonesia.html diakses 05 Februari 2016
 http://fdib.tripod.com/makalah/awang.html diakses 05 Februari 2016
 http://yeninear.blogspot.co.id/2012/01/makalah-politik-luar-negeri-indonesia.html
diakses 05 Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai